Anda di halaman 1dari 33

Program Studi Pendidikan Profesi Ners

UIN Alauddin Makassar


Ners Muda Angkatan XVII

Keperawatan Medikal Bedah

LAPORAN PENDAHULUAN DENGAN DIAGNOSA MEDIS


LIMFOMA MALIGNA

OLEH :

LA ODE AGUSTINO SAPUTRA, S.Kep


70900120011

PERSEPTOR LAHAN PERSEPTOR INSTITUSI

( ) ( )

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS ANGKATAN XVII


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UIN ALAUDDIN MAKASSAR
2020

1
La Ode Agustino Saputra, S.Kep
70900120011
Program Studi Pendidikan Profesi Ners
UIN Alauddin Makassar
Ners Muda Angkatan XVII

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah ‫ ﷻ‬karena dengan rahmat,


karunia, serta taufik dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan
Pendahuluan terkait Limfoma Maligna ini dengan baik meskipun banyak
kekurangan didalamnya.

Penulis sangat berharap laporan pendahuluan ini dapat berguna dalam


rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai Limfoma Maligna
penulis juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam laporan ini terdapat
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, penulis berharap adanya
kritik, saran dan usulan demi perbaikan laporan pendahuluan yang telah penulis
buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa
saran yang membangun.

Semoga laporan pendahuluan sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun


yang membacanya. Sekiranya laporan pendahuluan yang telah disusun ini dapat
berguna bagi penulis sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami
mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan
penulis memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa
depan.

Makassar 04 November 2020

La Ode Agustino Saputra, S.Kep

2
La Ode Agustino Saputra, S.Kep
70900120011
Program Studi Pendidikan Profesi Ners
UIN Alauddin Makassar
Ners Muda Angkatan XVII

DAFTAR ISI

SAMPUL

KATA PENGANTAR................................................................................I

DAFTAR ISI..............................................................................................II

BAB I KONSEP MEDIS


A. Defisini.............................................................................................1

B. Klasifikasi Limfoma........................................................................1

C. Etiologi.............................................................................................3

D. Patofisiologi ....................................................................................3

E. Tanda dan Gejala ............................................................................5

F. Pemeriksaan penunjang ..................................................................5

G. Penatalaksanaan ..............................................................................6

H. Komplikasi.......................................................................................7

I. Prognosis..........................................................................................7

BAB II KONSEP KEPERAWATAN

A. Pengkajian........................................................................................9

B. Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul.............................12

C. Perencanaan...................................................................................18

D. Penyimpangan KDM.....................................................................25

DAFTAR PUSTAKA

3
La Ode Agustino Saputra, S.Kep
70900120011
Program Studi Pendidikan Profesi Ners
UIN Alauddin Makassar
Ners Muda Angkatan XVII

BAB I
KONSEP MEDIS
A. Definisi
Limfoma merupakan istilah umum untuk berbagai jenis kanker darah
yang muncul pada sisem limfatik, yang menyebabkan pembesaran kelenjar
getah bening. Limfoma disebabkan oleh sel-sel B atau sel-sel T yaitu sel
darah putih yang dalam keadaan normal menjaga daya tahan tubuh menjagi
abnormal dengan membela diri secara cepat dari sel biasa atau hidup lebih
lama dari biasanya. Sitem limfatik sendiri merupakan jaringan pembuluh
dengan katup dan kelenjar pada tempat-tempat tertentu yang mengedarkan
cairan getah bening melalui kontraksi otot yang berdekatan dengan kelenjar.
Kelenjar getah bening menyaring benda asing dari getah bening dan juga
mengangkut lemak yang diserap di usus halus ke hati (Kemenkes, 2015).
Limfoma maligna adalah jenis kanker yang mulai menyerang dalam sel-
sel sistem kekebalan tubuh. Terdapat dua kategori dasar limfoma. Salah satu
jenisnya adalah limfoma Hodgkin, yang ditandai dengan adanya jenis sel
yang disebut sel Reed-Sternberg. Kategori lainnya adalah limfoma non-
Hodgkin, yang meliputi kelompok kanker sel sistem kekebalan yang besar
dan beragam. Limfoma non-Hodgkin dapat dibagi lebih lanjut menjadi
kanker yang memiliki jalur indolen (tumbuh lambat) dan yang memiliki jalur
agresif (tumbuh cepat). Limfoma Hodgkin dan non-Hodgkin dapat terjadi
pada anak-anak dan orang dewasa, dan prognosis dan pengobatan tergantung
pada stadium dan jenis kanker (NCI, 2019).
B. Klasifikasi Limfoma
Kemenkes (2015) menyebutkan terdapat 2 jenis dari limfoma yakni :
1. Limfoma Hodgkin
Sering terjadi karena mutasi sel B pada system limfatik dengan hasil
diteksi dengan adanya sel abnormal sel Reed-Sternberg dalam sel kanker.
Limfoma Hodgkin diketahui memililki 5 subtipe. Limfoma Hodgkin
sendiri merupakan jenis yang paling bias disembuhkan dan biasa

4
La Ode Agustino Saputra, S.Kep
70900120011
Program Studi Pendidikan Profesi Ners
UIN Alauddin Makassar
Ners Muda Angkatan XVII

menyerang kelenjar getah bening yang terletak di leher dan kepala.


Umumnya pasien didiagnosis pada usia 20 sampai 30 tahun
2. Limfoma Non-Hodgkin
Terjadi karena adanya mutasi DNA pada sel B dan sel T pada system
limfatik, merupakan tumor ganas yang bentuk padat dan berasal dari
jaringan limforetikuler dan memilki 30 subtipe yang masih berkembang.
Limfoma Non-Hodgkin biasanya pertumbuhannya lambat disebut
Indolent dan untuk yang pertumbuhannya cepat disebut aggressive. Jenis
ini biasanya didiagnosis pada usia 60 tahun
Stadium Limfoma Non-Hodgkin terdiri atas
a. Stadium 1
Sel kanker berkumpul menjadi kelompok didaerah tertentu kelenjar
getah bening. Contohnya di leher atau di bawah ketiak
b. Stadium 2
Sel limfoma sekurang-kurangnya 2 kelompok berada di kelenjar
getah bening
c. Stadium 3
Limfoma terdapat pada kelompok kelenjar getah bening bagian atas
maupun bawah diafragma, atau limfoma berada di sekitar organ atau
jaringan kelenjar getah bening
d. Stadium 4
Pada stadium ini sudah sangat menyebar, limfoma sudah menyebar
ke seluruh satu organ atau jaringan selain di kelenjar getah bening.
Atau biasa juga berada didalam organ hati atau sum-sum tulang
belakang

5
La Ode Agustino Saputra, S.Kep
70900120011
Program Studi Pendidikan Profesi Ners
UIN Alauddin Makassar
Ners Muda Angkatan XVII

Gambar 1.1: stadium Morbus Hodgkin (sumber: gesundheitshandbunch.de)

C. Etiologi
Penyebab limfoma belum sepenuhnya dipahami hingga saat ini. Studi
terbaru menunjukkan bahwa faktor risiko tertentu meningkatkan peluang
berkembangnya limfoma. Faktor risiko ini mencakup perubahan genetik,
infeksi tertentu (misalnya infeksi oleh Virus Imunodefisiensi Manusia),
radiasi, bahan kimia, dan penyakit pada system kekebalan tubuh (seperti
artritis reumatoid, AIDS, dan agen imunosupresif yang digunakan (obat untuk
menekan sistem kekebalan tubuh) setelah tindakan transplantasi organ) (Lei
Leng Kit, 2019).
Berikut terdapat beberapa faktor predisposisi:
a. Usia
Penyakit limfoma maligna banyak ditemukan pada usia dewasa muda
yaitu antara 18-35 tahun dan pada orang diatas 50 tahun
b. Jenis kelamin
Penyakit limfoma maligna lebih banyak diderita oleh pria dibandingkan
wanita
c. Gaya hidup yang tidak sehat
Risiko Limfoma Maligna meningkat pada orang yang mengkonsumsi
makanan tinggi lemak hewani, merokok, dan yang terkena paparan UV
d. Pekerjaan

6
La Ode Agustino Saputra, S.Kep
70900120011
Program Studi Pendidikan Profesi Ners
UIN Alauddin Makassar
Ners Muda Angkatan XVII

Beberapa pekerjaan yang sering dihubugkan dengan resiko tinggi terkena


limfoma maligna adalah peternak serta pekerja hutan dan pertanian. Hal
ini disebabkan adanya paparan herbisida dan pelarut organik.
D. Patofisiologi
Limfoma maligna ini berasal dari sel limfosit. Tumor ini biasanya
bermula dari nodus limfe, tetapi dapat melibatkan jaringan limfoid dalam
limpa, traktus gastrointestinal (misalnya dinding lembung), hati, atau sumsum
tulang. Sel limfosit dalam kelenjar limfe juga berasal dari sel-sel indik
multipotensial di dalam sumsum tulang. Sel induk multipotensial pada tahap
awal bertransformasi menjadi sel progenitor limfosit yang kemudian
berdiferensiasi melalui dua jalur. Sebagian mengalami pematangan dalam
kelenjar thymus untuk menjadi limfosit T, dan sebagian lagi menuju kelenjar
limfe atau tetap berada dalam sumsum tulang dan berdiferensiasi menjadi sel
limfosit B. Apabila ada rangsangan oleh antigen yang sesuai maka limfosit T
maupun B akan bertransformasi menjadi bentuk aktif dan berpoliferasi.
Limfosit T aktif menjalankan fungsi respon imunitas seluler. Sedangkan
limfosit B aktif menjadi imunoblas yang kemudian menjadi sel plasma yang
membentuk imunoglobulin. Perubahan limfosit normal menjadi sel limfoma
merupakan akibat terjadinya mutasi gen pada salah satu sel dari sekelompok
sel limfosit tua yang tengah berada dalam proses transformasi menjadi
imunoblas (terjadi akibat adanya rangsangan imunogen). Hal ini terjadi
didalam kelenjar getah bening, dimana sel limfosit tua berada di luar centrum
germinativum sedangkan imunoblast berada di bagian paling sentral centrum
germinativum. Apabila  membesar maka dapat menimbulkan tumor dan
apabila tidak ditangani secara dini maka menyebabkan limfoma maligna.
Proliferasi abmormal tumor ini dapat memberi kerusakan penekanan atau
penyumbatan organ tubuh yang diserang. Tumor dapat mulai di kelenjar
getah bening (nodal) atau diluar kelenjar getah bening (ekstra nodal). Gejala
pada Limfoma secara fisik dapat timbul benjolan yang kenyal, mudah
digerakkan (pada leher, ketiak atau pangkal paha). Pembesaran kelenjar tadi
dapat dimulai dengan gejala penurunan berat badan, demam, keringat malam.

7
La Ode Agustino Saputra, S.Kep
70900120011
Program Studi Pendidikan Profesi Ners
UIN Alauddin Makassar
Ners Muda Angkatan XVII

Hal ini dapat segera dicurigai sebagai Limfoma. Namun tidak semua benjolan
yang terjadi di sistem limfatik merupakan Limfoma. Bisa saja benjolan
tersebut hasil perlawanan kelenjar limfa dengan sejenis virus atau mungkin
tuberkulosis limfa. Beberapa penderita mengalami demam Pel-Ebstein,
dimana suhu tubuh meninggi selama beberapa hari yang diselingi dengan
suhu normal atau di bawah normal selama beberapa hari atau beberapa
minggu. Gejala lainnya timbul berdasarkan lokasi pertumbuhan sel-sel
limfoma.

E. Tanda dan Gejala


Pembesaran kelenjar getah bening dapat berupa nyeri, demam, keringat
malam, penurunan berat badan, lemas, pruritus, nyeri abdomrn,
hepatosplenomegali, nyeri tulang akibat destruksi lokal/infiltrasi sumsum
tulang, serta gejala neuropati. Dapat pula terjadi tanda-tanda obstruksi, seperti
edema ektremitas, sindrom vena cava, serta kompresi medulla spinalis
(Tanto, dkk, 2014).
Gejala yang sering ditemukan pada penderita limfoma pada umumnya
non-spesifik, diantaranya (Kemenkes, 2019) :
1. Penurunan berat badan >10% dalam 6 bulan
2. Demam 38 derajat C >1 minggu tanpa sebab yang jelas
3. Keringat malam banyak
4. Cepat lelah
5. Penurunan nafsu makan
6. Pembesaran kelenjar getah bening yang terlibat
7. Dapat pula ditemukan adanya benjolan yang tidak nyeri di leher, ketiak
atau pangkal paha (terutama bila berukuran di atas 2 cm); atau sesak
napas akibat pembesaran kelenjar getah bening mediastinum maupun
splenomegali.
Tiga gejala pertama harus diwaspadai karena terkait dengan prognosis
yang kurang baik, begitu pula bila terdapatnya Bulky Disease (KGB
berukuran > 6-10 cm atau mediastinum >33% rongga toraks). Menurut

8
La Ode Agustino Saputra, S.Kep
70900120011
Program Studi Pendidikan Profesi Ners
UIN Alauddin Makassar
Ners Muda Angkatan XVII

Lymphoma International Prognostic Index, temuan klinis yang


mempengaruhi prognosis penderita LNH adalah usia >60 tahun, keterlibatan
kedua sisi diafragma atau organ ekstra nodal (Ann Arbor III/IV) dan
multifokalitas (>4 lokasi).
F. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaa penunjang yang dapat dilakukan berupa:
1. Pemeriksaan darah tepi, dapat ditemukan anemia, eosinofilia, serta
peningkatan LED.
2. Pemeriksaan fungsi hati berupa peningkatan alkali fosfattase, da ikterus
kolestatik merupaka gejala paraneoplastik tanpa keterlibatan hati.
3. Pemeriksaan penanda kolestasis lain
4. Peningkatan ureum atau kreatinin karena obstruksi ureter.
5. Foto thorax (Tanto, dkk, 2014).
Beberapa jenis pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada pasien
limfoma yakni (Andyana, 2017). :
1. Pemeriksaan hematologik, dapat ditemukan adanya anemia, neutrofilia,
eosinofilia, limfopenia, serta laju endap darah dan LDH (lactate
dehydrogenase serum) yang meningkat pada pemeriksaan darah lengkap.
2. Pemeriksaan pencitraan, dapat ditemukan gambaran radiopaque dari
nodul unilateral atau bilateral yang berbatas tidak tegas atau tegas serta
konsolidasi pada pemeriksaan foto polos dada proyeksi Posterior
Anterior (PA); gambaran hiperdens dari massa jaringan lunak multipel
akibat agregasi nodul pada pemeriksaan CT scan dengan kontras di
daerah thorax, abdomen atau pelvis .
3. Pemeriksaan histopatologik, dapat ditemukan adanya sel Reed Sternberg
dengan latar belakang sel radang pleomorf pada pemeriksaaan biopsi
kelenjar getah bening.
4. Pemeriksaan imunohistokimia, dapat ditemukan penanda CD15, CD20
atau CD30 pada sel Reed Sternberg.
5. Pemeriksaan lainnya, seperti tes fungsi hati, ginjal dan paru,
ekokardiografi dan eletrokardiografi digunakan untuk mengetahui adanya

9
La Ode Agustino Saputra, S.Kep
70900120011
Program Studi Pendidikan Profesi Ners
UIN Alauddin Makassar
Ners Muda Angkatan XVII

tanda dan gejala keterlibatan organ lainnya selain kelenjar getah bening
serta tes kehamilan pada penderita wanita muda.
e. Penatalaksanaan
Meliputi kemoterapi dan radiotersapi, bergantung pada staging dan faktor
risiko. Indikasi terapi menurut German Hodgkin’s Lymphoma Study Group
adalah massa mediastinal yang besar, ekstranodal peningkatan laju endap
darah 9> 50 mm/jam pada kasus tanpa gejala; > 30 mm/ jam pada kasus
dengan gejala) dan atau tiga atau lebih regio yang terkena) (Tanto, dkk,
2014).
Penatalaksanaan berbeda-beda sesuai dengan tipe dan stadiumnya dengan
modalitas penatalaksanaan yang terdiri atas (Andyana, 2017).:
1. Radioterapi,
Radioterapi memiliki peranan yang sangat penting dalam pengobatan
limfoma, terutama limfoma hodgkin di mana penyebaran penyakit ini
lebih sulit untuk diprediksi. Beberapa jenis radioterapi yang tersedia
telah banyak digunakan untuk mengobati limfoma hodgkin seperti
radioimunoterapi dan radioisotope.
2. Kemoterapi
Merupakan teknik pengobatan keganasan yang telah lama digunakan
dan banyak obat-obatan kemoterapi telah menunjukkan efeknya
terhadap limfoma.
3. Pembedahan
Tata laksana dengan pembedahan atau operasi memiliki peranan yang
terbatas dalam pengobatan limfoma. Untuk beberapa jenis limfoma,
seperti limfoma gaster yang terbatas pada bagian perut saja atau jika
ada resiko perforasi, obstruksi, dan perdarahan masif, pembedahan
masih menjadi pilihan utama. Namun, sejauh ini pembedahan hanya
dilakukan untuk mendukung proses penegakan diagnosis melalui
surgical biopsy

10
La Ode Agustino Saputra, S.Kep
70900120011
Program Studi Pendidikan Profesi Ners
UIN Alauddin Makassar
Ners Muda Angkatan XVII

f. Komplikasi
Ada dua jenis komplikasi yang dapat terjadi pada penderita limfoma
maligna, yaitu komplikasi karena pertumbuhan kanker itu sendiri dan
komplikasi karena penggunaan kemoterapi. Komplikasi karena pertumbuhan
kanker itu sendiri dapat berupa pansitopenia, perdarahan, infeksi, kelainan
pada jantung, kelainan pada paru-paru, sindrom vena cava superior, kompresi
pada spinal cord, kelainan neurologis, obstruksi hingga perdarahan pada
traktus gastrointestinal, nyeri, dan leukositosis jika penyakit sudah memasuki
tahap leukemia. Sedangkan komplikasi akibat penggunaan kemoterapi dapat
berupa pansitopenia, mual dan muntah, infeksi, kelelahan, neuropati,
dehidrasi setelah diare atau muntah, toksisitas jantung akibat penggunaan
doksorubisin, kanker sekunder, dan sindrom lisis tumor (Tanto, dkk, 2014).
g. Prognosis
Menurut The International Prognostic Score, prognosis limfoma hodgkin
ditentukan oleh beberapa faktor di bawah ini, antara lain:
1. Serum albumin < 4 g/dL
2. Hemoglobin < 10.5 g/dL
3. Jenis kelamin laki-laki
4. Stadium IV
5. Usia 45 tahun ke atas
6. Jumlah sel darah putih > 15,000/mm3
7. Jumlah limfosit < 600/mm3 atau < 8% dari total jumlah sel darah putih

Jika pasien memiliki 0-1 faktor di atas maka harapan hidupnya mencapai
90%, sedangkan pasien dengan 4 atau lebih faktor-faktor di atas angka
harapan hidupnya hanya 59%.

Sedangkan untuk limfoma non-hodgkin, faktor yang mempengaruhi


prognosisnya yaitu:

a. Usia (>60 tahun)


b. Ann Arbor stage (III-IV)

11
La Ode Agustino Saputra, S.Kep
70900120011
Program Studi Pendidikan Profesi Ners
UIN Alauddin Makassar
Ners Muda Angkatan XVII

c. hemoglobin (<12 g/dL)


d. jumlah area limfonodi yang terkena (>4) and
e. serum LDH (meningkat) yang kemudian dikelompokkan menjadi tiga
kelompok resiko, yaitu resiko rendah (memiliki 0-1 faktor di atas), resiko
menengah (memiliki 2 faktor di atas), dan resiko buruk (memiliki 3 atau
lebih faktor di atas).

12
La Ode Agustino Saputra, S.Kep
70900120011
Program Studi Pendidikan Profesi Ners
UIN Alauddin Makassar
Ners Muda Angkatan XVII

BAB II
KONSEP KEPERAWATAN

A. Pengkajian Fokus
1. Anamnesa
a. Data biografi: nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, agama,
pekerjaan, alamat, suku bangsa, status perkawinan, sumber biaya,
sumber informasi.
b. Riwayat kesehatan masa lalu: Riwayat kecelakaan, Dirawat
dirumah sakit, Obat-obatan yang pernah diminum
c. Riwayat kesehatan sekarang: Alasan masuk rumah sakit, keluhan
utama, kronologis keluhan (Tanto, dkk, 2014)
2. Data Dasar Pengkajian Pasien
a. Aktivitas / Istirahat
Gejala : Kelelahan, kelemahan, atau malaise umum
Kehilangan produktivitas dan penurunan toleransi latihan
Kebutuhan tidur dan istirahat lebih banyak.
Tanda : Penurunan kekuatan, bahu merosot, jalan lamban, dan
tanda lain yang menunjukkan kelelahan
b. Sirkulasi
Gejala : Palpitasi, angina / nyeri dada
Tanda : Takikardia, disritmia, Sianosis wajah dan leher
(obstruksi drainase vena karena pembesaran nodus limfa adalah
kejadian yang wajar) Ikterus sklera dan ikterik umum sehubungan
dengan kerusakan hati dan obstruksi duktus empedu oleh
pembesaran nodus limfa. Pucat (anemia), diaforesis, keringat
malam..
c. Eliminasi
Gejala : Perubahan karakteristik urine dan/atau feces
Riwayat obstruksi usus

13
La Ode Agustino Saputra, S.Kep
70900120011
Program Studi Pendidikan Profesi Ners
UIN Alauddin Makassar
Ners Muda Angkatan XVII

Tanda : Nyeri tekan pada kuadran kanan atas dan


pembesaran pada palpasi (hepatomegali) Nyeri tekan pada
kuadran kiri atas dan pembesaran pada palpasi (splenomegali).
Penurunan haluaran urine, urine gelap/pekat, anuria
Disfngsi usus dan kandung kemih (kompresi batang spinal terjadi
lebih lanjut).
d. Makanan/Cairan
Gejala : Anoreksia/kehilangan nafsu makan. Disfagia
(tekanan pada esophagus) Adanya penurunan BB yang tak dapat
dijelaskan sama dengan 10 % atau lebih dari BB dalam 6 bulan
sebelumnya dengan tanpa upaya diet.
Tanda : Pembengkakan pada wajah, leher, rahang, atau
tangan kanan.
Ekstremitas: edema ekstremitas bawah sehubungan dengan
obstruksi vena kava inferior dari pembesaran nodus limfa
intraabdominal (non-Hodgin). Asites (obstruksi vena kava
inferior sehubungan dengan pembesaran nodus limfa
intraabdominal).
e. Neurosensori
Gejala : Nyeri saraf (neuralgia) menunjukkan kompresi akar
saraf oleh pembesaran nodus limfa pada brakial, lumbar dan
pleksus sacral, kelemahan otot, parestesia.
Tanda : Status mental: letargi, menarik diri, kurang minat
umum terhadap sekitar, Paraplegia (kompresi batang spinal dari
tubuh vertebral, keterlibatan discus pada kompresi/degenerasi,
atau kompresi suplai darah terhadap batang spinal).
f. Nyeri/Kenyamanan
Gejala : Nyeri tekan/nyeri pada nodus limfa yang terkena
Tanda : Fokus pada diri sendiri: perilaku berhati-hati.
g. Pernapasan
Gejala : Dispnea pada kerja atau istirahat; nyeri dada.

14
La Ode Agustino Saputra, S.Kep
70900120011
Program Studi Pendidikan Profesi Ners
UIN Alauddin Makassar
Ners Muda Angkatan XVII

Tanda : Dispnea; takikardia, batuk kering non-produktif,


tanda distres pernapasan, Parau/paralysis laryngeal (Tanto, dkk,
2014)
B. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul

Diagnosa keperawatan yang sering muncul pada kasus limfoma

menurut Raden (2019) adalah sebagai berikut.

1. Nyeri Akut berhubungan dengan agen injuri biologi, infeksi dan

keganasan.

2.  Bersihan atau pola jalan nafas tidak efektif b.d pembesaran nodus

medinal / edema jalan nafas

3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh  b.d anoreksia/

penurunan nafsu makan .

4. Keletihan berhubungan dengan gangguan produksi eritrosit

Beberapa diagnosis yang dapat muncul pada kasus Limfoma Maligna


berdasarkan SDKI 2017 beberapa diagnosis keperawatan yang sesuai
dengan kondisi klinis terkait Limfoma Maligna (SDKI, 2017) yaitu:
1. Nyeri Akut
a. Definisi
Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan
kerusakan jaringan aktual atau fungsional dengan onset mendadak
atau lambar dan berintraksi ringan hingga berat yang berlangsung
kurang dari 3 bulan
b. Penyebab
1) Agen pencedera fisiologis (mis. Inflamasi, iskemia, neoplasma)
2) Agen pencedera kimiawi (mis. Terbakar, bahan kimia iritan)
3) Agen pencedera fisik (mis. Abses, amputasi, terbakar,
terpotong, mengangkat berat, prosedur operasi, trauma, latihan
fisik berlebihan)

15
La Ode Agustino Saputra, S.Kep
70900120011
Program Studi Pendidikan Profesi Ners
UIN Alauddin Makassar
Ners Muda Angkatan XVII

c. Gejala dan Tanda Mayor


Subjektif
Mengeluh Nyeri
Objektif
1) Tampak meringis
2) Bersikap protektif (mis. Posisi menghindari nyeri)
3) Gelisah
4) Frekuensi nadi meningkat
5) Sulit tidur
d. Gejala dan tanda Minor
Subjektif
Tidak tersedia
Objektif
1) Tekanan darah meningkat
2) Pola napas berubah
3) Nafsu makan berubah
4) Proses berfikir terganggu
5) Menarik diri
6) Berfokus pada diri sendiri
7) Diaphoresis
e. Kondisi klinis terkait
1) Kondisi pembedahan
2) Cedera traumatis
3) Infksi
4) Sindrom korener akut
5) Glaucoma
2. Pola nafas tidak efektif
a. Definisi
Inspirasi dan/atau ekspirasi yang tidak memberikan ventilasi
adekuat
b. Gejala dan tanda mayor

16
La Ode Agustino Saputra, S.Kep
70900120011
Program Studi Pendidikan Profesi Ners
UIN Alauddin Makassar
Ners Muda Angkatan XVII

Subjektif
a) Dispnea
Objektif
a) Penggunaan oto bantu pernapasan
b) Fase ekspirasi memanjang
c) Pola napas abnormal (mis takipnea, bradipnea, hiperventilasi,
kussmaul, cheyne-stokes)
c. Gejala dan tanda minor
Subjektif
a) Ortopnea
Objektif
a) Pernapasan pursed-lip
b) Pernapasan cuping hidung
c) Diameter thoraks anterior-posterior meningkat
d) Ventilasi semenit menurun
e) Kapasitas vital menurun’
f) Tekanan ekspirasi menurun
g) Tekanan inspirasi menurun
h) Ekskursi dada berubah
d. Kondisi klinis terkait
1) Depresi system saraf pusat
2) Cedera kepala
3) Trauma thoraks
4) Gullian barre syndrome
5) Multiple sclerosis
6) Myasthenia gravis
7) Stroke
8) Kuadriplegia
9) Intoksikasi alcohol
3. Defisit nutrisi
a. Definisi

17
La Ode Agustino Saputra, S.Kep
70900120011
Program Studi Pendidikan Profesi Ners
UIN Alauddin Makassar
Ners Muda Angkatan XVII

Asupan nutrisi tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan


metabolic
b. Penyebab
1) Kurangnya asupan makanan’
2) ketidakmampuan menelan makanan
3) Ketidakmampuan menagbsorbsi nutrient
4) Peningkatan kebutuhan metabolism
5) Factor ekonomi’faktor psikologi
c. Gejala dan tanda mayor
Subjektif
Tidak Tersedia
Objektif
a) Berat badan menurun minimal 10% dibawah rentan normal
b. Gejala dan tanda minor
Subjektif
a) Cepat kenyang setelah makan
b) Kram/nyeri abdomen
c) Nafsu makan menurun
Objektif
a) Bising usus hiperaktif
b) Otot pengunyah lemah
c) Otot menelan melemah
d) Membran mukosa pucat
e) Sariawan
f) Serum albumin turun
g) Rambut rontok berlebih
h) Diare
c. Kondisi klinis terkait :
1) AIDS
2) Kanker
3) Kerusakan neuromuskular

18
La Ode Agustino Saputra, S.Kep
70900120011
Program Studi Pendidikan Profesi Ners
UIN Alauddin Makassar
Ners Muda Angkatan XVII

4) Infeksi
5) Parkinson
6) Penyakit Crohn’s
4. Keletihan
a. Definisi :
Penurunan kapasistas kerja fisik dan mental yang tidak pulih
dengan isterahat
b. Penyebab
1) Gangguan tidur
2) Gaya hidup monoton
3) Kondisi fisiologis (penyakit kronis, penyakit terminal)
4) Program perawaan/pegobatan jangka panjang
5) Peristiwa hidup negative
6) Stress berlebihan
7) Depresi
c. Gejala dan tanda mayor :
Subjektif
1) Merasa energy tidak pulih walaupun telah tidur
2) Merasa kurang tenaga
3) Mengeluh lelah
Objektif :
1) Tidak mampu mempertahankan aktivitasrutin
2) Tampak lesu
d. Gejala dan tanda minor :
Subjektif :
1) Merasa bersalah akibat tidak mampu menjalankan tanggung
jawab
2) Libido menrun
Objektif :
a) Kebutuhan Isterahat meningkat
e. Kondis klinis terkait :

19
La Ode Agustino Saputra, S.Kep
70900120011
Program Studi Pendidikan Profesi Ners
UIN Alauddin Makassar
Ners Muda Angkatan XVII

1) Anemia
2) Kanker
3) Hipotiroidime/ hipertiroidisme
4) AIDS
5) Depresi
6) Menopause
C. Perencanaan (SIKI, 2018 ; SLKI, 2019)
1. Nyeri Akut
Manajemen Nyeri
a. Tujuan dan kriteria hasil
Tujuan
Mengidentifikasi dan mengelola pengalaman sensorik atau
emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual
atau fungsional dengan onset mendadak atau lambar dan
berintraksi ringan hingga berat
Kriteria Hasil
Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan
kerusakan jaringan aktual atau fungsional dengan onset
mendadak atau lambar dan berintraksi ringan hingga berat dan
konstan dapat menurut dengan kriteria hasil:
1) Keluhan nyeri menurun
2) Meringis dapat menurun
3) Gelisah dapat menurun
4) Sikap protektif dapat menurun
5) Kesulitan tidur menurun
b. Intervensi keperawatan dan rasional
1) Observasi
a) Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas
dan intensitas nyeri
Rasional : mengetahui lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas dan intensitas nyeri dari pasien

20
La Ode Agustino Saputra, S.Kep
70900120011
Program Studi Pendidikan Profesi Ners
UIN Alauddin Makassar
Ners Muda Angkatan XVII

b) Identifikasi skala nyeri


Rasional : mengetahui tingkat nyeri yang dirasakan pasien
c) Identifikasi factor yang memperberat dan memperingan
nyeri
Rasional : mengetahaui hal-hal yang dapat memperberat
ataupun memperingan nyeri yang dirasakan pasien
d) Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
Rasional : mengetahui seberapa besar rasa nyeri
mempengarui kualitas hidup pasien
2) Terapeutik
a) Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa
nyeri (mis. Terapi pijat, kompres hangat/dingin, hypnosis,
relaksasi napas dalam)
Rasional : mengurangi tingkat nyeri pasien/ mengalihkan
pasien dari rasa nyerinya
b) Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri
Rasional : mengurangi resiko factor yang dapat
memperberat nyeri/menimbulkan nyeri
c) Fasilitasi isterahat dan tidur
Rasional : mengalihkan dan memenuhi kebutuhan istrahat
pasien
3) Edukasi
a) Jelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri
Rasional : memberikan informasi terkait nyeri yang
dirasakan pasien
b) Jelaskan strategi mengatasi nyeri
Rasional : membantu pasien mengatasi saat rasa nyeri
muncul
c) Anjurkan untuk memonitor nyeri secara mandiri
Rasional : pasien dapat mengetahui sendiri karakteristik,
penyebak, lokasi saat nyeri muncul

21
La Ode Agustino Saputra, S.Kep
70900120011
Program Studi Pendidikan Profesi Ners
UIN Alauddin Makassar
Ners Muda Angkatan XVII

d) Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa


nyeri
Rasional : memudahkan pasien untuk mengotrol nyeri
dengan cara sederhana
4) Kolaborasi
a) Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
Rasional : mengurangi/ menghilangkan rasa nyeri yang
dirasakan pasien
2. Pola Nafas Tidak Efektif
Manajemen Jalan Nafas
a. Tujuan dan kriteria hasil
Tujuan
Mengidentifikasi dan mengelola kepatenan jalan nafas
Kriteria Hasil
Inspirasi dan /atau ekspirasi yang memberikan ventilasi adekuat
dapat meningkat dengan kriteria hasil:
1) Dispnea menurun
2) Frekuensi nafas membaik
3) Kedalaman nafas membaik
b. Intervensi keperawatan dan rasional
1) Observasi
a) Monitor pola Nafas ( frekuensi, kedalaman dan usaha)
Rasional : mengetahui status dan kemungkinan perubahan
pada pola nafas pasien
b) Monitor bunyi nafas tambahas
Rasional :adanya bunyi nafas tambahan biasanya berkaitan
karena adanya hambatan pada jalan nafas
c) Monitor sputum
Rasional : adanya sputum yang berlebih dapat menjadi
hambatan dalam saluran pernapasan
2) Terapeutik

22
La Ode Agustino Saputra, S.Kep
70900120011
Program Studi Pendidikan Profesi Ners
UIN Alauddin Makassar
Ners Muda Angkatan XVII

a) posisikan semi-fowler atau fowler


Rasional : mengurangi rasa sesak pada pasien
b) berikan minum air hangat
Rasional : melegahkan tenggorokan dan mengencerkan
dahak yang ada
c) lakukan fisioterapi dada
Rasional : mengelurkan secret pada saluran nafas
d) Berikan oksigen
Rasional : membantu mengurangi sesak pada pasien
3) Edukasi
a) Ajarkan teknik batuk efektif
Rasional : mengeluarkan secret secara maksimal
3. Defisit Nutrisi
Manajemen Nutrisi
a. Tujuan dan Kriteria Hasil
Tujuan
Mengidentifikasi dan mengelola asupan nutrisi yang seimbang
Kriteria Hasil
Keadekuatan asuapan nutrisi untuk memenuhi kebutuhan
metabolism membaik dengan kriteria hasil:
1) Frekuensi makan membaik
2) Porsi makanan yang dihabiskan meningkat
3) Serum albumin meningkat
b. Intervensi Keperawatan dan rasional
Observasi
1) Identifikasi status nutrisi
Rasional : mengetahui status nutrisi terkini pasien serta
masalah dalam pemenuhan nutrisi pasien
2) Identifikasi alergi makanan dan intoleransi makanan

23
La Ode Agustino Saputra, S.Kep
70900120011
Program Studi Pendidikan Profesi Ners
UIN Alauddin Makassar
Ners Muda Angkatan XVII

Rasional : mengetahui jenis makanan yang dapat


menimbulakan alergi pada pasien dan hambatan pasien
dalam pemenuhan nutrisi
3) Monitor asupan makanan
Rasional : mengetahui jenis dan jumlah makanan yang
dikonsumsi pasien
4) Monitor hasil pemeriksaan laboratoium
Rasional : kadar albumin yang rendah dalam pemeriksaan
darah dapat meningindikasikan pasien mengalami
malnutrisi
Terapeutik
1) Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai
Rasional : menarik minat pasien untuk memenuhi
kebutuhan nutrisi
2) Berikan makanan tinggi serat
Rasional : untuk mencegah terjadinya konstipasi
Edukasi
1) Anjurkan posisi duduk, jika mampu
Rasional : memudahkan proses pencernaan makanan ke
lambung
Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan
Rasional : untuk membantu pasien dapat menghabiskan
porsi makannanya
2) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori
dan jenis nutrient yang dibutuhkan
Rasional : memberikan asupan nutrisi yang sesuai dengan
kebutuhan pasien
4. Keletihan
Manajemen Energi
a. Tujuan dan Kriteria Hasil

24
La Ode Agustino Saputra, S.Kep
70900120011
Program Studi Pendidikan Profesi Ners
UIN Alauddin Makassar
Ners Muda Angkatan XVII

Tujuan
Mengidentifikasi dan mengelola penggunaan energy untuk
mengatasi atau mencegah kelelahan dan mengoptimalkan
proses pemulihan
Kriteria Hasil
Kapasitas kerja fisik dan mental yang tidak pulih dengan
isterahat dapat menurun dengan kriteria hasil:
1) Tenaga meningkat
2) Kemampuan melakukan aktivitas rutin meningkat
3) Lesu menurun
4) Nafsu makan membaik
b. Intervensi Keperawatan dan rasional
Observasi
1) Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang menyebabkan
keletihan
Rasional : mengetahui factor yang menyebabkan keletihan
2) Monitor kelelahan fisik dan emosional
Rasional : mengetahui jenis kelelahan pada pasien
3) Monitor pola dan jam tidur
Rasional : mengetahui waktu isterahat dan tidur pasien
Terapeutik
1) Lakukan latihan rentang gerak pasif atau aktif
Rasional : mencegah adanya kekakuan otot dan alat gerak
pasien
Edukasi
1) Anjurkan tirah baring
Rasional : mengurangi keletihan pada pasien
2) Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
Rasional : agar pasien dapat memaksimalkan dalam
melakukan aktivtasnya
Kolaborasi

25
La Ode Agustino Saputra, S.Kep
70900120011
Program Studi Pendidikan Profesi Ners
UIN Alauddin Makassar
Ners Muda Angkatan XVII

1) Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan


asupan makanan
Rasional : untuk menambah asupan nutrisi dan tenaga
pasien yang dapat menunjang pemenuhan aktivitas pasien

Intervensi berdasarkan diagnosa NANDA, 2019 adalah sebagai berikut:

Tujuan  dan kriteria


No No. Dx Intervensi Rasional
hasil
1 Dx   1 Setelah diberikan 1.      Kaji skala nyeri 1.      Untuk mengetahui skala
asuhan keperawatan dengan PQRST. nyeri klien dan untuk
selama (...x...) mempermudah dalam
diharapkan nyeri menentukan intervensi
klien berkurang/ selanjutnya.
hilang dengan KH : 2.      Ajarkan klien teknik 2.      Teknik relaksasi dan
a.       Skala nyeri 0-3 relaksasi dan distraksi yang diajarkan
b.      Wajah klien tidak distraksi. kepada klien, dapat
meringis . membantu dalam
c.       Klien tidak mengurangi persepsi
memegang daerah klien terhadap nyeri yang
nyeri. dideritanya.
3.      Kolaborasi dalam3.      Obat analgetik dapat
pemberian obat mengurangi atau
analgetik. menghilangkan nyeri
yang diderita oleh klien
2 Dx 2 Setelah diberikan 1.      Observasi suhu1.      Dengan memantau suhu
asuhan keperawatan tubuh klien. tubuh klien dapat
selama (...x...)
mengetahui keadaan
diharapkan suhu
tubuh klien turun / klien dan juga dapat
dalam keadaan mengambil tindakan
normal dengan dengan tepat.
kriteria hasil : suhu 2.      Berikan kompres2.      Kompres dapat
tubuh dalam batas
hangat pada dahi, menurunkan suhu tubuh
normal (35,9-37,5
derajat celcius). aksila, perut dan klien.
lipatan paha.
3.      Anjurkan dan
3.      Dengan banyak minum
berikan minum yang diharapkan dapat

26
La Ode Agustino Saputra, S.Kep
70900120011
Program Studi Pendidikan Profesi Ners
UIN Alauddin Makassar
Ners Muda Angkatan XVII

banyak kepada klien membantu menjaga


(sesuai dengan keseimbangan cairan
kebutuhan cairan dalam tubuh klien.
tubuh klien).
4.      Antipiretik dapat
4.      Kolaborasi dalam menurunkan suhu tubuh.
pemberian
antipiretik.
3 Dx 3 Setelah diberikan
1.      Kaji riwayat nutrisi,1.      Mengidentifikasi
asuhan keperawatan termasuk makanan defisiensi nutrisi dan
selam (...x...) jam yang disukai. juga untuk intervensi
diharapkan kebutuhan selanjutnya.
nutrisi klien dapat 2.      Observasi dan catat
terpenuhi dengan masukan makanan 2.      Mengawasi masukan
criteria hasil : klien. kalori.
a.       Menunjukkan 3.      Timbang berat badan
peningkatan BB/ BB klien tiap hari. 3.      Mengawasi penurunan
stabil. berat badan dan
b.      Nafsu makan klien efektivitas intervensi
meningkat 4.      Berikan makan nutrisi.
c.       Klien menunjukkan sedikit namun
perilaku perubahan frekuensinya sering.
pola hidup untuk 4.      Meningkatkan
mempertahankan
pemasukan kalori secara
berat badan yang
sesuai. 5.      Kolaborasi dalam total dan juga untuk
pemberian suplemen mencegah distensi gaster.
nutrisi. 5.      Meningkatkan masukan
protein dan kalori.
4 Dx  4 Setelah diberikan
1.      Kaji frekuensi1.      Perubahan dapat
asuhan keperawatan pernafasan, mengindikasikan
selama (...x...) jam kedalaman, irama. berlanjutnya
diharapkan bersihan keterlibatan/pengaruh
jalan nafas klien pernafasn yang
efektif/normal dengan membutuhkan upaya
criteria hasil : intervensi.
a.       Klien dapat bernafas 2.      Tempatkan pasien2.      Pemaksimalkan ekspansi
dengan pada posisi nyaman, paru, menurunkan kerja
normal/efektif. biasanya dengan pernafasan, dan
b.      Klien bebas dari kepala tempat tidur menurunkan resiko
dispnea, sianosis. tinggi/atau duduk aspirasi.
27
La Ode Agustino Saputra, S.Kep
70900120011
Program Studi Pendidikan Profesi Ners
UIN Alauddin Makassar
Ners Muda Angkatan XVII

c.       Tidak terjadi tanda tegak ke depan kaki


distress pernafasan. digantung.
3.      Bantu dengan teknik
nafas dalam dan atau
pernafasan bibir
3.      Membantu
/diafragma. meningkatkan difusi gas
Abdomen bila dan ekspansi jalan nafas
diindikasikan. kecil, memberikan klien
beberapa kontrol
terhadap pernafasan,
membantu menurunkan
ansietas.
4.      Kaji respon
pernafasan terhadap
aktivitas. 4.      Penurunan oksigenasi
selular menurunkan
toleransi aktivitas.
5 Dx 5 Setelah diberikan1.      Berikan komunikasi 1.      Memudahkan dalam
asuhan keperawatan terapiutik kepada melakukan prosedur
selama (...x...) jam klien dan keluarga terapiutik kepada klien.
diharapkan klien dan klien.
keluarganya dapat
2.      Berikan KIE2.      Klien dan keluarga klien
mengetahui tentang mengenai proses dapat mengetahui proses
penyakit yang penyakitnya kepada penyakit yang diderita
diderita oleh klien klien dan keluarga oleh klien.
dengan KH : klien.
a.       Klien dan keluarga
klien dapat
memahami proses
penyakit klien.
b.      Klien dan keluarga
klien mendapatkan
informasi yang jelas
tentang penyakit yang
diderita oleh klien.
c.       Klien dan keluarga
klien dapat mematuhi
proses terapiutik yang
akan dilaksanakan.

28
La Ode Agustino Saputra, S.Kep
70900120011
Program Studi Pendidikan Profesi Ners
UIN Alauddin Makassar
Ners Muda Angkatan XVII

Penyimpangan KDM

Faktor keturunan, kelainan sistem kekebalan,

29
La Ode Agustino Saputra, S.Kep
70900120011
Program Studi Pendidikan Profesi Ners
UIN Alauddin Makassar
Ners Muda Angkatan XVII

infeksi virus/bakteri, toksik lingkungan

sel limfosit berkembang dan membelah

secara tidak normal

Menyebar

Kel.Limfe sub mukosa sub mukosa


Sumsum tulang
traktus gastrointestinal traktus respiratorius

merusak arsitektur pembengkakan pembesaran nodus edema


Depresi sumsum
jalan
tulang
normal kel. Limfe esophagus mediastinal
napas

pembesaran nodus limfa napsu makan

menurun
Gangguan pada kompresi obstruksi
sumsum tulang
akar saraf intake kurang trakeobronkial

Hematopoesis Nyeri Akut


terganggu batuk kering

non-produktif

Defisit Nutrisi
Pansitopenia

Pola Napas Tidak


Efektif

30
La Ode Agustino Saputra, S.Kep
70900120011
Program Studi Pendidikan Profesi Ners
UIN Alauddin Makassar
Ners Muda Angkatan XVII

Produksi eritrosit Factor pembekuan


terganggu darah menurun
Gangguan
pola tidur

eritropenia
Trombositopenia

Anemia
Risiko
Pendarahan

Keletihan

(Sumber: Tanto, dkk, 2014)

DAFTAR PUSTAKA

Andyana, I Wayan Losen. 2017. Limfoma Hodgkin. Bali: Bagian Ilmu Penyakit
Dalam Rsup Sanglah Universitas Udayana

31
La Ode Agustino Saputra, S.Kep
70900120011
Program Studi Pendidikan Profesi Ners
UIN Alauddin Makassar
Ners Muda Angkatan XVII

Kemenkes. 2015. Infodatin Limfoma. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia:


Pusat Data dan Infomasi Kementrian Kesehatan RI tersedia di www.
Depkes.go.id

Kemenkes. 2019. Panduan Penatalaksanaan Limfoma Non-Hodgkin. Komite


Penanggulangan Kanker Nasional Kementrian Kesehatan RI tersedia di
http://kanker.kemkes.go.id/guidelines.php?id=2#

Lei Leng Kit. 2017. Limfoma. Smart Patient tersedia di


http://www21.ha.org.hk/smartpatient/EM/MediaLibraries/EM/Diseases/Can
cer/Lymphoma/Cancer-Lymphoma-Indonesian.pdf?ext=.pdf

NANDA, 2019. Diagnosis keperawatan Defini dan Klasifikasi. Jakarta : EGC

NCI. 2019. NCI Dictionary of Cancer Terms. National Cancer Institute. Tersedia
di https://www.cancer.gov/publications/dictionaries/cancer-
terms/def/lymphoma

Tanto, dkk, 2014. Kapita Selekta Kedokteran Jilid II. Jakarta: FKUI Media
Aesculapius.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
(SIKI) Edisi 1 Cetakan 2. Jakarta : Dewan Pengurus Pusat PPNI
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia
(SLKI) Edisi 1 Cetakan 2. Jakarta : Dewan Pengurus Pusat PPNI
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
(SDKI) Edisi 1 Cetakan 3(Revisi) . Jakarta : Dewan Pengurus Pusat

32
La Ode Agustino Saputra, S.Kep
70900120011
Program Studi Pendidikan Profesi Ners
UIN Alauddin Makassar
Ners Muda Angkatan XVII

33
La Ode Agustino Saputra, S.Kep
70900120011

Anda mungkin juga menyukai