Anda di halaman 1dari 13

.

Definisi Telenursing
Telenursing didefinisikan sebagai praktek keperawatan jarak jauh menggunakan teknologi
telekomunikasi (National Council of State Boards of Nursing, 2011). Teknologi informasi
dibidang keperawatan adalah teknologi informasi yang mengintegrasikan ilmu keperawatan,
komputer, ilmu pengetahuan, dan ilmu informasi untuk mengelola dan mengkomunikasikan
data, informasi, dan pengetahuan dalam praktek keperawatan. Informatika keperawatan
memfasilitasi integrasi data, informasi, dan pengetahuan untuk dukungan klien, perawat, dan
penyedia lainnya dalam pengambilan keputusan mereka dalam semua peran dan pengaturan.
(Terhuyung & Bagley-Thompson, 2002 dalam Salim, 2010).

Telenursing adalah pemberian servis dan perawatan oleh perawat dengan menggunakan
telekomunikasi, meningkatkan akses untuk tindakan keperawatan kepada pasien pada lokasi
yang jauh atau perpencil (http://findarticles. com/ p/
articles/mi_m0FSW/is_4_18/ai_n18610226, diperoleh tanggal 01 mei 2012)
Telenursing adalah upaya penggunaan teknologi informasi dalam memberikan pelayanan
keperawatan dalam bagian pelayanan kesehatan dimana ada jarak secara fisik yang jauh
antara perawat dan pasien, atau antara beberapa perawat. Sebagai bagian dari telehealth dan
beberapa bagian terkait dengan aplikasi bidang medis dan non medis seperti telediagnosis,
telekonsultasi dan telemonitoring (http://en.wikipedia.org/wiki/telenursing, diperoleh tanggal
02 mei 2012).
Telenursing menunjukkan penggunaan tehnologi komunikasi oleh perawat untuk
meningkatkan perawatan pasien. Telenursing menggunakan channel elektromagnetik (wire,
radio, optical) untuk mengirim suara, data dan sinyal video komunikasi. Dapat juga
didefinisikan sebagai komunikasi jarak jauh menggunakan transmisi elektrik atau optic antara
manusia dan atau computer (http://www.icn.ch/matters_telenursing.htm, diperoleh tanggal 02
Mei 2012)
Telenursing diartikan sebagai pemakaian telekomunikasi untuk memberikan informasi dan
pelayanan keperawatan jarak-jauh. Aplikasinya saat ini, menggunakan teknologi satelit untuk
menyiarkan konsultasi antara fasilitas-fasilitas kesehatan di dua negara dan memakai
peralatan video conference. Telenursing bagian integral dari telemedicine atau telehealth
(http://www.inna-ppni.or.id/ index.php?name =News &file=article&sid=71, diperoleh
tanggal 02 Mei 2012)
Dengan penerapan telenursing dalam memberikan pelayanan keperawatan akan
meningkatkan kepuasan klien dan peningkatan parstisipasi aktif keluarga. Dalam
memberikan asuhan keperawatan secara jarak jauh maka diperlukan kebijakan umum dari
pemerintah untuk mengatur praktek, SOP/standar operasional prosedur, etik dan
profesionalisme, keamanan, kerahasiaan pasien dan jaminan informasi yang diberikan.
Kegiatan telenursing membutuhkan integrasi antara startegi dan kebijakan untuk
mengembangkan praktek keperawatan, penyediaan pelayanan asuhan keperawatan, dan
sistem pendidikan serta pelatihan keperawatan.

Untuk dapat diaplikasikan maka ada beberapa hal yang perlu menjadi perhatian :

1. Faktor legalitas

Dapat didefinisikan sebagai otonomi profesi keperawatan atau institusi keperawatan yang
mempunyai tanggung jawab dalam pelaksanaan telenursing.
2. Faktor financial
Pelaksanaan telenursing membutuhkan biaya yang cukup besar karena sarana dan prasaranya
sangat banyak. Perlu dukungan dari pemerintah dan organisasi profesi dalam penyediaan
aspek financial dalam pelaksanaan telenursing
3. Faktor Skill
Ada dua aspek yang perlu diperhatikan, yaitu pengetahuan dan skill tentang telenursing.
Perawat dan pasien perlu dilakukan pelatihan tentang aplikasi telenursing. Terlaksananya
telenursing sangat tergantung dari aspek pengetahuan dan skill antara pasien dan perawat.
Pengetahuan tentang telenursing harus didasari oleh pengetahuan tehnologi informasi.
4. Faktor Motivasi
Motivasi perawat dan pasien menjadi prioritas utama dalam pelaksanaan telenursing. Tanpa
ada motivasi dari perawat dan pasien, telenursing tidak akan bisa berjalan dengan baik.

Pelaksanaan telenursing di Indonesia masih belum berjalan dengan baik disebabkan oleh
karena keterbatasan sumberdaya manusia, keterbatasan sarana dan prasarana serta kurangnya
dukungan pelaksanaan telenursing dari pemerintah. Untuk mensiasati keterbatasan
pelaksanaan telenursing bisa dimulai dengan peralatan yang sederhana seperti pesawat
telepon yang sudah banyak dimiliki oleh masyarakat tetapi masih belum banyak
dimanfaatkan untuk kepentingan pelayanan kesehatan atau pelayanan keperawatan.
Telenursing menggunakan telepon ini dapat diaplikasikan di unit gawat darurat dan home
care.
Hal tersebut dikatakan telenursing jika perawat melakukan tindakan keperawatan untuk
memenuhi kebutuhan kesehatan klien melalui pengkajian triase dan pemberian informasi
menggunakan teknologi informasi dan telekomunikasi serta sistem berbasis website. Ners
yang melakukan praktek telenursing harus seorang Registered Nurses (RN). Perawat yang
melakukan praktek telenursing harus bertanggung jawab untuk meyakinkan kemampuan
ketrampilan keperawatan mereka dan pengetahuan yang up to date untuk praktek telenursing
mereka.
Tujuan dari telenursing adalah tidak untuk membentuk diagnosis medis, melainkan
difokuskan pada dimensi dari urgensi. Sehingga para perawat akan lebih terfokus pada
informasi, dukungan, dan meningkatkan pengetahuan. Untuk mencapai hasil yang positif dari
konsultasi melalui telephone maka sangat dibutuhkan cara berkomunikasi yang baik.
Komunikasi yang baik akan berdampak pada perasaan sehingga setiap perkataan akan mudah
untuk didengar dan dipahami. Dengan demikian klien dan keluarganya akan termotivasi
untuk mengikuti saran perawat. Sebuah komunikasi yang berpusat pada klien adalah teknik
pendekatan yang disukai dalam rangka membina hubungan antara klien dan tenaga
professional. Komunikasi yang berpusat pada klien telah ditangani secara ekstensif selama
dekade terakhir.
Melalui telenursing, perawat mampu melakukan monitoring, pendidikan, follow up,
pengkajian dan pengumpulan data, melakukan intervensi, memberikan dukungan pada
keluarga dan perawatan multidisiplin yang inovatif serta kolaborasi. Selain itu dalam praktek
telenursing, perawat melakukan pengkajian lanjutan, perencanaan, intervensi, dan evaluasi
terhadap hasil perawatan, dan perawat juga menggunakan teknologi seperti internet,
computer, telephone, alat pengkajian digital, dan perlengkapan telemonitoring system audio-
vidio, satelit dan system komunikasi yang lain. Penggunaan computer dan teknologi
informasi untuk mensupport perawat dan pasien dengan informasi yang lebih efektif. Dalam
rangka efisiensi dan efektifitas telenursing, antara perawat dan pasien terhubungkan secara
langsung menggunakan system transmisi elektronik.
Telenursing melalui telepon triage dan home care merupakan bentuk aplikasi yang
berkembang pesat saat ini. Dalam perawatan pasien di rumah, maka perawat dapat
memonitor tanda-tanda vital pasien seperti tekanan darah, gula darah, berat badan, peak flow
pernapasan pasien melalui internet. Dengan melakukan video conference, pasien dapat
berkonsultasi dalam perawatan luka, injeksi insulin dan penatalaksanaan sesak napas.

B. Manfaat Telenursing
Menurut Britton et all (1999), ada beberapa keuntungan telenursing yaitu :
1. Efektif dan efisien dari sisi biaya kesehatan, pasien dan keluarga dapat
mengurangi kunjungan ke pelayanan kesehatan ( dokter praktek,ruang gawat darurat,
rumah sakit dan nursing home)
2. Dengan sumber daya yang minimal dapat meningkatkan cakupan dan jangkauan
pelayanan keperawatan tanpa batas geografis
3. Telenursing dapat menurunkan kebutuhan atau menurunkan waktu tinggal di rumah sakit
4. Pasien dewasa dengan kondisi penyakit kronis memerlukan pengkajian yang sering
sehingga membutuhkan biaya yang banyak. Telenursing dapat meningkatkan pelayanan
untuk pasien kronis tanpa memerlukan biaya dan meningkatkan pemanfaatan teknologi.
5. Berhasil dalam menurunkan total biaya perawatan kesehatan dan meningkatkan akses
untuk perawatan kesehatan tanpa banyak memerlukan sumber.

Selain manfaat di atas telenursing dapat dimanfaatkan dalam bidang pendidikan


keperawatan ( model distance learning) dan perkembangan riset keperawatan berbasis
informatika kesehatan. Telenursing dapat juga digunakan dikampus dengan video conference,
pembelajaran on line dan Multimedia Distance Learning

Pada akhirnya telenursing dapat meningkatkan partisipasi aktif pasien dan keluarga,
terutama dalam manajemen pribadi penyakit kronik. Dapat memberikan pelayanan akurat,
cepat dan dukungan online, perawatan yang berkelanjutan dan kontak antara perawat dan
pasien yang tidak terbatas.

a. Selain itu telenursing dapat memberikan kesempatan kepada perawat yang


berpengalaman klinik namun telah pensiun/ tidak lagi bekerja di pelayanan kesehatan, namun
masih dapat memberikan asuhan keperawatan secara online. Hal ini juga menghindari kontak
langsung, meminimalkan resiko infeksi nosokomial, memberikan privasi ruang dan waktu
bagi pasien dan perawat. Dapat dibayangkan bagi penderita HIV/AIDS, atau pasien pengguna
narkotika/obat terlarang /alkoholik akan lebih merasa terjaga privasinya dengan pelayanan
telenursing ini .

b. Perawat memiliki komitmen menyeluruh tentang perlunya mempertahankan privasi dan


kerahasiaan pasien sesuai kode etik keperawatan. Beberapa hal terkait dengan isu ini, yang
secara fundamental mesti dilakukan dalam penerapan tehnologi dalam bidang kesehatan
dalam merawat pasien adalah :

 Jaminan kerahasiaan dan jaminan pelayanan dari informasi kesehatan yang diberikan
harus tetap terjaga
 Pasien yang mendapatkan intervensi melalui telehealth harus diinformasikan potensial
resiko (seperti keterbatasan jaminan kerahasiaan informasi, melalui internet atau telepon) dan
keuntungannya
 Diseminasi data pasien seperti identifikasi pasien (suara, gambar) dapat dikontrol dengan
membuat informed consent (pernyataan persetujuan) lewat email
 Individu yang menyalahgunakan kerahasiaan, keamanan dan peraturan dan penyalah
gunaan informasi dapat dikenakan hukuman/legal aspek.

c. Dengan melihat potensi dan perkembangan pelayanan keperawatan, sistem informasi


kesehatan dan penggunaan internet di Indonesia, bukan tidak mungkin hal ini mendasari
telenursing berkembang di Indonesia (dalam berbagai bentuk aplikasi tehnik komunikasi) dan
beragam tujuan. Hal ini tidak lain agar pelayanan asuhan keperawatan dan perkembangan
ilmu, riset dan pendidikan keperawatan di Indonesia dapat sejajar minimal dengan
perkembangan tehnologi kesehatan, dan kedokteran di Indonesia, menjelang Indonesia Sehat.

C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Implementasi Telenursing


Ada empat faktor penting yang mempengaruhi implementasi telenursing. Empat faktor
tersebut yaitu aspek sistematika, aspek ekonomi, aspek sosial, dan aspak teknikal.
1. Aspek sistematika
Aspek sistematika terkait dukungan dari pemerintah, yang meliputi legislasi dan regulasi.
Dalam mengontrol kualitas dan kelangsungan telenursing sangat dibutuhkan pengaturan dan
supervisi pelayanan pemerintah. Untuk penerapan telenursing disepakati bahwa praktek
keperawatan mandiri seharusnya ada otoritas dan peraturan legal serta adanya standart
operasional prosedur yang dibuat oleh organisasi profesi keperawatan atau pendidikan
keperawatan.

2. Aspek Ekonomi
Aspek ekonomi terkait verifikasi terhadap kontrol keuangan medis akibat penggunaan
telenursing dan Government recognition for cost effectiveness merupakan prioritas utama.
Investasi pemerintah dalam proyek telenursing merupakan prioritas untuk mengaktifkan
telenursing di daerah rural dan area kepulauan untuk manfaat medis. Aplikasi system
telenursing yang mahal dan uang perawatan (maintenance fee) harus dipikirkan.

3. Aspek Sosial
Aspek sosial terkait verifikasi nilai dan membangun kepercayaan sosial tentang telenursing
dibandingkan dengan perawatan langsung. Penerimaan dari pemberi pelayanan
kesehatan seperti fasilitas medis, dokter dan perawat, merupakan hal penting dalan
implementasi telenursing. Kerja sama dan koordinasi antara profesi kesehatan akan
membangun pemahaman yang lebih baik tentang telenursing pada publik. Adanya pengakuan
public terhadap keperawatan itu sendiri merupakan factor kunci dalam pelaksanan
telenursing.

4. Aspek teknikal
Aspek teknikal terkait kreatifitas dan originalitas konten telenursing dan pengembangan
sistem pelayanan. Pelatihan dan pendidikan perawat serta teknologi informasi mendukung
pengembangan dan pengoperasian telenursing. Pengembangan teknologi informasi untuk
menjaga privacy pasien dan keamanan informasi. Standarisasi, pelatihan keperawatan dan
penelitian untuk pengembangan system telenursing dan pelaksanaannya, teknologi informasi
medis dan pengembangan system aplikasi, serta desain model fungsional yang mungkin
diterapkan dilingkungan tersebut. Jadi keempat aspek tersebut harus terintegrasi dalam
strategi pelaksanaan telenursing.

D. Aplikasi Telenursing
Aplikasi telenursing dapat diterapkan di rumah, rumah sakit melalui pusat telenursing dan
melalui unit mobil. Telepon triase dan home care berkembang sangat pesat dalam aplikasi
telenursing. Di dalam home care perawat menggunakan system memonitor parameter
fisiologi seperti tekanan darah, glukosa darah, respirasi dan berat badan melalui internet.
Melalui system interaktif video, pasien contact on-call perawat setiap waktu untuk menyusun
video konsultasi ke alamat sesuai dengan masalah, sebagai contoh bagaimana mengganti
baju, memberikan injeksi insulin atau diskusi tentang sesak nafas. Secara khusus sangat
membantu untuk anak kecil dan dewasa dengan penyakit kronik dan kelemahan khususnya
dengan penyakit kardiopulmoner. Telenursing membantu pasien dan keluarga untuk
berpartisipasi aktif di dalam perawatan, khususnya dalam management penyakit kronis. Hal
ini juga mendorong perawat menyiapkan informasi yang akurat dan memberikan dukungan
secara online. Kontinuitas perawatan dapat ditingkatkan dengan menganjurkan sering kontak
antara pemberi pelayanan kesehatan maupun keperawatan dengan individu pasien dan
keluarganya.
Gambar 1.1 Alur telenursing
(Sumber : http://www.telehealth.ca/imgs/works.gif, diperoleh tanggal 02 Mei 2012)
Di dalam pelaksanaan telenursing perlu menjaga privasi pasien.

Gambar 1.2 Tiga level keamanan untuk proteksi data pasien

Gambar 1.3. Tehnologi teleheath pada daerah pedesaan


(Sumber : http://ijahsp.nova.edu/articles/1vol2/telehealth.jpg, diperoleh tanggal 9
Oktober 2011)

Gambar 1.4. Jenis dan pembagian Telehealth


(Sumber: Greenberg M. Elisabeth, 2000)

E. Kelebihan dan kekurangan Telenursing


 Kelebihan Telenursing
Telenursing dapat diartikan sebagai pemakaian teknologi informasi dibidang pelayanan
keperawatan untuk memberikan informasi dan pelayanan keperawatan jarak jauh. Model
pelayanan ini memberikan keuntungan antara lain :
1. Mengurangi waktu tunggu dan mengurangi kunjungan yang tidak perlu,
2. Mempersingkat hari rawat dan mengurangi biaya perawatan,
3. Membantu memenuhi kebutuhan kesehatan,
4. Memudahkan akses petugas kesehatan yang berada di daerah yang terisolasi,
5. Berguna dalam kasus-kasus kronis atau kasus geriatik yang perlu perawatan di rumah
dengan jarah yang jauh dari pelayanan kesehatan, dan
6. Mendorong tenaga kesehatan atau daerah yang kurang terlayani untuk mengakses
penyedia layanan melalui mekanisme seperti : konferensi video dan internet (American Nurse
Assosiation, 1999).
7. Peningkatan jumlah cakupan pelayanan keperawatan dalam jumlah yang lebih luas dan
merata,
8. Dapat dimanfaatkan dalam bidang pendidikan keperawatan (model distance learning)
dan perkembangan riset keperawatan berbasis informatika kesehatan dan meningkatkan
kepuasan perawat dan pasien terhadap pelayanan keperawatan yang diberikan serta
meningkatkan mutu pelayanan perawatan di rumah (home care).
9. Meningkatkan rasa aman (safety) perawat dan klien, karena dengan diterapkannya
telenursing semakin meningkatkan kepuasan pasien dan keluarga dan meningkatkan
kepatuhan. Telenursing telah menyediakan sarana bagi konsumen untuk memanggil perawat
agar mendapatkan saran kesehatan. seorang perawat dengan pelatihan khusus dapat
menawarkan pendidikan dan dukungan, sehingga ini bermanfaat karena klien membutuhkan
dukungan yang tidak mungkin didapatkan dengan kontak langsung.

 Kekurangan dan hambatan dalam telenursing


Menurut Amy Peck (2005) ada tiga ketegori dasar hambatan dalam telenursing, meliputi:
perilaku, legislatif, dan teknologi. Hambatan perilaku, ada ketakutan bahwa perawat akan
mendelegasikan tugas ke mesin. Pada awalnya perawat akan resisten terhadap telenursing
akibat kurangnya penguasaan terhadap teknologi informasi dan teknologi telekomunikasi.
Namun dengan adanya pelatihan dan adanya support system, perawat bisa merasakan
manfaat telenursing untuk dirinya dan pasien. Legislasi, telenursing muncul sebagai issue
kebijakan public secara mayor, belum adanya kepastian lisensi tentang telenursing. Secara
teknologi, Elektronik Health Record (EHR) dan standar data mendukung perkembangan
telenursing. Tanpa EHR telehealth tidak bisa bekerja. Ketersediaan system penyimpanan
data pasien kapanpun dan dimanapun provider membutuhkannya.

Sumber lain menyebutkan, antara lain :


o Tidak adanya interaksi langsung perawat dengan klien yang akan mengurangi kualitas
pelayanan kesehatan. Kekawatiran ini muncul karena anggapan bahwa kontak langsung
dengan pasien sangat penting terutama untuk dukungan emosional dan sentuhan terapeutik.
o Sedangkan kekurangan lain dari telenursing ini adalah kemungkinan kegagalan teknologi
seperti gangguan koneksi internet atau terputusnya hubungan komunikasi akibat gangguan
cuaca dan lain sebagainya sehingga menggangu aktifitas pelayanan yang sedang berjalan,
selain itu juga meningkatkan risiko terhadap keamanan dan kerahasiaann dokumen klien.

F. Riset mengenai Telenursing


1. Jonsson & Willman dalam penelitiannya menemukan bahwa implementasi telenursing
dalam perawatan di ruumah pada klien dengan luka di tangan merupakan inovasi
pengembangan inisiatif yang berfokus pada kolaborasi antara perawat dan klien. Klien
merasa puas dengan penggunaan videophone untuk melihat staf perawat memberikan
perawatan kepada mereka, dan dengan melihat muka perawat membuat rasa aman pada
pasien. Perawat merasa lebih nyaman dengan penggunaan audio-vidio contact untuk melihat
kondisi pasien dan melakukan pengkajian kondisi luka, serta merekam luka. Selain itu
perawat merasakan bahwa waktu bekerja meraka lebih bermanfaat. Penelitian ini
menandaskan bahwa telenersing dengan menggunakan teknologi audio-vidio sangat efektif
untuk melakukan komunikasi antara perawat dan pasien dan memberikan kepuasan pada
perawat dan klien dalam melakukan perawatan rumah.
2. Hartford Kathleen dalam penelitiannya tentang “Telenursing and patients’ Recovery from
Bypass” menemukan bahwa aplikasi teknologi telekomunikasi dalam memberikan pelayanan
keperawatan membuat pasien mampu untuk belajar bagaimana merawat dirinya sendiri, dan
ini juga membantu perawat untuk melakukan pendidikan kesehatan dan promosi kesehatan
secara efektif. Selain itu juga memperpendek lama perawatan.
3. Bohnenkamp & Blackett meyatakan bahwa dengan telenursing pasien menunjukkan
kepuasan yang lebih tinggi dan perawat telah meningkatkan pemahaman tentang masalah
yang dialami klien, dan klien merasa lebih nyaman karena sudah diberi informasi oleh
perawat. Klien percaya bahwa telenursing membuat perawatan lebih mudah diakses; mereka
lebih suka memanfaatkan telenursing daripada menunggu tatap muka pada saat kunjungan
langsung meskipun klien masih percaya bahwa kunjungan dengan tatap muka langsung
adalah yang terbaik.

4. Penelitian dari Susan Kay Bohnenkamp, RN, MS, CCM dengan judul Traditional Versus
Telenursing Outpatient Management of Patients With Cancer With New Ostomi.
Hasil : Telenursing meningkatkan kepuasan pada pasien. Pasien percaya bahwa telenursing
membuat perawatan lebih accessible, dia suka dengan telemedicine dari pada face to face,
tetapi menganggap face to face adalah yang terbaik.
(http://ons.metapress.com/content/f662854712557057/, diperoleh tanggal 02 Mei 2012).

5. Penelitian dari Anthony F. Jerant, MD dengan judul A Randomized Trial of Telenursing


to Reduce Hospitalization for Heart Failure: Patient-Centered Outcomes and Nursing
Indicators.
Hasil : Penelitian ini membandingkan 3 perawatan modalitas untuk menurunkan kekambuhan
CHF selama 180 hari follow up. Subyek menerima kunjungan dasar selama 60 hari dan
mendapat satu dari 3 terapi modalitas : (a) video-based home telecare; (b) telephone calls;
and (c) usual care Kekambuhan pada CHF menurun lebih dari 80% dengan telenursing
dibandingan dengan perawatan biasa. Dari penelitian ini juga menurunkan kunjungan
emergensi pada CHF. Pada perawatan diri kedua group tidak ada perbedaan secara signifikan
tentang kepatuhan, pengobatan, status kesehatan dan kepuasan. Telenursing dapat
menurunkan hospitalisasi pada CHF dan meningkatkan frekuensi komunikasi dengan pasien.
(http://www.haworthpress.com/store/toc/J027v22n01_TOC.pdf?sid=F92MP1MXXT1X8JN4
VFE1BXJ22VPX12U5&, diperoleh tanggal 02 Mei 2012).

6. Penelitian dari L. Schlachta-Fairchild dengan judul Findings Of The 2004 Nternational


Telenursing Survey.
Hasil : Mayoritas perawat yang melakukan tidak tersertifikasi dalam telemedicine,
telenursing, atau nursing informatics dan percaya bahwa sertifikasi pada telenursing adalah
penting dan interes untuk dilakukan sertifikasi dan merupakan indikasi telenursing
seharusnya merupakan bagian dasar dari pendidikan keperawatan dan pengalaman klinik
(http://www.mrc.co.za/conference/satelemedicine/Castelli.pdf, diperoleh tanggal 02 Mei
2012).

7. Impact of tele-advice on community nurses’ knowledge of venous leg ulcer care (Ameen,
Coll, & Peters, 2005). Pada penelitian ini dikemukakan efektifitas telenursing dibidang
manajemen perawatan ulkus kaki, desain yang digunakan adalah quasi eksperimental dengan
pendekatan pre dan post intervensi pada 2 kelompok yaitu kelompok intervensi sebanyak 19
orang dan kelompok kontrol sebanyak 19 orang, pada penelitian ini didapatkan bahwa
terdapat perbaikan yang signifikan dalam hal kemampuan perawat komunitas dalam
manajemen perawatan ulkus kaki antara sebelum dan sesudah intervensi melalui telenursing.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tele-saran dapat menjadinmanfaat besar bagi perawat
komunitas dalam meningkatkan pengetahuan mereka dalam praktek perawatan ulkus kaki. Ini
akan memiliki implikasi signifikan untuk penggunaan sumber daya manusia yang lebih
efisien dan efektivitas biaya dalam perawatan luka.

8. Tele-education in emergency care (Binks & Benger, 2007). Dalam artikel ini dijelaskan
bahwa Telenursing juga bisa dimanfaatkan untuk meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan petugas kesehatan dalam hal ini adalah perawat, terutama petugas
kesehatanmyang bertugas didaerah-daerah terpencil yang kadang sulit diakses melalui jalan
darat karena kondisi geografis yang tidak memungkinkan sehingga mereka kurang terpapar
informasi-informasi maupun pengetahuan terkini menghenai pelayanan keperawatan. Disini
dijelaskan bagaimana telenursing dimanfaatkan sebagai sarana penambahan wawasan dan
pengetahuan mengenai keperawatan gawat darurat terhadap petugas kesehatan yang bertugas
di daerah terpencil. Dalam Tele-education dapat diterapkan empat domain pembelajaran,
yaitu : 1) pengetahuan, 2) keterampilan, 3) hubungan (relationship), dan 4) sikap (attituds).

9. Efficacy of tele-nursing consultations in rehabilitation after radical prostatectomy: a


randomised controlled trial study (Jensen, Kristensen, Christensen, & Borre, 2011). Dalam
artikel ini dijelaskan bahwa terdapat peningkatan angka dalam insiden kanker prostat
menyebabkan tuntutan yang lebih tinggi terhadap peran perawatan kesehatan masyarakat.
Untuk mengatasi kondisi tersebut, prostatektomi radikal jalur cepat telah diperkenalkan,
sehingga waktu rawat menjadi pendek dan sedikit waktu yang tersedia untuk edukasi
terhadap pasien post op prostektomy, maka pasien dituntut agar mampu melakukan
perawatan secara mandiri melalui bantuan Telenursing. Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk menyelidiki apakah konsultasi telepon perawat yang dipimpin (TC) dapat
mengoptimalkan sumber daya, rehabilitasi secara aman dan kepuasan pasien dalam periode
pasca-operasi. Penelitian ini merupakan uji coba terkontrol secara acak prospektif dari 95
pasien baik intervensi atau standar tindak lanjut. Intervensi yang diberikan adalah TC
tambahan 3 hari pasca bedah. Pendidikan perawatan dan pasien selama rawat inap yang
diberikan adalah sama untuk semua pasien. Data dikumpulkan dari catatan medis dan
kuesioner 2 minggu pasca-bedah. Memang tidak ditemukan perbedaan dalam keberhasilan
keseluruhan tentang kepuasan pasien, rasa aman dan ketidaknyamanan pasca-operasi.
Beberapa pasien memiliki kebutuhan yang belum terpenuhi saat dirawat di rumah sakit
sehingga peberian TC menjadi alternatif pilihan yang baik. Secara umum, pasien cukup
terdidik dalam pengelolaan rehabilitasi awal dan mereka menyatakan kepuasan yang tinggi
dan rasa aman pada periode pasca operasi setelah pulang meskipun tanpa TC. Oleh karena
itu, TC tidak akan menjadi prosedur standar, tetapi hasilnya telah meningkatkan kesadaran
dalam praktek klinis sehari-hari dan dapat dioptimalkan pemanfaatannya.

10. Using the Tele-ICU Care Delivery Model to Build Organizational Performance, Part 1
(Rufo, 2011). Dalam artikel ini dijelaskan bahwa paradigma dalam model pemberian
perawatan saat ini telah bergeser ke arah perbaikan kualitas hidup pasien dan keamanan
perawatan pasien. Tele-health terintegrasi adalah salah satu contoh. Dengan menggunakan
perangkat mobile dan keahlian dari dokter yang berpengalaman dapat dihubungkan ke lokasi
terpencil, sehingga pemberi asuhan keperawatan didaerah terpencil sekarang dapat menerima
bantuan untuk manajemen pasien secara langsung melalui metode ini. Tele-ICU adalah salah
satu contoh dari penerapan model teknologi yang mempercepat pemecahan masalah klinis
dan pengambilan keputusan, sehingga mempercepat pemberian perawatan kritis dan akhirnya
meningkatkan hasil yang diharapkan.

11. A second set of eyes: an introduction to tele-ICU (Goran, 2010). Dalam artikel ini
dijelaskan bahwa Tele-ICU, eICU, virtual ICU, atau pusat ICU terpencil telah diterapkan
dalam perawatan pasien ICU oleh dokter di 28 negara, lebih dari 40 sistem perawatan
kesehatan, dan lebih dari 200 rumah sakit. Meskipun di beberapa tim perawatan tetap belum
terbiasa untuk aplikasikan metode baru ini, sedangkan yang lain tetap skeptic meskipun rasio
biaya perawatan yang bisa ditekan dan manfaat yang didapat. Namun, dengan perluasan
berbagai program dan publikasi hasil klinis dan fiskal, tele-ICU menjadi lebih diperhatikan
dan mengubah wawasan tentang perawatan klinis.

12. Home-Based Telemedicine: A Survey of Ethical Issues (Bauer, 2001). Dalam artikel ini
dikemukakan berupa hasil survey terhadap pemanfatan Telemediciene didapatkan data bahwa
secara ekonomis maupun efektifitasnya boleh dikatakan bagus, karena dari segi biaya yang
harus dikeluarkan relatif rendah, kemudin dari segi efektifitasnya pasien tidak perlu datang ke
tempat pelayanan kesehatan yang dituju, tetapi cukup hanya dengan berinteraksi melalui
Telemediciene maupun Telenursing pasien sudah dapat terlayani. Namun masalah yang
muncul dalam penilaian ini adalah bahwa mereka tidak mengidentifikasi adanya nilai-nilai
moral maupun implikasi etis dari penerapan metode ini. Oleh sebab itu sebagai pengguna
metode ini hendaknya petugas kesehatan atau perawat yang mengelolanya harus memilki
pemahaman yang luas tentang keilmuan keperawatan itu sendiri maupun metode Telenursing
yang digunakan.

DAFTAR PUSTAKA
Martono.(2006). Telenursing (Pelayanan Asuhan Keperawatan Jarak Jauh)
"Alternatif Asuhan Keperawatan Indonesia Menjelang Indonesia Sehat 2010" dalam
http://www.inna-ppni.or.id/ index.php?name=News&file=article&sid=71, diperoleh tanggal
02 Mei 2012
Susan Kay Bohnenkamp, Traditional Versus Telenursing Outpatient Management of Patients With
Cancer With New Ostomi dalam http://ons.metapress.com/ content/ f662854712557057/,
diperoleh tanggal 02 Mei 2012
Wikipedia.(2007). Telenursing, dalam http://en.wikipedia.org/wiki/telenursing, diperoleh tanggal 02
Mei 2012
http://www.telehealth.ca/imgs/works.gif, diperoleh tanggal 02 Mei 2012
http://ijahsp.nova.edu/articles/1vol2/telehealth.jpg, diperoleh tanggal 02 Mei 2012
----. 2010. Telenursing. Uppsala University: Centre for Research Ethics & Bioethics Research.
Available from: http//www.crb@crb.uu.se
Bohnenkamp K.S. Lopez. A.M. Blackett A. Traditional Versus Telenursin Outpatient Management of
Patients With Cancer With New Ostomies. Oncology Nursing Forum. 31;5.
Clark R. A, Yallop J, Wicket D, et al. 2006. Nursing Sans Frontieres: Three Year Case Study of
Multy-State Registration to Support Nursing Practice Using Information Technology.
Australian Journal of Advance Nursing. 24;1.
Fairchild L.S, Elfrink V, Dieckman A. 2006. Patient Safety, Telenursing and Telehealth. Available
from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov. ch48

Hartford Kathleen. 2005. Telenursing and Patients’ Recovery from Bypass Surgery. Journal of
Advance Nursing. 50; 5; 459-468.

Hoglund A.T. 2007. Ethical Dilemmas in Telenursing. Journal of Clinical Nursing. 16; 1865-1871.
Available from: http://www.crb.uu.se/research/clinical-ethics/telenursing.html

Jackson S. 2008. Technology Study Show Growing Use, Increase Satisfaction with Telehealth.
Hospital Home Health. 25;5;61-72. Available from: www.ahcmedia.com/online.html.

Anda mungkin juga menyukai