Anda di halaman 1dari 8

SKENARIO

Afdal, mahasiswa berumur 20 tahun, dating ke orthodontist, dengan keluhan merasa kurang nyaman dalam penampilan giginya.
Pasien merasa giginya tonggos dan tidak beraturan. Orthodontist tersebut melakukan anamnesa pada pasien tersebut. Pada
anamnesa diketahui, pasien pada waktu kecil suka menghisap ibu jari dan saat sd kelas 4 sudah tidak melakukan kebiasaan itu
lagi. Pasien memiliki riwayat sinusitis. Pasien juga menceritakan bahwa, adik pasien pernah menyampaikan kepada orang tua
mereka, apabila pasien tidur sering mendengkur. Orthodontist tersebut kemudian melakukan pemeriksaan gigi geligi pasien,
mengamati wajah pasien, melakukan pencetakan gigi-gigi pasien, dan pasien diebrikan pengantar untuk melakukan foto
rontgen. Orthodontist memberitahukan kepada pasien kemungkinan ada beberapa gigi yang dicabut. Orthodontis kemudian
memberikan jadwal temu janji untuk pertemuan berikutnya.
II. PEMBAHASAN
A. BAD HABBIT
Kebiasaan buruk dapat terjadi pada anak dalam masa pertumbuhan dan perkembangan. Kebiasaan buruk
tersebut antara lain menghisap jari, bernafas melalui mulut, menghisap dan menggigit bibir, memajukan rahang ke
depan, mendorong lidah, atau menggigit kuku. Kebiasaan tersebut lebih dikenal sebagai oral habit. Oral habit
merupakan perilaku normal pada bayi. Biasanya bersifat sementara dan hilang dengan sendirinya pada usia sekitar 3-4
tahun. Oral habit tidak akan menyebabkan masalah yang berarti pada rongga mulut pada saat itu, karena pada dasarnya
tubuh dapat memberikan respon terhadap rangsangan rangsangan dari luar semenjak dalam kandungan. Respon tersebut
merupakan pertanda bahwa perkembangan psikologis anak sudah dimulai, yang terlihat dari tingkah laku spontan atau
reaksi berulang Permasalahan akan muncul ketika oral habit tersebut terus berlanjut hingga anak mulai memasuki usia
sekolah dimana kebiasaan ini terus dilakukan karena orang tua yang kurang memperhatikan anaknya.
1. Kebiasaan Buruk (Bad Habit) Penyebab Maloklusi :
Kebiasaan jelek mempunyai pengaruh yang besar pada maloklusi, khususnya pada masa periode gigi
bercampur. Salah satunya adalah kebiasaan menghisap jari, kebiasaan ini menyebabkan protrusi insisivus permanen atas
juga merintangi perkembangan lengkung mandibula. Kebiasaan buruk atau Bad Habit yang sering dilakukan secara
berulangulang oleh anak-anak dapat berakibat pada gigi dan jaringan pendukungnya, yaitu antara lain:
a. Menghisap jari
Mengisap ibu jari bukanlah suatu penyebab atau gejala dari masalah fisik atau psikologis (Dionne,
2001). Beberapa kasus menunjukkan kebiasaan mengisap ibu jari dapat menjadi masalah karena ada
kemungkinan terjadinya misalignment gigi permanen jika seorang anak yang berusia lima atau enam tahun
masih melakukan kebiasaan mengisap ibu jari. Oral habit ini dapat menyebabkan perubahan bidang incisal gigi
seri, yaitu retroklinasi pada gigi incisivus rahang bawah dan proklinasi pada gigi incisivus rahang sehingga
meningkatkan overjet dan menciptakan crossbite bukal unilateral yang berhubungan dengan pergeseran
mandibula. Hal tersebut juga dapat mengubah rasio antara bagian atas dan bawah ketinggian wajah anterior.
Akibatnya posisi gigi depan jauh lebih maju dari gigi bawah, dan terjadi open bite (Millett and Welbury, 2005;
Dionne, 2001). Kebiasaan mengisap jari timbul pada anak-anak pada usia 1-2 tahun. Dan jika dibiarkan terus
menerus sampai usia 5 tahun atau lebih dapat berakibat kelainan pada posisi gigi. Kebiasaan menghisap jari
dapat menyebabkan abnormalitas cavum oris dan struktur sekelilingnya, secara anatomis dapat menyebabkan
anterior open bite yaitu suatu bentuk kelainan gigi anterior atas dan bawah terdapat overlapping saat oklusi,
sehingga terbentuk celah terbuka pada saat oklusi. Pada saat menghisap jari terjadi perubahan tekanan dalam
cavum oris. Hal ini karena saat mengisap, lidah terdorong kebawah oleh jari sehingga terpisah dari palatum.
Kemudian kontraksi otot orbicularis dan buccinators secara terus-menerus terpisah menyebabkan arks
maksillaris kolaps sehingga terjadi crossbite, yaitu suatu kelainan dimana gigi superior pada sis bucal masuk
lebih kedalam dibanding gigi inferior.
b. Bernapas lewat mulut
Jika anak mengalami gangguan pada rongga hidung, maka dia akan bernapas melalui rongga mulut.
Kebiasaan napas dari mulut dapat menyebabkan maloklusi dengan gigi anterior atas retrusi, atau berjejal atau
protrusi. Jalan nafas mempunyai dua jalur yaitu rongga hidung dan rongga mulut, seseorang individu
mempunyai variasi tersendiri dalam bernafas, salah satunya adalah dengan sering menggunakan rongga mulut
daripada hidung. Bernafas dengan cara ini dapat mengubah postur tulang rahang , kepala dan lidah, dan hal ini
dapat mengubah tekanan keseimbangan dari tulang rahang dan posisi gigi. Bernafas pada mulut dapat
menurunkan posisi mandibula dan lidah, serta memperpanjang kepala, tinggi wajah akan meningkat dan gigi
posterior akan mengalami super-eruption (erupsi yang berlebihan) sedikit terjadi pertumbuhan vertikal pada
ramus mandibula, menyebabkan open bite anterior, overjet serta meningkatkan tekanan bidang otot dari bukal
yang disebabkan oleh penyempitan pada lengkung maksila. Pernafasan dari hidung juga mempunyai resiko
namun lebih bersifat infeksi kronik yang diakibatkan terlalu lamanya inflamasi dari nasal mukosa yang
diakibatkan oleh bahan alergen.
B. SINUSITIS
Sinusitis merupakan suatu proses peradangan pada mukosa atau selaput lender sinus paranasal. Akibat
peradangan ini dapat menyebabkan pembentukan cairan atau kerusakan tulang di bawahnya. Sinus paranasal

adalah rongga-rongga yang terdapat pada tulang-tulang di wajah. Terdiri dari sinus fronta (di dahi), sinus etmoid
(pangkal hidung), sinus maksila (pipi kanan dan kiri), sinus sphenoid (di belakang sinus etmoid).
Penyebab sinusitis ada 2 yaitu:
a. Rhinogenik
Semua kelainan pada hidung yang dapat mengakibatkan terjadinya sumbatan; antara lain
infeksi, alergi, kelainan anatomi, tumor, benda asing, iritasi polutan, dan gangguan pada mukosilia
(rambut halus pada selaput lendir).
Gejala yang dialami:
Minor: sakit kepala, demam dan disertai dengan nafas yang bau
Mayor: adanya nyeri di seluruh wajah dan obstruksi hidung
Tidak dapat mengeluarkan mukus secara langsung dari hidung
Selalu mengeluh pusing dig labella
Mukus yang dihasilkan bau sehingga pasien merasa kalau hidungnya bau
Mukus bening dan cair
b. Dentogenik
Adanya infeksi yang berasal dari gigi, biasanya pada gigi P1 dan P2 lalu disusul oleh M1 dan
M2. Gigi yang paling jarang terjadi itu gigi C.
Gejala yang dialami:
Biasanya hanya terjadi pada satu sisi
Selalu ada kelainan periapikal dan periodontal
Rasa sakit lebih hebat dari pada rhinogenik
Penjalaran lebih lambat dari pada rhinogenik
Timbul pertanyaan sesuai dengan skenario yakni :
1. Pengaruh riwayat sinusitis terhadap keadaan gigi yg tonggos yg tidak beraturan
Sinusitis mengkondisikan bernafas lewat mulut. Akan tetapi walaupun sinusitis sudah hilang pasien
biasanya masih mempunyai kebiasaan bernafas lewat mulut. Kebiasaan bernafas lewat mulut mengakibatkan
posisi lidah dan mandibula menganga sehingga mandibula mengalami pertumbuhan dimensi vertikal menjadi
bertambah panjang (sindrom wajah panjang). Palatum tinggi dan sempit yang diakibatkan bernafas melalui
mulut diakibatkan karena posisi gigi yang menekan ke arah lateral.
2. Hubungan antara mendengkur dengan sinusitis
Karena biasanya orang yang mempunyai riwayat sinusitis saat bernafas tidak melalui hidung tetapi
melalui mulut. Sehingga mengakibatkan kebiasaan mendengkut saat beristirahat (tidur) dan untuk mengatasi
kebiasaan bernafas lewat mulut menggunakan alat oral screen
3. Patofisiologi timbulnya kebiasaang mendengkur saat tidur
Awalnya dari ada kebiasaan bernafas lewat mulut dan adanya sinusitis , terjadi juga pada saat dia
sedang tidur. Suara mendengkur timbul akibat turbulensi (gerak bergolak tidak teratur yg merupakan ciri gerak
zat alir) aliran udara pada saluran nafas bagian atas tersumbat. Tempat terjadinya sumbatan biasanya di basis
lidah atau palatum. Sumbatan terjadi akibat kegagalan otot-otot dilator saluran nafas atas menstabilkan jalan
nafas pada waktu tidur di mana otot-otot faring berelaksasi, lidah dan palatum jatuh ke belakang sehingga
terjadi obstruksi.
4. Untuk menghilangkan kebiasaan tidur dengan mendengkur ada beberapa solusi diantaranya :
- Lihat dari etiologi sinusitis (bisa disebabkan septum deviasi)
- Dilihat dari perkembangan anak yg bernafas lewat mulut, antisipasinya menggunakan oral screen
- Kalau sinusitis sudah sembuh biasanya saat tidur posisi tidur miring
5. Dampaknya pengaruh riwayat sinusitis terhadap gigi yang di cabut
Gigi premolar berdekatan dengan sinus jika pencabutan tidak benar (seperti tekhnik operator)
berpengaruh pada mukosa atau ruang pada sinus sehingga mengakibatkan radang sinus(sinusitis). Untuk
meringankan sinusitis dengan cara mendrainase sinusitisnya. Kalau Sinusitis masih terjadi peradangan sinusitis
bisa di drainase. Tetapi jika sinusitis sudah menjadi riwayat penyakit, sinusitis bisa hilang atau sembuh dengan
sendirinya.
C. PERAWATAN ORTHODONTIK
Perawatan orthodontik mencakup memperbaiki anomali dari oklusi dan posisi gigi-gigi sejauh
dibutuhkan dan sebisa mungkin. Sampai saat ini, rencana perawatan yang cermat berperan penting seperti
halnya perawatan itu sendiri, karena bila tidak direncanakan dengan kaurat, perawatan tidak akan bsa berhasil.
Sebelum perawatan di rencanakan, harus dilakukan penilaian yang memadai dan situasi yang ada, dan
tahap-tahap penilaian serta perencanaan yang bisa dikelompokkan sebagai berikut :
Informasi latar belakang. Di dalam perawatan orthodontik tidak bisa dianggap sebagai suatu bagian tersendiri,
tetapi harus dipertimbangkan sebagai bagian dari program perawatan gigi secara keseluruhan. Diperlukan
informasi mengenai usia pasien dan tingkat kesadarannya mengenai masalah yang dialaminya, setiap perawatan
gigi yang sudah pernah dijalaninya, dan sikap pasien terhadap perawatan, selain riwayat medis dan kondisi

kesehatan. Rincian dari kondisi kesehatan rongga mulut, diet, dan kebiasaan pasien dalam membersihkan
mulutnya juga berperan penting. Jika pasien masih anak-anak, perlu juga untuk memeriksa tingkat kesadaran
orangtua dan sikapnya terhadap perawatan.
Penilaian variasi oklusal. Sumber variasi yang utama terdapat pada hubungan lengkung gigi antero-posterior
dan lateral, pada hubungan incicivus vertikal, kondisi gigi-gigi yangcrowded atau diastema, dan pada semua
posisi gigi individual.
Penilaian menganai faktor-faktor rtiologi, dan yang membatasi perawatan. Faktor faktor etiologi utama yang
berperan sampai batas tertentu dalam sebagian besar maloklusi, adalah hubungan skeletal, fungsi otot-otot
mulut, dan ukuran gigi geligi dalam hubungannya dengan ukuran tulang rahang.
Tujuan perawatan orthodontik diantanya adalah 1). Memperbaiki malrelasi, maloklusi dan malposisi
2).Memperbaiki sistem pengunyahan, sistem bicara dan estetiknya 3).Mengembalikan kepercayaan diri pasien
4).Untuk memperbaiki kelainan dentofacial kecuali M3 karena pertumbuhan M3 terjadi belakangan 5).Untuk
memperbaiki lengkung gigi yg ideal, oklusi ideal, fungsional normal 6).Untuk memperbaiki gigi atau gusi
(OH)
1. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam melakukan perawatan orthodontik :
a. pencetakan gigi saat melakukan perawatan orthodontik,fungsi dari pencetakan gigi diantaranya adalah :
- Untuk mengetahui analisis model study yg bertujuan untuk mengetahui lebar mesial distal dari masing
masing gigi, bentuk dan ukuran rahang, dan juga untuk mengetahui relasi Molar
- Untuk mengetahui apakah lebar lengkung basal dan lengkung gigi untuk perawatan ortho selanjutnya
- Untuk mengetahui dan mengkoreksi maloklusi, malrelasi, dan malposisi
- Sebagai alat peraga tiga dimensi. Bisa merupakan suatu media atau sarana untuk menjelaskan kepada
pasiennya.
- Untuk penjelsan kepada ortu pasien, lebih bisa memahami dgn adanya gambaran tsb
- Untuk menganalisis kebutuhan ruang (metode pont,howes)
b. Analisis Foto rontgen
Foto rontgen yang sering digunakan dalam orthodontic yaitu panoramic dan sefalometri
Panoramik : Untuk menentukan keadaan gigi dan jaringan pendukungnya secara keseluruhan dalam satu Ro foto,
Untuk menentukan urutan erupsi gigi, dll.
Sefalometri sekarang semakin dibutuhkan untuk dapat mendiagnosis maloklusi dan keadaan dentofasial secara lebih
detil dan lebih teliti tentang:
Pertumbuhan dan perkembangan serta kelainan kraniofasial
Tipe muka / fasial baik jaringan keras maupun jaringan lunak
Posisi gigi-gigi terhadap rahang
Hubungan rahang atas dan rahang bawah terhadap basis cranium
Keuntungannya dapat diperoleh informasi mengenai morfologi dentoalveolar, skeletal dan jarinagn lunak pada 3
bidang, yaitu sagital, transversal, dan vertical
Analisis sefalometri
Analisis kecembungan profil Subtelny :
- Profill skeletal (sudut N-A-Pog) : Klas I : 174 , Klas II 178 , Klas III : 181
- Profil Jar Lunak (sudut N-Sn-pog) : Klas I : 159 , Klas II 163 , Klas III : 168
- Profil total jar lunak (sudut N-No-pog) : Klas I : 133 , Klas II 133 , Klas III : 139
(N/n= Nasion, A= Subspinale, Sn = subnasale, No = puncak hidung, Pog = Pogonion)
Analisis Steiner dengan mengukur besar :
- Sudut SNA (normal 82) , >82 maksila protrusif , < 82 maksila retrusif
- Sudut SNB (normal 80) , > 80 mandibula protrusif, < 80 mandibula retrusif
- Sudut ANB, bila titik A di depan titik B (normal rata-rata 2): klas I skeletal/ ortognatik, bila titk A jauh didepan
titik B (>>2/ positif) : klas II skeletal/ retrognatik, bila titik A jauh di belakang titik B (<<2 /negatif ) : klas III
skeletal/prognatik
titik-titik dalam analisis sefalometri
- Titik cranial
Sella tursika (S): titik tengah fossa hipofisial
Nasion (N): titik paling anterior sutura frontalis pada bidang sagital tengah ujung tulang
Porion (P): titik paling luar dan paling superior ear rod
- Titik mandibula
Gonion (Go): titik perpotongan garis singgung margin posterior ramus assenden dan basis mandibula
Supramentale (B): titik paling dalam antara infradental dan pogonion
Pogonion (Pog/Pg): titik paling anterior tulang dagu, pada bidang tengah
Menton (Me): titik paling inferior dari simfisis atau titik paling bawah dari mandibuka

Gnathion (Gn): titik paling anterior dan paling inferior dagu


Titik maksila
Orbita (Or): titik yang paling bawah pada tepi bawah tulang orbita
SNA
SNP
Subspinale (A): titik paling dalam antara spina nasalis anterior dan prosthion
Titik jaringan lunak
Glabella
Pronasal (P/Pr): titik paling anterior dari hidung
Sulcus labial superior (SLs): titik tercekung diantara Sn dan Ls
Inferior labial sulcus (Ils): titik paling cekung diantara Li dan pogonion kulit juga dikenal sebagai
sulkus labiomentalis
Pogonion kulit (Pog): titik paling anterior pada jaringan lunak dagu

Tujuan
-

dilakukan foto rontgen adalah :


Untuk menentukan tahap pengobatan selanjutnya,
jika terjadi sinusitis, foto rontgen bertujuan untuk
mengetahui penebalan pada dinding sinus
untuk mengetahui posisi akar , dan apakah ada kelainan maloklusi tipe dental dan skeletal dan tidak bisa
diamatai secara klinis
untuk mengetahui gigi yg sudah erupsi atau blm erupsi atau akan erupsi
foto rontgen panoramik untuk melihat adanya gigi ektopik atau impaksi, untuk mengetahui ada atau
tidaknya gigi supernumerary, evaluasi trauma
foto rontgen sefalometri dibagi menjadi 2 cara yakni ada dari lateral (untuk mengetahui dimensi vertikal
antero-post, apakah dia ortonaktik,retroknatik, proknatik) dan dari frontal (bisa untuk menganalisis dari
wajah si pasien)
untuk mempermudah mendiagnosis suatu kasus.
Untuk mengetahui jaringan periodontal
Untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembangand dari skeletal

c. Pencabutan gigi
Pencabutan gigi sangat penting dilakukan di dalam melakukan perawatan ortho. Adapun faktor- faktor yang harus
diperhatikan dalam pencabutan gigi di pewatan orthodontik :
o Posisi gigi yg berjejal
o Kondisi gigi (karies,fraktur)
o Posisi gigi-gigi geligi secara keseluruhan (malposisi, sulit untuk diperbaiki susunanannya, apeks gigi yg
sulit dirawat)
o Kekurangan ruangnya banyak atau sedikit ( < 6 mm tidak ekstraksi, kalau > 6 mm di ekstraksi)
Kontra Indikasi pencabutan gigi di dalam melakukan perawatan orthodontik adalah Jika lengkung basal di
ekspandaer berarti tidak indikasi pencabutan.
D. PROSEDUR PERAWATAN ORTHODONTIK :
1. Rencana perawatan :
Menyatakan tentang tahap-tahap yang akan dilakukan dalam proses perawatan, disusun sesuai urutan kronologi
tahap perawatan sesuai dengan masing-masing kasus yang dihadapi, misalnya:

Bisa menghilangkan focal infeksinya : Rujuk ke THT terlebih dahulu, Menghilangkan lendir
terlebih dahulu,Mengobati infeksi di sinusnya
o Menghilangkan bad habbit (bernafas lewat mulut)
o Tahap- tahap rencana perawatan orthodontik :
Dilihat dari tipe dan jumlah pergerakan gigi yang akan mempengaruhi jumlah pergerakan
tekanan dan pesawat yg dibutuhkan dan tipe perawatan yang akan digunakan (dilihat ada
gerakan typingnya/bodyling apa tidak)
Ruang yang dibutuhkan
Melakukan pencabutan giginya, pencabutan gigi seringnya pada gigi P1 karena letak di
tengah kuadran lengkung dan biasanya memberikan ruang pada posisi yang
menguntungkan. Di indikasikan pada gigi P2 karena giginya yang benar - benar crowded
sehingga bisa dilakukan pencabutan pada gigi P2.
Menentukan pesawatnya serta membuat retensi
2. Pemeriksaan orthodontik selain di skenario :
o Keadaan OH (kebersihan mulut, keadaan gingiva,kondisi gigi geligi)
o Dilihat hubungan skeletal (simetri atau tidak)
o Keadaan lidah (makroglosia atau tidak)
o Ada tidaknya bad habbit yg lain
o Keadaan bibir (untuk mengetahui pada saat waktu istirahat)
o Foto facial bagaiman profil wajahnya , untuk mnegetahui bagaimana penutupan kontruksi
bibirnya. Untuk mengetahui bibir tersebut masih kompeten atau tidak. Untuk mengetahui pada saat
tertawa giginya sampai P atau M
o Posisi dan oklusi gigi geliginya (gigi erupsi atau belum erupsi)
o Inkinasi incicivus overjet atau overbite
o Ukuran gigi geligi dengan hubungan ukuran rahang untuk mengetahui potensi crowded
o Analisis oklusal untuk mengetahui crossbite atau openbite
o

E. PENENTUAN DIAGNOSA
Dalam diagnose ini menyatakan tentang:
Kalsifikasi maloklusi berdasarkan hubungan gigi M1 atas dan bawah pasien sesuai dengan kalsifikasi
Angle: kelas I, II, atau III, bila diperlukan dilengkapi dengan keterangan divisi dan subdivisinya
Tipe maloklusinya dan komponen dentofasial yang dilibatkan: skeletal, dental, atau dentoskeletal
Malrelasi gigi lainnya
Malposisi gigi individual yang ada
Kelainan-kelainan lain yang melibatkan maloklusi pasien: misalnya impaksi, agenese, dll
Bad habit (jika ada)
Menurut skenario diagnosa dari kasus adalah Protusif anterior maloklusi tipe dentoskeletal. Karena terlihat gigi pasien
secara klinis terlihat klasifikasi Angle kelas II yakni tonggos, maxilla lebih condong ke depan daripada mandibula serta
mengapa maloklusi tipe dentoskeletal dikarenakan pasien mempunyai kebiasaan buruk (bad habbit) menghisap ibu jari
saat pasien kelas 4 SD mengakibatkan palatum menjadi tinggi dan sempit serta pasien juga mempunyai riwayat
sinusitis.
F. PROGNOSIS
Prognosis yaitu perkiraan tentang kemungkinan keberhasilan perawatan yang akan dilakukan untuk menghasilkan
sebuah kesimpulan yang baik, buruk, atau meragukan.
Disini seorang dokter gigi menginginkan prognosis dari hasil perawatan orthodontik yang sesuai dengan kasus diatas
baik dan mampu mengembalikan lengkung gigi yang ideal, oklusi ideal serta fungsional yang normal pada kelainan
yang dialami oleh pasien.

IV. CONCEPT MAPPING

PEMERIKSAAN
PEMERIKSAAN
ANAMNESA
ANAMNESA

BAD HABBIT
BAD HABBIT
SINUSITIS
SINUSITIS

MOUTH
MOUTH
BREATHING
BREATHING

INTRA ORAL
INTRA ORAL
PEMERIKS
PEMERIKS
AAN
AAN

PEMERIKSAAN
PEMERIKSAAN
KLINIS
KLINIS

EKSTRA
EKSTRA
ORAL
ORAL
STUDY
STUDY
MODEL
MODEL

RONTGEN
RONTGEN
PEMERIKSAAN
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
PENUNJANG
FOTO
FOTO
PROFIL
PROFIL

DIAGNOSA
DIAGNOSA

ANALISA
ANALISA

RENCANA
RENCANA
PERAWATAN
PERAWATAN
1.
-

SEFALOMETRI :
Radiografi yg distandarisasi dan biasa dipergunakan dibidang orthodonsi atau penyakit surgery
Digunakan untuk mengetahui morfologi gigi, dan keadaan RM dan perawatan yg akan digunakan
Pemeriksaan untuk menegakkan diagnosis dan menentukan bentuk wajah
Suatu tehnik untuk meabstaraksikan kepala manusia dalam skema geometri, biasanya dua dimensi yg dsb
sefalogram, dari situ kita memakai analisis sefalometri
Merupakan pengukuran yg bersifat kualitatif untuk mendapatkan info ttg pola kraniofasial

2. FOTO RONTGEN OPG:


- Sebuah panorama dental X rays dari atas dan bawah rahang yg menunjukkan dua dimensi stengah lingkaran dari
telinga ke telinga
- Digunakan untuk mengevaluasi pola erupsi pertumbuhan dan perkembangan gigi geligi serta mendeteksi penyakit
dan mengevaluasai trauma
3. PROFIL WAJAH CEMBUNG :
- Profil wajjah dimana memiliki bentuk cembung, karnaa adanya kelainan pertumbuhan gigi dan rahang biasanya
maloklusi kelas 2
4. TRACING SEFALOMETRI:
- Garis garis yang penting dari sefalogram
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.

STEP 2
Apa diagnosis dari skenario ?
Apa etiologi dari bad habbit tsb ?
Apakah ada hubungan kondisi antar ayah dan anak di dalam skenario ?
Rencana perawatan dalam skenario ?
Macam macam bentuk profil wajah seseorang ? dan cara menentukan profil wajah ?
Cara menghitung kebutuhan ruang dari rontgen opg ?
Fungsi dari sefalometri ?
Macam2 metode analisa pencarian ruang ?
Etiologi maloklusi ?
Syarat syarat dilakukan foto rontgen OPG dan sefalometri
Apa saja tracing sefalometri ?
STEP 3

1. Apa diagnosis dari skenario ?


- Kelas 2 divisi 2 karena terdapat overbite yg dalam beserta overjet (deepbite) disertai bad habit, bisa jug proklinasi
- Kelas 2 divisi 1 Kelainannya karena dari dental karena punya bad habit menghisap jari dan bernafas lewat mulut
- kelas 1 angle tipe 2 juga terdapat deepbite dan bad habitnya sama dengan skenario dan bernafas lewat mulut
- kelas 2 divisi 1 soalnya bibbir bawah berada di gigi anterior atas, bisa karena mouthbreathing
2. Apa etiologi dari bad habbit tsb ?
- Faktor emotional dan psikologi anak
- Mouthbreathing : fisiologis(karena adanya pembesaran adenoid) dan habitual (tetap dilakukan apabila keadaan
fisiologisnya sudah dilakukan)
3. Apakah ada hubungan kondisi antar ayah dan anak di dalam skenario ?
- Mempengaruhi maloklusi : keturunan antara ayah dan ibu
- Ukuran rahang bawah yg kecil dan rahang atas besar
- Dari genetik biasanya ayah menurunkan ke anak perempuannya
- Bad habbit juga bisa menurun kepada anak misalnya pd kondisi mouthbreathing
- ada gangguan polip atau kelenjar adenoid yg membesar
- penurunan genetis dari kondisi rahang, perpaduan antara rahang ayah dan ibu.
4. Rencana perawatan dalam skenario ?
- Menghilangkan badhabbit : memberikan sarung pd jempol dan memberi paitan
- Mouthbreathing :
- Ortho : removable dan fixed
- Tumbsucking : diberi guard
- Keprawatan ortho, rontgen, sefalometri , penghitungan kebutuhan ruang, ortho
- Dilakukan pencarian ruang, dilakukan tindakan scalling, pengukuran lengkung gigi, penyesuaian oklusi, perawatan
ortho
5. Macam macam bentuk profil wajah seseorang ? dan cara menentukan profil wajah ?
- Cembung: anteface(2 garis yg membentuk sudut cekung terhadap jaringan, maksila progeratif, mandibula
retrogenatif contohnya :maloklusi tipe 2 divisi 1 ), cekung retrogface(2 garis membentuk sudut jaringan cembung
yg dikaitkan mandibula prognatif dan maksila retrogenatif contohnya kelas 3 maloklusi) dan datar: averageface (2
garis membentuk garis lurus)
- Kelas 1 : cembungnya 174 derajat
- Kelas 2 : cembungnya 178 derajat
- Kelas 3 : cembungnya 181 derajat
6. Ttik apa saja yg mengetahui bentuk profil wajah??
-

7. Cara menghitung kebutuhan ruang dari rontgen opg ?


- Menghitung perbedaan jumlah mesiodistal gigi geligi dengan tempat yg tersedia
8. Fungsi dari sefalometri ?
- Menegakkan diagnosis ttg kelainan kraniofacial tipe muka dan posisi gigi dengan rahangnya
- Rencana perawatan
- Memperkirakan pertumbuhan kraniofacialnya
- Memeriksa relasi gigi sebelum, selama, dan sesudah perawatan
- Mendiagnosis maloklusi dan dentofacial
- Pertumbuhan dan perkembangan serta kelainan kraniofacial
- Tipe muka: jaringan keras dan lunaknya
- Posisi gigi terhadap rahangnya
- Hubungan RA dan RB basis kranii
- Merencanakan perawatan orthodontik
- Evaluasi kasus : dibandingkan sefalometri sebelum dan sesudah perawatan
- Analisa profil wajah antar struktur agar dapat mengetahui keterangan profil wajah yg berperan dalam terjadinya
maloklusi
9. Macam2 metode analisa pencarian ruang ?
- Gig campur : moyes atau barendonk
- Permanen : howes untuk mengetahui basis cukup untuk memuat gigi geligi dan mengukur jarak mesiodistal dari m1
kanan dan kiri.
- Howes (sudut i dari i membentuk inter p ) dan ponds(mengukur dari lengkung p ke p )
10. Etiologi maloklusi ?
- Faktor ekstrinsik :
Malnutrisi pd masa prenatal dan post natal
Kelainan kogenital dan bad habit
- Faktor intrinsik :
Anomali bentuk gigi
Frenulum yg abnormal
Gangguan metabolisme : endokrin
Trauma
Kelainan jumlah gigi
- Tumbsucking : periode gigi permanen akan menyebabkan gigi i nya protusif anterior RA jumlah gigi yg protusif
tergantung dari letak jari, dan berapa jari
- Mouthbreathing : jg bisa menyebabkan i RA protusif
- Tergantung dari intensitas, durasi, dan waktu
- Hilangnya gigi decidui
- Gangguan perkembangan gigi : pd orang anodontia, supernumerary pertumbuhan gigi yg berlebihan, oligodontia
gigi yg bergeser
- Gigi sulung yg tanggal prematur
11. Indikasi dilakukan foto rontgen OPG dan sefalometri
12. Apa saja metode titik tracing sefalometri ?
- Titik kranial : titik s atau ,sella yaitu titik tengah selatursica, titik n atau nation yaitu titik perpotongan bidang
sagital, titik orbital dibawah rongga mata, titik porion yaitu titik atas dari ponus akustinus portikus
- Titik maksila
- Titik mandibula
- Titik jaringan lunak
13. Mekanisme terjadinya maloklusi karena adanya bad habbit?
- Mouthbreathing: tekanan didalam mulut menekan udara keatas posisi lidah dibawah tekanan dari otot
bucinator palatum sempit dan dalam menyebabkan gigi i maju kedalamannya tergantung dari letak jari dan
banyak jari yg dimasukkan kemulut terjadi maloklusi menyebabkan protusi dan diastema.
1.
2.
3.
4.

Sasbel dari skenario:


Faktor-faktor yg menyebabkan maloklusi
Memahami pemriksaan untuk menegakkan diagnosis orthodontik
Menentukan analisi rontgen dan pemeriksaan penunjang
Untuk mengetahui fungsi dari OPG

Anda mungkin juga menyukai