5, (2023)
Abstrak
Pernapasan adalah proses vital bagi tubuh manusia yang terjadi secara normal melalui hidung. Oral
habit adalah perilaku berulang yang dapat menyebabkan kelainan pada gigi dan jaringan pendukung,
salah satu yang paling umum pada anak-anak adalah bernapas melalui mulut atau mouth breathing.
Mouth breathing merupakan disfungsi pernapasan yang mempengaruhi sekitar 10-15% dari populasi
anak-anak. Etiologi dari mouth breathing bersifat multifaktorial, dengan penyebab paling umum
karena adanya obstruksi di daerah nasofaring. Mouth breathing menghasilkan konsekuensi yang luas
dan melibatkan area tubuh yang berbeda, meliputi mulut, perkembangan kraniofasial, saluran napas
atas, serta saluran napas bawah. Penyebab utama terjadinya pernafasan mulut adalah karena ketidak
mampuan bernafas secara optimal melalui hidung. Mulut yang berfungsi sebagai jalan nafas akan
selalu berada dalam keadaan terbuka, mengakibatkan gigi atas dan bawah tidak dapat berkontak
secara optimal sehingga memungkinkan terjadi erupsi berlebih gigi-gigi posterior. Rahang bawah
yang turun untuk memperlancar asupan udara pernafasan lewat mulut, menyebabkan gangguan
pertumbuhan rahang sehingga memungkinkan berkembangnya maloklusi. Telaah pustaka ini
menyimpulkan bahwa (1) Bernafas lewat mulut berpengaruh terhadap struktur kraniofasial, menye-
babkan rahang bawah berotasi ke posteroinferior, pertumbuhan rahang ba- wah dalam arah vertikal
berlebih, rahang atas dan bawah retrognatik, serta kontraksi lengkung gigi rahang atas. (2) Bernafas
lewat mulut juga bepengaruh terhadap gigi-geligi, cenderung menimbulkan maloklusi Angle Kelas II
divisi 1, peningkatan jarak gigit, gigitan terbuka anterior, gigitan silang posterior, dan gigi berjejal.
Kata Kunci: bernafas lewat mulut, etiologi maloklusi, perubahan dentokraniofasial, anak-anak
Abstract
Breathing is a vital process for the human body that occurs normally through the nose. Oral habits are
repetitive behaviors that can cause abnormalities in the teeth and supporting tissues. One of the most
common oral habit in children is breathing through the mouth or mouth breathing. Mouth breathing is
a respiratory dysfunction that affects approximately 10-15% of the pediatric population. Various
reasons can force children to adapt by breathing through the mouth instead of nose. The etiology of
mouth breathing is multifactorial, with the most common cause of mouth breathing is obstruction in
the nasopharynx. Mouth breathing has wide-ranging consequences and involves different areas of the
body, including the mouth, craniofacial development, upper airway, and lower airway. The main
cause of mouth breathing is due to the inability to breathe optimally through the nose. The mouth
which functions as a airway will always be in an open state, resulting in the upper and lower teeth not
being able to contact optimally, thus allowing for the over-eruption of the posterior teeth. The lower
jaw drops to facilitate the intake of exhaled air through the mouth, causing disruption of jaw growth
which allows the development of malocclusion. This literature review concluded that (1) Breathing
through the mouth affects the craniofacial structures, causing the mandible to rotate posteroinferiorly,
excessive growth of the mandible in the vertical direction, retrognathic upper and lower jaws, and
contraction of the maxillary dental arch. (2) Breathing through the mouth also affects the teeth,
tending to cause Angle Class II division 1 malocclusion, increased bite distance, anterior open bite,
posterior crossbite, and crowding teeth.
Keywords: mouth breathing, etiology of malocclusion, dentocraniofacial changes, children
obstruksi nasal, alergi, hipertrofi adenoid, kelenjar limfoid berupa tonsil dan adenoid
hipertrofi tonsil, polip nasal, dan deviasi yang meradang dan mengalami
septum nasal. Penyebab obstruksi nasal pada pembesaran (biasa terjadi akibat adanya
anak dapat ditentukan melalui pemeriksaan infeksi dari virus atau bakteri) pada
sefalometri lateral untuk melihat adanya Pengobatan kebiasaan bernapas melalui mulut
tomografi komputer sinus paranasal dapat a. Gingiva dari penderita mouth breathing
membantu untuk menilai komplikasi maupun harus dikembalikan agar sehat dan normal
struktur anatomi hidung untuk menilai adanya dengan melapisi gingiva menggunakan
yang menyebabkan terjadinya mouth breathing penyebab mouth breathing harus ditangani
bila obstruksi disebabkan oleh infeksi, pengobatan lokal harus dilakukan. Jika
7. Laguhi VA, Anindita PS, Gunawan PN. 14. Singh S, Awasthi N, Gupta T. Mouth
Gambaran maloklusi dengan breathing-its consequences, diagnosis &
menggunakan HMAR pada pasien di treatment. ACTA Sci Dent Scienecs.
rumah sakit gigi dan mulut universitas sam 2020;4(5):34
ratulangi manado. Jurnal e-gigi (eg). 15. Bhalajhi SI. Orthodontics: The art and
2014;2(2). science 5th Ed. New Delhi: SK Arya.
8. Kusuma ARP. Bernapas lewat mulut 2013.104.p.
sebagai faktor ekstrinsik etiologi 16. Sharifkashani S, Dabirmoghaddam P,
maloklusi. J Maj Ilmiah Sult Agu. Kheirkhah M, Hosseinzadehnik R. A new
2012;48(123):1-19. clinical scoring system for adenoid
9. Finn SB. Clinical pedodontics 4th Ed. hypertrophy in children. ijorl.
London: W.B. Saunders Co; 2003. 370-84 2015;27(78):59 37
17. Alam MK. A to z orthodontics. Malaysia:
PPSP Publication; 2012. 3 p.
18. Wahyuningsih, dkk. Perawatan maloklusi
angle klas I dengan gigi depan crowding
berat dan cross bite menggunakan teknik
begg pada pasien dengan kebersihan mulut
buruk. Maj Ked Gi. 2014;21(2):205
19. Grippaudo C, Paolantonio EG, Antonini
G, Saulle R, La Torre G, Deli R.
Association between oral habits, mouth
breathing and malocclusion. Associazione
fraabitudini viziate, respirazione orale
emalocclusione. ACTA Otorhinolaryngol
Italian.2016;36(5): 386-94.
20. Proffit RW, Fields WH, Sarver MD,
Contemporary orthodontics. 6th ed.
London :Elselvier; 2019. 3-4, 107, 132 p.
21. Premkummar S, Textbook of orthodontics.
New Delhi : Elselvier; 2015. 176-7 p.
22. Ahmad MH. Overjet problems at the
growing child, case report using the twin
block appliance. JDMFS. April
2017;2(1):49-53.
23. Dawlatly M, M Mona, Fayed, Mostafa Y.
Open bite malocclusion: Analysis of the
underlying components. Dent Oral
Craniofac Res. 2015;1(1):19-24.
24. Wajid MA, Chandra P, Kulshrestha R,
Singh K, Rastogi R, Umale V. Openbite
malocclusion. JOHCS. Jan 2018;3:11-20.
25. Rahardjo P. Diagnosis Ortodonti.
Airlangga university press. 2008;46-8