Anda di halaman 1dari 6

TELENURSING SEBAGAI TREND DAN ISSU

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

Disusun Oleh :

Nurus Sa’adah (1901018)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


KARYA HUSADA SEMARANG
D3 KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2020/ 2021
A. Definisi Trend 
Trend adalah hal yang sangat mendasar dalam berbagai pendekatan analisa, tren juga
dapat di definisikan salah satu gambaran ataupun informasi yang terjadi pada saat ini yang
biasanya sedang popular di kalangan masyarakat.
Trend adalah sesuatu yang sedang di bicarakan oleh banyak orang saat ini dan kejadiannya
berdasarkan fakta.

B. Definisi Issu.
Issu adalah suatu peristiwa atau kejadian yang dapat diperkirakan terjadi atau tidak terjadi
pada masa mendatang, yang menyangkut ekonomi, moneter, sosial, politik, hukum,
pembangunan nasional, bencana alam, hari kiamat, kematian, ataupun tentang krisis.
Issu adalah sesuatu yang sedang di bicarakan oleh banyak namun belum jelas faktannya atau
buktinya.

C. Definisi Trend dan Issu Keperawatan


Trend dan Issu Keperawatan adalah sesuatu yang sedang dibicarakan banyak orang
tentang praktek/mengenai keperawatan baik itu berdasarkan fakta ataupun tidak, trend dan issu
keperawatan tentunya menyangkut tentang aspek legal dan etis keperawatan.
Saat ini trend dan issu keperawatan yang sedang banyak dibicarakan orang adalah
Aborsi, Eutanasia dan Transplantasi organ manusia, tentunya semua issu tersebut menyangkut
keterkaitan dengan aspek legal dan etis dalam keperawatan.

D. Telenursing Sebagai Trend dan Issu Keperawatan Medikal Bedah


Kemajuan teknologi informasi serta teknologi dibidang kesehatan berdampak terhadap
tingginya pemahaman masyarakat terhadap dunia kesehatan, sehingga tenaga kesehatan dituntut
untuk memberikan pelayanan kesehatan berkualitas, profesional dan mengedepankan
perkembangan teknologi dibidang kesehatan itu sendiri. Salah satu bentuk pemanfaatan
teknologi informasi dibidang kesehatan adalah penggunaan metode Telenursing. Trend
keperawatan Indonesia di Tahun 2020 diharapkan sudah mampu mengaplikasikan inovasi ini
nantinya. Telenursing didefinisikan sebagai praktek keperawatan jarak jauh menggunakan
teknologi telekomunikasi (National Council of State Boards of Nursing, 2011). Teknologi
informasi dibidang keperawatan adalah teknologi informasi yang mengintegrasikan ilmu
keperawatan, komputer, ilmu pengetahuan, dan ilmu informasi untuk mengelola dan
mengkomunikasikan data, informasi, dan pengetahuan dalam praktek keperawatan. Informatika
keperawatan memfasilitasi integrasi data, informasi, dan pengetahuan untuk dukungan klien,
perawat, dan penyedia lainnya dalam pengambilan keputusan mereka dalam semua peran dan
pengaturan. (Terhuyung & Bagley-Thompson,2002 dalam Salim, 2010).

Telenursing dapat diartikan sebagai pemakaian teknologi informasi dibidang pelayanan


keperawatan untuk memberikan informasi dan pelayanan keperawatan jarak jauh. Model
pelayanan ini memberikan keuntungan antara lain : 1) mengurangi waktu tunggu dan
mengurangi kunjungan yang tidak perlu, 2) mempersingkat hari rawat dan mengurangi biaya
perawatan, 3) membantu memenuhi kebutuhan kesehatan, 4) memudahkan akses petugas
kesehatan yang berada di daerah yang terisolasi, 5) berguna dalam kasus-kasus kronis atau kasus
geriatik yang perlu perawatan di rumah dengan jarah yang jauh dari pelayanan kesehatan, dan 6)
mendorong tenaga kesehatan atau daerah yang kurang terlayani untuk mengakses penyedia
layanan melalui mekanisme seperti : konferensi video dan internet(American Nurse Assosiation,
1999).

Sebagai suatu sistem tentunya tidak luput dari kekurangan, antara lain : tidak adanya
interaksi langsung perawat dengan klien yang akan mengurangi kualitas pelayanan kesehatan.
Sedangkan kekurangan lain dari telenursing ini adalah kemungkinan kegagalan teknologi seperti
gangguan koneksi internet atau terputusnya hubungan komunikasi akibat gangguan cuaca dan
lain sebagainya sehingga menggangu aktifitas pelayanan yang sedang berjalan, selain itu juga
meningkatkan risiko terhadap keamanan dan kerahasiaann dokumen klien.

Saat ini telah banyak penelitian yang mendukung bahwa inovasi telenursing sangat
berdampak positif bagi pelayanan keperawatan, berikut dapat dilihat pada beberapa artikel
penelitian maupun artikel ilmiah lainnya di jurnal-jurnal kesehatan sebagai berikut :

1. Impact of tele-advice on community nurses’ knowledge of venous leg ulcer care Ameen,Coll,
& Peters, 2005). Pada penelitian ini dikemukakan efektifitas telenursing dibidang manajemen
perawatan ulkus kaki, desain yang digunakan adalah quasi eksperimental dengan pendekatan pre
dan post intervensi pada 2 kelompok yaitu kelompok intervensi sebanyak 19 orang dan
kelompok kontrol sebanyak 19 orang, pada penelitian ini didapatkan bahwa terdapat perbaikan
yang signifikan dalam hal kemampuan perawat komunitas dalam manajemen perawatan ulkus
kaki antara sebelum dan sesudah intervensi melalui telenursing. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa tele-saran dapat menjadi manfaat besar bagi perawat komunitas dalam meningkatkan
pengetahuan mereka dalam praktek perawatan ulkus kaki. Ini akan memiliki implikasi signifikan
untuk penggunaan sumber daya manusia yang lebih efisien dan efektivitas biaya dalam
perawatan luka

2. Tele-education in emergency care(Binks & Benger, 2007). Dalam artikel ini dijelaskan bahwa
Telenursing juga bisa dimanfaatkan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petugas
kesehatan dalam hal ini adalah perawat, terutama petugas kesehatan yang bertugas didaerah-
daerah terpencil yang kadang sulit diakses melalui jalan darat karena kondisi geografis yang
tidak memungkinkan sehingga mereka kurang terpapar informasi-informasi maupun
pengetahuan terkini menghenai pelayanan keperawatan. Disini dijelaskan bagaimana telenursing
dimanfaatkan sebagai sarana penambahan wawasan dan pengetahuan mengenai keperawatan
gawat darurat terhadap petugaskesehatan yang bertugas di daerah terpencil. Dalam Tele-
education dapat diterapkan empat domain pembelajaran, yaitu : 1) pengetahuan, 2) keterampilan,
3) hubungan(relationship), dan 4) sikap (attituds).
3. Efficacy of tele-nursing consultations in rehabilitation after radical prostatectomy:
arandomised controlled trial study (Jensen, Kristensen, Christensen, & Borre, 2011). Dalam
artikel ini dijelaskan bahwa terdapat peningkatan angka dalam insiden kanker prostat
menyebabkan tuntutan yang lebih tinggi terhadap peran perawatan kesehatan masyarakat. Untuk
mengatasi kondisi tersebut, prostat ektomi radikal jalur cepat telah diperkenalkan, sehingga
waktu rawat menjadi pendek dan sedikit waktu yang tersedia untuk edukasi terhadap pasien post
op prostektomy, maka pasien dituntut agar mampu melakukan perawatan secara mandiri melalui
bantuan Telenursing. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menyelidiki apakah konsultasi
telepon perawat yang dipimpin (TC) dapat mengoptimalkan sumber daya, rehabilitasi secara
aman dan kepuasan pasien dalam periode pasca-operasi.

4. Using the Tele-ICU Care Delivery Model to Build Organizational Performance, Part 1(Rufo,
2011). Dalam artikel ini dijelaskan bahwa paradigma dalam model pemberian perawatan saat ini
telah bergeser ke arah perbaikan kualitas hidup pasien dan keamanan perawatan pasien. Tele-
health terintegrasi adalah salah satu contoh. Dengan menggunakan perangkat mobile dan
keahlian dari dokter yang berpengalaman dapat dihubungkan ke lokasi terpencil, sehingga
pemberi asuhan keperawatan didaerah terpencil sekarang dapat menerima bantuan untuk
manajemen pasien secara langsung melalui metode ini. Tele-ICU adalah salah satu contoh dari
penerapan model teknologi yang mempercepat pemecahan masalah klinis dan pengambilan
keputusan, sehingga mempercepat pemberian perawatan kritis dan akhirnya meningkatkan hasil
yang diharapkan.

5. A second set of eyes: an introduction to tele-ICU (Goran, 2010). Dalam artikel ini dijelaskan
bahwa Tele-ICU, eICU, virtual ICU, atau pusat ICU terpencil telah diterapkan dalam perawatan
pasien ICU oleh dokter di 28 negara, lebih dari 40 sistem perawatan kesehatan, dan lebih dari
200 rumah sakit. Konsep tele-ICU memberikan manfaat bagi tim perawatan untuk memperoleh
kemudahan dalam pengawasan pasien jarak jauh, tidak untuk mengendalikan atau mengganggu,
tetapi untuk mendukung dan meningkatkan kualitas perawatan. Saat pasien kritis keluarga,
timICU dan tele-ICU dapat berbagi pengalaman, berkolaborasi untuk menemukan solusi, dan
pemahaman melalui tele-ICU, serta belajar bagaimana bersama tim dapat meningkatkan
perawatan pasien.

6. Nu!RehaVR: virtual reality in neuro tele-rehabilitation of patients with traumatic braininjury


and stroke (Gervasi, Magni, & Zampolini, 2010). Dalam arikel ini dijelaskan Ketersediaan
lingkungan virtual di Web untuk mengembangkan aplikasi baru realitas virtual dalam beberapa
bidang, termasuk beberapa aplikasi therapeutical. Disini disajikan aplikasi virtual reality
diterapkan pada tele-rehabilitasi pasien dengan cedera otak traumatis dan stroke. Sistem ini
berdasarkan teknologi X3D dan Ajax3D, meningkatkan kemungkinan untuk membuat latihan
tele-rehabilitasi ditujukan pada pemulihan dari penyakit neurologis. Sistem, yang disebut Nu!
RehaVR ini, telah dirancang untuk mengintegrasikan aktivitas yang dilakukan pada sistem tele-
rehabilitasi,
7. Socio-technical and organizational challenges to wider e-Health implementation.Chronic
Respiratory Disease (Vitacca, Mazzù, & Scalvini, 2009). Kemajuan terbaru dalam teknologi
informasi dan komunikasi memungkinkan kontak dengan pasien dirumah melalui e-Health
layanan. Artikel ini memberikan wawasan tentang seni e-Health dan telemedicine untuk
penggunaan klinis yang lebih luas di masa depan. Peluang telemedicine dirangkum sebagai tele
home care, teleconsulting antara dokter umum dan spesialis dan kegiatan kesehatan online. Saat
ini prioritas Uni Eropa adalah Inisiatif pada Telemediciene (TM) untuk manajemen penyakit
kronis seperti pemantauan kesehatan dirumah dan Visi masa depan untuk Eropa 2020 didasarkan
pada pengembangan Pelayanan terpadu Telemedicine, meskipun masih ada pro dan kontra.
Kualitas, akses dan efisiensi adalah isu-isu kunci utama untuk keberhasilan e-Health dan
implementasi telemedicine.

8. Home-Based Telemedicine: A Survey of Ethical Issues (Bauer, 2001). Dalam artikel ini
dikemukakan berupa hasil survey terhadap pemanfatan Telemediciene didapatkan data bahwa
secara ekonomis maupun efektifitasnya boleh dikatakan bagus, karena dari segi biaya yang harus
dikeluarkan relatif rendah, kemudin dari segi efektifitasnya pasien tidak perlu datang ke tempat
pelayanan kesehatan yang dituju, tetapi cukup hanya dengan berinteraksi melalui Telemediciene
maupun Telenursing pasien sudah dapat terlayani. Namun masalah yang muncul dalam penilaian
ini adalah bahwa mereka tidak mengidentifikasi adanya nilai-nilai moral maupun implikasi etis
dari penerapan metodeini. Oleh sebab itu sebagai pengguna metode ini hendaknya petugas
kesehatan atau perawat yang mengelolanya harus memilki pemahaman yang luas tentang
keilmuan keperawatan itu sendiri maupun metode Telenursing yang digunakan.

Daftar pustaka

Ameen, J., Coll, A. M., & Peters, M. (2005). Impact of tele-advice on community
nurses'knowledge of venous leg ulcer care.Journal of Advanced Nursing, 50(6), 583-594.

Bauer, K. (2001). Home-Based Telemedicine: A Survey of Ethical Issues.CambridgeQuarterly of


Healthcare Ethics, 10(2), 137-146.

Binks, S., & Benger, J. (2007). Tele-education in emergency care. Emergency Medicine Journal,
24(11), 782-784.

Gervasi, O., Magni, R., & Zampolini, M. (2010). Nu!RehaVR: virtual reality in neuro tele-
rehabilitation of patients with traumatic brain injury and stroke.Virtual Reality, 14(2),131-141.

Goran, S. F. (2010). A second set of eyes: an introduction to tele-ICU.Critical Care Nurse,30(4),


46-56.

Greenberg M. Elisabeth (2000). The Domain of Telenursing : Issues and Prospects.Nursing


Economic Jurnal,18(4) 221-222.
Jensen, B. T., Kristensen, S. A., Christensen, S. V., & Borre, M. (2011). Efficacy of tele-nursing
consultations in rehabilitation after radical prostatectomy: a randomisedcontrolled trial
study.International Journal of Urological Nursing, 5(3), 123-130.

Rufo, R. (2011). Using the Tele-ICU Care Delivery Model to Build OrganizationalPerformance,
Part 1.Critical Care Nursing Quarterly, 34(3), 177-181.

Sabarguna (2011).Sistem informasi manajemen kesehatn: Tahap-tahap pengembangansistem.


Materi kuliah Program magister ilmu keperawatan FIK UI. (Tidakdipublikasikan).

Salahuddien (2011).Trend Keamanan Internet Indonesia di 2011.Diperoleh


dihttp://idsirtii.or.id/content/files/artikel/TREN%20KEAMANAN%20INTERNET
%20INDONESIA%202011.pdf. Diakses tanggal 9 Oktober 2011.

Vitacca, M., Mazzù, M., & Scalvini, S. (2009). Socio-technical and organizational challengesto
wider e-Health implementation.Chronic Respiratory Disease, 6 (2), 91-97.

http://anisa1707.blogspot.com/2012/11/tren-dan-issue-keperawatan.html
https://id.scribd.com/doc/114329814/Telenursing-Trend-Issu-Keperawatan-Indonesia-2020

Anda mungkin juga menyukai