Anda di halaman 1dari 7

EVIDENCE BASED NURSING PRACTICE (ENBP)

SYINDROM CHUSING

KGD: ENDOKRIN
Tanggal 20-22 Mei 2021

Disusun Oleh:

Irawati (Kelompok 2)
Mahasiswa Profesi Keperawatan 2021

Preseptor:
Yesi Hasneli, SKp. MNS

PROGRAM STUDI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS RIAU
2021
A. EVIDENCE BASED PRACTICE
1. Judul penelitian
Psoriasis Eritroderma Pada Pasien Dengan Sindrom Cushing Iatrogenik.
2. Penelitian oleh : Putri Rachma Safitri, Suci Prawitasari, Aunur Rofiq.
3. Tujuan penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mempelajari secara komprehensif tentang
penanganan psoriasis eritroderma pada pasien sindrom cushing dengan terapi
metotreksat dan penurunan dosis prednisone yang terencana.
4. Metode
Penelitian merupakan studi kasus.
5. Hasil yang diukur
Hasil yang diukur dalam penelitian ini adalah adanya perbaikan lesi kulit dari minggu
ke minggu
6. Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah pasien laki-laki berusia 23 tahun.
7. Hasil
didapatkan perbaikan lesi kulit yang signifikan dari minggu ke minggu. Hal tersebut
menunjukkan keberhasilan terapi metotreksat dan pengurangan dosis prednison yang
terencana.
8. Kesimpulan
Psoriasis eritroderma merupakan psoriasis yang mengenai hampir seluruh permukaan
tubuh dengan berbagai macam penyebab. Komorbiditas psoriasis eritroderma dengan
sindrom Cushing iatrogenik menjadikan kondisi tersebut perlu penanganan khusus
dan multidisiplin. Terapi metotreksat dan penurunan dosis prednison secara bertahap
pada pasien psoriasis eritroderma dengan sindrom Cushing iatrogenik menunjukkan
perbaikan klinis dalam waktu 6 minggu.
9. Analisa keterkaitan hasil penelitian dalam penyelesaian permasalahan kasus
Penggunaan kortikosteroid juga menjadi salah satu faktor pencetus eritroderma.
Penggunaan kortikosteroid sistemik dalameritroderma akibat kortikosteroid masih
kontroversial, karena kemungkinan penghentian kortiko-steroid sistemik dapat
memicu flare, pada eritrodermaterapi penurunan kortikosteroid yang direncanakan
bersama dengan kombinasi imunosupresan dan perawatan suportif memberikan hasil
yang sangat baik pada dua kasus eritroderma psoriasis dan penekanan hormon
adrenal.

B. Standar Operasional Prosedur (SOP)


1. Definisi tindakan
Edukasi teknik nafas dalam adalah mengajarkan teknik pernapasan untuk
meningkatkan relaksasi dan meredakan nyeri serta kenyamanan.
2. Tujuan tindakan
Tujuan dari tindakan ini
a. Untuk membantu mengurangi nyeri pasien
3. Alat dan Bahan
Tidak menggunakan alat dan bahan
4. Prosedur yang dilakukan

No. Kegiatan
1. Pra interaksi
- Periksa rekam medis pasien
- Persiapkan alat dan bahan yangdibutuhkan
- Cuci tangan
2. Orientasi
- Mengucapkan salam
- Memperkenalkan diri
- Menjelaskan prosedur tindakan dan tujuan tindakan
- Minta persetujuan pasien
- Mengatur posisi nyaman pasien
- Menjaga rahasia/privacy pasien
- Kontrak waktu

3. Kerja
- Mengkaji kondisi pasien apakah pasien dapat merespon pembicaraan atau
tidak jka pasien dapat merespon lanjutkan ke tahap berikutnya.
- Menjelaskan tujuan dan manfaat tujuan teknik napas dalam.
- Memposisikan tubuh pasien senyaman mungkin (berbaring atau duduk,
jika duduk, bila diperlukan ganjal dengan bantal)
- Menjelaskan prosedur teknik napas dalam.
- menganjurkan pasien menutup mata dan berkonsentrasi penuh.
- mengajarkan inspirasi dengan menghirup udara melalui hidung secara
perlahan.
- Mengajarkan pasien untuk melakukan ekspirasi dengan menghembuskan
udara dengan mulut mencucu secara perlahan.
- Mendemonstrasikan menarik napas selama 4 detik, menahan napas
selama 2 detik, dan menghembuskan napas selama 8 detik.
4. Tahap Evaluasi dan Terminasi
a. Evaluasi hasil lanjutan :
1) Respon verbal pasien
2) Respon non verbal pasien
b. Berikan reinforcement positif kepada pasien
c. Kontrak waktu, topic pertemuan, dan tempat selanjtnya
d. Akhiri kegiatan dan mengucapkan salam terapeutik
e. Cuci tanganTahap Evaluasi

5. Dokumentasi
- catat hasil dari tindakan yang telah dilakukan, apakah pasien merasakan
nyerinya dapat berkurang atau tidak

C. EVIDENCE BASED PRACTICE


1. Judul penelitian : Efektivitas kompres air suhu hangat dengan kompres plester
terhadap penurunan suhu tubuh anak demam usia pra-sekolah di ruang anak Rs
Bethesda Gmim Tomohon.
2. Penelitian Oleh: Mariana S.Wowor, Mario E.Katuuk dan Vandri D.Kallo
3. Tujuan Penelitian: untuk mengetahui perbedaan antara kompres air hangat dengan
kompres plester terhadap penurunan suhu tubuh anak demam usia pra-sekolah di
ruang anak Paulus RS Bethesda Kota Tomohon
4. Metode: metode penelitian adalah quasi eksperimen equivalent dengan pendekatan
pretest postest two control group. Responden dibagi menjadi 2 kelompok intervensi
dengan cara accidental sampling. Analisa data menggunakan Paired T-Test dan
Pooled T-Test.
5. Hasil yang diukur: melihat keefektifan antara kompres air hangat dan kompres plester
terhadap penurunan suhu tubuh
6. Sampel: .anak usia pra-sekolah yang dirawat di ruang anak Paulus RS Bethesda Kota
Tomohon dengan demam.
7. Hasil : Hasil penelian uji Pooled t-test dengan tingkat kemaknaan 95% (α = ,005),
diperoleh nilai p-value sebesar 0.001. Nilai p – value 0.001 < ,005.
8. Kesimpulan: adanya perbedaan penurunan suhu antara pemberian kompres air suhu
hangat dengan kompres plester terhadap penurunan suhu tubuh anak demam usia pra-
sekolah diruang Paulus RS Bethesda GMIM Tomohon.
9. Analisis keterkaitan hasil penelitian dalam menyelesaikan permasalahan kasus : pada
kasus di jurnal, demam dapat turun dengan menggunakan kompres air suhu hangat
atau kompres plester. Dari salah satu cara tersebut baik itu kompres air hangat atau
kompres plester dapat dijadikan intervensi alternatif untuk menurunkan demam pada
kasus Chusing’s Syndrome

1. Standar Operasional Prosedur (SOP)


1. Definisi tindakan
Tata cara pemberian kompres hangat kepada pasien yang mengalami panas tinggi
guna menurunkan suhu tubuh.
2. Tujuan tindakan
Tujuan dari tindakan ini
b. Sebagai acuan untuk pemberian kompres air hangat pada pasien rawat inap untuk
menurunkan suhu tubuh.
3. Alat dan Bahan
a. Air panas dalam Waskom ( suhu 43 0 C - 46 0 C)
b. Handscoond
c. Masker
d. Handuk atau Washlap
e. Perlak dan pengalas
f. Termometer
4. Prosedur yang dilakukan

No. Kegiatan
1. Pra interaksi
- Periksa rekam medis pasien
- Persiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan
- Cuci tangan
2. Orientasi
- Mengucapkan salam
- Memperkenalkan diri
- Menjelaskan prosedur tindakan dan tujuan tindakan
- Minta persetujuan pasien
- Mengatur posisi nyaman pasien
- Menjaga rahasia/privacy pasien
- Kontrak waktu
3. Kerja
- Cuci tangan sebelum melakukan tindakan
- Menggunakan sarung tangan
- Pakai masker
- Meminta izin pasien untuk membuka baju pasien
- Membuka seluruh pakaian atas klien
- Meletakkan perlak atau pengalas pada area yang akan dikompres
- Bersihkan area yang akan dikompres dengan menggunakan washlap
yang dibasahi air hangat
- Washlap dibasahi dengan air hangat dan diletakkan pada tempat yang
dikompres.
- Saat dikompres evaluasi respons klien
- Bila washlap sudah tidak hangat lagi, ganti dengan washlap baru yang
dibasahi dengan air hangat.
- Cek suhu tubuh, jika sudah turun dan mendekati suhu normal tubuh
kompes dihentikan.

4. Terminasi
- Kaji perasaan dan rasa nyaman pasien setelah dilakukan tindakan.
- Bersihkan dan rapikan alat
- Melepas handscoon, masker, dan mencuci tangan dengan baik dan
benar
- Kontrak waktu untuk pertemuan selanjutnya
5. Dokumentasi
- Catat tindakan yang telah dilakukan
- Catat hasil pengukuran suhu tubuh sebelum dan sesudah tindakan

Anda mungkin juga menyukai