Dosen Pengampu :
Ns. Yufitriana Amir, S.Kep, M.Sc, PhD, FISQua
Program B 2019
Kelompok 1 :
Rasa syukur yang dalam kami sampaikan kehadirat Tuhan yang maha
pemurah, karena berkat kemurahan-NYA makalah ini dapat kami selesaikan
sesuai yang diharapkan .dalam makalah ini kami Membahas Model Pengelolaan
Asuhan Pasien
Makalah ini di buat dalam rangka memperdalam pemahaman Manajemen
Keperawatan Model Pengelolaan Asuhan Pasien. Dalam proses pendalaman materi
ini, tentunya kami mendapatkan bimbingan, arahan, koreksi dan saran, untuk itu
rasa terima kasih yang dalam kami sampaikan selaku dosen mata kuliah
Manajemen Keperawatan dan rekan-rekan mahasiswa yang telah banyak
memberikan masukan untuk makalah ini .
Kelompok 1
DAFTAR ISI
A. Latar Belakang
Keperawatan adalah bentuk layanan atau asuhan professional dan
ilmu keperawatan serta berorientasi pada kebutuhan nyata dari pasien,
melihat lansung pada standar professional keperawatan dan menjadikan
etika keperawatan sebagai landasan utama tuntutan kerja (Nursalam,
2014). Menurut Kemenkes (2017) keperawatan adalah kegiatan dalam
memberikan asuhan pada individu keluarga dan kelompok baik dalam
kondisi sehat maupun sakit.
Perawat merupakan ujung tombak dalam memberikan asuhan
keperawtan terhadap pasien sehingga perawat memiliki tugas sangat
penting untuk mencapai kualitas yang baik dalam pelayanan kesehatan.
Memberikan asuhan keperawatan digunakan beberapa metode. Metode
keperawatan adalah hal yang diterapkan dalam memberikan asuhan
keperawatan pada pasien untuk meningkatkan kepuasan pasien dan derajat
kesehatan. Di Indonesia terdapat beberapa metode keperawatan
diantaranya; metode primer, metode kasus, metode tim dan metode
fungsional (Sumijatun, 2010).
Model praktik keperawatan professional (MPKP) merupakan
pengolahan struktur dan proses pemberian asuhan keperawatan pada
tingkat ruang rawat sehingga memungkinkan pemberian asuhan
keperawatan professional. Peningkatan MPKP dapat menggambarkan
usaha berbagai Negara untuk menunjukkan kualitas asuhan keperawatan
dan lingkungan kerja perawat (Sitorus & Panjaitan, 2011). Pelayanan yang
professional identic dengan pelayanan yang bermutu, untuk meningkatkan
mutu asuhan keperawatan dalam melakuka kegiatan penerapan standart
asuhan keperawatan dan pendidikan berkelanjutan. Kelompok
keperawatan yang tidak kalah pentingnya yaitu bagaimana caranya metode
penugasan tenaga keperawatan agar dapat dilaksanakan secara teratur,
efisien tenaga, waktu, dan ruang. Serta meningkatkan keterampilan dan
motivasi kerja. Berikut ada 5 model yang akan dibahas pada makalah ini,
yaitu : model metode fungsional, metode team, metode primer, metode
manajemen kasus, metode modifikasi keperawatan tim-primer.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas yang menjadi fokus pembahasan dari
penulisan makalah ini adalah :
1. Bagaimana definisi dari metode fungsional, metode team,
metode primer, metode manajemen kasus, metode modifikasi
keperawatan tim-primer.
2. Bagaimana contoh dari metode fungsional, metode team,
metode primer, metode manajemen kasus, metode modifikasi
keperawatan tim-primer.
3. Bagaimana penerapan dari metode fungsional, metode team,
metode primer, metode manajemen kasus, metode modifikasi
keperawatan tim-primer.
4. Bagaimana keuntungan
5. Bagaimana kelemahan dari metode fungsional, metode team,
metode primer, metode manajemen kasus, metode modifikasi
keperawatan tim-primer.
C. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini yaitu :
1. Untuk menjelaskan definisi dari metode fungsional, metode
team, metode primer, metode manajemen kasus, metode
modifikasi keperawatan tim-primer.
2. Untuk menjelaskan contoh dari metode fungsional, metode
team, metode primer, metode manajemen kasus, metode
modifikasi keperawatan tim-primer.
3. Untuk menjelaskan penerapan dari metode fungsional, metode
team, metode primer, metode manajemen kasus, metode
modifikasi keperawatan tim-primer.
4. Untuk menjelaskan keuntungan dari metode fungsional,
metode team, metode primer, metode manajemen kasus,
metode modifikasi keperawatan tim-primer.
5. Untuk menjelaskan kelemahan dari metode fungsional, metode
team, metode primer, metode manajemen kasus, metode
modifikasi keperawatan tim-primer.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Metode Fungsional
1. Defenisi
Metode fungsional dilaksanakan oleh perawat dalam pengelolaan
asuhan keperawatan sebagai pilihan utama pada saat perang dunia kedua,
pada saat itu karena masih terbatasnya jumlah dan kemampuan perawat
maka setiap perawat hanya melakukan 1-2 jenis intervensi keperawatan
kepada semua pasien di semua bangsal.
Menurut Arwani & Supriyanto (2005) metode fungsional ini efisien,
namun penugasan seperti ini tidak dapat memberikan kepuasan kepada
pasien maupun perawat. Keberhasilan asuhan keperawatan secara
menyeluruh tidak bisa dicapai dengan metode ini karena asuhan
keperawatan yang diberikan kepada pasien terpisah-pisah sesuai dengan
tugas yang dibebankan kepada perawat. Disamping itu, asuhan keperawatan
yang diberikan tidak professional yang berdasarkan masalah pasien. Perawat
senior cenderung akan sibuk dengan tugas-tugas administrasi dan
manajerial, sementara asuhan keperawatan kepada pasiennya dipercayakan
kepada perawat junior.
2. Contoh
Perawat A tugasnya menyuntik sedangkan perawat B tugasnya
mengukur suhu badan pasien. Seorang perawat dapat melakukan dua jenis
tugas atau lebih untuk semua klien yang ada di unit tersebut. Kepala
ruangan bertanggung jawab dalam pembagian tugas dan menerima laporan
tentang semua klien serta menjawab semua pertanyaan tentang klien.
3. Penerapan
Pengorganisasian tugas keperawatan yang berkaitan dengan
pembagian tugas sesuai jenis pekerjaan yang dilakukan. Metode ini dibagi
menjadi beberapa bagian dan dialokasikan pada bagian ini secara umum:
a. Kepala Ruangan tugasnya:
1) Merencanakan pekerjaan
2) Menentukan kebutuhan perawatan pasien
3) Membuat penugasan
4) Melakukan supervisi
5) Menerima penolong dokter
b. Staf Perawat
1) Melakukan sebagai perawat langsung pada pasien
2) Membantu supervisi askep yang diberikan oleh pembantu tenaga
keperawatan
c. Perawat Pelaksana
Melaksanakan askep langsung pada pasien dengan askep sedang
pasien dalam masa pemulihan kesehatan dan pasien dengan penyakit
kronik dan membantu penanganan sederhana (ADL)
d. Pembantu Perawat
Membantu pasien dengan melakukan perawatan mandiri untuk
mandi, membenahi tempat tidur dan membagikan alat tenun bersih
e. Tenaga Administrasi Ruangan
1) Menjawab telepon
2) Menyampaikan pesan
3) Memberi informasi
4) Mengerjakan pekerjaan administrasi ruangan
5) Mencatat pasien masuk dan pulang, membuat duplikat rosterna
ruangan
6) Membuat permintaan laboratorium untuk obat-obatan/ permintaan
yang sesuai dengan kebutuhan ruangan
4. Keuntungan dan kelemahan
a. Kelebihan Model Fungsional
1) Efisien karena dapat menyelesaikan banyak pekerjaan dalam waktu
singkat dengan pembagian tugas yang jelas dan pengawasan yang
baik.
2) Sangat baik untuk rumah sakit yang kekurangan tenaga.
3) Perawat akan trampil untuk tugas pekerjaan tertentu saja.
4) Mudah memperoleh kepuasan kerja bagi perawat setelah selesai
kerja.
5) Kekurangan tenaga ahli dapat diganti dengan tenaga yang kurang
berpengalaman untuk tugas sederhana.
6) Memudahkan kepala ruangan untuk mengawasi staf atau peserta
didik yang melakukan praktek untuk ketrampilan tertentu.
7) Lebih sedikit membutuhkan perawat
8) Tugas-tugas mudah dijelaskan dan diberikan
9) Para pekerja lebih mudah menyesuaikan tugas
10) Tugas cepat selesai
2. Contoh
Metode ini menggunakan tim yang terdiri dari anggota yang berbeda-beda
dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap pasien. Perawat ruangan
dibagi menjadi 2-3 tim yang terdiri dari tenaga professional, teknikal dan
pembantu dalam satu grup kecil yang saling membantu
3. Penerapan
Menurut Suyanto (2009) pelaksanaan metode tim harus berdasarkan konsep
sebagai berikut:
a) Ketua tim
Memurut Suarli dan Bachtiar (2012) sebagai perawat professional ketua
tim harus mampu menggunakan berbagai teknik kepemimpinan. Ketua
tim harus dapat membuat keputusan tentang prioritas perencanaan,
supervise dan evaluasi asuhan keperawatan. Pelaksanaan konsep tim
sangat tergantung pada filosofi ketua tim yakni apakah berorientasi pada
tugas atau pada klien.
1) Tanggung jawab ketua tim
a. Mengatur jadual dinas timnya yang dikoordinasikan dengan kepala
ruangan.
b. Membuat perencanaan berdasarkan tugas dan kewenangannya yang
didelegasikan oleh kepala ruangan.
c. Melakukan pengkajian, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi asuhan
keperawatan bersama-sama anggota timnya.
d. Mengkoordinasikan rencana keperawatan dengan tindakan medik.
e. Membuat penugasan kepada setiap anggota tim dan memberikan
bimbingan melalui konferens.
f. Mengevaluasi asuhan keperawatan baik proses ataupun hasil yang
diharapkan serta mendokumentasikannya.
g. Memberi pengarahan pada perawat pelaksana tentang pelaksanaan
asuhan keperawatan
h. Menyelenggarakan konferensi.
i. Melakukan kolaborasi dengan tim kesehatan lainnya dalam
pelaksanaan asuhan keperawatan.
j. Melakukan audit asuhan keperawatan yang menjadi tanggungjawab
timnya.
k. Melakukan perbaikan pemberian asuhan keperawatan
b) Komunikasi
Menurut Nursalam (2015) komunikasi yang efektif penting agar
kontinuitas rencana asuhan keperawatan terjamin. Komunikasi yang
terbuka dapat dilakukan melalui berbagai cara, terutama melalui rencana
asuhan keperawatan tertulis yang merupakan pedoman pelaksanaan
asuhan, supervsi dan evaluasi (Suyanto, 2009)
c) Anggota tim
Anggota tim harus menghargai kepemimpinan ketua tim. Ketua tim
membantu anggotanya untuk memahami dan melakukan tugas sesuai
dengan kemampuan mereka (Sitorus dan Panjaitan, 2011)
1) Tanggung jawab Kepala Ruang
a. Menetapkan standar kinerja yang diharapkan sesuai dengan standar
asuhan keperawatan.
b. Mengorganisir pembagian tim dan pasien.
c. Memberi kesempatan pada ketua tim untuk mengembangkan
kepemimpinan.
d. Menjadi nara sumber bagi ketua tim.
e. Mengorientasikan tenaga keperawatan yang baru tentang
metode/model tim dalam pemberian asuhan keperawatan.
f. Memberi pengarahan kepada seluruh kegiatan yang ada di
ruangannya.
g. Melakukan pengawasan terhadap seluruh kegiatan yang ada di
ruangannya.
h. Memfasilitasi kolaborasi tim dengan anggota tim kesehatan yang
lainnya.
i. Melakukan audit asuhan dan pelayanan keperawatan di
ruangannya, kemudian menindak lanjutinya.
j. Memotivasi staf untuk meningkatkan kemampuan melalui riset
keperawatan.
k. Menciptakan iklim komunikasi yang terbuka dengan semua staf.
2) Tanggung jawab anggota tim
a. Melaksanakan tugas berdasarkan rencana asuhan keperawatan.
b. Mencatat dengan jelas dan tepat asuhan keperawatan yang telah
diberikan berdasarkan respon klien.
c. Berpartisipasi dalam setiap memberiikan masukan untuk
meningkatkan asuhan keperawatan.
d. Menghargai bantuan dan bimbingan dan ketua tim.
e. Melaporkan perkembangan kondisi pasien kepada ketua tim.
f. Memberikan laporan
Struktur Model Keperawatan TIM
Kepala Ruangan
b. Kelemahan
1) Ketua tim menghabiskan banyak waktu untuk koordinasi dan
supervisi anggota tim dan harus mempunyai keterampilan yang
tinggi baik sebagai perawat pemimpin maupun perawat klinik.
2) Keperawatan tim menimbulkan fragmentasi keperawatan bila
konsepnya tidak diimplementasikan dengan total.
3) Rapat tim membutuhkan waktu sehingga pada situasi sibuk rapat tim
ditiadakan, sehingga komunikasi antar angota tim terganggu.
4) Perawat yang belum trampil dan belum berpengalaman selalu
tergantung staf, berlindung kepada anggota tim yang mampu.
5) Akontabilitas dari tim menjadi kabur.
6) Tidak efisien bila dibandingkan dengan model fungsional karena
membutuhkan tenaga yang mempunyai keterampilan tinggi.
C. Metode Primer
1. Defenisi
Model primer dikembangkan pada awal tahun 1970-an, menggunakan
beberapa konsep dan perawatan total pasien. Keperawatan primer
merupakan suatu metode pemberian asuhan keperawatan di mana perawat
primer bertanggung jawab selama 24 jam terhadap perencanaan pelaksanaan
pengevaIuasi satu atau beberapa klien dan sejak klien masuk rumah sakit
sampai pasien dinyatakan pulang. Selama jam kerja, perawat primer
memberikan perawatan langsung secara total untuk klien. Ketika perawat
primer tidak sedang bertugas, perawatan diberikan/didelegasikan kepada
perawat asosiet yang mengikuti rencana keperawatan yang telah disusuni
oleh perawat primer
2. Contoh
Pada model ini, klien, keluarga, stafmedik dan staf keperawatan akan
mengetahui bahwa pasien tertentu akan merupakan tanggung jawab perawat
primer tertentu. Setiap perawat primer mempunyai 4-6 pasien. Seorang
perawat primer mempunyai kewenangan untuk melakukan rujukan kepada
pekerja sosial, kontak dengan lembaga sosial masyarakat membuat jadual
perjanjian klinik, mengadakan kunjungan rumah, dan lain sebagainya.
Dengan diberikannya kewenangan tersebut, maka dituntut akontabilitas
yang tinggi terhadap hasil pelayanan yang diberikan.
Tanggung jawab mencakup periode 24 jam, dengan perawat kolega
yang memberikan perawatan bila perawat primer tidak ada. Perawatan yang
yang diberikan direncanakan dan ditentukan secara total oleh perawat
primer. Metode keperawatan primer mendorong praktek kemandirian
perawat, yang ditandai dengan adanya keterkaitan kuat dan terus menerus
antara pasien dan perawat yang ditugaskan untuk merencanakan, melakukan
dan koordinasi asuhan keperawatan selama pasien dirawat. Perawat primer
bertanggung jawab untuk membangun komunikasi yang jelas di antara
pasien, dokter, perawat asosiet, dan anggota tim kesehatan lain. Walaupun
perawat primer membuat rencana keperawatan, umpan balik dari orang lain
diperlukan untuk pengkoordinasian asuhan keperawatan klien.
3. Penerapan
Dalam menetapkan seseorang menjadi perawat primer perlu berhati-hati
karena memerlukan beberapa kriteria, di antaranya dalam menetapkan
kemampuan asertif, self direction kemampuan mengambil keputusan yang
tepat, menguasai 10 keperawatan klinik, akuntabel serta mampu
berkolaborasi dengan baik antar berbagai disiplin ilmu. Di negara maju pada
umumnya perawat yang ditunjuk sebagai perawat primer adalah seorang
perawat spesialis klinik yang mempunyai kualifikasi master dalam bidang
keperawatan.
Karakteristik modalitas keperawatan primer adalah :
a. Perawat primer mempunyai tanggung jawab untuk asuhan keperawatan
pasien selama 24 jam sehari, dari penerimaan sampai pemulangan.
b. Perawat primer melakukan pengkajian kebutuhan asuhan keperawatan,
kolaborasi dengan pasien dan professional kesehatan lain, dan
menyusun rencana perawatan.
c. Pelaksanaan rencana asuhan keperawatan didelegasikan oleh perawat
primer kepada perawat sekunder selama shift lain.
d. Perawat primer berkonsultasi dengan perawat kepala dan penyelia.
e. Autoritas, tanggung gugat dan autonomi ada pada perawat primer
Perawat Primer
Pasien/Klien
b. Kelemahan
1) Hanya dapat dilakukan oleh perawat profesional
2) Tidak semua perawat merasa siap untuk bertindak mandiri, memiliki
akontabilitas dan kemampuan untuk mengkaji serta merencanakan
asuhan keperawatan untuk klien.
3) Akontabilitas yang total dapat membuat jenuh.
4) Perlu tenaga yang cukup banyak dan mempunyai kemampuan dasar
yang sama.
5) Biaya relatif tinggi dibanding metode penugasan yang lain.
D. Manajemen Kasus
1. Defenisi
Model manajemen kasus merupakan generasi kedua dari model
primary nursing. Dalam model ini asuhan keperawatan dilaksanakan
berdasarkan pendangan, bahwa untuk penyelesaian kasus keperawatan
secara tuntas berdasarkan berbagai sumber daya yang ada.
Metode manajemen kasus keperawatan adalah bentuk pemberian
asuhan keperawatan dan manajemen yang sumber-sumber terkait yang
memungkinkan adanya manajemen yang strategis dari cost dan quality oleh
seorang perawat untuk suatu episode penyakit hingga perawatan lanjutan.
Pengembangan metode ini didasarkan pada bukti-bukti bahwa
manajemen kasus dapat mengurangi pelayanan yang terpisah-pisah dan
duplikasi. Di sisi lain, metode kasus keperawatan ini akan memberikan
kesempatan untuk komunikasi di antara perawat, dokter dan tim kesehatan
lain, efisien dalam manajemen perawatan melalui monitoring, koordinasi
dan intervensi
2. Contoh
Setiap perawat ditugaskan untuk melayani seluruh kebutuhan pasien saat ia
dinas. Pasien akan dirawat oleh perawat yang berbeda untuk setiap shift dan
tidak ada jaminan bahwa pasien akan dirawat oleh orang yang sama pada
hari berikutnya. Metode penugasan biasanya bisa diterapkan satu pasien
satu perawat, hal ini umumnya dilaksanakan untuk perawat privat/pribadi
dalam memberikan asuhan keperawatan seperti kasus isolasi dan perawatan
intensif (intensive care unit)
3. Penerapan
Struktur Model Asuhan Keperawatan Kasus
Kepala Ruangan
b. Kekurangan :
1) Moral perawat profesional melakukan tugas non profesional
2) Tidak dapat dikerjakan perawat non profesional
3) Membingungkan
4) Belum dapatnya diidentifikasi perawat penanngung jawab
5) Perlu tenaga yang cukup banyak dan mempunyai kemampuan dasar
yang sama
2. Contoh
F.
PP1 PP2 PP3
PA PA PA
PA PA PA
PA PA PA
PP4
PA
PA
PA
3. Penerapan
Model MAKP ini memerlukan 26 perawat. Dengan menggunakan
model modifikasi keperawatan primer ini diperlukan 4 (empat) orang
perawat primer (PP) dengan kualifikasi Ners, di samping seorang kepala
ruang rawat, juga Ners, Perawat Associate(PA) 21 orang, kualifikasi
pendidikan perawat asosiasi terdiri atas lulusan D3 Keperawatan ( 3orang)
dan SPK (18 orang)
4. Keuntungan dan kelemahan
Keuntungan :
B. Saran
Adapun saran penulis terhadap pembaca, yaitu agar memahami
perbedaan kelima metode praktik keperawatan dan mampu
mengaplikasikannya dengan sebaik mungkin serta tidak menjadikan
kelemahan-kelemahan metode untuk memberikan pelayanan yang optimal.
DAFTAR PUSTAKA