Disusun Oleh :
2019
Desiana Rachmawati 1710711038
KEPUASAN PELANGGAN
Setyawan, Febby Endra Budi & Stefanus Supriyanto. 2019. Manajemen Rumah Sakit.
Sidoarjo: Zifatama Jawara
Hillalia Nurseha 1710711046
KEPUASAN PELANGGAN
1. Pendahuluan
Kepuasan konsumen ini sangat tergantung pada persepsi dan harapan konsumen itu sendiri.
Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi dan harapan konsumen ketika melakukan
pembelian suatu barang atau jasa adalah kebutuhan dan keinginan yang dirasakan oleh
konsumen tersebut pada saat melakukan pembelian suatu barang atau jasa, pengalaman masa
lalu ketika mengkonsumsi barang atau jasa tersebut serta pengalaman teman-teman yang
telah mengkonsumsi barang atau jasa tersebut dan periklanan.
Kepuasan konsumen adalah sejauh mana manfaat sebuah produk dirasakan (perceived) sesuai
dengan apa yang diharapkan pelanggan (Amir, 2005).
Kotler (2000) mengatakan bahwa kepuasan konsumen merupakan tingkat perasaan seseorang
setelah membandingkan antara kinerja produk yang ia rasakan dengan harapannya.
Oliver (dalam Peter dan Olson, 1996) menyatakan bahwa kepuasan pelanggan adalah
rangkuman kondisi psikologis yang dihasilkan ketika emosi yang mengelilingi harapan tidak
cocok dan dilipatgandakan oleh perasaan perasaan yang terbentuk mengenai pengalaman
pengkonsumsian.
Westbrook & Reilly (dalam Tjiptono, 2005) mengemukakan bahwa kepuasan konsumen
merupakan respon emosional terhadap pengalaman yang berkaitan dengan produk atau jasa
yang dibeli.
Gaspers (dalam Nasution, 2005) mengatakan bahwa kepuasan konsumen sangat bergantung
kepada persepsi dan harapan konsumen. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi
dan harapan konsumen antara lain :
a. Kebutuhan dan keinginan yang berkaitan dengan hal-hal yang dirasakankonsumen ketika
sedang mencoba melakukan transaksi dengan produsen produk.
b. Pengalaman masa lalu ketika mengkonsumsi produk dari perusahaan maupun pesaing-
pesaingnya.
Engel, Roger & Miniard (1994) mengatakan bahwa kepuasan adalah evaluasi paska konsumsi
untuk memilih beberapa alternatif dalam rangka memenuhi harapan.
Band (dalam Nasution, 2005) mengatakan bahwa kepuasan tercapai ketika kualitas
memenuhi dan melebihi harapan, keinginan dan kebutuhan konsumen. Sebaliknya, bila
kualitas tidak memenuhi dan melebihi harapan, keinginan dan kebutuhan konsumen maka
kepuasan tidak tercapai. Konsumen yang tidak puas terhadap barang atau jasa yang
dikonsumsinya akan mencari perusahaan lain yang mampu menyediakan kebutuhannya. Dari
berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan definisi kepuasan konsumen yaitu tingkat
perasaan seseorang setelah membandingkan kinerja produk yang dia rasakan dengan
harapannya.
Lupiyoadi (2001) menyebutkan lima faktor utama yang perlu diperhatikan dalam kaitannya
dengan kepuasan konsumen, antara lain :
Kualitas Produk
Konsumen akan puas bila hasil evaluasi mereka menunjukkan bahwa produk yang mereka
gunakan berkualitas. Produk dikatakan berkualitas bagi seseorang, jika produk itu dapat
memenuhi kebutuhanya (Montgomery dalam Lupiyoadi, 2001). Kualitas produk ada dua
yaitu eksternal dan internal. Salah satu kualitas produk dari faktor eksternal adalah citra
merek.
Kualitas Pelayanan
Konsumen akan merasa puas bila mendapatkan pelayanan yang baik atau yang sesuai dengan
harapan.
Emosional
Konsumen merasa puas ketika orang memuji dia karena menggunakan merek yang mahal.
Harga
Produk yang mempunyai kualitas yang sama tetapi menetapkan harga yang relatif murah
akan memberikan nilai yang lebih tinggi.
Biaya
Konsumen yang tidak perlu mengeluarkan biaya tambahan atau tidak perlu membuang waktu
untuk mendapatkan suatu produk atau jasa cenderung puas terhadap produk atau jasa
tersebut.
Menurut Kotler (2007), ada beberapa macam metode dalam pengukuran kepuasan pelanggan
:
a. Sistem keluhan dan saran
Sistem keluhan dan saran, organisasi yang berpusat pelanggan (Customer Centered)
memberikan kesempatan yang luas kepada para pelanggannya untuk menyampaikan
saran, pendapat, dan keluhan. Informasi-informasi ini dapat memberikan ide-ide
cemerlang bagi perusahaan dan memungkinkannya untuk bereaksi secara tanggap dan
cepat untuk mengatasi masalah-masalah yang timbul
Media yang digunakan bisa berupa kotak saran yang diletakkan di tempat-tempat
strategis (yang mudah dijangkau atau sering dilewati pelanggan), kartu komentar
(yang bisa diisi langsung maupun dikirim via pos kepada perusahaan), saluran telpon
bebas pulsa, dan lain-lain.
Informasi-informasi yang diperoleh dari metode ini dapat memberikan ide-ide baru
dan masukan yang berharga kepada perusahaan, sehingga memungkinkannya untuk
bereaksi dengan tanggap dan cepat untuk mengatasi masalah-masalah yang timbul.
Akan tetapi, karena metode ini bersifat pasif, maka sulit mendapatkan gambaran
lengkap mengenai kepuasan atau ketidakpuasan pelanggan. Tidak semua pelanggan
yang tidak puas akan menyampaikan keluhannya. Bisa saja mereka langsung beralih
pemasok dan tidak akan membeli produk perusahaan tersebut lagi.
b. Ghost shopping
Ghost shopping, salah satu cara untuk memperoleh gambaran mengenai kepuasan
pelanggan adalah dengan mempekerjakan beberapa orang untuk berperan atau
bersikap sebagai pelanggan/pembeli potensial produk perusahaan dan pesaing,
kemudian melaporkan temuan-temuannya mengenai kekuatan dan kelemahan produk
perusahaan dan pesaing berdasarkan pengalaman mereka dalam pembelian produk-
produk tersebut. Selain itu para ghost shopper juga dapat mengamati cara penanganan
setiap keluhan.
Ada baiknya para manajer perusahaan terjun langsung menjadi ghost shopper untuk
mengatahui langsung bagaimana karyawannya berinteraksi dan memperlakukan
pelanggannya. Tentunya karyawan tidak boleh tahu kalau atasannya sedang
melakukan penelitian atau penilaian (misalnya dengan cara menelpon perusahaannya
sendiri dan mengajukan keluhan atau pertanyaan).
c. Lost customer analysis (Analisa Pelanggan yang Hilang)
Lost customer analysis, perusahaan seyogyanya menghubungi para pelanggan yang
telah berhenti membeli atau yang telah pindah pemasok agar dapat memahami
mengapa hal itu terjadi dan supaya dapat mengambil kebijakan
perbaikan/penyempurnaan selanjutnya. Pemantauan customer loss rate (tingkat
pelanggan yang hilang) juga penting, peningkatan customer loss rate menunjukkan
kegagalan perusahaan dalam memuaskan pelanggannya.
d. Survei kepuasan pelanggan
Penelitian survey dapat melalui pos, telepon dan wawancara langsung. Responden
juga dapat diminta untuk mengurutkan berbagai elemen penawaran berdasarkan
derajat pentingnya setiap elemen dan seberapa baik perusahaan dalam masing-masing
elemen. Melalui survei, perusahaan akan memperoleh tanggapan dan umpan balik
(feed back) secara langsung dari pelanggan dan juga memberikan tanda (signal)
positif bahwa perusahaan menaruh perhatian terhadap para pelanggan.
Tingkat kepuasan dapat diukur dengan beberapa metode diatas. Data yang diperoleh
dari hasil pengukuran tiap-tiap metode mempunyai hasil yang berbeda. Pada
penelitian yang menggunakan metode survei kepuasan pelanggan, data/ informasi
yang diperoleh menggunakan metode ini lebih fokus pada apa yang ingin diteliti
sehingga hasilnya pun akan lebih valid.
Tingkat kepuasan merupakan fungsi dari perbedaan antara kinerja yang dirasakan dengan
harapan apabila kinerja dibawah harapan, maka pelanggan akan kecewa.
Bila kinerja sesuai dengan harapan, pelanggan akan sangat puas. Harapan pelanggan dapat
dibentuk oleh pengalaman masa lampau, komentar dari kerabatnya serta janji dan informasi
pemasaran dan saingannya.
Untuk menciptakan kepuasan pelanggan, perusahaan harus menciptakan dan mengelola suatu
system untuk memperoleh pelanggan yang lebih banyak dan kemampuan untuk
mempertahankan pelangganya.
Menurut Kotler (2003), ada 4 macam metode dalam pengukuran kepuasan pelanggan.
Misalnya dengan menyediakan kotak saran, kartu komentar, dan hubungan telepon
langsung dengan pelanggan.
2. Ghost shopping
Memperkerjakan beberapa orang untuk berperan atau bersikap sebagai pengguna
potensial, kemudian melaporkan temuannya mengenai kekuatan dan kelemahan
produk rumah sakit dan pesaing berdasarkan pengalaman mereka.
Daftar pustaka:
Amstrong dan Philip Kotler. 2003. Manajemen Pemasaran, Edisi Kesembilan. Jakarta:
PT.Indeks Gramedia.
Fandy Tjiptono. 2005. Pemasaran Jasa, Edisi Pertama. Yogyakarta: Penerbit Bayu Media
Publishing.
Kotler dan Keller. 2007. Manajemen Pemasaran 1, Edisi Keduabelas. Jakarta: PT.Indeks.
Supranto. 2001. Pengukuran Tingkat Kepuasan Pelanggan untuk Menaikkan Pangsa Pasar.
Jakarta: Rineka Cipta.
Pohan, S. 2006. Mutu Layanan Kesehatan. Yogyakarta: Penerbit EGC
Dwi Arini 1710711034
Berdasarkan kedua teori di atas, maka kepuasan pelanggan terletak pada ekspektasi
pelanggan terhadap suatu produk. Pelanggan akan merasa puas jika produk yang
mereka konsumsi sesuai dengan yang pelanggan inginkan akan produk tersebut.
Baik Mowen, Minor dan Kotler menekankan bahwa kepuasan pelanggan terletak
kepada sikap yang ditunjukkan oleh pelanggan pasca mereka menggunakan suatu
produk, sikap itu bisa menunjukkan mereka senang atau mereka kecewa.
Kedua teori tersebut menunjukkan bahwa kepuasan pelanggan bisa dilihat dari
pengalaman pelanggan terhadap suatu produk. Pengalaman ini tentu pengalaman yang
menyenangkan dan memberikan rasa puas yang bisa dirasakan oleh pelanggan.
Menurut Berma dan Evans (2007), “Kepuasan pelanggan terjadi ketika nilai dan
layanan pelanggan yang disediakan melalui pengalaman ritel memenuhi atau melebihi
harapan konsumen”.
1. Berwujud (tangible)
Merupakan kemampuan suatu perusahaan dalam menunjukkan eksistensinya kepada
pihak eksternal. Penampilan dan kemampuan sarana dan prasarana fisik perusahaan
yang dapat diandalkan keadaan lingkungan sekitarnya merupakan bukti nyata dari
pelayanan yang diberikan oleh para pemberi jasa. Hal ini meliputi fasilitas fisik
(contoh : gedung, gudang dan lain-laian), perlengkapan dan peralatan yang digunakan
(teknologi) serta penampilan pegawainya).
2. Keandalan (reliability)
Adalah kemampuan perusahaan untuk memberikan pelayanan sesuai dengan
dijanjikan secara akurat dan terpercaya. Kinerja harus sesuai dengan harapan
pelanggan yang berarti ketepatan waktu, pelayanan yang sama untuk semua
pelanggan tanpa kesalahan, sikap yang simpatik dan dengan akurasi yang tinggi.
3. Ketanggapan (responsiveness)
Yakni suatu kebijakan untuk membantu dan memberikan pelayanan yang cepat
(responsive) dan tepat kepada pelanggan dengan penyampaian informasi yang jelas.
Membiarkan konsumen menunggu persepsi yang negative dalam kualitas pelayanan.
4. Jaminan dan kepastian (assurance)
Adalah pengetahuan, kesopan santunan dan kemampuan para pegawai perusahaan
untuk menumbuhkan rasa percaya para pelanggan kepada perusahaan. Hal ini
meliputi beberapa komponen anatara lain komunikasi (communication), kredibilitas
(credibility), keamanan (security), kompetensi (competence) dan sopan santun
(courtesy).
5. Empati (empathy)
Maknanya memberikan perhatian yang tulus dan bersifat individual atau pribadi yang
diberikan kepada para pelanggan dengan berupaya memahami keinginan konsumen.
Dimana suatu perusahaan diharapkan memilki pengertian dan pengethauan tentang
pelanggan, memahami kebuthuhan pelanggan secara spesifik, serta memilki waktu
pengoperasian yang nyaman bagi pelanggan.
Kualitas pelayanan dibangun atas adanya perbandingan dua faktor utama, yaitu
persepsi pelanggan atas layanan yang nyata mereka terima (perceived service) dengan
layanan yang sesungguhnya diharapkan (expected service). Jika kenyataannya lebih
dari yang diharapkan maka layanan dapat dikatakan berkualitas, dan sebaliknya.
Singkat kata, kualitas pelayanan dapat didefinisikan sebagai seberapa jauh perbedaaan
antara kenyataan dan harapan pelayanan pelanggan yang mereka terima
(Parasuraman,1988).
Dari indikator kepuasan pasien yang dikemukakan penulis diatas dapat diambil
kesimpulan bahwa kepuasan pasien dapat diukur menggunakan indikator kepuasan
terhadap akses layanan kesehatan, yang dimulai dari pelayanan masuk rumah sakit
sampai keluar rumah sakit, kepuasan terhadap mutu layanan kesehatan, berkenaan
dengan pelayanan dokter dan perawat, kepuasan terhadap proses layanan kesehatan
seperti layanan makan dan minum pasien, ketersediaan obat dan alat medis, fasilitas
rumah sakit, kebersihan ruangan dll. (Pohan,2007)
1. Pengertian
Menurut Ivancevich, Lorenzi, Skinner dan Crosby (1997:448) : “Pelayanan adalah produk-
produk yang tidak kasat mata (tidak dapat diraba) yang melibatkan usaha-usaha manusia dan
menggunakan peralatan”.
Menurut Thoha (1991:39) : “Pelayanan adalah sebagai suatu usaha yang dilakukan oleh
seseorang/kelompok/instansi tertentu untuk memberikan bantuan dan kemudahan kepada
masyarakat dalam rangka mencapai suatu tujuan tertentu”.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia : “Pelayanan sebagai usaha menyalani orang lain,
sedangkan melayani adalah membantu menyiapkan (mengurus) apa yang diperlukan
seseorang”.
Menurut Albrecht (1992:10) : “Pelayanan sebagai suatu pendekatan organisasi total yang
menjadi kualitas pelayanan yang diterima pengguna jasa sebagai kekuatan penggerak utama
dalam pengorganisasian bisnis”.
Menurut Levey dan Loomba (1973) Pelayanan adalah setiap upaya yang diselenggarakan
sendiri atau secara bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan
kesehatan perorangan, keluarga, kelompok ataupun masyarakat.
Menurut Kotler dalam Sampara Lukman : ”Pelayanan adalah setiap kegiatan yang
menguntungkan dalam suatu kumpulan atau kesatuan dan menawarkan kepuasan meskipun
hasilnya tidak terikat pada suatu produk secara fisik”.
Pelayanan adalah suatu aktifitas atau serangkaian aktifitas yang bersifat tidak kasat mata
(tidak dapat diraba) yang terjadi sebagai akibat adanya interaksi antara konsumen dengan
karyawan atau hal-hal lain yang disediakan oleh perusahaan pemberi pelayanan yang
dimaksudkan untuk memecahkan permasalahan konsumen/pelanggan.
2. Standar Pelayanan RS
Sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor
228/Menkes/SK/III/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah sakit, maka : secara
umum;
a. Standar Pelayanan
Adalah ketentuan tentang jenis dan mutu pelayanan dasar yang merupakan urusan wajib
daerah yang berhak diperoleh setiap warga secara minimal. Juga merupakan spesifikasi
teknis tentang tolak ukur pelayanan minimum yang bdiberikan oleh Badan Layanan
Umum kepada masyarakat.
b. Rumah Sakit
Adalah sarana kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan
meIiputi pelayanan promotif, preventif, kurative dan rehabilitatif yang menyediakan
pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat
3. Jenis-jenis Pelayanan RS
NO. JENIS INDIKATOR STANDAR
PELAYANAN
Daftar Pustaka
Kotler, P.,dkk. 2008 Prinsip-Prinsip Pemasaran, Edisi Keduabelas, Jilid1 Jakarta: Erlangga
Buttle, Fruncis. 2007. Customer Relationship Management: Concept and Tools. Malang:
Bayumedia Publishing.
Mowen, John C.,dkk. 2002. Perilaku Konsumen, Edisi Kelima, Jilid 2 Jakarta:Erlangga.
Lusch, Robert F.,dkk. 2011. Introduction to Retailing, Seventh Edition. China:South Western.
Zeithaml,Valarie A.,dkk. 2009. Services Marketing: Integrated Customer Focus Across the
Firm, Fifth Edition. New York: McGraw-Hill Companies, Inc.
Berman, Barry,dkk. 2007. Retail Management: A Strategic Approach, Tenth Edition USA
:Pearson Prentice Hall.
Adriana dan Chandra Tjipto. 2008. Brand manajemen dan strategi. Yogyakarta : Elex Media
Komputindo
Richard. 2009. Root Cause Analysis in Health Care: tools and techniques. JCI
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:
Balai Pustaka
Mugianti, Sri. 2016. Manajemen dan Kepemimpinan dalam Praktek Keperawatan. Jakarta :
Pusdik SDM Kesehatan
Amstrong dan Philip Kotler. 2003. Manajemen Pemasaran, Edisi Kesembilan. Jakarta:
PT.Indeks Gramedia.
Fandy Tjiptono. 2005. Pemasaran Jasa, Edisi Pertama. Yogyakarta: Penerbit Bayu Media
Publishing.
Kotler dan Keller. 2007. Manajemen Pemasaran 1, Edisi Keduabelas. Jakarta: PT.Indeks.
Supranto. 2001. Pengukuran Tingkat Kepuasan Pelanggan untuk Menaikkan Pangsa Pasar.
Jakarta: Rineka Cipta.
Pohan, S. 2006. Mutu Layanan Kesehatan. Yogyakarta: Penerbit EGC