Disusun Kelompok 3:
2021/2022
LAPORAN PENDAHULUAN
COLIC RENAL
A. Definisi
Kolik renal berasal dari dua kata yaitu “kolik” dan “renal”. Kolik adalah
merupakan nyeri viseral akibat spasme otot polos organ berongga yang umumnya
disebabkan karena hambatan pasase dalam rongga tersebut. Nyeri ini timbul oleh karena
hipoksia, dirasakan hilang timbul, dapat disertai mual dan muntah. Sedangkan renal
adalah ginjal. Kolik renal adalah suatu nyeri hebat pada pinggang yang disebabkan oleh
karena batu di ureter atau di Pelvic Ureter Junction (PUJ) (urolithiasis).
Kolik renal adalah nyeri yang disebabkan oleh obstruksi akut di ginjal, pelvis
renal atau ureter oleh batu. Nyeri ini timbul akibat peregangan, hiperperitalsis, dan
spasme otot polos pada sistem pelviokalises ginjal dan ureter sebagai usaha untuk
mengatasi obstruksi. Istilah kolik sebetulnya mengacu kepada sifat nyeri yang
hilang timbul (intermittent) dan bergelombang seperti pada kolik bilier dan kolik
intestinal namun pada kolik renal nyeri biasanya konstan. Nyeri dirasakan di flank area
yaitu daerah sudut kostovertebra kemudian dapat menjalar ke dinding depan abdomen, ke
regio inguinal, hingga ke daerah kemaluan. Nyeri muncul tiba-tiba dan bisa sangat berat
sehingga digambarkan sebagai nyeri terberat yang dirasakan manusia seumur hidup.
Kolik renal sering disertai mual dan muntah, hematuria, dan demam, bila disertai
infeksi.
Batu saluran kemih adalah adanya batu di traktus urinarius. (ginjal, ureter, atau
kandung kemih, uretra) yang membentuk kristal; kalsium, oksalat, fosfat, kalsium
urat,asam urat dan magnesium (Brunner & Suddath,2002).
B. Etiologi
Faktor intrinsik, meliputi:
1. Herediter : diduga dapat diturunkan dari generasi ke generasi.
2. Umur : paling sering didapatkan pada usia 30-50 tahun
3. Jenis kelamin : jumlah pasien pria 3 kali lebih banyak dibanding pasien wanita.
a. Teori Nukleasi : Batu terbentuk di dalam urine karena adanya inti batu atau
sabuk batu (nukleus). Partikel-partikel yang berada dalam larutan kelewat jenuh
akan mengendap di dalam nukleus itu sehingga akhirnya membentuk batu.
Inti bantu dapat berupa kristal atau benda asing saluran kemih.
b. Teori matriks : Matriks organik terdiri atas serum/protein urine (albumin,
globulin dan mukoprotein) sebagai kerangka tempat mengendapnya kristal-kristal
batu.
c. Penghambat kristalisasi: Urine orang normal mengandung zat penghambat
pembentuk kristal yakni magnesium, sitrat, pirofosfat, mukoprotein dan
beberapa peptida. Jika kadar salah satu atau beberapa zat ini berkurang
akan memudahkan terbentuknya batu dalam saluran kemih.
Penyebab lainnya:
Penyakit ginjal
Batu ginjal
Peradangan pada ginjal
Penggunaan narkoba
C. Manifestasi Klinis
Gejala utama batu ginjal yang akut adalah kolik ginjal atau nyeri kolik. Lokasi
nyeri bergantung pada lokasi batu. Apabila batu ada di dalam pelvis ginjal, penyebab
nyerinya adalah hidronefrosis dan nyeri ini tidak tajam, tetap, dan dirasakan
di area sudut kostovertebra. Apabila batu turun ke ureter, pasien akan mengalami nyeri
yang hebat, kolik, dan rasa seperti ditikam. Nyeri ini bersifat interminten dan disebabkan
oleh spasme (kejang) urter dan anoksia dinding ureter yang ditekan batu. Nyeri ini
menyebar ke area suprapubik, genitelia eksterna, dan paha. Nyeri dapat disertai
dengan mual dan muntah, serta akan mengarah kepada kelamahan. (Mary, 2008.
Hal 60).
D. Klasifikasi
Kolik renal dibagi menjadi 2 tipe yaitu :
1. Kolik renal tipikal
Fase-fase serangan kolik renal akut: Nyeri ini terjadi di sekitar dermatom T-10
sampai S-4 Ada 3 fase:
a. Fase akut / onset
Serangannya secara tipikal terjadi pada pagi atau malam hari
sehingga membangunkan pasien dari tidurnya. Jika terjadi pagi hari,
pasien umumnya mendeskripsikan serangan tersebut sebagai serangan
yang mulanya perlahan sehingga tidak dirasakan. Sensasi dimulai
dari pinggang, unilateral, menyebar ke sisi bawah, menyilang perut ke
lipat paha (groin). Nyerinya biasanya tetap, progresif, dan kontinu.
beberapa pasien mengalami serangan intermiten yang paroksismal dan sangat
parah. Derajat nyeri bisa meningkat ke intensitas maksimum setelah 30
menit sampai 6 jam atau lebih lama lagi. Pasien umumnya mencapai
nyeri puncak pada 1-2 jam setelah onset.
b. Fase konstan / plateau
Saat nyeri telah mencapai intensitas maksimum, nyeri akan menetap
sampai pasien diobati atau hilang dengan sendirinya. Periode dimana nyeri
maksimal ini dinamakan fase konstan. Fase ini biasanya berlangsung 1-4 jam
tetapi dapat bertahan lebih lama lebih dari 12 jam pada beberapa kasus.
Kebanyakan pasien datang ke UGD selama fase ini. Pasien yang
menderita kolik biasanya banyak bergerak, di atas tempat tidur atau saat
berjalan, untuk mencari posisi yang nyaman dan mengurangi nyeri.
Walaupun ginjal dan traktus urinarius terletak retroperitoneal, mual dan
muntah disertai bising usus menurun / hipoaktif adalah tanda yang
dominan; sehingga memungkinkan kesalahan diagnosis
intraperitoneal. Contohnya terutama adalah obstruksi ureteropelvis
junction pada ginjal kanan.
c. Fase hilangnya nyeri (Relieve)
Pada fase terakhir ini, nyeri hilang dengan tiba-tiba, cepat, dan pasien
merasakan kelegaan. Kelegaan ini bisa terjadi secara spontan kapanpun
setelah onset. Pasien kemudian dapat tidur, terutama jika diberikan
analgesik.
2. Kolik renal atipikal
Etiologi kolik tipikal bisa juga menyebabkan kolik atipikal. Obstruksi pada calyx
dapat menyebabkan nyeri pinggang yang lebih ringan tapi episodik. Hematuria
dapat juga terjadi. Lesi obstruktif pada ureterovesical junction (hubungan ureter
dan kandung kemih) ataupun segmen intramural dari ureter dapat menyebabkan
disuria, keinginan buang air kecil yang mendadak dan sering, serta nyeri yang
menjalar ke atas atau bawah. Kolik renal dapat disertai muntah-muntah hebat.
E. Patofisiologi
Batu-batu bisa menyebabkab sakit perut yang akut, ginjal dan punggung.
Pasien merasa resah karena sakit. Terdapat kebimbangan dan pembakaran sensasi selama
hajat dan kadang- kadang pasien ada darah dalam air seni. Sakit ini juga dikenal
sebagai renal colic. Sakit perut dari organ ginjal (renal colic) biasanya hadir karena
sakit perut tiba-tiba mulai akut, berselang perut mulas, sakit lambung (di samping tubuh,
antara tulang rusuk dan hip terakhir) yang dapat menyebar ke arah bawah perut
atau selangkangan paha. Hal ini sering dikaitkan dengan mual dan muntah-muntah. Ini
insiden yang menahun sekitar 16 per 10.000 orang dan masa insiden 2-5%. Renal colic,
bersama dengan haematuria, merupakan gejala klasik dari urolithiasis, yang harus
dipertimbangkan sebagai diagnosa diferensial. Namun ada ketentuan lainnya yang
memiliki gejala yang bisa meniru ginjal karena sakit perut urolithiasis. Salah satu
contohnya adalah perdarahan di dalam ginjal yang dapat menghasilkan gumpalan,
sementara yang tersangkut di saluran kencing. Teori terbentuknya batu antara lain:
a. Teori inti matriks
Terbentuknya batu saluran kencing memerlukan adanya substansi
organic sebagai inti. Substansia organic ini terutama terdiri dari
mukopolisakarida dan mukoprotein A yang akan mempermudah kristalisasi
dan agregasi substansi pembentuk batu.
b. Teori supersaturasi
Terjadinya kejenuhan substansi pembentuk batu dalam urin seperti
sistin, santin, asam urat, kalsium oksalat akan mempermudah terbentuknya batu.
c. Teori presipitasi-kristalisasi
Perubahan PH urin akan mempengaruhi solubilitas substansi dalam
urin. Pada urin yang bersifat asam akan mengendap sistin, santin, asam dan garam
urat, sedangkan pada urin yang bersifat alkali akan mengendap garam-garam
fosfat.
d. Teori berkurangnya factor penghambat
Berkurangnya factor penghambat seperti peptid fosfat, pirofosfat,
polifosfat, sitrat, magnesium, asam mukopolisakarid akan mempermudah
terbentuknya batu saluran kencing.
F. Pathway
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Urinalisa : warna mungkin kuning, coklat gelap, berdarah, secara umum
menunjukan SDM, SDP, kristal ( sistin,asam urat,kalsium oksalat), pH asam
(meningkatkan sistindan batu asam urat) alkali ( meningkatkan magnesium, fosfat
amonium, atau batukalsium fosfat), urine 24 jam : kreatinin, asam urat kalsium,
fosfat, oksalat, atau sistin mungkin meningkat), kultur urine menunjukan ISK,
BUN/kreatinin serum dan urine;abnormal (tinggi pada serum/rendah pada urine)
sekunder terhadap tingginya batuobstruktif pada ginjal menyebabkan
iskemia/nekrosis.
2. Darah lengkap : Hb,Ht, abnormal bila pasien dehidrasi berat atau polisitemia.
3. Hormon Paratyroid mungkin meningkat bila ada gagal ginjal .Merangsang reabsobsi
kalsium dari tulang, meningkatkan sirkulasi serum dan kalsium urine.
4. Foto Rontgen : menunjukan adanya kalkuli atau perubahan anatomic pada area
ginjal dan sepanjang ureter.
5. IVP : memberikan konfirmasi cepat urolithiasis seperti penyebab nyeri,
abdominal atau panggul.Menunjukan abnormalitas pada struktur anatomic (distensi
ureter).
6. Sistoureterokopi : visualiasi kandung kemih dan ureter dapat menunjukan batu atau
efek obstruksi.
7. USG ginjal : untuk menentukan perubahan obstruksi,dan lokasi batu
H. Komplikasi
1. Obstruksi urine dapat terjadi di sebelah hulu dari batu dibagian mana saja di saluran
kemih. Obstruksi diatas kandung kemih dapat menyebabkan hidroureter,
yaitu ureter membengkak oleh urine. Hidoureter yang tidak diatasi, atau
obstruksi pada atau atas tempat ureter keluar dari ginjal dapat menyebabkan
hidronefrosis yaitu pembengkakan pelvis ginjal dan sistem duktus pengumpul.
Hidronefrosis dapat menyebabkan ginjal tidak dapat memekatkan urine sehingga
terjadi ketidakseimbangan elektrolit dan cairan.
2. Obstruksi menyebabkan peningkatan tekanan hidrostatistik intersium dan dapat
menyebabkan penurunan GFR. Obstruksi yang tidak diatasi dapat menyebabkan
kolapsnya nefron dan kapiler sehingga terjadi iskemia nefron karena suplai darah
terganggu. Akhirnya dapat terjadi gagal ginjal jika kedua ginjal terserang.
3. Setiap kali terjadi obstruksi aliran urine (stasis), kemungkinan infeksi bakteri
meningkat. Dapat terbentuk kanker ginjal akibat peradangan dan cedera berulang
(Corwin, 2009. ).
I. Penatalaksanaan
Tips Diet Renal Colic Makan makanan kaya vitamin A. Hindari makanan
kaya oxalate seperti kacang-kacangan, lobak, arbei, seledri, cokelat, anggur, cabe hijau,
bayam, strawberry, summer squash, dan teh. Makan apel dan semangka.
Kurangi jumlah makanan kaya kalsium-susu, keju, mentega, susu dan makanan lainnya.
Tujuan dasar penatalaksanaan adalah untuk menghilangkan batu,
menentukan jenis batu, mencegah kerusakan nefron, mengendalikan infeksi dan
mengurangi obstruksi yang terjadi.
Indikasi pengeluaran batu saluran kemih:
Obstruksi jalan kemih
Infeksi
Nyeri menetap atau nyeri berulang-ulang
Batu yang agaknya menyebabkan infeksi atau obstruksi
Batu metabolic yang tumbuh cepat.
a. Pengurangan nyeri
Tujuan segera dari penanganan kolik renal atau ureteral adalah untuk mengurangi
nyeri sampai penyebabnya dapat dihilangkan; morfin atau meperidin diberikan untuk
mencegah syok dan sinkop akibat nyeri yang luar biasa. Mandi air hangat diarea
panggul dapat bermanfaat. Cairan diberikan, kecuali pasien mengalami muntah atau
menderita gagal jantung kongestif atau kondisi lain yang memerlukan
pembatasan cairan. Ini meningkatkan tekanan hidrostatik pada ruang di
belakang batu sehingga mendorong pasase batu tersebut ke bawah. Masukan
cairan sepanjang hari mengurangi konsentrasi kristaloid urin, mengencerkan urin dan
menjamin haluaran urin yang besar.
b. Pengangkatan batu
Pemeriksaan sitoskopik dan pasase kateter ureteral kecil untuk menghilangkan
batu yang menyebabkan obstruksi (jika mungkin), akan segera mengurangi
tekanan-belakang pada ginjal dan mengurangi nyeri.
c. Lithotripsi Gelombang Kejut Ekstrakorporeal (ESWL)
Adalah prosedur noninvasive yang digunakan untuk menghancurkan batu
di kaliks ginjal. Setelah batu tersebut pecah menjadi bagian yang kecil seperti pasir,
sisa batu-batu tersebut dikeluarkan secara spontan.
J. Pengkajian
a. Akivitas/ istirahat
Gejala: Pekerjaan monoton, pekerjaan dimana klien terpajan pada
lingkungan bersuhu tinggi, keterbatasan aktivitas/ mobilisasi sehubungan
dengan kondisi sebelumnya (contoh penyakit tak sembuh, cedera medulla spinalis)
b. Sirkulasi
Tanda: peningkatan TD/ nadi (nyeri, ansietas, gagal ginjal), kulit hangat dan
kemerahan.
c. Eliminasi
Gejala: riwayat adanya/ ISK kronis: obstruksi sebelumnya (kalkulus), penurunaan
haluan urine, kandung kemih penuh, rasa terbakar, dorongan berkemih, diare.
Tanda: Oliguria, hemeturia, piuria, perubahan pola berkemih.
d. Makanan/ cairan
Gejala: Mual/ muntah, nyeri tekan abdomen, diet tinggi purine, kalsium oksalat, dan /
fosfat, ketidak cukupan pemasukan cairan: tidak minum air yang cukup
Tanda: Diestensi abdominal: penurunan/ tak ada bising usus, muntah.
e. Nyeri/ kenyamanan
Gejala:
Episode akut nyeri berat, nyeri kolik. Lokasi tergantung pada lokasi batu,
contoh pada panggul di region sudut kostovetebrel: dapat menyebar
kapanggul, abdomen, dan turun ke lipatan paha/ genetalia.
Nyeri dangkal konstan menunjukan kalkulus ada dipelvis atau kalkulus ginjal.
Nyeri dapat digambarkan sebagai akut, hebat dengan posisi atau tindakan lain.
Tanda: Melindungi: perilaku distraksi, nyeri tekan pada daerah ginjal pada palpasi.
f. Keamanan
Gejala: Penggunaan alkohol: demam menggigil.
g. Penyuluhan/ pembelajaran
Gejala: Riwayat kalkulus dalam keluarga, penyakit ginjal, hipertensi, gout,
ISK kronis. Riwayat penyakit usus halus, bedah abdomen
sebelumnya, hiperparatiroidisme.
h. Pemeriksaan Penunjang
Urinalisa
Urine (24 jam
Kultutur urine
Survei biokimia
BUN/kreatinin serum dan urine
Kadar klorida dan biokarbonat serum:
Hitung darah lengkap
SDM
Hb/Ht
Hormon paratiroid
Foto ronsen KUB
IVP
Sistoureterokopi
Scan CT
Ultrasound ginjal
K. Diagnosis Keperawatan
1. Nyeri (akut) b/d peningkatan frekuensi kontraksi ureteral, taruma jaringan, edema dan
iskemia seluler.
2. Gangguan eliminasi urine b/d stimulasi kandung kemih oleh batu, iritasi ginjal dan
ureter, obstruksi mekanik dan peradangan.
3. Kekurangan volume cairan (resiko tinggi) b/d mual/muntah (iritasi saraf
abdominal dan pelvis ginjal atau kolik ureter, diuresis pasca obstruksi.
1. Djoerban. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Ed.IV jilid II. Jakarta: Pusat
Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI.
2. Gale, Daniele. 1996. Rencana Asuhan Keperawatan Onkologi, Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran. EGC.
3. Price & Wilson. 2005. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta:
EGC.
4. Sjamsuhidajat R, Jong W. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Jakarta: EGC.
5. Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah dari Brunner &
Suddarth. Edisi 8. Jakarta: EGC.
6. Wilkinson, Judith M. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Edisi 7. Jakarta:
EGC.
7. Nurarif .A.H. dan Kusuma. H. (2015). APLIKASI Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis
ASUHAN KEPERAWATAN
I. PENGKAJIAN
Pengkajian dilakukan hari Kamis, tanggal 30 Desember 2021 di ruang Sulaiman III.
A. IDENTITAS
1. Identitas Klien
Nama : Ny. D
Umur : 41 tahun
No. RM : 35-98-XX
2. Identitas Penanggungjawab
Nama : Tn. S
Umur : 50 tahun
Pekerjaan : Wirausaha
B. RIWAYAT KESEHATAN
1. Keluhan Utama
Pasien mengeluh nyeri di pinggang sebelah kiri. Nyeri hilang timbul dan di sertai
mual tapi tidak muntah.
Q: Nyeri tajam
S: 6-7
Pasien datang dari IGD pada tanggal 29 Desember 2021 pukul 10.30 WIB keluhan
nyeri pinggang kiri dan mual. TD: 202/109 , SPO2: 99, RR: 20, N:90, S: 36,6. Saat
di IGD diperiksa dokter dan langsung dianjurkan untuk rawat inap. Pada pukul
12.00 pasien dipindah ke ruang rawat inap sulaiman III dengan keluhan nyeri
pinggang sebelah kiri. TD: 168/105,S: 36.6, N: 90, RR: 20, SPO2: 99. Terapi yang
diberikan infus RL dan inj ketrolac.
TB / BB : 155 cm / 56 Kg
1. Sistem Pernafasan
Gejala (Subyektif) :
Tanda (Obyektif) : (tambahkan data jika ada masalah pada sistem ini)
a. Inspeksi
- Kelainan Tulang Belakang : Ya Tidak
- Warna Kulit : Sianosis Tidak Sianosis
- Lesi pada Dinding Dada : Ya Tidak
- Terdapat Luka Post Operasi : Ya, Kondisi Luka : Tidak
- Terpasang WSD : Ya Tidak
- Clubbing Finger : Ada Tidak
- Dada: Cembung Cekung Simetris Asimetris
- Pergerakan Dada: AsimetrisSimetris Teratur Tidak
teratur
- Frekuensi dan Irama Pernapasan : 20 kali/menit, Reguler / Irreguler
- Pola Nafas : Takipnoe Bradipnoe Hiperpnoe
Cheyne’stokes Kusmaul Biot Normal
2. Sistem Kardiovaskuler
Gejala (Subyektif) : (tambahkan narasi kalimat jika ada masalah pada sistem
ini)
a. Inspeksi
- Sklera : Ikterik Tidak Ikterik
- Konjungtiva : Anemis Tidak Anemis
- Ictus Cordis : Tampak Tidak Tampak
- Pulsasi Katup : Tampak Tidak Tampak
- Lain – Lain :-
b. Palpasi
- Heart Rate
Frekuensi : 98 kali/menit
Ciri denyutan : Pulsus Anarkot Pulsus Seler
Pulsus Paradoks Pulsus Alternans Normal
Irama : Teratur Pulsus Bigemini Pulsus Trigeminus
Pulsus Ekstra Sistole
Isi nadi : Kuat Lemah
- Arteri Karotis : Teraba Tidak Kuat Lemah
- Ictus Cordis : Teraba : Thrill Ya Tidak
- JVP : 6,8 cmH2O
- CVP : 6,0 cmH2O
- Ekstremitas : Edema : Ya, Derajat Edema ... Tidak
- Kulit : Hangat Dingin Lembab
- Capillary Refill : >3 detik ≤3 detik
- Lain – Lain :-
c. Perkusi
- Bunyi perkusi jantung :
- Batas jantung : Normal Tidak Normal
- Lain – Lain :-
d. Auskultasi
- Bunyi Jantung I, II : Teratur Tidak Teratur
- Gallop : Ada Tidak Ada
- Murmur/Bising Jantung : Ada Tidak Ada
- Derajat murmur : Tidak Ada
- Lain – Lain :-
3. Sistem Gastrointestinal
Gejala (Subyektif) : (tambahkan narasi kalimat jika ada masalah pada
sistem ini)
b. Pola diit : -
Makan terakhir :-
Tanda (Obyektif) : (tambahkan data jika ada masalah pada sistem ini)
LILA : 29,0 cm
Albumin :-
Protein : Negatif
Lainnya :-
Lain–lain:
Lain – Lain :
Tanda (Obyektif) : (tambahkan data jika ada masalah pada sistem ini)
Tanda (Obyektif) : (tambahkan data jika ada masalah pada sistem ini)
6. Sistem Immune
Gejala (Subyektif) : (tambahkan narasi kalimat jika ada masalah pada
sistem ini)
Riwayat Imunisasi :
7. Sistem Reproduksi
Pria
Gejala (Subjektif) : (tambahkan narasi kalimat jika ada masalah pada sistem
ini)
Tanda (Obyektif) : (tambahkan data jika ada masalah pada sistem ini)
a. Pemeriksaan : Normal
b. Payudara/testis : Simetris
c. Kutil genital/lesi : Tidak ada
d. Lain – lain :
8. Sistem Muskuloskeletal
Gejala (Subyektif) : (tambahkan narasi kalimat jika ada masalah pada
sistem ini)
Tanda (Obyektif) : (tambahkan data jika ada masalah pada sistem ini)
9. Sistem Endokrin
Gejala (Subyektif) : (tambahkan narasi kalimat jika ada masalah pada
sistem ini)
Tanda (Obyektif) : (tambahkan data jika ada masalah pada sistem ini)
Tanda (Obyektif) : (tambahkan data jika ada masalah pada sistem ini)
Tanda (Obyektif) : (tambahkan data jika ada masalah pada sistem ini)
a. Jenis golongan darah : -
b. Tanda-tanda infeksi : demam, menggigil : Tidak ada
c. Perdarahan : epistaksis, ptekie, purpura, perdarahan gusi, ekimosis, menorhagi,
hematrosis
d. Warna kulit : pucat, ikterik/ jaundice, koilonesia
e. Dispnea, nyeri dada, ortostasis :-
f. Pica (pada anemia defisiensi besi) : Tidak ada
g. Perut terasa penuh, mudah kenyang (menunjukkan splenomegali) : -
h. Alkoholik, kekurangan gizi, vegetarian (pada anemia megaloblastik) : -
i. Pruritus (pada polisitemia dan penyakit Hodgkin) : -
j. Sakit kepala dan gangguan neurologis (pada trombositopenia): -
k. Glositis: -
l. Limpadenopati: -
m. Nyeri tulang/ tenderness : pada myeloma multiple
n. Lain – lain :
D. DATA PENUNJANG
Dicantumkan hari & tanggal: Kamis, 29 Desember 2021
1. Pemeriksaan Laboratorium
Nama Tes Hasil Satuan Nilai Rujukan
Metode
HEMATOLOGI
Darah lengkap :
Hemoglobin 10.1 g/dL 11.7-15.5
Leukosit 11940 /mm3 3600-11000
Trombosit 385000 /mm3 1150000-400000
Hematokrit 30.0 % 35-47
Eritrosit 4.51 juta/mm3 3.8-5.2
MCV 66.5 fl 80-100
MCH 22.4 pg 26-34
MCHC 33.7 g/dL 32-36
Hitung jenis
(dif) :
Granulosit 55.5 % 0-1
1-4
Limfosit 7.1 %
25-40
Monosit 3.5 % 2-8
2. Pemeriksaan Diagnostik
a. Rontgen : Tidak ada
b. EKG : Normal
c. Radiologi: COR Cardiomegali,Pulmo BRPN Duplek.
d. Dll
3. Tanda – Tanda Vital
Tanggal dan Waktu Pemeriksaan
I. ANALISA DATA
NO DATA ETIOLOGI PROBLEM
1. DS : Agen Pencedera Fisik Nyeri Akut
V. EVALUASI
P: Lanjutkan intervensi
Identifikasi skala nyeri
Mengajarkan teknik untuk
mengurangi nyeri
Melakukan TTV
Inj. ketorolac
Rencana USG
P: Lanjutkan intervensi
Mengajarkan pasien untuk
berani bergerak sedikit demi
sedikit
Anjurkan untuk mengurangi
kecemasan
P: Lanjutkan intervensi
Mengajarkan relaksasi napas
dalam
Memonitor TTV
Jam 15.00 Mobilitas Fisik S: Pasien mengatakan belum berani Shaifut
bergerak dan sedikit dibantu suami Safira
Shaifut
Safira O: Pasien terlihat makan dan bergerak
masih dibantu suami
P: Lanjutkan intervensi
P: Intervensi dihentikan
P: Intervensi dihentikan