Anda di halaman 1dari 10

Cakradonya Dental Journal Vol 5, No.

5, (2023)

THE HABIT OF MOUTH BREATHING AS THE ETIOLOGY FACTOR OF


MALOCCLUSION IN CHILDREN AND HANDLING ON IT
1st Author*,1, 2nd Author1, and 3rd Author2
1)2)
Department Name, Faculty Name, University Name
*Corresponding author: xxxx.xxxx@gmail.com

Abstrak
Pernapasan adalah proses vital bagi tubuh manusia yang terjadi secara normal melalui hidung. Oral
habit adalah perilaku berulang yang dapat menyebabkan kelainan pada gigi dan jaringan pendukung,
salah satu yang paling umum pada anak-anak adalah bernapas melalui mulut atau mouth breathing.
Mouth breathing merupakan disfungsi pernapasan yang mempengaruhi sekitar 10-15% dari populasi
anak-anak. Etiologi dari mouth breathing bersifat multifaktorial, dengan penyebab paling umum
karena adanya obstruksi di daerah nasofaring. Mouth breathing menghasilkan konsekuensi yang luas
dan melibatkan area tubuh yang berbeda, meliputi mulut, perkembangan kraniofasial, saluran napas
atas, serta saluran napas bawah. Penyebab utama terjadinya pernafasan mulut adalah karena ketidak
mampuan bernafas secara optimal melalui hidung. Mulut yang berfungsi sebagai jalan nafas akan
selalu berada dalam keadaan terbuka, mengakibatkan gigi atas dan bawah tidak dapat berkontak
secara optimal sehingga memungkinkan terjadi erupsi berlebih gigi-gigi posterior. Rahang bawah
yang turun untuk memperlancar asupan udara pernafasan lewat mulut, menyebabkan gangguan
pertumbuhan rahang sehingga memungkinkan berkembangnya maloklusi. Telaah pustaka ini
menyimpulkan bahwa (1) Bernafas lewat mulut berpengaruh terhadap struktur kraniofasial, menye-
babkan rahang bawah berotasi ke posteroinferior, pertumbuhan rahang ba- wah dalam arah vertikal
berlebih, rahang atas dan bawah retrognatik, serta kontraksi lengkung gigi rahang atas. (2) Bernafas
lewat mulut juga bepengaruh terhadap gigi-geligi, cenderung menimbulkan maloklusi Angle Kelas II
divisi 1, peningkatan jarak gigit, gigitan terbuka anterior, gigitan silang posterior, dan gigi berjejal.
Kata Kunci: bernafas lewat mulut, etiologi maloklusi, perubahan dentokraniofasial, anak-anak

Abstract
Breathing is a vital process for the human body that occurs normally through the nose. Oral habits are
repetitive behaviors that can cause abnormalities in the teeth and supporting tissues. One of the most
common oral habit in children is breathing through the mouth or mouth breathing. Mouth breathing is
a respiratory dysfunction that affects approximately 10-15% of the pediatric population. Various
reasons can force children to adapt by breathing through the mouth instead of nose. The etiology of
mouth breathing is multifactorial, with the most common cause of mouth breathing is obstruction in
the nasopharynx. Mouth breathing has wide-ranging consequences and involves different areas of the
body, including the mouth, craniofacial development, upper airway, and lower airway. The main
cause of mouth breathing is due to the inability to breathe optimally through the nose. The mouth
which functions as a airway will always be in an open state, resulting in the upper and lower teeth not
being able to contact optimally, thus allowing for the over-eruption of the posterior teeth. The lower
jaw drops to facilitate the intake of exhaled air through the mouth, causing disruption of jaw growth
which allows the development of malocclusion. This literature review concluded that (1) Breathing
through the mouth affects the craniofacial structures, causing the mandible to rotate posteroinferiorly,
excessive growth of the mandible in the vertical direction, retrognathic upper and lower jaws, and
contraction of the maxillary dental arch. (2) Breathing through the mouth also affects the teeth,
tending to cause Angle Class II division 1 malocclusion, increased bite distance, anterior open bite,
posterior crossbite, and crowding teeth.
Keywords: mouth breathing, etiology of malocclusion, dentocraniofacial changes, children

Pendahuluan dilakukan sebagai bentuk adaptasi terhadap


Pernapasan adalah proses vital bagi kondisi atau kebiasaan yang diperoleh setelah
tubuh manusia yang terjadi secara normal lahir.3 Mouth breathing merupakan disfungsi
melalui hidung, dimana terjadi proses pernapasan yang mempengaruhi sekitar 10-
menghirup dan mengeluarkan udara. Tujuan 15% dari populasi anak-anak.5
bernapas adalah untuk mengoksidasi tubuh Berbagai alasan dapat memaksa anak
dan membuang sisa karbon dioksida. Setiap yang seharusnya bernapas melalui hidung
lubang hidung berfungsi secara independen untuk beradaptasi dengan bernapas melalui
dan sinergis untuk menyaring, mulut. Etiologi dari mouth breathing bersifat
menghangatkan, dan melembapkan udara yang multifaktorial, terkait dengan malformasi,
dihirup.1 kebiasaan buruk, penyakit saluran napas,
Kebiasaan adalah suatu tindakan maupun genetik. 6 Penyebab paling umum dari
otomatis yang berlangsung secara tidak sadar mouth breathing adalah adanya obstruksi atau
dan teratur.2 Kebiasaan yang dilakukan di hambatan di daerah nasofaring, meningkatkan
dalam rongga mulut dikenal dengan istilah oral resistensi hidung yang kemudian dapat
habit. Oral habit adalah perilaku berulang yang diinduksi oleh berbagai faktor mekanis,
dapat menyebabkan kelainan pada gigi dan termasuk hipertrofi adenotonsil, hipertrofi
jaringan pendukung gigi. Oral habit konka, rhinitis alergi, penyakit infeksi atau
sebenarnya merupakan perilaku normal pada inflamasi, serta deviasi septum nasal. Namun,
bayi baru lahir yang bersifat sementara dan bahkan setelah faktor mekanis ini dihilangkan,
biasanya menghilang pada usia 3-4 tahun. Oral mouth breathing terus berlanjut dalam banyak
habit menjadi masalah bila bersifat persisten, kasus karena kebiasaan bernapas melalui
yaitu masih dilakukan pada saat anak mulut pasien.7
memasuki usia sekolah atau ketika gigi Bernapas melalui mulut menghasilkan
permanen erupsi.3 konsekuensi yang luas. Konsekuensi ini
Ada banyak jenis oral habit, salah satu melibatkan area tubuh yang berbeda, meliputi
yang paling umum pada anak-anak adalah mulut, perkembangan kraniofasial, saluran
bernapas melalui mulut atau mouth breathing. napas atas, dan saluran napas bawah.
Mouth breathing mengacu pada keadaan Berkurangnya fungsi pernapasan hidung
menghirup dan menghembuskan napas melalui menyebabkan perubahan postur lidah. Hal ini
mulut, atau melalui mulut dan hidung, bukan pada akhirnya menghasilkan posisi mandibula
hanya melalui hidung saja dengan durasi lebih yang lebih rendah serta palatum yang tinggi
dari 6 bulan.4 Pernapasan melalui mulut dan sempit, dengan demikian menyebabkan
perubahan pada aktivitas otot leher dan wajah
yang mengarah pada gangguan perkembangan Fungsi abnormal rongga mulut seperti
karakteristik gigi dan wajah.8 kebiasaan mendo- rong lidah, mengunyah satu
Etiologi maloklusi merupakan ilmu sisi dan bernafas lewat mulut, dapat
yang mempelajari tentang faktor-faktor menyebabkan maloklusi. 10

penyebab terjadinya kelainan oklusi. Tingkat keparahan maloklusi yang


Pengetahuan mengenai etiologi perlu diketahui timbul, dipe- ngaruhi oleh frekuensi, intensitas
oleh dokter gigi yang akan melakukan dan lamanya melakukan kebiasaan buruk
tindakan preventif, interseptif, dan kuratif. terse- but. Bernafas lewat mulut merupakan
Penguasaan ilmu tentang faktor etiologi kebiasaan yang paling sering menimbul- kan
maloklusi memungkinkan dokter gigi kelainan pada struktur wajah dan oklusi gigi-
melakukan tindakan perawatan secara tepat geligi. Kebiasaan bernafas lewat mulut yang
dan efektif.8 Pengelompokan faktor-faktor berlangsung selama masa tumbuh kembang
etiologi maloklusi dimaksudkan untuk dapat mempengaruhi pertumbuhan
mempermudah identifikasi kelainan oklusi dentokraniofasial.
yang ada. 9
Pernafasan mulut kronis menyebabkan
Graber membagi faktor etiologi terjadinya kelainan pada otot-otot di sekitar
maloklusi menjadi 2, yaitu ekstrinsik dan mulut, sehingga dapat memacu perkembangan
intrinsik. Fak- tor ekstrinsik meliputi herediter, maloklusi. Kingsley tidak sependapat dengan
kelainan bawaan, malnutrisi, kebiasaan buruk, teori yang menyatakan bahwa kontraksi otot
dan malfungsi, postur tubuh, dan trauma, buccinator dapat menyebabkan pertumbuhan
sedangkan kelainan jumlah, bentuk dan ukuran palatum menjadi sempit, dan berpendapat
gigi, premature loss, prolonged retention dan bahwa V-shaped palate lebih dipenga- ruhi
karies gigi desidui, termasuk faktor intrinsik oleh faktor herediter, bukan akibat bernafas
etiologi maloklusi. Lesmana menyatakan lewat mulut.
bahwa faktor-faktor tersebut dapat Subtelny beranggapan bahwa palatum
menimbulkan maloklusi bahkan menyebabkan yang tinggi pada kasus ber- nafas lewat mulut
kelainan ben- tuk wajah, jika memapar tulang- bukan karena palatum bertambah tinggi,
tulang wajah, gigi geligi, sistem melainkan disebabkan oleh adanya kontraksi
neuromuskular, ataupun jaringan lunak mulut, lengkung rahang atas, sehingga palatum
dalam jangka waktu lama. terlihat lebih ting- gi. Teori mengenai adanya
Keseimbangan bentuk wajah dan kekuatan mekanis ke arah atas pada palatum,
perkembangan oklusi normal dipengaru- hi yang di- sebabkan oleh tekanan pipi selama
oleh 3 faktor yaitu fungsi normal rongga bernafas lewat mulut, tidak dapat diterima ka-
mulut, postur kepala dan morfologi rena kurangnya bukti . Bernafas lewat mulut
kraniofasial. Fungsi normal mulut berperan menghasilkan bentuk wajah dan tipe maloklusi
dalam mempertahankan postur kepala, dan yang khas.11
berkaitan erat dengan perkembangan oklusi.
Metode Penelitian proses terakhir yaitu penyaringan oleh rambut
Desain penelitian ini adalah Literature dan presipitat, sebelum meninggalkan hidung.
Review atau tinjauan pustaka. Penelitian Fungsi hidung dalam menghangatkan,
kepustakaan atau kajian literatur (literature melembabkan, dan menyaring, memungkinkan
review, literature research) merupakan udara masuk ke paru-paru dalam keadaan
penelitian yang mengkaji atau meninjau secara bersih.12
kritis pengetahuan, gagasan, atau temuan yang Bernafas lewat hidung memerankan 2
terdapat di dalam tubuh literatur berorientasi fungsi utama yaitu mempertahankan
akademik (academic-oriented literature). normalitas struktur yang terlibat dalam
pernafasan dan menjaga kesehatan tubuh
Pembahasan secara umum. Adapun dalam pernafasan
Bernafas adalah peristiwa abnormal Hidung sebagai salah satu saluran
pengambilan Oksigen untuk sel-sel tubuh dan pernafasan tempat keluar masuknya u- dara,
pembuangan Karbondioksida keluar tubuh, memiliki 3 fungsi utama yaitu menghangatkan,
sebagai hasil dari sisa metabolisme. melembabkan, dan menya- ring. Pembuluh
Pernafasan mencakup 2 proses, yaitu (a) darah yang terletak pada jaringan subepithelial
absorbsi Oksigen dan pembuangan Kar- septum berfungsi untuk menghangatkan udara
bondioksida dari badan sel secara keseluruhan, pernafasan yang masuk, sedangkan selaput
(b) proses penggunaan Oksigen dan produksi lendir berperan untuk melembabkan udara
Karbondioksida oleh sel dan pertukaran gas pernafasan hingga mendekati kelembaban
antara sel dengan darah. Pernafasan normal sempurna. Udara pernafasan akan mengalami
terjadi jika udara pernafasan masuk ke tubuh proses terakhir yaitu penyaringan oleh rambut
melalui rongga hidung. Udara yang masuk dan presipitat, sebelum meninggalkan hidung.
kemudian berjalan ke faring yang berfungsi Fungsi hidung dalam menghangatkan,
sebagai saluran bersama bagi sistem melembabkan, dan menyaring, memungkinkan
pernafasan dan pencernaan, selanjutnya udara masuk ke paru-paru dalam keadaan
mengalir ke trakea dan paru-paru. 12
bersih (Nizar, 2002). Bernafas lewat hidung
Hidung sebagai salah satu saluran memeran- kan 2 fungsi utama yaitu
pernafasan tempat keluar masuknya u- dara, mempertahankan normalitas struktur yang
memiliki 3 fungsi utama yaitu menghangatkan, terlibat dalam pernafasan dan menjaga
melembabkan, dan menya- ring. Pembuluh kesehatan tubuh secara umum.13
darah yang terletak pada jaringan subepithelial
Pengaruh Mouth Breathing Terhadap
septum berfungsi untuk menghangatkan udara
Struktur Kraniofasial
pernafasan yang masuk, sedangkan selaput
Bernafas lewat hidung memerankan 2
lendir berperan untuk melembabkan udara
fungsi utama yaitu mempertahankan
pernafasan hingga mendekati kelembaban
normalitas struktur yang terlibat dalam
sempurna. Udara pernafasan akan mengalami
pernafasan, dan menjaga kesehatan tubuh menelan, juga menurunkan rahang bawah dan
secara umum. Penggunaan hidung dan organ mengangkat tulang lidah. Otot milohyoid
yang terlibat dalam proses pernafasan secara termasuk salah satu otot suprahyoid yang
normal, merupakan salah satu ke- kuatan berbentuk segitiga lebar dan membentuk dasar
fungsional penting dalam pertumbuhan tulang mulut.16
wajah dan oklusi gigi-geligi. Bernafas lewat Pergerakan ujung lidah dan dorongan
hidung memungkinkan terjadinya po- la lidah ke depan bawah, dipengaruhi oleh
pergerakan dan fungsi normal struktur wajah aktivitas otot genioglossus yang melekat dari
yang terlibat. Proses ini menye- babkan aponeurosis lingua ke spina mentalis
hubungan yang seimbang antara bibir, gigi dan mandibula. Takahashi dkk. menyatakan
lidah, saat inspirasi mau- pun ekspirasi. 14
bahwa otot genioglossus merupakan otot
Bernafas lewat mulut telah lama utama yang berfungsi dalam pergerakan lidah
diketahui sebagai salah satu penyebab ke depan, dan sebagai otot pernafasan
terjadinya penyimpangan pertumbuhan wajah. tambahan. Song dalam penelitiannya
Penyimpangan tersebut timbul aki- bat ketidak menyebutkan bahwa otot masseter yang
seimbangan aktivitas otot-otot orofasial. berperan dalam proses pengunyahan dan
Vargervik dkk. menyatakan bahwa selama ber- penelanan, juga berperan dalam pernafasan.
nafas lewat mulut terjadi perubahan aktivitas Putz menggambarkan otot masseter sebagai
otot-otot orofasial. Rubin menyebutkan bahwa otot yang memanjang dari angulus mandibula
fungsi abnormal rongga mulut akan (tuberositas mas- seterika) hingga sisi bawah
menyebabkan terjadinya perubahan tekanan (dua per tiga) arkus zigomatikus, dan
otot yang bekerja pada berfungsi utama sebagai otot penutup rahang.17
tulang kraniofasial, sehingga mengha- silkan Proses bernafas lewat mulut dapat
perubahan morfologi kraniofasial. Vig meningkatkan aktivitas otot orbicularis oris,
merumuskan sebuah rangkai- an alur biologis genioglossus dan milohyoid, tetapi
terjadinya penyimpangan pertumbuhan menghambat aktivitas otot masseter. Aktivitas
kraniofasial akibat bernafas lewat mulut. 15
otot milohyoid dan genioglossus meningkat,
Otot-otot di sekitar saluran nafas atas menyebabkan posisi lidah lebih rendah dari
seperti otot genioglossus, masseter, normal dan rahang bawah turun. Peningkatan
milohyoid, dan orbicularis oris, memiliki aktivitas otot
berbagai macam fungsi penting. Otot orbicularis oris menyebabkan bibir atas
orbicularis oris merupakan otot yang melekat terangkat sehingga mulut tetap terbuka sebagai
pada bagian utama bibir dan berfungsi dalam jalan nafas. Ono pada penelitiannya
melakukan pergerakan bibir, cuping hidung, menyimpulkan bahwa aktivitas otot masseter
pipi, dan kulit dagu, sedangkan otot mihohyoid berkurang saat terjadi pernafasan mulut, dan
merupakan otot yang berfungsi untuk akan kembali meningkat bila pernafasan
mengang- kat dasar mulut dan lidah saat dilakukan lewat hidung.18
Otot leher terbagi atas otot-otot bagian anterior berlebih. Harvold dkk. dan
superfisial dan profundi. Otot-otot super- fisial Behlfelt menyatakan bahwa bernafas lewat
meliputi platysma, otot mulut menyebabkan posisi rahang bawah
sternokleidomastoideus, otot trapezius, otot- turun dan lidah berada pada posisi yang lebih
otot in- frahyoid, dan otot-otot suprahyoid, rendah dari normal. Adaptasi postural yang
sedangkan otot-otot skaleni, prevertebralis, terus berlangsung, dapat menyebabkan
otot-otot laring-faring, serta otot-otot tengkuk peningkatan tinggi wajah, erupsi berlebih gigi-
dan skapula, digolongkan sebagai otot-otot gigi posterior, rahang bawah berotasi ke
profundi. Perubahan aktivitas otot-otot belakang dan ke bawah, gigitan terbuka
orofasial dan leher akibat pernafasan mulut, anterior, pening- katan jarak gigit, dan rahang
dapat dihubungkan dengan perubahan postur atas menjadi sempit.20
kepa- la saat bernafas. Brodie dan Mc Coy menyebutkan
Otot sternokleidomastoideus yang bahwa lengkung ra- hang atas yang sempit
berfungsi untuk menegakkan kepala, disebabkan karena perubahan keseimbangan
merupakan otot leher yang aktivitasnya akibat rahang bawah turun, sehingga otot
meningkat saat terjadinya pernafasan mulut. buccinator menekan rahang atas secara
Peningkatan aktivitas otot berlebihan dari arah lateral, sedangkan tekanan
sternokleidomastoideus sehingga kepala lidah pada rahang atas kurang (Gambar 1)
menjadi tegak, akan memudahkan
Sumbatan hidung menyebabkan pernafasan
mulut. Adaptasi postural kranioservikal untuk
melancarkan pernafasan mulut
Adaptasi postural rahang bawah
Penyimpangan pertumbuhan kraniofasial
Adaptasi dentoalveolar inspirasi pada proses Gambar 1. Hubungan antara lidah, gigi dan
bernafas lewat mulut. Woodside dalam pipi pada pernafasan mulut5
penelitiannya menyimpulkan bahwa posisi
Pengaruh Mouth Breathing Terhadap
kepala pada penderita pernafasan mulut lebih
Oklusi Gigi Geligi
tegak sekitar 6° dibanding pasien yang
Proklinasi anterior akibat interposisi
bernafas lewat hidung. Postur kepala yang
bibir bawah yang hipertonik antara gigi
tegak menyebabkan sudut kranioservikal
incisivus rahang atas dan rahang bawah yang
besar, tinggi wajah anterior meningkat,
memicu labioversi dari gigi incisivus rahang
dimensi anteroposterior kraniofasial kecil, dan
atas, hubungan distal mandibula ke maksila,
sudut mandibula yang besar.19
gigitan silang posterior, dan gigitan terbuka
Kerr dan Faria menyatakan bahwa
anterior. Maksila dan mandibula lebih
bernafas lewat mulut menyebabkan rahang
retrognatik pada anak dengan mouth
bawah retrognatik dan pertumbuhan rahang
breathing. Maksila lebih retrognatik karena Antibiotik juga bisa digunakan pada
obstruksi jalan napas atas akibat hipoplasia hipertrofi adenoid untuk menurunkan
sinus maksila dan penyempitan rongga inflamasi lokal. Rhinitis alergi dapat
hidung. 6,18
dirawat dengan antihistamin.22
b. Pembedahan
Pendekatan bedah dapat dilakukan bila
terjadi malformasi kongenital dan tumor
yang dapat menyebabkan obstruksi nasal.22
Gambar 2. Efek mouth breathing pada c. Septoplasti
gigi18 Septoplasti merupakan prosedur operasi

Perawatan Mouth Breathing yang dilakukan untuk koreksi kelainan

Perawatan mouth breathing dimulai septum.22

dengan mengetahui penyebab terjadinya mouth d. Tonsilektomi dan Adenoidektomi

breathing pada anak, misalnya ada tidaknya Tonsilektomi dan adenoidektomi

kelainan saluran napas seperti terjadinya merupakan prosedur pengangkatan

obstruksi nasal, alergi, hipertrofi adenoid, kelenjar limfoid berupa tonsil dan adenoid

hipertrofi tonsil, polip nasal, dan deviasi yang meradang dan mengalami

septum nasal. Penyebab obstruksi nasal pada pembesaran (biasa terjadi akibat adanya

anak dapat ditentukan melalui pemeriksaan infeksi dari virus atau bakteri) pada

riwayat menyeluruh dan fisik, yang meliputi faring.23

rhinoscopy anterior dan nasopharingoscopy. Ada berbagai gejala yang berhubungan

Sebagian pasien mendapat pemeriksaan dengan kebiasaan bernapas melalui mulut.

sefalometri lateral untuk melihat adanya Pengobatan kebiasaan bernapas melalui mulut

obstruksi pernapasan atas.21 Pemeriksaan menurut gejalanya dapat dibagi menjadi

penunjang seperti foto sefalometri lateral dan beberapa faktor berikut:24

tomografi komputer sinus paranasal dapat a. Gingiva dari penderita mouth breathing

membantu untuk menilai komplikasi maupun harus dikembalikan agar sehat dan normal

struktur anatomi hidung untuk menilai adanya dengan melapisi gingiva menggunakan

kelainan.22 Prosedur yang dapat dilakukan petroleum jelly.

untuk menghilangkan obstruksi saluran napas b. Menyingkirkan penyebabnya: agen

yang menyebabkan terjadinya mouth breathing penyebab mouth breathing harus ditangani

pada anak yaitu: terlebih dahulu. Jika ada sumbatan pada


a. Medikasi hidung atau faring, maka pengangkatan

Antibiotik dan steroid topikal diindikasi sumbatan dengan pembedahan atau

bila obstruksi disebabkan oleh infeksi, pengobatan lokal harus dilakukan. Jika

misalnya pada rinosinusitis kronis.


terdapat alergi pernapasan maka harus sama, pasien mencoba memegang kartu
diobati. dengan erat di antara bibir atas dan
c. Menghilangkan kebiasaan: kebiasaan bawah.25
buruk yang terus berlanjut meskipun
obstruksi telah dihilangkan harus
diperbaiki dan dihilangkan.18,24
Metode koreksi yang dapat dilakukan
dalam perawatan mouth breathing yaitu:
a. Latihan
Melatih segel bibir bermanfaat dalam
memperbaiki postur otot yang buruk, yang
diperlukan untuk meningkatkan ketebalan Gambar 3 (a) Latihan menarik
otot dan membantu menciptakan segel bibir (b) Latihan menekan bibir (c)
bibir yang baik sehingga memudahkan Latihan menggembungkan bibir (d)
pasien mendapatkan kebiasaan normal. Latihan menarik kartu25
Latihan pada bibir juga meningkatkan
Kesimpulan
ukuran bibir dan meningkatkan fungsi
Berdasarkan hasil pembahasan
bibir pada individu dengan bibir kecil dan
mengenai pengaruh bernafas lewat mulut
tidak kompeten.
terhadap struktur kraniofasial dan gigi-geligi,
Jika ada pasien dengan bibir atas
maka dapat disimpulkan bahwa:
pendek dan hipotonik, pasien diminta
1. Bernafas lewat mulut berpengaruh
untuk menahan bibir atas dan atas bibir
terhadap struktur kraniofasial, menye-
bawah tanpa membuka mulut. Waktu
babkan rahang bawah berotasi ke
penahanan adalah 30 detik dengan
posteroinferior, pertumbuhan rahang
frekuensi 15 sampai 20 kali sehari. Hal ini
bawah dalam arah vertikal berlebih,
akan meningkatkan tonisitas bibir atas.24
rahang atas dan bawah retrognatik, serta
Latihan bibir lainnya dilakukan
kontraksi lengkung gigi rahang atas.
dengan menutup rapat kedua bibir yang
2. Bernafas lewat mulut juga bepengaruh
membantu meningkatkan kompetensi.
terhadap gigi-geligi, cenderung
Latihan lainnya yaitu pemaksaan udara
menimbulkan maloklusi Angle Kelas II
atau cairan di antara bibir atas dan bawah
divisi 1, peningkatan jarak gigit, gigitan
dan memajukan bibir ke ekstensi terjauh.
terbuka anterior, gigitan silang posterior,
Ini harus diulang 5-10 kali/hari.Terdapat
dan gigi berjejal.
pula “latihan tarik kartu” yang mengikuti
prinsip tarik tambang, di mana pasien
Daftar Pustaka
memegang kartu dengan satu tangan dan
mencoba menariknya. Pada saat yang
1. Koch G, Poulsen S. Pediatric dentistry a 10. Suryati I, Primal D, Isnaini PSY.
clinical approach. 2nd Ed. United Perbedaan active cycle of breathing
Kingdom: WileyBlackwell, 2019. pp. 34 technique dan pursed lips breathing
2. Singh S, Awasthi N, Gupta T. Mouth technique terhadap frekuensi nafas nafa
breathing - it’s consequences, diagnosis pasien paru obstruksi kronik. Prosiding
and treatment. Acta Scientific Dent seminar kesehatan perintis. 2018;1(2):17-
Sciences. 2020; 4(5): 35 24.
3. Denotti G, Ventura S, Arena O, Fortini A. 11. Yuanisa S, Malik I, Saptarini R.Persentase
Oral breathing: new early treatment maloklusi angle klas II divisi 1 pada anak
protocol. J Ped and Neo Ind Med. 2014; dengan kebiasaan bernapas melalui mulut.
3(1): 3 J Ked Gi Unpad. Desember.
4. Jain A, Bhaskar DJ, Gupta D, Yadav P, 2016;28(3):191-6.
Dalai DR, Jhingala V, et al. Mouth 12. Manalip PH, Anindita PS, Tendean L.
breathing: a menace to developing Gambaran kebiasaan bernafas melalui
dentition. J Con Dent. 2014; 4(3): 146 mulut dan gigi berjejal anterior pada siswa
5. Colbert B, Ankney J, Lee KT. Anatomy SD Negeri 46 Manado. e-Gigi.
and physiology for health professions: an 2020;8(1):22-7
interactive journey. 4th Ed. United 13. Feroza NA., Fajar KDK, Wibowo D.
Kingdom: Pearson Education, 2019. p. Hubungan antara kebiasaan buruk
303 bernapas melalui mulut dan tingkat
6. Ward JPT, Ward J, Leach RM. The keparahan maloklusi di SMPN 4
respiratory system at a glance. 3rd Ed. banjarbaru dan SMAN 4 banjarbaru;
United Kingdom: Wiley-Blackwell Dentino (Jur. Ked. Gigi). Maret
Publishing, 2010. p. 10 2017;2(1):39 – 43

7. Laguhi VA, Anindita PS, Gunawan PN. 14. Singh S, Awasthi N, Gupta T. Mouth
Gambaran maloklusi dengan breathing-its consequences, diagnosis &
menggunakan HMAR pada pasien di treatment. ACTA Sci Dent Scienecs.
rumah sakit gigi dan mulut universitas sam 2020;4(5):34
ratulangi manado. Jurnal e-gigi (eg). 15. Bhalajhi SI. Orthodontics: The art and
2014;2(2). science 5th Ed. New Delhi: SK Arya.
8. Kusuma ARP. Bernapas lewat mulut 2013.104.p.
sebagai faktor ekstrinsik etiologi 16. Sharifkashani S, Dabirmoghaddam P,
maloklusi. J Maj Ilmiah Sult Agu. Kheirkhah M, Hosseinzadehnik R. A new
2012;48(123):1-19. clinical scoring system for adenoid
9. Finn SB. Clinical pedodontics 4th Ed. hypertrophy in children. ijorl.
London: W.B. Saunders Co; 2003. 370-84 2015;27(78):59 37
17. Alam MK. A to z orthodontics. Malaysia:
PPSP Publication; 2012. 3 p.
18. Wahyuningsih, dkk. Perawatan maloklusi
angle klas I dengan gigi depan crowding
berat dan cross bite menggunakan teknik
begg pada pasien dengan kebersihan mulut
buruk. Maj Ked Gi. 2014;21(2):205
19. Grippaudo C, Paolantonio EG, Antonini
G, Saulle R, La Torre G, Deli R.
Association between oral habits, mouth
breathing and malocclusion. Associazione
fraabitudini viziate, respirazione orale
emalocclusione. ACTA Otorhinolaryngol
Italian.2016;36(5): 386-94.
20. Proffit RW, Fields WH, Sarver MD,
Contemporary orthodontics. 6th ed.
London :Elselvier; 2019. 3-4, 107, 132 p.
21. Premkummar S, Textbook of orthodontics.
New Delhi : Elselvier; 2015. 176-7 p.
22. Ahmad MH. Overjet problems at the
growing child, case report using the twin
block appliance. JDMFS. April
2017;2(1):49-53.
23. Dawlatly M, M Mona, Fayed, Mostafa Y.
Open bite malocclusion: Analysis of the
underlying components. Dent Oral
Craniofac Res. 2015;1(1):19-24.
24. Wajid MA, Chandra P, Kulshrestha R,
Singh K, Rastogi R, Umale V. Openbite
malocclusion. JOHCS. Jan 2018;3:11-20.
25. Rahardjo P. Diagnosis Ortodonti.
Airlangga university press. 2008;46-8

Anda mungkin juga menyukai