Anda di halaman 1dari 6

KAJIAN LITERATUR

Telenursing didefinisikan sebagai praktek keperawatan jarak jauh menggunakan


teknologitelekomunikasi (National Council of State Boards of Nursing, 2011).Teknologi informasi
dibidang keperawatan adalah teknologi informasi yangmengintegrasikan ilmu keperawatan, komputer,
ilmu pengetahuan, dan ilmu informasi untukmengelola dan mengkomunikasikan data, informasi, dan
pengetahuan dalam praktekkeperawatan. Informatika keperawatan memfasilitasi integrasi data,
informasi, danpengetahuan untuk dukungan klien, perawat, dan penyedia lainnya dalam pengambilan
keputusan mereka dalam semua peran dan pengaturan. (Terhuyung & Bagley-Thompson,2002 dalam
Salim, 2010).

Telenursing dapat diartikan sebagai pemakaian teknologi informasi dibidang pelayanankeperawatan


untuk memberikan informasi dan pelayanan keperawatan jarak jauh.Model pelayanan ini memberikan
keuntungan antara lain : 1) mengurangi waktu tunggu danmengurangi kunjungan yang tidak perlu, 2)
mempersingkat hari rawat dan mengurangi biayaperawatan, 3) membantu memenuhi kebutuhan
kesehatan, 4) memudahkan akses petugaskesehatan yang berada di daerah yang terisolasi, 5) berguna
dalam kasus-kasus kronis ataukasus geriatik yang perlu perawatan di rumah dengan jarah yang jauh dari
pelayanankesehatan, dan 6) mendorong tenaga kesehatan atau daerah yang kurang terlayani
untukmengakses penyedia layanan melalui mekanisme seperti : konferensi video dan internet(American
Nurse Assosiation, 1999).

Sebagai suatu sistem tentunya tidak luput dari kekurangan, antara lain : tidak adanya interaksilangsung
perawat dengan klien yang akan mengurangi kualitas pelayanan kesehatan.Kekawatiran ini muncul
karena anggapan bahwa kontak langsung dengan pasien sangatpenting terutama untuk dukungan
emosional dan sentuhan terapeutik. Sedangkan kekurangan lain dari telenursing ini adalah kemungkinan
kegagalan teknologi seperti gangguan koneksiinternet atau terputusnya hubungan komunikasi akibat
gangguan cuaca dan lain sebagainyasehingga menggangu aktifitas pelayanan yang sedang berjalan,
selain itu juga meningkatkan risiko terhadap keamanan dan kerahasiaann dokumen klien.

dalam pemberian asuhan keperawatan salah satunya adalah efektifitas dan efisiensi sehingga tujuan
pelayanan dapat tercapai. Saat ini telah banyak penelitian yang mendukung bahwa inovasi telenursing
sangat berdampak positif bagi pelayanan keperawatan, berikutdapat dilihat pada beberapa artikel
penelitian maupun artikel ilmiah lainnya di jurnal-jurnalkesehatan sebagai berikut :

1. Impact of tele-advice on community nurses’ knowledge of venous leg ulcer care Ameen,Coll, & Peters,
2005). Pada penelitian ini dikemukakan efektifitas telenursing dibidangmanajemen perawatan ulkus
kaki, desain yang digunakan adalah quasi eksperimentaldengan pendekatan pre dan post intervensi
pada 2 kelompok yaitu kelompok intervensisebanyak 19 orang dan kelompok kontrol sebanyak 19
orang, pada penelitian inididapatkan bahwa terdapat perbaikan yang signifikan dalam hal kemampuan
perawatkomunitas dalam manajemen perawatan ulkus kaki antara sebelum dan sesudah
intervensimelalui telenursing. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tele-saran dapat menjadimanfaat
besar bagi perawat komunitas dalam meningkatkan pengetahuan mereka dalampraktek perawatan
ulkus kaki. Ini akan memiliki implikasi signifikan untuk penggunaansumber daya manusia yang lebih
efisien dan efektivitas biaya dalam perawatan luka

2.Tele-education in emergency care(Binks & Benger, 2007). Dalam artikel ini dijelaskan bahwa
Telenursing juga bisa dimanfaatkan untuk meningkatkan pengetahuan danketerampilan petugas
kesehatan dalam hal ini adalah perawat, terutama petugas kesehatanyang bertugas didaerah-daerah
terpencil yang kadang sulit diakses melalui jalan daratkarena kondisi geografis yang tidak
memungkinkan sehingga mereka kurang terpaparinformasi-informasi maupun pengetahuan terkini
menghenai pelayanan keperawatan. Disini dijelaskan bagaimana telenursing dimanfaatkan sebagai
sarana penambahanwawasan dan pengetahuan mengenai keperawatan gawat darurat terhadap
petugaskesehatan yang bertugas di daerah terpencil. Dalam Tele-education dapat diterapkanempat
domain pembelajaran, yaitu : 1) pengetahuan, 2) keterampilan, 3) hubungan(relationship), dan 4) sikap
(attituds).

3. Efficacy of tele-nursing consultations in rehabilitation after radical prostatectomy: arandomised


controlled trial study (Jensen, Kristensen, Christensen, & Borre, 2011).Dalam artikel ini dijelaskan bahwa
terdapat peningkatan angka dalam insiden kankerprostat menyebabkan tuntutan yang lebih tinggi
terhadap peran perawatan kesehatanmasyarakat. Untuk mengatasi kondisi tersebut, prostatektomi
radikal jalur cepat telahdiperkenalkan, sehingga waktu rawat menjadi pendek dan sedikit waktu yang
tersediauntuk edukasi terhadap pasien post op prostektomy, maka pasien dituntut agar
mampumelakukan perawatan secara mandiri melalui bantuan Telenursing. Tujuan dari penelitianini
adalah untuk menyelidiki apakah konsultasi telepon perawat yang dipimpin (TC)dapat mengoptimalkan
sumber daya, rehabilitasi secara aman dan kepuasan pasien dalam periode pasca-operasi. Penelitian ini
merupakan uji coba terkontrol secara acak prospektifdari 95 pasien baik intervensi atau standar tindak
lanjut. Intervensi yang diberikan adalahTC tambahan 3 hari pasca bedah. Pendidikan perawatan dan
pasien selama rawat inapyang diberikan adalah sama untuk semua pasien. Data dikumpulkan dari
catatan medisdan kuesioner 2 minggu pasca-bedah. Memang tidak ditemukan perbedaan
dalamkeberhasilan keseluruhan tentang kepuasan pasien, rasa aman dan ketidaknyamananpasca-
operasi. Beberapa pasien memiliki kebutuhan yang belum terpenuhi saat dirawat dirumah sakit
sehingga peberian TC menjadi alternatif pilihan yang baik. Secara umum,pasien cukup terdidik dalam
pengelolaan rehabilitasi awal dan mereka menyatakankepuasan yang tinggi dan rasa aman pada periode
pasca operasi setelah pulang meskipuntanpa TC. Oleh karena itu, TC tidak akan menjadi prosedur
standar, tetapi hasilnya telahmeningkatkan kesadaran dalam praktek klinis sehari-hari dan dapat
dioptimalkanpemanfaatannya.

4. Using the Tele-ICU Care Delivery Model to Build Organizational Performance, Part 1(Rufo, 2011).
Dalam artikel ini dijelaskan bahwa paradigma dalam model pemberianperawatan saat ini telah bergeser
ke arah perbaikan kualitas hidup pasien dan keamananperawatan pasien. Tele-health terintegrasi
adalah salah satu contoh. Dengan menggunakan perangkat mobile dan keahlian dari dokter yang
berpengalaman dapatdihubungkan ke lokasi terpencil, sehingga pemberi asuhan keperawatan
didaerahterpencil sekarang dapat menerima bantuan untuk manajemen pasien secara langsungmelalui
metode ini. Tele-ICU adalah salah satu contoh dari penerapan model teknologiyang mempercepat
pemecahan masalah klinis dan pengambilan keputusan, sehingga mempercepat pemberian perawatan
kritis dan akhirnya meningkatkan hasil yang diharapkan.

5.A second set of eyes: an introduction to tele-ICU (Goran, 2010). Dalam artikel inidijelaskan bahwa
Tele-ICU, eICU, virtual ICU, atau pusat ICU terpencil telah diterapkandalam perawatan pasien ICU oleh
dokter di 28 negara, lebih dari 40 sistem perawatankesehatan, dan lebih dari 200 rumah sakit. Meskipun
di beberapa tim perawatan tetapbelum terbiasa untuk aplikasikan metode baru ini, sedangkan yang lain
tetap skeptismeskipun rasio biaya perawatan yang bisa ditekan dan manfaat yang didapat.
Namun,dengan perluasan berbagai program dan publikasi hasil klinis dan fiskal, tele-ICUmenjadi lebih
diperhatikan dan mengubah wawasan tentang perawatan klinis. Konsep tele-ICU memberikan manfaat
bagi tim perawatan untuk memperoleh kemudahandalam pengawasan pasien jarak jauh, tidak untuk
mengendalikan atau mengganggu, tetapiuntuk mendukung dan meningkatkan kualitas perawatan. Saat
pasien kritis keluarga, timICU dan tele-ICU dapat berbagi pengalaman, berkolaborasi untuk menemukan
solusi, danpemahaman melalui tele-ICU, serta belajar bagaimana bersama tim dapat
meningkatkanperawatan pasien.

6. Nu!RehaVR: virtual reality in neuro tele-rehabilitation of patients with traumatic braininjury and
stroke (Gervasi, Magni, & Zampolini, 2010). Dalam arikel ini dijelaskanKetersediaan lingkungan virtual di
Web untuk mengembangkan aplikasi baru realitasvirtual dalam beberapa bidang, termasuk beberapa
aplikasi therapeutical. Disini disajikanaplikasi virtual reality diterapkan pada tele-rehabilitasi pasien
dengan cedera otaktraumatis dan stroke. Sistem ini berdasarkan teknologi X3D dan Ajax3D,
meningkatkankemungkinan untuk membuat latihan tele-rehabilitasi ditujukan pada pemulihan
daripenyakit neurologis. Sistem, yang disebut Nu! RehaVR ini, telah dirancang untukmengintegrasikan
aktivitas yang dilakukan pada sistem tele-rehabilitasi, Nu Reha (Nu!Reha adalah merek dagang dari
produk virtual web ini.(Lihathttp://www.nureha.eu).Sistem ini dirancang untuk memungkinkan
pemantauan dan penilaian kegiatan pasienoleh staf medis di rumah sakit menggunakan fasilitas
komunikasi sistem tele-rehabilitasi.

7. Socio-technical and organizational challenges to wider e-Health implementation.Chronic Respiratory


Disease (Vitacca, Mazzù, & Scalvini, 2009). Kemajuan terbarudalam teknologi informasi dan komunikasi
memungkinkan kontak dengan pasien dirumah melalui e-Health layanan. Artikel ini memberikan
wawasan tentang seni e-Healthdan telemedicine untuk penggunaan klinis yang lebih luas di masa
depan. Peluangtelemedicine dirangkum sebagai tele home care, teleconsulting antara dokter umum
danspesialis dan kegiatan kesehatan online. Saat ini prioritas Uni Eropa adalah Inisiatif pada
Telemediciene (TM) untuk manajemen penyakit kronis seperti pemantauan kesehatan dirumah dan Visi
masa depan untuk Eropa 2020 didasarkan pada pengembangan PelayananTerpadu Telemedicine,
meskipun masih ada pro dan kontra. Kualitas, akses dan efisiensiadalah isu-isu kunci utama untuk
keberhasilan e-Health dan implementasi telemedicine.Teknologi sebenarnya adalah sumber daya
manusia yang tersedia ke dalam organisasi.Untuk e-Health dan telemedicine agar lebih berkembang,
maka akan diperlukan riset yang lebih luas lagi, seperti efektivitas biaya, manfaatnya terhadap perbaikan
kualitashidup pasien dan dampak pada kualitas kesehatan masyarakat.
8. Home-Based Telemedicine: A Survey of Ethical Issues (Bauer, 2001). Dalam artikel inidikemukakan
berupa hasil survey terhadap pemanfatan Telemediciene didapatkan databahwa secara ekonomis
maupun efektifitasnya boleh dikatakan bagus, karena dari segibiaya yang harus dikeluarkan relatif
rendah, kemudin dari segi efektifitasnya pasien tidakperlu datang ke tempat pelayanan kesehatan yang
dituju, tetapi cukup hanya denganberinteraksi melalui Telemediciene maupun Telenursing pasien sudah
dapat terlayani.Namun masalah yang muncul dalam penilaian ini adalah bahwa mereka
tidakmengidentifikasi adanya nilai-nilai moral maupun implikasi etis dari penerapan metodeini. Oleh
sebab itu sebagai pengguna metode ini hendaknya petugas kesehatan atauperawat yang mengelolanya
harus memilki pemahaman yang luas tentang keilmuankeperawatan itu sendiri maupun metode
Telenursing yang digunakan.

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Dari berbagai sumber hasil penelitian maupun kajian literatur diatas dapat ditarik kesimpulanbahwa
metode pelayanan keperawatan yang menggukana model Telenursing efektifdigunakan dalam aktifitas
pelayanan kesehatan, sebagaimana berikut ini :1.Bisa digunakan sebagai sarana untuk menambah
wawasan dan pengetahuan bagi petugaskesehatan khususnya tenaga keperawatan yang berada
dimasyarakat maupun dipelosokyang secara geografis sulit diakses, dengan mengembangkan model
Tele-edu atau Tele-cosulting yang dapat memfasilitasi pembelajaran maupun konsultasi asuhan
keperawatandari perawat primer kepada perawat spesialis, atau model Tele-ICU dimana
pelayananintensive care dapat diberikan pada pasien yang berada ditempat yang terisolasi
namunmemiliki fasilitas ICU yang memadai serta mempunyai care giver

2.Bisa digunakan sebagai sarana memantau perkembangan serta memandirikan pasien ataukeluarga
untuk merawat diri sendiri melalui metode Telenursing. Pasien yang sudah bisapulang dan harus
menjalani perawatan secara mandiri dirumah dapat di folow upmelalui metode ini.

3. Bisa digunakan sebagai sarana memandu dan memantau rehabilitasi pasien pasca dirawatdi rumah
sakit. Dengan metode Telenursing ini petugas dapat memantau dan memandu langkah-langkah
rehabilitasi yang harus dijalani pasien-pasien dengan masalah tertentupada fase out pation.Dalam
memulai suatu sistem tentu saja terdapat kendala, baik dari segi SDMnya, fasilitasinfrasutruktur
maupun biaya yang harus dikeluarkan untuk mendukung berjalannya suatusistem, oleh sebab itu sistem
perlu dirancang secara matang dengan pendekatanpengembangan sistem, diantaranya : 1) analisa
sistem, 2) rancangan sistem, 3) implementasisistem, 4) pemeliharaan sistem dan 4) peningkatan sistem
(Sabarguna, 2011).

Daftar pustaka

Ameen, J., Coll, A. M., & Peters, M. (2005). Impact of tele-advice on community nurses'knowledge of
venous leg ulcer care.

Journal of Advanced Nursing, 50

(6), 583-594.Bauer, K. (2001). Home-Based Telemedicine: A Survey of Ethical Issues.


CambridgeQuarterly of Healthcare Ethics, 10

(2), 137-146.Binks, S., & Benger, J. (2007). Tele-education in emergency care.

Emergency Medicine Journal, 24

(11), 782-784.Gervasi, O., Magni, R., & Zampolini, M. (2010). Nu!RehaVR: virtual reality in neuro tele-
rehabilitation of patients with traumatic brain injury and stroke.

Virtual Reality, 14

(2),131-141.Goran, S. F. (2010). A second set of eyes: an introduction to tele-ICU.

Critical Care Nurse,30

(4), 46-56.Greenberg M. Elisabeth (2000). The Domain of Telenursing : Issues and Prospects.

Nursing Economic Jurnal,

18(4) 221-222

Jensen, B. T., Kristensen, S. A., Christensen, S. V., & Borre, M. (2011). Efficacy of tele-nursing
consultations in rehabilitation after radical prostatectomy: a randomisedcontrolled trial study.

International Journal of Urological Nursing, 5

(3), 123-130.Rufo, R. (2011). Using the Tele-ICU Care Delivery Model to Build
OrganizationalPerformance, Part 1.

Critical Care Nursing Quarterly, 34

(3), 177-181.Sabarguna (2011).

Sistem informasi manajemen kesehatn: Tahap-tahap pengembangansistem

. Materi kuliah Program magister ilmu keperawatan FIK UI. (Tidakdipublikasikan).Salahuddien (2011).

Trend Keamanan Internet Indonesia di 2011

. Diperoleh dihttp://idsirtii.or.id/content/files/artikel/TREN%20KEAMANAN%20INTERNET
%20INDONESIA%202011.pdf. Diakses tanggal 9 Oktober 2011.Vitacca, M., Mazzù, M., & Scalvini, S.
(2009). Socio-technical and organizational challengesto wider e-Health implementation.

Chronic Respiratory Disease, 6

(2), 91-97.

Anda mungkin juga menyukai