Anda di halaman 1dari 21

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kepuasan Pasien

2.1.1. Pengertian

Kepuasan pasien adalah suatu tingkat perasaan pasien yang timbul sebagai

akibat dari kinerja layanan kesehatan yang diperolehnya setelah pasien

membandingkannya dengan apa yang diharapkan (Pohan, 2016). Selain itu, menurut

Philip Kotler dalam bukunya Marketing Management, memberikan definisi tentang

kepuasan pelanggan (customer Satisfaction) kepuasan adalah tingkatkeadaan yang

dirasakan seseorang yang merupakan hasil dan membandingkan penampilan atau

outcome produk yang dirasakan dalam hubungannya dengan seseorang(Setiawati,

2016).

Pengguna jasa memutuskan memberikan suatu penilaian terhadap produk atau

jasa dan tindakan atas dasar kepuasan. Dengan demikian tingkat kepuasan adala suatu

fungsi dari perbedaan Antara penampilan yang dirasakan dan harapan. Ada 3 tingkat

kepuasan. Bila penampilan kurang dari harapan, pelanggan tidak dipuaskan. Bila

penampilan sebanding dengan harapan, pelanggan puas. Apabila penampilan melebihi

harapan, pelanggan amat puas dan senang. Kepuasan pelanggan rumah sakit

dipengaruhi oleh banyak faktor, Antara lain yang bersangkutan dengan:

a. Pendekatan dan perilaku petugas, perasaan pasien terutama saat pertama kali

datang

9
10

b. Mutu informasi yang diterima, seperti apa yang dikerjakan, apa yang diharapkan

c. Prosedur perjanjian

d. Waktu tunggu

e. Fasilitas umum yang tersedia

f. Fasilitas perhotelan untuk pasien seperti mutu makanan, privacy dan pengaturan

kunjungan

g. Outcome terapi dan perawatan yang diterima (Wijono, 2019).

2.1.2. Kepuasan pasien dan kepuasan penyelanggara layanan kesehatan

Kepuasan pasien menjadi bagian integral dan menyeluruh dari kegiatan

jaminan mutu layanan kesehatan. Artinya, pengukuran tingkat kepuasan pasien harus

menjadi kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dari pengukuran mutu pelayanan

kesehatan. Konsekuensi dari pola piker yang demikian adalah dimensi kepuasan

pasien menjadi salah satu dimensi mutu layanan kesehatan yang penting (Pohan,

2017).

Survei kepuasan pasien menjadi penting dan perlu dilakukan bersamaan

dengan pengukuran dimensi mutu layanan kesehata lainnya. Kemauan / keinginan

pasien dapat diketahui melalui survey kepuasan pasien. Pengalaman membuktikan

bahwa transformasi ekonomi pasti akan mengubah keinginan dan kebutuhan

masyarakat terhadap layanan kesehatan. Oleh sebab itu, pengukuran kepuasan pasien

perlu dilakukan secara berkala dan akurat. Terlah terbukt bahwa hubungan yang

positif antara pastisipasi aktif masyarakat dalam pembangunan kesehatan dengan

kepuasan pasien (Pohan, 2017).

9
11

Kesimpulan yang dapat dibuat dari pola pikir diatas, antara lain:

a. Komponen kepuasan pasien dari mutu layanan kesehatan menjadi salah satu

komponen utama atau penting

b. Kepuasan pasien adalah keluaran layanan kesehatan. Dengan demikian, kepuasan

pasien merupakan salah satu tujuan dari peningkatan mutu layanan kesehatan.

c. Dapat dibuktikan bahwa dan/ atau masyarakat yang mengalami kepuasan

terhadap layanan kesehatan yang diselenggarakan cederung tidak mematuhi

rencana pengobatan, tidak mematuhi nasihat, tidak mematuhi rencana

pengobatan, berganti dokter atau pindah kefasilitas layanan kesehatan lainnya.

d. Uji coba membuktikan bahwa kepuasan pasien berdampak pada keluaran dari

layanan kesehatan, artinya berdampak pada status kesehatan. Dengan demikian,

pada beberapa kejadian yang memerlukan layanan kesehatan dalam kurun waktu

yang lama, sebagai pakar merekomendasikan agar menggunakan status kesehatan

sebagai indicator kepuasan pasien (Pohan, 2017).

2.1.3 Pengukuran kepuasan pasien

Telah disebutkan bahwa kepuasan pasien adah keluaran dari layanan kesehatan

dan suatu perubahan dari system layanan kesehatan yang ingin dilakukan tidak

mungkin tepat sasaran dan berhasil tanpa melakukan pegukuran kepuasan pasien.

Karena hasil pengukuran pasien akan digunakan sebagai dasar untuk mendukung

perubahan sistem layanan kesehatan, perangkat yang digunakan untuk mengukur

kepuasan pasien itu harus handal dan dapat dipercaya (Pohan, 2017).

9
12

Pengukuran kepuasan pasien pada fasilitas kesehatan tidak mudah karena

layanan kesehatan tidak mengalami semua perlakuan yang dialami oleh pasar biasa.

Dalam layanan kesehatan, pilihan-pilihan yang ekonomis tidak jelas, pasien tidak

mungkin atau sulit mengetahui apakah layanan kesehatan yang didapatnya optimal

atau tidak. Apabila fasilitas layanan kesehatan atau rumah sakit dianggap sebagai

produsen atau suatu layanan kesehatan, akan di jumpai suatu rentetan dari struktur

dan proses. Di dalam struktur terdapat gedung, peralatan, obat, profesi layanan

kesehatan, prosedur, kebijaksanaan organisasi dan lainnya. Proses akan menyangkut

penyelenggaraan layanan kesehatan itu sendiri. Keluaran akan menghasilkan sesuatu

untuk kepentingan pasien dan pengelengara dari layanan kesehatan itu. Pengumpulan

data survey kepuasan pasien dapat dilakukan dengan berbagai cara, tetapi umumnya

dilakukan melalui:

a. Lingkungan fisik gedung, peralatan, petugas, obat, kebijaksanaan, prosedur

dan standar.

b. Kesinambungan layanan kesehatan, rujukan tepat, rekam medic akurat dan

lengkap

c. Keluaran atau hasil layanan kesehatan efektif, konsultasi teliti, tidak berulang-

ulang

d. Biaya layanan kesehatan, paling efektif, karena sesuai standar layanan

kesehatan

e. Hubungan antarmanusia: saling menghargai dan mempercayai, repat waktu,

nyaman, bersih dan privasi

9
13

f. Akses fisik, ekonomi dan budaya bahasa dan istilah dimengerti pasien

g. Ramah, menghargai manusia, seni memberikan layanan kesehatan, penuh

perhatian, mau mendengarkan

h. Memberikan informasi yang lengkap dan dimengerti, selalu memberi

kesempatan bertanya

i. Perhatiaan terhadap masalah psiko-sosial pasien, empati

j. Fokus pengaturan sistem layanan kesehatan untuk memberikan kemudahan

pasien

k. Kompetensi teknik pemberi layanan kesehatan, konsisten terhadap standar

layanan kesehatan (Pohan, 2017).

Ada dua komponen yang akan memengaruhi tingkat kepuasaan pasien yaitu

komponen harapan pasien dan komponen kinerja layanan kesehatan. Banyak cara

pengukuran tingkat kepuasan pasien, tetapi yang akan dijelaskan berikut adala salah

satu cara pengukuran kepuasan pasien berdasarkan konsep harapan- kinerja.

Pengukuran harapan pasien dapat dilakukan dengan membuat kuesioner yang berisi

aspek-aspek layanan kesehatan yang dianggap penting oleh pasien. Tingkat

kepentingan tersebut dapat di ukur dengan menggunakan skala likert dengan graduasi

penilaian kepentingan, misalnya sangat penting, cukup penting, penting, kurang

penting dan tidak penting. Kemudian tinglat penilaian diberikan nilai misalnya sangat

penting diberi bobot 5, cukup penting diberi bobot 4, penting diberi bobot 3, kurang

penting diberi bobot 2 dan tidak penting diberi bobot 1 (Pohan, 2017).

9
14

2.2. Sanitasi Rumah Sakit

2.2.1 Pengertian

Sanitasi adalah kondisi kesehatan masyarakat yang berkaitan dengan penyediaan

air minum yang bersih serta pengolahan dan pembuangan kotoran manusia dan air

limbah. Mencegah manusia bersentuhan langsung dengan kotoran dan bahan buangan

berbahaya lainnya serta mencuci tangan dengan sabun merupakan bagian dari sanitasi.

Tujuan sanitasi adalah untuk melindungi kesehatan manusia dengan menyediakan

lingkungan yang bersih yang akan menghentikan penularan penyakit, terutama

melalui jalur fekal–oral (Susana, 2018).

Menurut Sianturi (2019) Sanitasi adalah suatu cara untuk mencegah

terjangkitnya suatu penyakit menular dengan jalan memutuskan mata rantai dari

sumber. Sanitasi merupakan usaha kesehatan masyarakat yang menitikberatkan pada

penguasaan terhadap berbagai faktor lingkungan yang mempengaruhi derajat

kesehatan. Kesehatan lingkungan adalah upaya perlindungan, pengelolaan, dan

modifikasi lingkungan yang diarahkan menuju keseimbangan ekologi pada tingkat

kesejahteraan manusia yang semakin meningkat.Kesehatan lingkungan rumah sakit

diartikan sebagai upaya penyehatan dan pengawasan lingkungan rumah sakit yang

mungkin berisiko menimbulkan penyakit dan atau gangguan kesehatan bagi

masyarakat sehingga terciptanya derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-

tingginya (Sianturi, 2019).

Sanitasi rumah sakit merupakan bagian dari kesehatan lingkungan rumah sakit.

Kesehatan lingkungan rumah sakit diartikan sebagai upaya penyehatan dan

9
15

pengawasan lingkungan rumah sakit yang mungkin berisiko menimbulkan penyakit

dan atau gangguan kesehatan bagi masyarakat sehingga terciptanya derajat kesehatan

masyarakat yang setinggi-tingginya (Setiawati, 2016).

Rumah sakit sebagai tempat atau sarana pelayanan umum juga menghasilkan

sampah atau limbah yang dapat menimbulkan dampak negatif terhadap kesehatan

masyarakat dan lingkungan hidup. Untuk kegiatan pengelolaan dampak ini di rumah

sakit telah ditetapkan dalam Peraturan Menteri Kesehatan R.I. No. 7 Tahun 2019

tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit. Rumah sakit sebagai

institusi pelayanan kesehatan yang didalamnya terdapat bangunan, peralatan, manusia

(petugas, pasien dan pengunjung) dan kegiatan pelayanan kesehatan, disamping dapat

menghasilkan dampak positif berupa produk pelayanan kesehatan juga dapat

menimbulkan dampak negatif berupa pencemaran lingkungan, sumber penularan

penyakit yang dapat menghambat proses penyembuhan dan pemulihan pasien. Untuk

itu sanitasi rumah sakit diarahkan untuk mengawasi faktor-faktor tersebut agar tidak

membahayakan. Dengan demikian, sesuai dengan pengertian sanitasi, lingkup sanitasi

rumah sakit menjadi luas mencakup upaya-upaya yang besifat fisik seperti

pembangunan sarana pengolahan limbah cair, penyediaan air bersih, fasilitas cuci

tangan, fasilitas pembuangan sampah, serta upaya non fisik seperti pemeriksaan,

pengendalian, pengawasan, penyuluhan dan pelatihan (RSUD Kota Banjar, 2020).

Dalam pelaksanaannya, sanitasi rumah sakit seringkali ditafsirkan secara sempit,

yakni hanya aspek kerumahtanggaan (house keeping) seperti kebersihan gedung,

kamar mandi/WC, kebersihan halaman dan limbah. Dalam lingkup rumah sakit,

9
16

sanitasi berarti upaya pengawasan berbagai faktor lingkungan fisik, kimiawi dan

biologidi rumah sakit yang menimbulkan atau mungkin dapat mengakibatkan

pengaruh buruk terhadap kesehatan petugas, pasien, pengunjung maupun bagi

masyarakat di sekitar rumah sakit (RSUD Kota Banjar, 2020).

Dalam lingkup Rumah Sakit (RS), sanitasi berarti upaya pengawasan berbagai

faktor lingkungan fisik, kimiawi dan biologik di RS yang menimbulkan atau mungkin

dapat mengakibatkan pengaruh buruk terhadap kesehatan petugas, penderita,

pengunjung maupun bagi masyarakat di sekitar RS. Sanitasi RS juga merupakan

upaya dan bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan di RS dalam

memberikan layanan dan asuhan pasien yang sebaik-baiknya. Tujuan dari sanitasi RS

tersebut adalah menciptakan kondisi lingkungan RS agar tetap bersih, nyaman, dan

dapat mencegah terjadinya infeksi silang serta tidak mencemari lingkungan. Dalam

pelaksanaannya sanitasi RS seringkali ditafsirkan secara sempit, yakni hanya aspek

kerumahtanggaan (house keeping) seperti kebersihan gedung, kamar mandi dan WC

dan pelayanan makanan minuman (Wulandari, 2018).

Sanitasi RS sering kali dianggap hanyalah merupakan upaya pemborosan dan

tidak berkaitan langsung dengan pelayanan kesehatan di RS. Sehingga seringkali

dengan dalih kurangnya dana pembangunan dan pemeliharaan, ada RS yang tidak

memiliki sarana pemeliharaan sanitasi, bahkan cenderung mengabaikan masalah

sanitasi. Mereka lebih mengutamakan kelengkapan alat-alat kedokteran dan

ketenagaan yang spesialistik. Di lain pihak dengan masuknya modal asing dan swasta

dalam bidang perumahsakitan kini banyak RS berlomba-lomba untuk menampilkan

9
17

citranya melalui kementerengan gedung, kecanggihan peralatan kedokteran serta

tenaga dokter spesialis yang qualified, tetapi kurang memperhatikan aspek sanitasi.

Sebagai contoh, banyak RS besar yang tidak memiliki fasilitas pengolahan air limbah

dan sarana pembakar sampah (incinerator) serta fasilitas cuci tangannya tidak

memadai atau sistim pembuangan sampahnya tidak saniter. Apabila hal ini dibiarkan

berlarut-larut akan dapat membahayakan masyarakat, baik berupa terjadinya infeksi

silang di RS maupun pengaruh buruk terhadap lingkungan dan masyarakat luas. Dari

berbagai penelitian diketahui bahwa kejadian infeksi di RS ada hubungannya dengan

kondisi RS yang tidak saniter. Untuk itu apabila RS akan menjadi lembaga swadana,

aspek sanitasi perlu diperhatikan. Karena di samping dapat mencegah terjadinya

pengaruh buruk terhadap lingkungan, juga secara ekonomis dapat menguntungkan.

Sungguh ironis bilaRS sebagai tempat penyembuhan, justru menjadi sumber

penularan penyakit dan pencemar lingkungan (Wulandari, 2018).

Rumah Sakit sebagai institusi pelayanan kesehatan yang di dalamnya terdapat

bangunan, peralatan, manusia (petugas, pasien dan pengunjung) dan kegiatan

pelayanan kesehatan, ternyata di samping dapat menghasilkan dampak positif berupa

produk pelayanan kesehatan yang baik terhadap pasien, juga dapat menimbulkan

dampak negatif berupa pengaruh buruk kepada manusia seperti pencemaran

lingkungan, sumber penularan penyakit dan menghambat proses penyembuhan dan

pemulihan penderita. Untuk itu sanitasi RS diarahkan untuk mengawasi faktor-faktor

tersebut agar tidak membahayakan. Dengan demikian, sesuai dengan pengertian

sanitasi, lingkup sanitasi RS menjadi luas mencakup upaya-upaya yang bersifat fisik

9
18

seperti pembangunan sarana pengolahan air limbah, penyediaan air bersih, fasilitas

cuci tangan, masker, fasilitas pembuangan sampah, serta upaya non fisik seperti

pemeriksaan, pengawasan, penyuluhan, dan pelatihan (Wulandari, 2018).

Sanitasi rumah sakit merupakan upaya dan bagian tidak terpisahkan dari sistem

pelayanan kesehatan di rumah sakit dalam memberikan layanan danasuhan pasien

yang sebaik-baiknya karena tujuan dari sanitasi rumah sakittersebut adalah

menciptakan kondisi lingkungan rumah sakit agar tetap bersih, nyaman, sehat dan

dapat mencegah terjadinya infeksi silang serta tidak mencemari lingkungan.

Penanggulangan masalah sanitasi baik dalam skala kecil ataupun besar memerlukan

penanggulangan yang cepat, tepat, efektif dan efisien. Penanggulangan secara baik

akan tercapai apabila adanya suatu perencanaan dan kebijakan yang terkoordinasi dan

terpadu (RSUD Kota Banjar, 2020).

2.2.2.Fasilitas Sanitasi

a. Fasilitas toilet ruang rawat inap

Standar Baku Mutu dan Persyaratan Kesehatan Sarana dan Bangunan

Standar baku mutu dan persyaratan kesehatan sarana dan bangunan sesuai dengan

ketentuan Peraturan Menteri Kesehatan yang mengatur mengenai persyaratan

teknis bangunan dan prasarana rumah sakit. Selain yang sudah diatur dari

ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku, terkait dengan toilet dan

kamar mandi terdapat persyaratan fasilitas toilet dan kamar mandi yaitu:

1) Harus tersedia dan selalu terpelihara serta dalam keadaan bersih.

9
19

2) Lantai terbuat dari bahan yang kuat, kedap air, tidak licin, berwarna terang,

mudah dibersihkan dan tidak boleh menyebabkan genangan.

3) Pada setiap unit ruangan harus tersedia toilet (jamban, peturasan dan tempat

cuci tangan) tersendiri.

4) Lubang penghawaan harus berhubungan langsung dengan udara luar

(Suhariono, 2019)

b. Saluran air limbah toilet ruang rawat inap

Pengertian limbah menurut KEPMENKES RI NO.1204/MENKES /SK /X/

2004 tentang persyaratan kesehatan lingkungan rumah sakit adalah:

1) Limbah rumah sakit adalah semua  limbah yang dihasilkan dari kegiatan

rumah sakit dalam bentuk padat, cair dan gas.

2) Limbah cair adalah semua air buangan termasuk tinja yang berasal dari

3) kegiatan rumah sakit yang kemungkinan mengandung mikroorganisme,

bahan kimia beracun dan radioaktif yang berbahaya bagi kesehatan.

Air limbah rumah sakit perlu dikelola dengan cermat karena dapat mencemari

lingkungan sperti air minum dan badan air yang sering digunakan di masyarakat,

gangguan bau dan estetika.Sebagai gambaran jika air limbah rumah sakit

mengandung bahan berbahaya, infeksius, bahan radioaktif, maka kemungkinan

dapat terjadi “cross infection” kepada penderita, pengunjung dan petugas rumah

sakit.Saluran air limbah meliputi:Saluran pembuangan limbah harus

menggunakan system saluran tertutup, kedap air dan limbah harus mengalir

dengan lancar (Kemenkes, 2018).

9
20

c. Pengamanan Sampah Medis dan Non Medis di Ruang Rawat inap

Tempat Pewadahan Limbah padat Non-Medis :

1) Terbuat dari bahan yang kuat, cukup ringan, tahan karat, kedap air, dan

mempunyai permukaan yang mudah dibersihkan pada bagian dalamnya,

misalnya fiberglass.

2) Mempunyai tutup yang mudah dibuka dan ditutup tanpa mengotori  tangan.

3) Terdapat minimal 1 (satu) buah untuk setiap kamar atau sesuai dengan

kebutuhan.

4) Limbah tidak boleh dibiarkan dalam wadahnya melebihi 1 x 24 jam atau

apabila 2/3 bagian kantong sudah terisi oleh limbah, maka harus diangkut

supaya tidak menjadi perindukan vektor penyakit atau binatang pengganggu.

5) Tong sampah yang sudah rusak dan tidak berfungsi, harus diganti dengan tong

sampah yang memenuhi persyaratan.

d. Penataan Linen di Ruang Rawat Inap

1) Pemilahan antara linen infeksius dan non infeksius dimulai dari sumber dan

memasukkan linen kedalam kantong plastik sesuai jenisnya serta diberi label.

2) Linen yang siap pakai harus dalam keadaan yang bersih.

2.2.3. Ruang Lingkup Sanitasi Rumah Sakit

Setelah Saudara memahami tentang pengertian Sanitasi Rumah Sakit, berikut ini

kitaakan membahas tentang ruang lingkup Sanitasi Rumah Sakit yang diatur oleh

KementerianKesehatan adalah sebagai berikut :

9
21

1. Aspek Kerumahtanggaan (Housekeeping) meliputi kegiatan sebagai berikut :

a. Kebersihan gedung secara keseluruhan.

b. Kebersihan dinding dan lantai.

c. Pemeriksaan karpet lantai.

d. Kebersihan kamar mandi dan fasilitas toilet.

e. Penghawaan dan pembersihan udara.

f. Gudang dan ruangan.

g. Pelayanan makanan dan minuman.

2. Aspek khusus Sanitasi Melingkupi Kegiatan Sebagai Berikut:

a. Penanganan sampah kering mudah terbakar.

b. Pembuangan sampah basah.

c. Pembuangan sampah kering tidak mudah terbakar.

d. Tipe incinerator Rumah Sakit.

e. Kesehatan kerja dan proses-proses operasional.

f. Pencahayaan dan instalasi listrik.

g. Radiasi.Sanitasi linen, sarung dan prosedur pencucian.

h. Teknik-teknik aseptik.

i. Tempat cuci tangan.

j. Pakaian operasi.

k. Sistim isolasi sempurna (Wulandari, 2018).

3. Aspek Dekontaminasi, Disinfeksi dan Sterilisasi Meliputi Kegiatan Sebagai

nnBerikut:

9
22

a. Sumber-sumber kontaminasi.

b. Dekontaminasi peralatan pengobatan pernafasan.

c. Dekontaminasi peralatan ruang ganti pakaian.

d. Dekontaminasi dan sterilisasi air,makanan dan alat-alat pengobatan.

e. Sterilisasi kering.

f. Metode kimiawi pembersihan dan disinfeksi.

g. Faktor-faktor pengaruh aksi bahan kimia.

h. Macam-macam disinfektan kimia.

i. Sterilisasi gas (Wulandari, 2018).

2.3 Rumah Sakit

Menurut WHO (World Health Organization), rumah sakit adalah bagian integral

dari suatu organisasi sosial dan kesehatan dengan fungsi menyediakan pelayanan

paripurna (komprehensif), penyembuhan penyakit (kuratif) dan pencegahan penyakit

(preventif) kepada masyarakat. Rumah sakit juga merupakan pusat pelatihan bagi

tenaga kesehatan dan pusat penelitian medik (WHO, 2020).

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2019

tentangKlasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit, menjelaskan pengertian rumah sakit

adalah institusi pelayanan kesehatan yangmenyelenggarakan pelayanan kesehatan

perorangansecara paripurna yang menyediakan pelayanan rawatinap, rawat jalan, dan

gawat darurat. Undang-undang tersebut juga menjelaskan mengenai pembagian rumah

9
23

sakit berdasarkan jenis pelayanan yang diberikan, Rumah Sakit dikategorikan

menjadi, Rumah Sakit Umum dan Rumah Sakit Khusus.

a. Rumah Sakit Umum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberikan pelayanan

kesehatan pada semua bidang dan jenis penyakit.

b. Rumah Sakit Khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberikan pelayanan

utama pada satu bidang atau satu jenis penyakit tertentu berdasarkan disiplin ilmu,

golongan umur, organ,jenis penyakit, atau kekhususan lainnya. Rumah sakit

sebagai sarana pelayanan kesehatan, yang berjenjang dan fungsi rujukan, rumah

sakit umum dan rumah sakit khusus diklasifikasikan berdasarkan fasilitas dan

kemampuan pelayanan Rumah Sakit.

Klasifikasi Rumah Sakit Umum beserta jumlah minimal tempat tidur yang tersedia

adalah:

1) Rumah Sakit umum kelas A - tempat tidur minimal 400 buah ,

2) Rumah Sakit umum kelas B - tempat tidur minimal 200 buah,

3) Rumah Sakit umum kelas C - tempat tidur minimal 100 buah,

4) Rumah Sakit umum kelas D - tempat tidur minimal 50 buah.

Dalam perancangan sebuah rumah sakit, aspek lokasi menjadi pertimbangan,

selain fungsinya sebagai sarana pelayanan kesehatan, pemilihan lokasi sarana

pelayanan kesehatan menurut Pedoman Penentuan Standart Pelayanan Minimal

Bidang Penataan Ruang.

Perumahan dan Pemukiman dan Pekerjaan Umum (Keputusan Mentri

Pemukiman dan Prasarana Wilayah No. 534/KPTS/M/2001), yaitu Rumah Sakit

9
24

sebaiknya berada di pusat lingkungan/ kecamatan, bersih, mudah dicapai, tenang, jauh

dari sumber penyakit, sumber bau/sampah, dan pencemaran lainnya (Sianturi, 2019).

2.3.1 Ruang Lingkup Rumah Sakit.

Persyaratan yang harus dipenuhi instansi pelayanan kesehatan,khususnya

sanitasi lingkungan rumah sakit antara lain:

a. Penyehatan ruang bangunan dan halaman rumah sakit

b. Persyaratan Hygiene dan sanitasi makanan dan minuman\

c. Penyehatan air

d. Pengelolaan limbah

e. Pengelolaan tempat pencucian ( laundry )

f. Pengendalian serangga

g. Dekontaminasi melalui disinfeksi dan sterilisasi

h. Persyaratan pengamanan radiasi

i. Upaya promosi kesehatan dari aspek kesehatan lingkungan (Prasetya,

2019).

2.4Pelayanan Rawat Inap

Pelayanan rawat inap merupakan pelayanan kesehatan perorangan yang

meliputi observasi, diagnosa, pengobatan, keperawatan, rehabilitasi medik dengan

menginap di ruang rawat inap, oleh karena penyakitnya penderita harus menginap

(Setiawati, 2016).

9
25

Rawat Inapadalah salah satu bentuk proses pengobatan atau rehabilitasi oleh

tenaga pelayanan kesehatan profesional pada pasien yang menderita suatu penyakit

tertentu, dengan cara di inapkan di ruang rawat inap tertentusesuai dengan jenis

penyakit yang dialaminya.Ruang Rawat inap adalah ruangan/fasilitas yang dijadikan

tempat merawat pasien.Biasanya ruangan rawat inap berupa bangsal yang di hunioleh

beberapa pasien sekaligus, namun pada beberapa rumah sakit juga menyediakan

fasilitas ruang rawat inap khusus (VVIP) yang lebih nyaman, lebih lengkap, dan ada

juga yang mempunyai tempat perawatan yang mewah layaknya hotel berbintang,

tentunya dengan biaya yang lebih mahal, dibandingkan dengan fasilitas standar

pelayanan kelas biasa (Sianturi, 2019).

2.4.1. Persyaratan Konstruksi Bangunan Ruang Rawat Inap Rumah Sakit

Perancangan sebuah bangunan gedung rawat inap rumah sakit selain

ditinjau dari aspek fungsional bangunan, sebagai sarana pelayanan

kesehatan oleh tenaga kesehatan, aspek konstruksi bangunan juga menjadi

faktor yang penting dalam menghasilkan sebuah ruang yang dapat

menunjang kegiatan pelayanan kesehatan, khususnya fasilitas instalasi rawat

inap.

Persyaratan konsturksi bangunan ruang rawat inap di rumah sakit

yang perlu diperhatikan dalam perancanganbangunan adalah sebagai berikut

tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit) (Sianturi, 2019).

9
26

1. Lantai

a. Lantai terbuat dari bahan yang kuat, mudah dibersihkan,kedap

air,permukaan rata,tidak licin,warna terang,

b. Pertemuan antara lantai dengan dinding harus berbentuk

konus(Sianturi, 2019).

2. Dinding

Permukaan dinding harus kuat rata, berwarna terang dan menggunkakan

cat yang tidak luntur(Sianturi, 2019).

3. Ventilasi .

Luas ventilasi alamiah 15 % dari luas lantai (Sianturi, 2019).

4. Pintu rumah sakit

a. Pintu untuk kamar mandi diruangan perawatan pasien dan pintu toilet

untuk aksesibel, harus terbuka ke luar, dan lebar.

b. Pintu – pintu yang menjadi akses tempat tidur pasien harus dilapisi

bahan anti benturan (Sianturi, 2019).

5. Atap Rumah Sakit

a. Kuat,tidakbocor, berwarna terang,mudah dibersihkan dan tahan lama.

b. Tidak menjadi tempat perindukan serangga, tikus, dan binatang

pengganggu lainya (Sianturi, 2019).

6. Langit-langit

a. Langit –langit kuat, berwarna terang, dan mudah dibersihkan.

9
27

b. Tidak megandung,unsur yang dapat membahayakan pasien tidak

berjamur (Sianturi, 2019).

2.5 Kerangka Teori

Kerangka teoritis adalah identifikasi teori-teori yang dijadikan sebagai landasan

berfikir untuk melaksanakan suatu penelitian untuk mengkaji permasalahan. Pada

hakekatnya memecakan masalah adalah dengan pengetahuan ilmiah sebagai dasar

argument dalam mengkaji persoalan agar kita mendapat jawaban yang dapat

diandalkan. Berikut kerangka teori pada penelitian ini :

9
28

Aspek kenyamanan sanitasi rumah sakit:


− Lokasi rumah sakit
−− Kebersihan lingkungan
Kebersihan lingkungan ruangan
ruangan (koridor)
− (koridor) ruangan
Kebersihan
− Kebersihan ruangan
− Kebersihan WC/ kamar mandi

Aspek Hubungan pasien dengan petugas


rumah sakit:
− Keramahan petugas
− Informasi yang diberikan
− Dukungan
− Tanggapan dokter/perawat
− Kemudahan dokter/perawat
untukdihubungi
Kepuasanpasien
Aspek Kompetensi teknis petugas:
− Ketrampilan pada pelayanan pendaftaran
− Ketrampilan dalam penggunaan
teknologi
− Pengalaman petugas medis
− Gelar medis
− Keberanian mengambil tindakan

Aspek Biaya:
− Kewajaran biaya
− Ada tidaknya keringanan bagi
masyarakat
− miskin
− Kejelasan komponen biaya
− Biaya pelayanan
− Tingkat masyarakat yang berobat

Keterangan :
Variabel yang diteliti
Variabel yang tidak diteliti
Gambar 2.1. Kerangka Teori

9
29

Anda mungkin juga menyukai