BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
6
7
2. Konsep Kepuasan
Keberhasilan suatu program peningkatan mutu pelayanan
keperawatan terletak pada tingkat kepuasan pasien. Semakin tinggi
tingkat kepuasan pasien, semakin baik pula mutu pelayanan
keperawatan. Kepuasan pasien merupakan tujuan pelayanan
keperawatan.
Untuk memahami apa yang dimaksud dengan kepuasan pasien
tidaklah mudah. Karena kepuasan pasien tidaknya mudah didefinisikan.
Kepuasan pasien sangat bersifat subyektif, sehingga antara satu pasien
dengan pasien yang lain mungkin memiliki konsep kepuasan yang
berbeda-beda. Menurut Kotler dalam Wijono (2011). Kepuasan adalah
tingkat keadaan yang dirasakan seseorang yang merupakan hasil dari
membandingkan penampilan atau outcome produk yang dirasakan dalam
hubungannya dengan harapan seseorang.
Dengan demikian tingkat kepuasan adalah suatu fungsi dari
perbedaan antara penampilan yang dirasakan dan harapan. Ada tiga
tingkat kepuasan bila penampilan kurang dari harapan, pelanggan tidak
puas. Bila penampilan sebanding dengan harapan pelanggan puas.
Apabila penampilan melebihi harapan, pelanggan amat puas atau senang
menurut Wijono (1999). Kepuasan pelanggan Puskesmas atau
Organisasi pelayanan kesehatan lain, dipengaruhi banyak faktor antara
lain yang bersangkutan dengan:
Pendekatan dan perilaku petugas, perasaan pasien terutama saat
pertama kali datang, mutu informasi yang diterima, seperti apa yang
dikerjakan, apa yang diharap, prosedur perjanjian, waktu tunggu, fasilitas
umum yang tersedia, fasilitas perhotelan untuk pasien seperti mutu
makanan, privasi, dan pengaturan kunjungan, outcome terapi dan
perawatan yang diterima.
Menurut Sabarguno (2012) kepuasan pasien meliputi empat
aspek berikut:
a. Kenyamanan: meliputi lokasi puskesmas, kebersihan puskesmas,
kenyamanan ruangan, makanan, peralatan ruangan.
b. Hubungan pasien dengan petugas puskesmas diantaranya
keramahan meliputi sikap terbuka, muka manis, rendah hati, dapat
8
d. Komunikasi iklan.
Menurut Jacobalis (2015) dalam Kartiko (2017) ketidakpuasan
pasien yang paling sering dikemukakan adalah ketidakpuasan
terhadap:
1. Sikap dan perilaku petugas puskesmas dan karyawan.
2. Keterlambatan oleh dokter atau perawat.
3. Dokter atau perawat yang merawat sulit ditemukan.
4. Petugas kurang komunikatif dan informatif.
5. Lamanya proses masuk puskesmas.
6. Aspek pelayanan di puskesmas.
7. Kebersihan dan ketertiban lingkungan.
4. Metode Pengukuran Kepuasan
Menurut Kotler (2011) ada berbagai metode dalam mengukur
kepuasan pelanggan yaitu :
a. Sistem keluhan dan saran.
Pemberi pelayanan memberikan kepuasan pada pelanggan
dengan cara menerima saran, keluhan masukan mengenai produk
atau jasa layanan. Jika penanganan keluhan, masukan dan saran
ini baik dan cepat, maka pelanggan akan merasa puas, sebaliknya
jika tidak maka pelanggan akan merasa kecewa. Contoh dengan
menggunakan formulir, kotak saran, kartu komentar.
b. Riset kepuasan pelanggan.
Model ini berusaha menggali tingkat kepuasan dengan survei
kepada pelanggan mengenai jasa yang selama ini mereka gunakan.
Jika dilakukan dengan baik, survei akan mencerminkan kondisi
lapangan yang sebenarnya mengenai sikap pelanggan terhadap
produk atau jasa yang digunakan.
c. Ghost Shopping
Yaitu model yang mirip dengan marketing intelligence yaitu
pihak pemberi jasa dari pesaingnya dengan cara berpura–pura
sebagai pembeli atau pengguna jasa dan melaporkan hal–hal yang
berkaitan dengan cara memahami kelemahan dan kekuatan produk
jasa atau cara pesaing dalam menangani keluhan.
11
B. Caring
1. Pengertian
Menurut Pasquali dan Arnold (2012) serta Waston (2013) dalam
Dwiyanti (2015), human care terdiri dari upaya untuk melindungi,
meningkatkan, dan menjaga atau mengabdikan rasa kemanusiaan
dengan membantu orang lain mencari arti dalam sakit, penderitaan, dan
keberadaanya serta membantu orang lain untuk meningkatkan
pengetahuan dan pengendalian diri. Berdasarkan pemahaman tersebut
12
Dengan demikian perasaan tersebut harus ada dalam diri setiap perawat
supaya mereka bisa merawat pasien.
Marriner dan Tomey (2014) menyatakan bahwa caring merupakan
pengetahuan kemanusiaan, inti dari praktik keperawatan yang bersifat
etik dan filosofikal. Caring bukan semata-mata perilaku. Caring adalah
cara yang memiliki makna dan memotivasi tindakan. Caring juga
didefinisikan sebagai tindakan yang bertujuan memberikan asuhan fisik
dan memperhatikan emosi sambil meningkatkan rasa aman dan
keselamatan klien (Carruth et all, 2011).
Caring adalah manifestasi dari perhatian kepada orang lain,
berpusat pada orang, menghormati harga diri dan kemanusiaan,
komitmen untuk mencegah terjadinya suatu yang memburuk, memberi
perhatian dan konsen, menghormati kepada orang lain dan kehidupan
manusia, cinta dan ikatan, otoritas dan keberadaan, selalu bersama,
empati, pengetahuan, penghargaan dan menyenangkan (Dwiyanti, 2015).
2. Asumsi yang mendasari konsep caring.
a. Caring hanya akan efektif bila diperlihatkan dan dipraktikkan secara
interpersonal.
b. Caring terdiri dari faktor kuratif yang berasal dari kepuasan dalam
membantu memenuhikebutuhan manusia atau klien.
c. Caring yang efekif dapat meningkatkan kesehatan individu dan
keluarga.
d. Caring merupakan respon yang diterima oleh seseorang tidak hanya
saat itu saja namun juga mempengaruhi akan seperti apakah
seseorang tersebut nantinya.
e. Lingkungan yang penuh caring sangat potensial untuk mendukung
perkembangan seseorang dan mempengaruhi seseorang dalam
memilih tindakan yang terbaik untuk dirinya sendiri.
f. Caring lebih kompleks daripada curing, praktik caring memadukan
antara pengetahuan biofisik dengan pengetahuan mengenai perilaku
manusia yang berguna dalam peningkatan derajat kesehatan dan
membantu klien yang sakit.
g. Caring merupakan inti dari keperawatan.
14
3. Sikap Caring
Sikap caring diberikan melalui kejujuran, kepercayaan, dan niat
baik. Caring menolong klien meningkatkan perubahan positif dalam aspek
fisik, psikologis, spiritual, dan sosial. Bersikap caring untuk klien dan
bekerja bersama dengan klien dari berbagai lingkungan merupakan
esensi keperawatan (Dwiyanti, 2015).
Madeline Leiniger (2012), seorang perawat antropologi, yang
memprakarsai konferensi pertama internasional Association for human
Caring, yang merupakan organisasi yang didedikasikan untuk deseminasi
penelitian dan aktifitas perawat dan mahasiswa perawat tentang caring pada
tahun 1978, mengemukakan teori tentang keragaman dan universalitas
perawat menurut budaya, yang dimuat dalam bukunya. Culture Care and
Universality: A Theory of Nursing, mendiskripsikan care dan caring adalah:
1. Caring mencakup tindakan asosiatif, suportif dan fasilitatif untuk individu
lain atau kelompok yang memiliki kebutuhan yang jelas maupun
kebutuhan yang dapat diperkirakan.
2. Caring berfungsi untuk memperbaiki dan meningkatkan kondisi dan cara
hidup manusia. Caring menekankan pada aktifitas yag sehat dan
memampukan individu serta kelompok yang berdasarkan pada model
bantu secara budaya.
3. Caring penting untuk tumbuh kembang dan kelangsungan hidup manusia.
4. Perilaku caring mencakup kenyamanan, rasa kasih sayang, perhatian,
perilaku koping, empati, memampukan, memfasilitasi, minat, keterlibatan,
tindakan konsultasi kesehatan, tindakan memelihara kesehatan, perilaku
membantu, cinta, pengasuhan, kehadiran, perilaku protektif, perilaku
restoratif, berbagi, perilaku menstimulasi, peredaan stress, pertolongan
dan dukungan, pengawasan kelembutan, sentuhan serta rasa percaya.
Lebih lanjut Leininger, (2012), mempostulatkan bahwa caring dan
budaya tidak dapat dipisahkan. Leininger juga mendefinisikan keperawatan
transkultural sebagai suatu area utama keperawatan yang berfokus pada
studi dan analisis budaya dan sub budaya yang berbeda di dunia mengenai
perilaku caring asuhan keperawatan, nilai kesehatan, keyakinan dan pola.
Tujuan keperawatan transkultural adalah mengembangkan pengetahuan
15
D. Kerangka Teori
Perilaku caring:
1. Kenyamanan
2. Rasa kasih sayang
Caring 3. Perhatian
Faktor – faktor 4. Empati
yang 5. Pertolongan
mempengaruhi 6. Dukungan
persepsi dan 7. Rasa percaya
harapan
pelanggan:
1. Kebutuhan Faktor penentu utama
dan keinginan kepuasan pelanggan :
pelanggan 1. Sikap dan perilaku
Hubungan antara petugas puskesmas
2. Pengalaman
Pasien dengan dan karyawan.
masa lalu
petugas 2. Keterlambatan oleh
ketika
Puskesmas: Kepuasan dokter atau
mengkonsum
1. Keramahan perawat.
si produk.
2. Sikap terbuka 3. Dokter atau perawat
3. Pengalaman
3. Muka manis yang merawat sulit
dari teman– Aspek
4. Rendah hati ditemukan.
teman. Kepuasan:
5. Dapat menjadi 4. Petugas kurang
4. Komunikasi 1. Kenyaman
pendengar komunikatif dan
iklan an
yang baik informatif.
6. Informative, 2. Hubungan
5. Lamanya proses
respponsiv pasien
pelayanan
7. Suportif dengan
puskesmas.
8. Komunikasi petugas
6. Aspek pelayanan di
terapeutik puskesma
puskesmas.
s
7. Kebersihan dan
3. Kompeten
ketertiban
si tehnik
lingkungan.
petugas
Sumber: Garpez, 2010 (dalam Nasution, 2014) Jacobalis (2015) dalam Kartiko
(2017), Sabarguno (2012), Leininger (2012)
Keterangan :
: Variabel yang diteliti
: Variabel yang tidak diteliti