Definisi Telenursing
Telenursing didefinisikan sebagai praktek keperawatan jarak jauh menggunakan teknologi
telekomunikasi (National Council of State Boards of Nursing, 2011). Teknologi informasi
dibidang keperawatan adalah teknologi informasi yang mengintegrasikan ilmu keperawatan,
komputer, ilmu pengetahuan, dan ilmu informasi untuk mengelola dan mengkomunikasikan
data, informasi, dan pengetahuan dalam praktek keperawatan. Informatika keperawatan
memfasilitasi integrasi data, informasi, dan pengetahuan untuk dukungan klien, perawat, dan
penyedia lainnya dalam pengambilan keputusan mereka dalam semua peran dan pengaturan.
(Terhuyung & Bagley-Thompson, 2002 dalam Salim, 2010).
Telenursing adalah pemberian servis dan perawatan oleh perawat dengan menggunakan
telekomunikasi, meningkatkan akses untuk tindakan keperawatan kepada pasien pada lokasi
yang jauh atau perpencil (http://findarticles. com/ p/
articles/mi_m0FSW/is_4_18/ai_n18610226, diperoleh tanggal 01 mei 2012)
Telenursing adalah upaya penggunaan teknologi informasi dalam memberikan pelayanan
keperawatan dalam bagian pelayanan kesehatan dimana ada jarak secara fisik yang jauh
antara perawat dan pasien, atau antara beberapa perawat. Sebagai bagian dari telehealth dan
beberapa bagian terkait dengan aplikasi bidang medis dan non medis seperti telediagnosis,
telekonsultasi dan telemonitoring (http://en.wikipedia.org/wiki/telenursing, diperoleh tanggal
02 mei 2012).
Telenursing menunjukkan penggunaan tehnologi komunikasi oleh perawat untuk
meningkatkan perawatan pasien. Telenursing menggunakan channel elektromagnetik (wire,
radio, optical) untuk mengirim suara, data dan sinyal video komunikasi. Dapat juga
didefinisikan sebagai komunikasi jarak jauh menggunakan transmisi elektrik atau optic antara
manusia dan atau computer (http://www.icn.ch/matters_telenursing.htm, diperoleh tanggal 02
Mei 2012)
Telenursing diartikan sebagai pemakaian telekomunikasi untuk memberikan informasi dan
pelayanan keperawatan jarak-jauh. Aplikasinya saat ini, menggunakan teknologi satelit untuk
menyiarkan konsultasi antara fasilitas-fasilitas kesehatan di dua negara dan memakai
peralatan video conference. Telenursing bagian integral dari telemedicine atau telehealth
(http://www.inna-ppni.or.id/ index.php?name =News &file=article&sid=71, diperoleh
tanggal 02 Mei 2012)
Dengan penerapan telenursing dalam memberikan pelayanan keperawatan akan
meningkatkan kepuasan klien dan peningkatan parstisipasi aktif keluarga. Dalam
memberikan asuhan keperawatan secara jarak jauh maka diperlukan kebijakan umum dari
pemerintah untuk mengatur praktek, SOP/standar operasional prosedur, etik dan
profesionalisme, keamanan, kerahasiaan pasien dan jaminan informasi yang diberikan.
Kegiatan telenursing membutuhkan integrasi antara startegi dan kebijakan untuk
mengembangkan praktek keperawatan, penyediaan pelayanan asuhan keperawatan, dan
sistem pendidikan serta pelatihan keperawatan.
Untuk dapat diaplikasikan maka ada beberapa hal yang perlu menjadi perhatian :
1. Faktor legalitas
Dapat didefinisikan sebagai otonomi profesi keperawatan atau institusi keperawatan yang
mempunyai tanggung jawab dalam pelaksanaan telenursing.
2. Faktor financial
Pelaksanaan telenursing membutuhkan biaya yang cukup besar karena sarana dan prasaranya
sangat banyak. Perlu dukungan dari pemerintah dan organisasi profesi dalam penyediaan
aspek financial dalam pelaksanaan telenursing
3. Faktor Skill
Ada dua aspek yang perlu diperhatikan, yaitu pengetahuan dan skill tentang telenursing.
Perawat dan pasien perlu dilakukan pelatihan tentang aplikasi telenursing. Terlaksananya
telenursing sangat tergantung dari aspek pengetahuan dan skill antara pasien dan perawat.
Pengetahuan tentang telenursing harus didasari oleh pengetahuan tehnologi informasi.
4. Faktor Motivasi
Motivasi perawat dan pasien menjadi prioritas utama dalam pelaksanaan telenursing. Tanpa
ada motivasi dari perawat dan pasien, telenursing tidak akan bisa berjalan dengan baik.
Pelaksanaan telenursing di Indonesia masih belum berjalan dengan baik disebabkan oleh
karena keterbatasan sumberdaya manusia, keterbatasan sarana dan prasarana serta kurangnya
dukungan pelaksanaan telenursing dari pemerintah. Untuk mensiasati keterbatasan
pelaksanaan telenursing bisa dimulai dengan peralatan yang sederhana seperti pesawat
telepon yang sudah banyak dimiliki oleh masyarakat tetapi masih belum banyak
dimanfaatkan untuk kepentingan pelayanan kesehatan atau pelayanan keperawatan.
Telenursing menggunakan telepon ini dapat diaplikasikan di unit gawat darurat dan home
care.
Hal tersebut dikatakan telenursing jika perawat melakukan tindakan keperawatan untuk
memenuhi kebutuhan kesehatan klien melalui pengkajian triase dan pemberian informasi
menggunakan teknologi informasi dan telekomunikasi serta sistem berbasis website. Ners
yang melakukan praktek telenursing harus seorang Registered Nurses (RN). Perawat yang
melakukan praktek telenursing harus bertanggung jawab untuk meyakinkan kemampuan
ketrampilan keperawatan mereka dan pengetahuan yang up to date untuk praktek telenursing
mereka.
Tujuan dari telenursing adalah tidak untuk membentuk diagnosis medis, melainkan
difokuskan pada dimensi dari urgensi. Sehingga para perawat akan lebih terfokus pada
informasi, dukungan, dan meningkatkan pengetahuan. Untuk mencapai hasil yang positif dari
konsultasi melalui telephone maka sangat dibutuhkan cara berkomunikasi yang baik.
Komunikasi yang baik akan berdampak pada perasaan sehingga setiap perkataan akan mudah
untuk didengar dan dipahami. Dengan demikian klien dan keluarganya akan termotivasi
untuk mengikuti saran perawat. Sebuah komunikasi yang berpusat pada klien adalah teknik
pendekatan yang disukai dalam rangka membina hubungan antara klien dan tenaga
professional. Komunikasi yang berpusat pada klien telah ditangani secara ekstensif selama
dekade terakhir.
Melalui telenursing, perawat mampu melakukan monitoring, pendidikan, follow up,
pengkajian dan pengumpulan data, melakukan intervensi, memberikan dukungan pada
keluarga dan perawatan multidisiplin yang inovatif serta kolaborasi. Selain itu dalam praktek
telenursing, perawat melakukan pengkajian lanjutan, perencanaan, intervensi, dan evaluasi
terhadap hasil perawatan, dan perawat juga menggunakan teknologi seperti internet,
computer, telephone, alat pengkajian digital, dan perlengkapan telemonitoring system audio-
vidio, satelit dan system komunikasi yang lain. Penggunaan computer dan teknologi
informasi untuk mensupport perawat dan pasien dengan informasi yang lebih efektif. Dalam
rangka efisiensi dan efektifitas telenursing, antara perawat dan pasien terhubungkan secara
langsung menggunakan system transmisi elektronik.
Telenursing melalui telepon triage dan home care merupakan bentuk aplikasi yang
berkembang pesat saat ini. Dalam perawatan pasien di rumah, maka perawat dapat
memonitor tanda-tanda vital pasien seperti tekanan darah, gula darah, berat badan, peak flow
pernapasan pasien melalui internet. Dengan melakukan video conference, pasien dapat
berkonsultasi dalam perawatan luka, injeksi insulin dan penatalaksanaan sesak napas.
B. Manfaat Telenursing
Menurut Britton et all (1999), ada beberapa keuntungan telenursing yaitu :
1. Efektif dan efisien dari sisi biaya kesehatan, pasien dan keluarga dapat
mengurangi kunjungan ke pelayanan kesehatan ( dokter praktek,ruang gawat darurat,
rumah sakit dan nursing home)
2. Dengan sumber daya yang minimal dapat meningkatkan cakupan dan jangkauan
pelayanan keperawatan tanpa batas geografis
3. Telenursing dapat menurunkan kebutuhan atau menurunkan waktu tinggal di rumah sakit
4. Pasien dewasa dengan kondisi penyakit kronis memerlukan pengkajian yang sering
sehingga membutuhkan biaya yang banyak. Telenursing dapat meningkatkan pelayanan
untuk pasien kronis tanpa memerlukan biaya dan meningkatkan pemanfaatan teknologi.
5. Berhasil dalam menurunkan total biaya perawatan kesehatan dan meningkatkan akses
untuk perawatan kesehatan tanpa banyak memerlukan sumber.
Pada akhirnya telenursing dapat meningkatkan partisipasi aktif pasien dan keluarga,
terutama dalam manajemen pribadi penyakit kronik. Dapat memberikan pelayanan akurat,
cepat dan dukungan online, perawatan yang berkelanjutan dan kontak antara perawat dan
pasien yang tidak terbatas.
Jaminan kerahasiaan dan jaminan pelayanan dari informasi kesehatan yang diberikan
harus tetap terjaga
Pasien yang mendapatkan intervensi melalui telehealth harus diinformasikan potensial
resiko (seperti keterbatasan jaminan kerahasiaan informasi, melalui internet atau telepon) dan
keuntungannya
Diseminasi data pasien seperti identifikasi pasien (suara, gambar) dapat dikontrol dengan
membuat informed consent (pernyataan persetujuan) lewat email
Individu yang menyalahgunakan kerahasiaan, keamanan dan peraturan dan penyalah
gunaan informasi dapat dikenakan hukuman/legal aspek.
2. Aspek Ekonomi
Aspek ekonomi terkait verifikasi terhadap kontrol keuangan medis akibat penggunaan
telenursing dan Government recognition for cost effectiveness merupakan prioritas utama.
Investasi pemerintah dalam proyek telenursing merupakan prioritas untuk mengaktifkan
telenursing di daerah rural dan area kepulauan untuk manfaat medis. Aplikasi system
telenursing yang mahal dan uang perawatan (maintenance fee) harus dipikirkan.
3. Aspek Sosial
Aspek sosial terkait verifikasi nilai dan membangun kepercayaan sosial tentang telenursing
dibandingkan dengan perawatan langsung. Penerimaan dari pemberi pelayanan
kesehatan seperti fasilitas medis, dokter dan perawat, merupakan hal penting dalan
implementasi telenursing. Kerja sama dan koordinasi antara profesi kesehatan akan
membangun pemahaman yang lebih baik tentang telenursing pada publik. Adanya pengakuan
public terhadap keperawatan itu sendiri merupakan factor kunci dalam pelaksanan
telenursing.
4. Aspek teknikal
Aspek teknikal terkait kreatifitas dan originalitas konten telenursing dan pengembangan
sistem pelayanan. Pelatihan dan pendidikan perawat serta teknologi informasi mendukung
pengembangan dan pengoperasian telenursing. Pengembangan teknologi informasi untuk
menjaga privacy pasien dan keamanan informasi. Standarisasi, pelatihan keperawatan dan
penelitian untuk pengembangan system telenursing dan pelaksanaannya, teknologi informasi
medis dan pengembangan system aplikasi, serta desain model fungsional yang mungkin
diterapkan dilingkungan tersebut. Jadi keempat aspek tersebut harus terintegrasi dalam
strategi pelaksanaan telenursing.
D. Aplikasi Telenursing
Aplikasi telenursing dapat diterapkan di rumah, rumah sakit melalui pusat telenursing dan
melalui unit mobil. Telepon triase dan home care berkembang sangat pesat dalam aplikasi
telenursing. Di dalam home care perawat menggunakan system memonitor parameter
fisiologi seperti tekanan darah, glukosa darah, respirasi dan berat badan melalui internet.
Melalui system interaktif video, pasien contact on-call perawat setiap waktu untuk menyusun
video konsultasi ke alamat sesuai dengan masalah, sebagai contoh bagaimana mengganti
baju, memberikan injeksi insulin atau diskusi tentang sesak nafas. Secara khusus sangat
membantu untuk anak kecil dan dewasa dengan penyakit kronik dan kelemahan khususnya
dengan penyakit kardiopulmoner. Telenursing membantu pasien dan keluarga untuk
berpartisipasi aktif di dalam perawatan, khususnya dalam management penyakit kronis. Hal
ini juga mendorong perawat menyiapkan informasi yang akurat dan memberikan dukungan
secara online. Kontinuitas perawatan dapat ditingkatkan dengan menganjurkan sering kontak
antara pemberi pelayanan kesehatan maupun keperawatan dengan individu pasien dan
keluarganya.
Gambar 1.1 Alur telenursing
(Sumber : http://www.telehealth.ca/imgs/works.gif, diperoleh tanggal 02 Mei 2012)
Di dalam pelaksanaan telenursing perlu menjaga privasi pasien.
4. Penelitian dari Susan Kay Bohnenkamp, RN, MS, CCM dengan judul Traditional Versus
Telenursing Outpatient Management of Patients With Cancer With New Ostomi.
Hasil : Telenursing meningkatkan kepuasan pada pasien. Pasien percaya bahwa telenursing
membuat perawatan lebih accessible, dia suka dengan telemedicine dari pada face to face,
tetapi menganggap face to face adalah yang terbaik.
(http://ons.metapress.com/content/f662854712557057/, diperoleh tanggal 02 Mei 2012).
7. Impact of tele-advice on community nurses’ knowledge of venous leg ulcer care (Ameen,
Coll, & Peters, 2005). Pada penelitian ini dikemukakan efektifitas telenursing dibidang
manajemen perawatan ulkus kaki, desain yang digunakan adalah quasi eksperimental dengan
pendekatan pre dan post intervensi pada 2 kelompok yaitu kelompok intervensi sebanyak 19
orang dan kelompok kontrol sebanyak 19 orang, pada penelitian ini didapatkan bahwa
terdapat perbaikan yang signifikan dalam hal kemampuan perawat komunitas dalam
manajemen perawatan ulkus kaki antara sebelum dan sesudah intervensi melalui telenursing.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tele-saran dapat menjadinmanfaat besar bagi perawat
komunitas dalam meningkatkan pengetahuan mereka dalam praktek perawatan ulkus kaki. Ini
akan memiliki implikasi signifikan untuk penggunaan sumber daya manusia yang lebih
efisien dan efektivitas biaya dalam perawatan luka.
8. Tele-education in emergency care (Binks & Benger, 2007). Dalam artikel ini dijelaskan
bahwa Telenursing juga bisa dimanfaatkan untuk meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan petugas kesehatan dalam hal ini adalah perawat, terutama petugas
kesehatanmyang bertugas didaerah-daerah terpencil yang kadang sulit diakses melalui jalan
darat karena kondisi geografis yang tidak memungkinkan sehingga mereka kurang terpapar
informasi-informasi maupun pengetahuan terkini menghenai pelayanan keperawatan. Disini
dijelaskan bagaimana telenursing dimanfaatkan sebagai sarana penambahan wawasan dan
pengetahuan mengenai keperawatan gawat darurat terhadap petugas kesehatan yang bertugas
di daerah terpencil. Dalam Tele-education dapat diterapkan empat domain pembelajaran,
yaitu : 1) pengetahuan, 2) keterampilan, 3) hubungan (relationship), dan 4) sikap (attituds).
10. Using the Tele-ICU Care Delivery Model to Build Organizational Performance, Part 1
(Rufo, 2011). Dalam artikel ini dijelaskan bahwa paradigma dalam model pemberian
perawatan saat ini telah bergeser ke arah perbaikan kualitas hidup pasien dan keamanan
perawatan pasien. Tele-health terintegrasi adalah salah satu contoh. Dengan menggunakan
perangkat mobile dan keahlian dari dokter yang berpengalaman dapat dihubungkan ke lokasi
terpencil, sehingga pemberi asuhan keperawatan didaerah terpencil sekarang dapat menerima
bantuan untuk manajemen pasien secara langsung melalui metode ini. Tele-ICU adalah salah
satu contoh dari penerapan model teknologi yang mempercepat pemecahan masalah klinis
dan pengambilan keputusan, sehingga mempercepat pemberian perawatan kritis dan akhirnya
meningkatkan hasil yang diharapkan.
11. A second set of eyes: an introduction to tele-ICU (Goran, 2010). Dalam artikel ini
dijelaskan bahwa Tele-ICU, eICU, virtual ICU, atau pusat ICU terpencil telah diterapkan
dalam perawatan pasien ICU oleh dokter di 28 negara, lebih dari 40 sistem perawatan
kesehatan, dan lebih dari 200 rumah sakit. Meskipun di beberapa tim perawatan tetap belum
terbiasa untuk aplikasikan metode baru ini, sedangkan yang lain tetap skeptic meskipun rasio
biaya perawatan yang bisa ditekan dan manfaat yang didapat. Namun, dengan perluasan
berbagai program dan publikasi hasil klinis dan fiskal, tele-ICU menjadi lebih diperhatikan
dan mengubah wawasan tentang perawatan klinis.
12. Home-Based Telemedicine: A Survey of Ethical Issues (Bauer, 2001). Dalam artikel ini
dikemukakan berupa hasil survey terhadap pemanfatan Telemediciene didapatkan data bahwa
secara ekonomis maupun efektifitasnya boleh dikatakan bagus, karena dari segi biaya yang
harus dikeluarkan relatif rendah, kemudin dari segi efektifitasnya pasien tidak perlu datang ke
tempat pelayanan kesehatan yang dituju, tetapi cukup hanya dengan berinteraksi melalui
Telemediciene maupun Telenursing pasien sudah dapat terlayani. Namun masalah yang
muncul dalam penilaian ini adalah bahwa mereka tidak mengidentifikasi adanya nilai-nilai
moral maupun implikasi etis dari penerapan metode ini. Oleh sebab itu sebagai pengguna
metode ini hendaknya petugas kesehatan atau perawat yang mengelolanya harus memilki
pemahaman yang luas tentang keilmuan keperawatan itu sendiri maupun metode Telenursing
yang digunakan.
DAFTAR PUSTAKA
Martono.(2006). Telenursing (Pelayanan Asuhan Keperawatan Jarak Jauh)
"Alternatif Asuhan Keperawatan Indonesia Menjelang Indonesia Sehat 2010" dalam
http://www.inna-ppni.or.id/ index.php?name=News&file=article&sid=71, diperoleh tanggal
02 Mei 2012
Susan Kay Bohnenkamp, Traditional Versus Telenursing Outpatient Management of Patients With
Cancer With New Ostomi dalam http://ons.metapress.com/ content/ f662854712557057/,
diperoleh tanggal 02 Mei 2012
Wikipedia.(2007). Telenursing, dalam http://en.wikipedia.org/wiki/telenursing, diperoleh tanggal 02
Mei 2012
http://www.telehealth.ca/imgs/works.gif, diperoleh tanggal 02 Mei 2012
http://ijahsp.nova.edu/articles/1vol2/telehealth.jpg, diperoleh tanggal 02 Mei 2012
----. 2010. Telenursing. Uppsala University: Centre for Research Ethics & Bioethics Research.
Available from: http//www.crb@crb.uu.se
Bohnenkamp K.S. Lopez. A.M. Blackett A. Traditional Versus Telenursin Outpatient Management of
Patients With Cancer With New Ostomies. Oncology Nursing Forum. 31;5.
Clark R. A, Yallop J, Wicket D, et al. 2006. Nursing Sans Frontieres: Three Year Case Study of
Multy-State Registration to Support Nursing Practice Using Information Technology.
Australian Journal of Advance Nursing. 24;1.
Fairchild L.S, Elfrink V, Dieckman A. 2006. Patient Safety, Telenursing and Telehealth. Available
from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov. ch48
Hartford Kathleen. 2005. Telenursing and Patients’ Recovery from Bypass Surgery. Journal of
Advance Nursing. 50; 5; 459-468.
Hoglund A.T. 2007. Ethical Dilemmas in Telenursing. Journal of Clinical Nursing. 16; 1865-1871.
Available from: http://www.crb.uu.se/research/clinical-ethics/telenursing.html
Jackson S. 2008. Technology Study Show Growing Use, Increase Satisfaction with Telehealth.
Hospital Home Health. 25;5;61-72. Available from: www.ahcmedia.com/online.html.