Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH KELOMPOK

ASUHAN KEPERAWATAN SISTEM ENDORIN PADA PASIEN


KRITIS

Di Susun Oleh :
Cica Kristina (1911166485)
Dini Haryati Ulfa (1911166601)
Diny Refiani (1911165702)
Elsa Aulia Rizal (1911166374)
Fathmi Khaira (1911165758)
Feby fitri Darmadi (1911166300)
Gusmeldawati (1911165194)
Mhd Iqbal (1911166481)
Irawati (1911165196)
Nuraina (1911165873)
Safdara Tika (1911166559)
Tiara Putri Wiraini (1911166491)

PRORGAM KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS RIAU
2020

i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan
Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas dalam
pembuatan makalah dengan judul “Keperawatan Klien dengan Kegawatan
Sistem Endokrin” di Fakultas keperawatan Universitas Riau

Makalah ini disusun guna memenuhi salah satu tugas dari Ibuk Yessi
Hasneli, Skp., MNS. Dan pada kesempatan ini saya mengucapkan terima kasih
Ibuk Yessi Hasneli, Skp., MNS. atas penjelasannya yang telah banyak
membantu dalam pembuatan makalah ini.

Kelompok menyadari bahwa makalah yang tersusun ini belumlah


sempurna, maka dari itu apabila ada kesalahan atau kekurangan, kami mohon
maaf dan mengharap segala saran dan kritik demi sempurnanya penyusunan
makalah yang selanjutnya.

Akhirnya hanya kepada Tuhan Yang Maha Esa semata, saya berharap
semoga penyusunan makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca
khususnya penulis sendiri. Amin.

Kelompok 1

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................
DAFTAR ISI.......................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.........................................................................................
B. Rumusan Masalah....................................................................................
C. Tujuan Penulisan......................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Krisis Tirotoksis.....................................................................
B. Etiologi.....................................................................................................
C. Gambaran Klinin......................................................................................
D. Patofisioogi..............................................................................................
E. Pemeriksaan Penunjuan...........................................................................
F. Penatalaksanaan.......................................................................................
G. Terapi Diet Pasien....................................................................................
H. Komplikasi...............................................................................................
I. Prognosis..................................................................................................
J. Pencegahan..............................................................................................
K. Pengkajian Keperawatan..........................................................................
L. Diagnosa Keperawatan............................................................................
M. Intervensi Keperawatan...........................................................................
BAB III PENUTUP............................................................................................
A. Kesimpulan..............................................................................................
B. Saran.........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................

iii
BAB I
Pendahuluan

A. Latar Belakang
Dalam tubuh manusia terdapat kelenjar, enzim dan beberapa bagian penting
yang mempengaruhi kestabilan tubuh. Salah satu kelenjar yang memiliki pengaruh
dalam tubuh adalah kelenjar endokrin. Kelenjar ini merupakan kelenjar yang tersusun
atas susunan sel mikro yang sangat sederhana yan terdiri atas jaringan ikat halus yang
mengandung pembuluh kapiler.Sistem endokrin adalah suatu sistem dalam tubuh
manusia yang bertugas untuk melakukan sekresi (memproduksi) hormon yang
berfungsi untuk mengatur seluruh kegiatan organ-organ dalam tubuh manusia sesuai
dengan yang dibutuhkan organ tersebut. Hasil sekresi berupa hormon ini langsung
masuk ke dalam pembuluh darah manusia tanpa harus melalui saluran (duktus).

Seiring dengan saraf, sistem endokrin berfungsi untuk mempertahankan hemostasis


selama istirahat dan olahraga. Saraf dan sistem endokrin juga bekerja sama unttuk memulai
dan mengendalikan gerakan, dan semua gerakan yang melibatkan proses fisiologis. Dimana
sistem saraf bertindak cepat (hamper seketika) menyampaikan pesan impulls saraf , sistem
endokrin memiliki respon lebih lambat tapi lebih tahan lama dari impuls sistem saraf..

Gawat darurat adalah suatu kondisi yang membutuhkan tindakan segera untuk
menangggulangi ancaman terhadap jiwa atau anggota badan seseorang yang timbul
secara tiba-tiba, keterlambatan penanganan dapat membahayakan klien,
mengakibatkan terjadinya kecacatan atau mengancam kehidupan.
Gawat darurat endokrin adalah keadaan gawat darurat yang diakibat-kan
gangguan dari sistem endokrin, sehingga terjadi kondisi mengancam jiwa seseorang
yang memerlukan pertolongan segera agar tidak terjadi kematian. Keadaan gawat
darurat endokrin bisa diakibatkan oleh karena terganggunya produksi hormon baik
kelebihan maupun kekurangan produksi hormon oleh suatu kelenjar endokrin. Kondisi
gawat darurat sistem endokrin salah satu nya adalah Krisis Tirotosik (Tyroid storm).

4
Karena itu diperlukan suatu pengetahuan bagi perawat untuk dapat menilai dan
mengambil suatu tindakan tertentu untuk dapat menyelamatkan jiwa.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan masalah di atas, dapat di rumuskan masalah yaitu bagaimana asuhan
kegawat daruratan pada klien gangguan endokrin Krisis Tirotosik (Tyroid storm)?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui dan memahami asuhan keperawatan kritis pada klien gangguan
endokrin krisis tiroid
2. Tujuan Khusus
1 Mampu membuat pengkajian keperawatan pada klien dengan
thyroiditis
2. Mampu membuat diagnosa keperawatan berdasarkan anamnesa
3. Mampu membuat rencana keperawatan berdasakan teori keperawatan
4. Mampu membuat implementasi keperawatan
5. Mampu melakukan evaluasi keperawatan

5
BAB II
Pembahasan

A. Pengertian Krisis Tirotoksik (Tyroid Strom)


Tyroid Strom juga dikenal sebagai krisis tirotoksik adalah keadaan klinis
hipertiroidisme paling berat yang mengancam jiwa. Umumnya keadaan ini timbul pada
pasien dengan dasar penyakit Graves atau Struma Multiodular toxik.
Hal ini dapat berkernbang secara spontan pada pasien hipertiroid yang menjalani
terapi, selama pembedahan kelenjar tiroid atau terjadi pada pasien hipertiroid yang tidak
terdiagnosis. Akibatnya adalah pelepasan HT dalam jumlah yang sangat besar yang
menyebabkan takikardia, agitasi, tremor, hipertermia (sampai 106oF), dan apabila tidak
diobati akan terjadi kematian.

B. Etiologi
Keadaan Tiroid Strom pada penderita hipertiroidisme dipengaruhi dan dipicu oleh faktor:
a) Sepsis.
b) Pembedahan.
c) Pengaruh anestesi.
d) Pengaruh radioaktif terapi.
e) Obat-obatan jenis adrenergic dan anticolinergik seperti pseudoepedrin, jenis NSAID
golongan salicilat dan obat kemotherafi.
f) Konsomsi berlebihan makanan yang mengandung iodium.
g) Kegagalan dalam pengobatan Antitiroid.
h) Keadaan ketoasidosis diabetikum.
i) Trauma pada kelenjar tiroid.
j) Toxemia pada kehamilan

C. Gambaran Klinis
1) Sistem neuromuskuler, terjadi kelambanan, perlambatan daya pikir, dan gerakan yang
lambat dan canggung.

6
2) Sistem Kardiovaskuler, terjadi penurunan frekuensi denyut jantung, pembesaran
jantung (jantung miksed ema), dan penurunan curah jantung.
3) Pembengkakkan dan edema kulit, terutama di bawah mata dan di pergelangan kaki.
4) Penurunan kecepatan metabolisme, penurunan kebutuhan kalori, penurunan
nafsu makan dan penyerapan zat gizi dari saluran cerna.
5) Sistem pencernaan terjadi konstipasi.
6) Sistem pernafasan, terjadi sesak nafas saat aktifitas, pembengkakan pada lidah dan
apnea pada tidur yang diamati.
7) Perubahan-perubahan dalam fungsi reproduksi siklus menstruasi menjadi tidak teratur
bagi perempuan. Kesulitan dalam hamil dan wanita hamil mungkin keguguran. 
8) Kulit kering dan bersisik serta rambut kepala, alis tumbuh tipis, rapuh dan mudah
rontok.
9) Akibat lebih jauh karena hipotirodisme ini adalah keadaan yang disebut miksidema
yang ditandai muka oedema terutama pada sekitar bibir, hidung dan kelopak mata,
terjadi bradikardia, hypotermia tanpa menggigil, hypotensi, hypoventilasi dan
penurunan kesadaran sampai koma. Kematian dapat terjadi apabila tidak diberi hormon
tiroid dan stabilisasi semua gejala.

D. Patofisiologi
Gangguan pada kelenjar tiroid menyebabkan penurunan produksi hormon tiroid,
sehingga mengganggu proses metabolisme tubuh. Yang berakibat :
a) Produksi ATP dan ADP menurun terjadi kelelahan (intoleransi aktifitas).
b) Gangguan fungsi pernafasan, terjadi depresi ventilasi (hipoventiasi).
c) Produksi kalor (panas) turun terjadi hipotermia.
d) Gangguan fungsi gastroentestinal, terjadi peristaltik usus menurun sehingga absorbsi
cairan meningkat terjadi konstipasi.
e) Karena terjadi hipoventilasi suplai 02 ke jaringan berkurang demikian juga dengan otak
sehingga terjadi perubahan pola kognitif terjadi perubahan proses piker.

7
E. Pemeriksaan Penunjang Krisis Tirotoksik (Tyroid Strom)
Pemeriksaan darah untuk mengukur kadar HT (T3 dan T4), TSH dan TRH akan
memastikan keadaan dan lokalisasi masalah di sistem saraf pusat atau kelenjar Tiroid. 
1. T3 dan T4 selalu tinggi, T3 (Normal = 60 – 190 μg/ dL) dan T4 (Normal: 5.3 – 14.5 μg/
dL)
2. Radioactive Iodine Uptake (RIU) ↑↑
3. Respon TSH terhadap TRH hampir tidak ada
4. Hypercalcemia
5. TSH darah rendah (Normal = < 6 – 10 μU/ mL)
6. Cholesterol darah ↓↓
7. Penurunan kepekaan terhadap insulin, yang dapat menyebabkan hiperglikemia.

F. Penatalaksanaan Krisis Tirotoksik (Tyroid Strom)


1. Diagnosis dan memberikan terafi terhadap penyakit-penyakit lain yang diderita. 
2. Pemberian terafi supportive
 beri O2, obat penenang, infus cairan
 corticosteroid (hydrocotison sampai 300 mg/ injeksi)
 infus Na-iodida 1 – 2 gram tiap 8 jam
3. Beri obat anti tiroid dosis tinggi
Contoh: propylthiouracyl sampai 300 mg p.o atau melalui NGT
4. Beri propranolol (1- 2 mg iu sampai total dosis 2 – 10 mg) – untuk menenangkan
tachycardinya.

G. Terapi diet pada pasien dengan gangguan system endokrin


Makanan yang Makanan
No Penyakit Jenis Diet Jumlah
diperbolehkan Pantangan
1 Diabetes Diet DM 1. Energi cukup 1. Sumber Mengandung
Melitus utk mencapai KH banyak gula
dan kompleks sederhana seperti:
mempertahanka seperti:na a. Gula pasir,
n BB normal si, roti, gula jawa
yaitu 25-30 mie, b. Sirup, jem,
kkal/kg BB kentang, jelly, buah-
normal ditambah singkong, buahan yang

8
kebutuhan ubi dan diawetkan
aktivitas fisik sagu dengan gula
dan keadaan 2. Sumber susu kental
khusus dg protein manis,
prosentase : rendah minuman
makan pagi lemak botol ringan
(20%), siang seperti: dan ice cream
(25%) malam ikan, c. Kue-kue
(25%) serta 3 ayam manis, dodol,
porsi kecil tanpa cake dan
makanan kulit, tarcis
selingan susu d. Banyak
masing2 (10%) skim, mengandung
2. Keutuhan tempe, lemak seperti
protein 0-15% tahu dan cake,
dari E total kacang- makanan siap
3. Kebutuhan kacangan saji, gorengan
lemak sedang 3. Sumber e. Mengandung
20-25% dari E lemak banyak
total dalam natrium
4. Kebutuhan KH jumlah seperti: ikan
sisa dari terbatas asin, telur
kebutuhan E yaitu: asin, makan
total yaiti 60- bentuk yang
70% makanan diawetkan
5. Penggunaan yang
gula murni mudah
dalam makanan dicerna.
tidak Makanan
diperbolehkan terutana
kecuali diolah
jumlahnya dengan
sedikit sebagai cara
bumbu dipangga
6. Penggunaan ng,
gula alternative dikukus,
dalam jumlah disetup,
terbatas direbus
7. Asupan serat dan
dianjurkan 25 dibakar
gr/hari
8. Mengutamakan
serat larut air
yang terdapat
dalam sayur dan
buah

9
9. Pasien DM
dengan tekanan
darah normal
diperbolehkan
mengkonsumsi
Na dalam
bentuk garam
dapr seperti
orang sehat
yaitu 3000
mg/hr, apabila
mengalami
hipertensi,
asupan garam
harus dikurangi
10. Vitamin dan
mineral cukup

Diet DM 1. Energy adekuat


dengan yaitu 25-30
komplikas kkl/kg BB ideal
i 2. Protein rendah
0,8 gr/kg BB
ideal tergantung
pada kondisi
pasien
diutamakan
sumber protein
bernilai biologi
tinggi
3. Karbohidrat
sedang 55-60%
dari kebutuhan E
total
4. Lemak normal
yaitu 20-25%
5. Natrium 1000-
3000 mg
tergantung pada
tekanan darah,
adanya edema
dan ekskresi
natrium
6. Kalium dibatasi
hingga 40-
70mEq (1.600-

10
2.800 mg) atau
40 mg/kg BB,
bila ada
hyperkalemia
(GFR ≤ 10
ml/mnt) atau
bila jumlah
uteum dibawah
1000 ml/hari
7. Fosfor tinggi 8-
12 mg/kg BB
(diperlukan obat
pengikat fosfor)
8. Kalsium tinggi
1.200-1.600 mg
(diperlukan
suplemen)
9. Vitamin tinggi,
bila nafsu makan
menurun
diberikan Vit.B
kompleks, asam
folat dan
piridoksin serta
Vit.C

2 Hipertiroid Energi 1. Energy tinggi Semua jenis Bahan makanan


Hipotiroid tinggi, yaitu 40-45 bahan yang mengandung
Tumor Tiroid protein kkal/kg BB makanan gas tinggi, bahan
Tiroidektomi tinggi 2. Protein tinggi boleh makanan yang
Tumor (ETPT yaitu 2,0-2,5 diberikan dimasak dengan
Hipofise atau g/kg BB banyak minyak
Hipofisektomi TKTP) 3. Lemak cukup dan santan kental
Hipopituitarism aitu 10-25% dari dan yang tidak
kebutuhan mengandung
energy total bumbu yang tajam
4. Karbohidrat
cukup yaitu sisa
dari kebutuhan
energy total
5. Vitamin dan
mineral cukup,
sesuai
kebutuhan
normal
6. Makanan

11
diberikan dalam
bentuk mudah
cerna

I.       Prognosis
J.       Pencegahan

H. Komplikasi
Komplikasi dapat ditimbulkan dari tindakan bedah, yaitu antara lain
hipoparatiroidisme, kerusakan nervus laringeus rekurens, hipotiroidisme pada
tiroidektomi subtotal atau terapi RAI, gangguan visual atai diplopia akibat oftalmopati
berat, miksedema pretibial yang terlokalisir, gagal jantung dengan curah jantung yang
tinggi, pengurangan massa otot dan kelemahan otot proksimal. 1 Hipoglikemia dan
asidosis laktat adalah komplikasi krisis tiroid yang jarang terjadi. Sebuah kasus seorang
wanita Jepang berusia 50 tahun yang mengalami henti jantung satu jam setelah masuk
rumah sakit dilakukan pemeriksaan sampel darah sebelumnya. Hal yang mengejutkan
adalah kadar plasma glukosa mencapai 14 mg/dL dan kadar asam laktat meningkat
hingga 6,238 mM.
Dengan demikian, jika krisis tiroid yang atipik menunjukkan keadaan normotermi
hipoglikemik dan asidosis laktat, perlu dipertimbangkan untuk menegakkan diagnosis
krisis tiroid lebih dini karena kondisi ini memerlukan penanganan kegawatdaruratan.
Penting pula untuk menerapkan prinsip-prinsip standar dalam penanganan kasus krisis
tiroid yang atipik.

I. Prognosis
Krisis tiroid dapat berakibat fatal jika tidak ditangani. Angka kematian
keseluruhan akibat krisis tiroid diperkirakan berkisar antara 10-20% tetapi terdapat
laporan penelitian yang menyebutkan hingga 75%, tergantung faktor pencetus atau
penyakit yang mendasari terjadinya krisis tiroid. Dengan diagnosis yang dini dan
penanganan yang adekuat, prognosis biasanya akan baik.

12
J. Pencegahan
Pencegahan dilakukan dengan melakukan terapi tirotoksikosis yang ketat setelah
diagnosis ditegakkan. Operasi dilakukan pada pasien tirotoksik hanya setelah dilakukan
blokade hormon tiroid dan/atau beta-adrenergik. Krisis tiroid setelah terapi RAI untuk
hipertiroidisme terjadi akibat: 1) penghentian obat anti-tiroid (biasanya dihentikan 5-7
hari sebelum pemberian RAI dan ditahan hingga 5-7 hari setelahnya); 2) pelepasan
sejumlah besar hormon tiroid dari folikel yang rusak; dan 3) efek dari RAI itu sendiri.
Karena kadar hormon tiroid seringkali lebih tinggi sebelum terapi RAI daripada
setelahnya, banyak para ahli endokrinologi meyakini bahwa penghentian obat anti-tiroid
merupakan penyebab utama krisis tiroid. Satu pilihannya adalah menghentikan obat anti-
tiroid (termasuk metimazol) hanya 3 hari sebelum dilakukan terapi RAI dan memulai
kembali obat dalam 3 hari setelahnya. Pemberian kembali obat anti-tiroid yang lebih dini
setelah terapi RAI dapat menurunkan efikasi terapi sehingga memerlukan dosis kedua.
Perlu pula dipertimbangkan pemeriksaan fungsi tiroid sebelum prosedur operatif
dilakukan pada pasien yang berisiko mengalami hipertiroidisme (contohnya, pasien
dengan sindroma McCune-Albright).

K. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian pada klien Tiroid Strom pada prinsipnya sama dengan pengkajian pada
klien Hipertirodisme, namun pada klien Tiroid strom lebih diprioritaskan pada gejala yang
mengancam jiwa.
Pengkajian pada Hipertiroidisme dengan Tiroid Strom.

1. Aktivitas atau istirahat 


a) Gejala : Imsomnia, sensitivitas meningkat, Otot lemah, gangguan koordinasi,
Kelelahan berat. 
b) Tanda : Atrofi otot 
2. Sirkulasi 
a. Gejala : Palpitasi, nyeri dada (angina). 

13
b. Tanda : Distritmia (vibrilasi atrium), irama gallop, murmur, Peningkatan tekanan
darah dengan tekanan nada yang berat. Takikardia saat istirahat. Sirkulasi
kolaps, syok (krisis tirotoksikosis). 
3. Eliminasi 
a. Gejala : Perubahan pola berkemih (poliuria, nocturia), Rasa nyeri / terbakar,
kesulitan berkemih (infeksi), Infeksi saluran kemih berulang, nyeri tekan
abdomen, Diare, Urine encer, pucat, kuning, poliuria ( dapat berkembang
menjadi oliguria atau anuria jika terjadi hipovolemia berat), urine berkabut, bau
busuk (infeksi), Bising usus lemah dan menurun, hiperaktif ( diare ).
4. Integritas / Ego 
a. Gejala : Stress, tergantung pada orang lain, Masalah finansial yang berhubungan
dengan kondisi. 
b. Tanda : Ansietas peka rangsang. 
5. Makanan / Cairan 
a. Gejala : Hilang nafsu makan, Mual atau muntah. Tidak mengikuti diet :
peningkatan masukan glukosa atau karbohidrat, penurunan berat badan lebih dari
periode beberapa hari/minggu, haus, penggunaan diuretik (tiazid). 
b. Tanda : Kulit kering atau bersisik, muntah, Pembesaran thyroid ( peningkatan
kebutuhan metabolisme dengan pengingkatan gula darah ), bau halitosis atau
manis, bau buah (napas aseton). 
6. Neurosensori 
a. Gejala : Pusing atau pening, sakit kepala, kesemutan, kebas, kelemahan pada
otot parasetia, gangguan penglihatan. 
b. Tanda : Disorientasi, megantuk, lethargi, stupor atau koma (tahap lanjut),
gangguan memori (baru masa lalu) kacau mental. Refleks tendon dalam (RTD
menurun; koma). Aktivitas kejang ( tahap lanjut dari DKA). 
7. Nyeri / Kenyamanan 
a. Gejala : Abdomen yang tegang atau nyeri (sedang / berat), Wajah meringis
dengan palpitasi, tampak sangat berhati-hati.
8. Pernapasan 

14
a. Gejala : Merasa kekurangan oksigen, batuk dengan / tanpa sputum purulen
(tergantung adanya infeksi atau tidak). 
b. Tanda : Sesak napas, batuk dengan atau tanpa sputum purulen (infeksi),
frekuensi pernapasan meningkat.
9. Keamanan 
a. Gejala : Kulit kering, gatal, ulkus kulit.
b. Tanda : Demam, diaforesis, kulit rusak, lesi atau ulserasi, menurunnya kekuatan
umum / rentang gerak, parastesia atau paralysis otot termasuk otot-otot
pernapasan (jika kadar kalium menurun dengan cukup tajam ).
10. Seksualitas
a. Gejala : Rabas wanita ( cenderung infeksi ), masalah impotent pada pria ;
kesulitan orgasme pada wanita.
b. Tanda : Glukosa darah : meningkat 100-200 mg/ dl atau lebih. Aseton plasma :
positif secara menjolok. Asam lemak bebas : kadar lipid dengan kolosterol
meningkat.

L. Diagnosa Keperawatan 
Diagnosa keperawatan yang lazim terjadi pada klien yang mengalami hipertiroidisme adalah
sebagai berikut : 
1. Risiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan hipertiroid
tidak terkontrol, keadaan hipermetabolisme, peningkatan beban kerja jantung. 
2. Kelelahan berhubungan dengan hipermetabolik dengan peningkatan kebutuhan
energi. 
3. Risiko tinggi terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan
dengan peningkatan metabolisme (peningkatan nafsu makan/pemasukan dengan
penurunan berat badan). 
4. Risiko tinggi terhadap kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan perubahan
mekanisme perlindungan dari mata ; kerusakan penutupan kelopak
mata/eksoftalmus. 
5. Ansietas berhubungan dengan faktor fisiologis; status hipermetabolik. 

15
6. Kurang pengetahuan mengenai kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan
berhubungan dengan tidak mengenal sumber informasi. 
7. Risiko tinggi perubahan proses pikir berhubungan dengan perubahan fisiologik,
peningkatan stimulasi SSP/mempercepat aktifitas mental, perubahan pola tidur.

M. Perencanaan / Intervensi. 
1. Risiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan hipertiroid tidak
terkontrol, keadaan hipermetabolisme, peningkatan beban kerja jantung. 
 Tujuan : Klien akan mempertahankan curah jantung yang adekuat sesuai dengan
kebutuhan tubuh,
 Kriteria Hasil: 1) Nadi perifer dapat teraba normal. 2) Vital sign dalam batas
normal. 3) Pengisian kapiler normal 4) Status mental baik 5) Tidak ada disritmia. 
 Intervensi : 
a. Pantau tekanan darah pada posisi baring, duduk dan berdiri jika memungkinkan
Perhatikan besarnya tekanan nadi. 
Rasional : Hipotensi umum atau ortostatik dapat terjadi sebagai akibat dari
vasodilatasi perifer yang berlebihan dan penurunan volume sirkulasi. 
b. Periksa kemungkinan adanya nyeri dada atau angina yang dikeluhkan pasien. 
Rasional : Merupakan tanda adanya peningkatan kebutuhan oksigen oleh otot
jantung atau iskemia.
c. Auskultasi suara nafas. Perhatikan adanya suara yang tidak normal (seperti
krekels) 
Rasional : S1 dan murmur yang menonjol berhubungan dengan curah jantung
meningkat pada keadaan hipermetabolik. 
d. Observasi tanda dan gejala haus yang hebat, mukosa membran kering, nadi
lemah, penurunan produksi urine dan hipotensi. 
Rasional : Dehidrasi yang cepat dapat terjadi yag akan menurunkan volume
sirkulasi dan menurunkan curah jantung.
e. Catat masukan dan haluaran Askep Klien Hipertiroidisme. 
Rasional : Kehilangan cairan yang terlalu banyak dapat menimbulkan dehidrasi
berat.

16
2. Kelelahan berhubungan dengan hipermetabolik dengan peningkatan kebutuhan energi 
 Tujuan : Klien akan mengungkapkan secara verbal tentang peningkatan tingkat
energy
 Intervensi : 
a. Pantau tanda vital dan catat nadi baik istirahat maupun saat aktivitas. 
Rasional : Nadi secara luas meningkat dan bahkan istirahat , takikardia
mungkin ditemukan. 
b. Ciptakan lingkungan yang tenang.
Rasional : Menurunkan stimulasi yang kemungkinan besar dapat menimbul-
kan agitasi, hiperaktif, dan imsomnia. 
c. Sarankan pasien untuk mengurangi aktivitas. 
Rasional : Membantu melawan pengaruh dari peningkatan metabolisme.
d. Berikan tindakan yang membuat pasien merasa nyaman seperti massage. 
Rasional : Meningkatkan relaksasi 
3. Risiko tinggi terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
peningkatan metabolisme (peningkatan nafsu makan/pemasukan dengan penurunan berat
badan).
 Tujuan : Klien akan menunjukkan berat badan stabil
 Kriteria Hasil :  1) Nafsu makan baik, 2) Berat badan normal, c) Tidak ada tanda-
tanda malnutrisi
 Intervensi :
a. Catat adanya anoreksia, mual dan muntah 
Rasional : Peningkatan aktivitas adrenergic dapat menyebabkan gangguan
sekresi insulin/terjadi resisten yang mengakibatkan hiperglikemia.
b. Pantau masukan makanan setiap hari, timbang berat badan setiap hari.
Rasional : Penurunan berat badan terus menerus dalam keadaan masukan
kalori yang cukup merupakan indikasi kegagalan terhadap terapi antitiroid.
c. kolaborasi untuk pemberian diet tinggi kalori, protein, karbohidrat dan
vitamin 
Rasional : Mungkin memerlukan bantuan untuk menjamin pemasukan zat-zat
makanan yang adekuat dan mengidentifikasi makanan pengganti yang sesuai

17
N. Evaluasi
1. Pasien dapat mempertahankan curah jantung yang adekuat sesuai dengan
kebutuhan tubuh yang ditandai dengan tanda-tanda vital stabil, denyut nadi perifer
normal, pengisian kapiler normal, status mental baik, tidak ada disritmia
2. Pasien dapat mengungkapkan peningkatan tingkat energi secara verbal, klien
mampu menampilkan kemampuan yang ditingkatkan untuk berpartisipasi dalam
aktivitas yang diinginkan
3. Pasien menunjukkan berat badan yang stabil dengan nilai laboratorium normal
dan bebas dari tanda-tanda malnutrisi.

18
BAB III
Penutup

A. Kesimpulan
Krisis tiroid adalah kondisi hipermetabolik yang mengancam jiwa dan ditandai
oleh demam tinggi dan disfungsi sistem kardiovaskular, system saraf, dan sistem saluran
cerna. Etiologi yang paling banyak menyebabkan krisis tiroid adalah penyakit Graves
(goiter difus toksik). Krisis tiroid timbul saat terjadi dekompensasi sel-sel tubuh dalam
merespon hormon tiroid yang menyebabkan hipermetabolisme berat. Diagnosis krisis
tiroid didasarkan pada gambaran klinis bukan pada gambaran laboratoriium. Jika
gambaran klinis konsisten dengan krisis tiroid, terapi tidak boleh ditunda karena
menunggu konfirmasi hasil pemeriksaan laboratorium atas tirotoksikosis.
Penatalaksanaan krisis tiroid harus menghambat sintesis, sekresi, dan aksi perifer hormon
tiroid. Penanganan suportif yang agresif dilakukan kemudian untuk menstabilkan
homeostasis dan membalikkan dekompensasi multi organ. angka kematian keseluruhan
akibat krisis tiroid diperkirakan berkisar antara 10-75%. Namun, dengan diagnosis yang
dini dan penanganan yang adekuat, prognosis biasanya akan baik.
B. Saran
Adapun yang dapat sarankan adalah agar mahasiswa dapat lebih meningkatkan
ilmu pengetahuan dan keterampilan dalam memberikan Asuhan Keperawatan pada Krisis
Tiroid , asuhan keperawatan yang diberikan dapat menyeluruh (komprehensif).

19
Daftar Pustaka

Bare, & Suzanne. (2002). Buku ajar keperawatan medikal bedah volume 2 edisi 8. Jakarta: EGC.
Carpenito, (1999). Rencana asuhan dan dokumentasi keperawatan Edisi 2. Jakarta: EGC.
Corwin, J., Elizabeth. (2001). Patofisiologi. Jakarta: EGC.

20

Anda mungkin juga menyukai