Anda di halaman 1dari 41

LAPORAN PRAKTEK BELAJAR LAPANGAN I

RATU CERIA (REMAJA TANGGUH CEGAH ANEMIA)

DI PERUMAHAN GRAND KAHURIPAN CLUSTER PAPANDAYAN RW 09

KECAMATAN KLAPANUNGGAL

Disusun Oleh :

Anggit auliaud duha 195050061


Desy Tri Ramdhani 195050057
Rizky Saputri 195050056
Sabyla Meyda Rani 195050042
Sopinawati 195050067
Vienessia Puspita Sari 195050075

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS RESPATI INDONESIA

2022
HALAMAN PERSETUJUAN
LAPORAN PRAKTEK BELAJAR LAPANGAN I

Laporan Praktik Belajar lapangan (PBL) telah disetujui oleh Pembimbing Materi PBL dan
Pembimbing Lapangan

Mengetahui

Jakarta, 27 Maret 2022

Menyetujui,
Pembimbing Lapangan Pembimbing Materi
Ketua RW 09 Klapanunggal Praktik Belajar Lapangan

Basmun Jaya
Nur Apriyan, SKM., M.Kes
NIK : 102709190

Ketua Program Studi

Sri Widodo, SE.,M.Kes

i
RINGKASAN
Remaja adalah periode kehidupan antara usia 10-19 tahun dan mengalami
pertumbuhan/perkembangan cepat periode kedua. Anemia merupakan penurunan kadar
hemoglobin, hitung eritrosit, dan hematokrit sehingga jumlah eritrosit dan/atau kadar
hemoglobin yang beredar tidak dapat memenuhi fungsinya untuk menyediakan oksigen bagi
jaringan tubuh. Adapun faktor risiko terjadi anemia adalah asupan pola makan, lamanya
menstruasi, infeksi penyakit, Perdarahan yang mendadak seperti kecelakaan, jumlah makanan
atau penyerapan diet yang buruk dan penyakit cacingan pada remaja.

Permasalahan yang kami angkat dari kegiatan Praktek Belajar Lapangan ini adalah
mengenai pengetahuan anemia pada remaja di Perumahan Grand Kahuripan Cluster Papandayan
Kecamatan Klapanunggal. Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui pengetahuan penyakit
anemia remaja di wilayah kabupaten bogor cileungsi jawa barat, mengetahui pengetahuan
mengenai anemia setelah diberikan edukasi melalui penyuluan offline dan pembagian E-poster
melalui Whatsaap Group, menganalisis perbedaan peningkatan pengetahuan tentang anemia
sebelum dan sesudah diberikan intervensi.

Hasil Wawancara dengan Ketua RW 09 yaitu di dapatkan informasi bahwa masih belum
adanya pengarahan terkait penyakit anemia dan bagaimana cara mencegahnya. Berdasarkan data
yang kami peroleh pengetahuan remaja masih kurang karena dari data kami dapatkan mengenai
anemia dari 11 responden yang berpengetahuan kurang ada 8 responden. Berdasarkan data yang
kami peroleh maka kami melakukan kegiatan penyuluhan mengenai anemia pada remaja secara
tatap muka dan menggunakan media Whatsapp Group untuk memberikan E-Poster mengenai
makanan-makanan yang dapat mencegah anemia di Perumahan Grand Kahuripan Cluster.

Hasil penelitian menyimpulkan bahwa remaja masih belum mengetahui tentang anemia
pada remaja yang dimana remaja pada saat mengisi kuisioner yang telah disediakan masih
banyak remaja yang menjawab salah pada butir-butir pertanyaan. Setelah dilaksanakannya
penyuluhan mengenai anemia terjadi peningkatan pengetahuan remaja. Hal ini dibuktikan dari
hasil analisis data menggunakan uji T Dependent yaitu bahwa ada perbedaan pengetahuan
sebelum dan sesudah penyuluhan dengan rata-rata 9,09 menjadi rata-rata 13,27. Berdasarkan
hasil analisis Uji T Dependent, dapat dilihat bahwa nilai p-value sebesar 0,000 < 0,05 yang
artinya ada perbedaan yang signifikan rata-rata nilai pengetahuan tentang penyakit anemia antara
sebelum edukasi dan sesudah edukasi.

Setelah dilaksanakannya edukasi pada remaja perlu adanya strategi untuk remaja dapat
menerapkan pencegahan anemia di Wilayah Perumahan Grand Kahuripan Cluster Papandayan
Kecamatan Klapanunggal, salah satunya yaitu perlu adanya kegiatan-kegiatan yang dapat
menambah pengetahuan remaja mengenai anemia dengan adanya informasi yang diberikan

ii
kepada remaja dan adanya strategi dari remaja itu sendiri bagaimana cara remaja perhatian
terhadap dirinya sendiri.

iii
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha Penyanyang. Kami
panjatkan puji syukur kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, serta inayah-NyA
kepada kami sehingga kami bisa menyelesaikan hasil Praktik Belajar Lapangan (PBL) yang
berjudul “RATU CERIA (Remaja Tangguh Cegah Anemia)” bahwa dapat diselesaikan. Dan
adapun dalam laporan Praktik Belajar Lapangan ini di susun untuk memenuhi persyaratan yang
diberikan oleh Program Studi Kesehatan Masyarakat, Universitas Respati Indonesia dalam
menyelesaikan pada studi semester VI ini.

Laporan ini sudah kami susun dengan maksimal dan mendapat bantuan dari berbagai pihak
sehingga bisa memperlancar pembuatan laporan ini. Untuk itu kami menyampaikan terimakasih
kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan laporan ini. Selesainya
penyusunan laporan oleh Mahasiswa Program Studi Sarjana Kesehatan Masyarakat ini tidak
lepas dari bantuan berbagai pihak yang senantiasa memberikan bimbingan dan dorongan serta
bantuannya, Oleh karen itu kami mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Tri Budi W. Rahardjo, drg., MS. Selaku Rektor Universitas Respati Indonesia
2. Nur Apriyan, SKM., M.Kes selaku dosen pembimbing yang telah memberi banyak
arahan dan bimbingan kepada kami
3. Sri Widodo, SE., M,Kes selaku ketua prodi yang telah memberikan surat izin melakukan
praktek belajar lapangan I.
4. Basmun Jaya selaku Ketua Rw 09 Cluster Papandayan, Cileungsi Klapanunggan
5. Teman-teman Karang taruna yang membantu berjalannya kegiatan penyuluhan
6. Remaja yang telah hadir dalam kegiatan penyuluhan
7. Teman-teman mahasiswa Universitas Respati Indonesia yang telah membantu kami
dalam terselesainya laporan ini.

Terlepas dari segala hal tersebut, Kami sadar sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karenanya kami dengan lapang dada
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki laporan ini. Akhir
kata kami berharap semoga laporan tentang “RATU CERIA”dan manfaatnya ini bisa
memberikan manfaat bagi penulis dan remaja di Perumahan Grand Kahuripan Cluster
Papandayan.

Jakarta,  27 Maret 2022

Penyusun

Kelompok III

iv
DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN.......................................................................................................i
RINGKASAN.................................................................................................................................ii
KATA PENGANTAR...................................................................................................................iii
DAFTAR ISI..................................................................................................................................iv
DAFTAR TABEL...........................................................................................................................v
DAFTAR GAMBAR.....................................................................................................................vi
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................................................vii
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................................1
1.1. Latar Belakang................................................................................................................1
1.2. Tujuan PBL......................................................................................................................1
1.3. Manfaat PBL...................................................................................................................2
1.4. Metode PBL.....................................................................................................................2
BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PBL............................................................................4
2.1. Waktu dan Tempat..........................................................................................................4
2.2. Keadaan Geografi dan Demografi.................................................................................4
2.3. Jadwal Kegiatan PBL.....................................................................................................6
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN KEGIATAN.................................................................7
3.1. Tinjauan teoritis..............................................................................................................7
3.2. Hasil kegiatan PBL.......................................................................................................15
3.3. Identifikasi Permasalahan............................................................................................23
3.4. Pembahasan...................................................................................................................24
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN.....................................................................................26
4.1. Kesimpulan....................................................................................................................26
4.2. Saran..............................................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................27

v
DAFTAR TABEL
Tabel 2. 1. Data Penduduk RW 09 Perumahan Grand Kahuripan Cluster Papandayan RW 009 Kecamatan
Klapanunggal...........................................................................................................................................................5
Tabel 2. 2. Jadwal kegiatan.....................................................................................................................................6

Tabel 3. 1. Hasil Pengetahuan Responden Tentang Anemia Remaja Sebelum Dilakukan Edukasi 19

Tabel 3. 2. Hasil Pengetahuan Responden Tentang Anemia Remaja Sesudah dilakukan Edukasi......................22
Tabel 3. 3. Distribusi Rata-Rata Nilai Pengetahuan Tentang Anemia Sebelum Edukasi dan Sesudah Edukasi..23

vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2. 1. Peta Wilayah Klapanunggal.......................................................................................4
Gambar 3. 1. Wawancara Ketua RW.....................................................................................................................15
Gambar 3. 2. Lokasi Penyuluhan..........................................................................................................................16
Gambar 3. 3. Pelaksanaan Penyuluhan Anemia Remaja......................................................................................16
Gambar 3. 4. Edukasi Makanan Pencegahan Anemia Melalui Whatsapp Group................................................17
Gambar 3. 5. Grafik Jawaban Responden Berdasarkan Pengetahuan Sebelum Dilakukan Penyuluhan Setiap
Pertanyaan.............................................................................................................................................................18
Gambar 3. 6. Pengetahuan Responden Tentang Pengetahuan Anemia Sebelum Dilakukan Edukasi..................20
Gambar 3. 7. Grafik Jawaban Responden Berdasarkan Pengetahuan Setelah Dilakukan Penyuluhan Setiap
Pertanyaan.............................................................................................................................................................20
Gambar 3. 8. Diagram Hasil Pengetahuan responden Tentang Pengetahuan Anemia Sesudah Dilakukan
Edukasi..................................................................................................................................................................22

vii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 . Kegiatan Edukasi Anemia Remaja Secara Offline.......................................................................28
Lampiran 2 . Soal Pre Test dan Post test Mengenai Anemia Remaja.................................................................29
Lampiran 3 . Kegiatan Edukasi makanan pencegahan Anemia Melalui Whatsapp Grup...................................30
Lampiran 4 . Surat Izin PBL Kepada Ketua RW 09.......................................................................................... 31
Lampiran 5 . Absen Penyuluhan Anemia Remaja Offline................................................................................. 32

viii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Anemia merupakan penurunan kadar hemoglobin, hitung eritrosit, dan hematokrit


sehingga jumlah eritrosit dan/atau kadar hemoglobin yang beredar tidak dapat memenuhi
fungsinya untuk menyediakan oksigen bagi jaringan tubuh. Anemia merupakan masalah
kesehatan utama yang terjadi di masyarakat dan sering dijumpai di seluruh dunia, terutama
di negara berkembang seperti Indonesia. Kelainan tersebut penyebab disabilitas kronik yang
berdampak besar terhadap kondisi kesehatan, ekonomi, dan kesejahteraan sosial. Anemia
sering terjadi pada remaja perempuan dibandingkan dengan remaja laki-laki. Hal ini terjadi
dikarenakan remaja putri kehilangan zat besi (Fe) saat menstruasi sehingga membutuhkan
lebih banyak asupan zat besi (Fe). Perilaku remaja putri yang mengkonsumsi makanan
nabati lebih banyak mengakibatkan asupan zat besi belum mencukupi kebutuhan zat besi
harian (Triwinarni, Hartini, & Susilo, 2017).

Penduduk dunia yang mengalami anemia berjumlah sekitar 30% atau 2,20 miliar orang
dengan sebagian besar diantaranya tinggal di daerah tropis. Prevalensi anemia secara global
sekitar 51% (Suryani, Hafiani, & Junita, 2017). Angka kejadian anemia di Indonesia
terbilang masih cukup tinggi. Berdasarkan data Riskesdas 2018, prevalensi anemia pada
remaja sebesar 32 %, artinya 3-4 dari 10 remaja menderita anemia. Hal tersebut dipengaruhi
oleh kebiasaan asupan gizi yang tidak optimal dan kurangnya aktifitas fisik.

Beberapa faktor yang berhubungan dengan kejadian anemia pada remaja, yaitu asupan
energi, asupan protein, asupan zat besi, asupan vitamin C, kebiasaan minum teh atau kopi,
pengetahuan, pendidikan dan jenis pekerjaan orangtua, dan pendapatan keluarga. Anemia
menyebabkan darah tidak cukup mengikat dan mengangkut oksigen dari paru-paru ke
seluruh tubuh. Bila oksigen yang diperlukan tidak cukup, maka akan berakibat pada sulitnya
berkonsentrasi, daya tahan fisik rendah, aktivitas fisik menurun.

Alasan kelompok kami memilih lokasi di wilayah cileungsi, klapanunggal perumahan


grand kahuripan cluster papandayan rw 09 adalah di daerah ini masih belum adanya
pengarahan terkait penyakit anemia dan bagaimana cara mencegahnya, dikarenakan
masyarakat masih menganggap penyakit ini tidak berbahaya serta pengetahuan remaja masih
kurang karena dari data kami dapatkan mengenai anemia dari 11 responden yang
berpengetahuan kurang ada 8 responden . Sehingga, kami harapkan kegiatan kami dapat
membantu remaja di wilayah ini menambah pengetahuan untuk mencegah anemia dan
menurunkan dampak yang akan timbul di masa yang akan datang. Kegiatan akan dilalukan
dengan berbagai intervensi yaitu penyuluhan secara lansung, pemberian E-poster yang akan
dibagikan kepada remaja melalui whatsapp group.
1.2. Tujuan PBL

1
1.2.1. Tujuan Umum
Mendapatkan pengetahuan dan pengalaman tentang penyakit anemia pada remaja di
wilayah Perumahan Grand Kahuripan Cluster Papandayan RW 09 Kecamatan
Klapanunggal
1.2.2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui pengetahuan penyakit anemia remaja di wilayah kabupaten bogor
cileungsi jawa barat
b. Mengetahui pengetahuan mengenai anemia setelah diberikan edukasi melalui
penyuluan tatap muka dan pembagian E-poster melalui Whatsaap Group
c. Menganalisis perbedaan peningkatan pengetahuan tentang anemia sebelum dan
sesudah diberikan edukasi
1.3. Manfaat PBL
1.3.1. Manfaat Bagi Universitas
a. Penelitian ini diharapkan dapat dipakai sebagai bahan pengembangan ilmu
pengetahuan kesehatan masyarakat dan menjadi referensi bagi mahasiswa Universitas
Respati Indonesia untuk penyuluhan berikutnya.
b. Melalui hasil PBL 1 dapat diperoleh umpan balik yang berkaitan dengan
pengintegrasian mahasiswa dengan pembangunan masyarakat, sehingga kurikulum
Jurusan Kesehatan Masyarakat lebih dapat disesuaikan.
c. Kegiatan PBL 1 merupakan wujud dari salah satu Tri Dharma Perguruan Tinggi, yaitu
Pengabdian Kepada Masyarakat
d. Melalui mahasiswa dan dosen pembimbing, diperoleh umpan balik sebagai bahan
pengayaan materi kuliah dan penyempurnaan kurikulum
1.3.2. Manfaat Bagi mahasiswa
Untuk mendapatkan informasi tentang hasil penyuluhan agar berguna dalam proses
dan kegiatan pendidikan dan dapat mengaplikasikan materi selama perkuliahan kepada
remaja.
1.3.3. Manfaat Bagi perumahan Cluster papandayan
Penyuluhan ini diharapkan dapat menjadi salah satu solusi yang dapat digunakan
dalam menyampaikan infromasi atau edukasi mengenai pengetahuan anemia pada remaja
1.4. Metode PBL
Dalam kegiatan PBL ini dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa metode
diantaranya :
1.4.1. Wawancara
Wawancara yaitu dengan melakukan proses tanya jawab mengenai masalah
kesehatan yang ada di masyarakat Perumahan Grand Kahuripan Cluster Papandayan Rw
009 Kecamatan Klapanunggal dengan narasumber Bapak Basmun Jaya selaku ketua RW
09 pada hari 23 Maret 2022.
1.4.2. Observasi
Obervasi yaitu melakukan pengamatan terhadap lingkungan di Perumahan Grand
Kahuripan Cluster Papandayan RW 09 Kecamatan Klapanunggal, khususnya gang

2
rumah-rumah warga, lapangan dan lingkungan sekitar dan mengobservasi tempat
pelaksanaan kegiatan berlansung yaitu posyandu. Pengamatan dilakukan pada tanggal 23
Maret 2022.
1.4.3. Studi Dokumentasi
Teknik dengan cara mengumpulkan data-data kuisioner google form dari remaja di
Perumahan Grand Kahuripan Cluster Papandayan Rw 09 Kecamatan Klapanunggal pada
tanggal 9 April 2022.
1.4.4. Learning by Doing
Learning by Doing yaitu melakukan kegiatan penyuluhan kepada remaja di Posyandu
Perumahan Grand Kahuripan Cluster Papandayan Rw 09 Kecamatan Klapanunggal
secara Offline dan menyampaikan informasi E-poster tentang makanan pencegah anemia
secara online melalui Whatsapp. Learning by Doing dilaksanakan mulai bulan Maret-
April 2022.

3
BAB II

GAMBARAN UMUM LOKASI PBL

2.1. Waktu dan Tempat


2.1.1. Tempat
Kegiatan Praktik Belajar Lapangan dilaksanakan di Wilayah Perumahan Grand
Kahuripan Cluster Papandayan Rw 09 Kecamatan Klapanunggal.
2.1.2. Waktu
Waktu pelaksanaan Praktik Belajar Lapangan (PBL) dimulai pada bulan Maret – Juni
2022.
2.2. Keadaan Geografi dan Demografi

Gambar 2. 1. Peta Wilayah Klapanunggal

Klapanunggal meruapakan sebuah kecamatan di kabupaten bogor, Provinsi Jawa


Barat. Luas Kecamatan Kalapanunggal adalah 7.501,37 hasil di lihat dari Wilayah
administrasinya, Kecamatan Kelapanunggal terdiri dari 7 Desa, 56 Rw, dan 210 Rt.
Desa–desa yang termasuk Wilayah Kecamatan Kalapanunggal adalah Desa
Kalapanunggal, Desa Walangsari, Desa Palasarigirang,
a. Jumlah penduduk
Keadaan penduduk saat ini
1. Laki-laki : 438
2. Perempuan : 429 +
Jumlah = 867 orang

4
Tabel 2. 1. Data Penduduk RW 09 Perumahan Grand Kahuripan Cluster
Papandayan RW 009 Kecamatan Klapanunggal

No. Jenis Kelamin Penduduk Jumlah


1. Laki-laki 438
1. Perempuan 429
Total penduduk 867

Berdasarkan dari tabel 2.1 bahwa total keseluruhan penduduk Perumahan Grand
Kahuripan Cluster Papandayan RW 009 Kecamatan Klapanunggal sebanyak 867 orang,
dengan jummlah penduduk laki-laki sebanyak 438 dan jumlah perempuan sebanyak 429
orang. Pada tabel diatas menunjukan bahwa jumlah penduduk laki – laki lebih banyak
dibandingkan penduduk perempuan.

5
2.3. Jadwal Kegiatan PBL

Tabel 2. 2. Jadwal kegiatan

Bulan
Me
No. Kegiatan Maret April i
1 2 2 2 2 3
8 0 1 8 9 1 6 8 9 8
1 Orientasi lapangan, perizinan, dan wawancara RW
Observasi lingkungan Perumahan Grand Kahuripan Cluster Papandayan RW 009
2 Kecamatan Klapanunggal.
3 kegiatan penyusunan kuisioner dan materi penyuluhan anamia secara Offline
4 Membuat whatsapp group remaja
Meminta perizinan kepada karang taruna untuk mengajak remaja masuk group
5 whatsapp
6 Penyebaran Pre-test
7 Kegiatan Penyuluhan kesehatan kepada remaja secara Offline
8 Kegiatan pembuatan E-Poster tentang makanan pencegah anemia
9 Kegiatan penyebaran E-Poster
10 Penyebaran Post test
11 Penyusunan laporan praktek belajar lapangan

6
BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN KEGIATAN

3.1. Tinjauan teoritis


3.1.1. Pengertian Anemia
Remaja adalah periode kehidupan antara usia 10-19 tahun dan mengalami
pertumbuhan/perkembangan cepat periode kedua. Menurut BKKBN rentang usia
remaja adalah 10-24 tahun dan belum menikah. Anemia merupakan penurunan kadar
hemoglobin, hitung eritrosit, dan hematokrit sehingga jumlah eritrosit dan/atau kadar
hemoglobin yang beredar tidak dapat memenuhi fungsinya untuk menyediakan
oksigen bagi jaringan tubuh. Remaja putri yang mulai mengalami menstruasi
membutuhkan zat gizi lebih seperti zat besi dan protein. Salah satu masalah gizi yang
kerap muncul di kalangan remaja putri di Indonesia adalah anemia. Selain itu, anemia
merupakan masalah kesehatan utama yang terjadi di masyarakat dan sering dijumpai
di seluruh dunia, terutama di negara berkembang seperti Indonesia. Kelainan tersebut
penyebab disabilitas kronik yang berdampak besar terhadap kondisi kesehatan,
ekonomi, dan kesejahteraan sosial. Anemia sering terjadi pada remaja perempuan
dibandingkan dengan remaja laki-laki. Hal ini terjadi dikarenakan remaja putri
kehilangan zat besi (Fe) saat menstruasi sehingga membutuhkan lebih banyak asupan
zat besi (Fe). Perilaku remaja putri yang mengkonsumsi makanan nabati lebih banyak
mengakibatkan asupan zat besi belum mencukupi kebutuhan zabesi harian
(Triwinarni, Hartini, & Susilo, 2017). Penduduk dunia yang mengalami anemia
berjumlah sekitar 30% atau 2,20 miliar orang dengan sebagian besar diantaranya
tinggal di daerah tropis. Prevalensi anemia secara global sekitar 51% (Suryani,
Hafiani, & Junita, 2017).
Menurut World Health Organization(WHO) tahun 2021 anemia merupakan
masalah global serius yang dapat mempengaruhi anak-anak dan wanita hamil. WHO
memperkirakan 42% anak-anak di bawah usia 5 tahun dan 40% wanita hamil
mengalami anemia. Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) yang dilakukan pada
tahun 2013 didapatkan bahwa prevalensi anemia defisiensi zat besi pada remaja
menurut jenis kelamin, yaitu: pada anak perempuan sekitar 22,7% dan pada anak laki-
laki 12,4%. Angka kejadian anemia pada remaja putri sekitar 53,7% di negara-negara
berkembang. Dari berbagai data diperoleh 370 juta wanita di berbagai negara
berkembang menderita anemia defisiensi zat besi dan 41% dari jumlah tersebut adalah
wanita tidak hamil. Dalam data Riskesdas terjadi peningkatan kasus anemia pada
remaja putri terdapat 37,1% kasus anemia di tahun 2013 meningkat menjadi 48,9%
pada tahun 2018.
3.1.2. Penyebab anemia
Penyebab anemia adala kekurangan zat gizi yang berperan dalam pembentukan
hemoglobin, yaitu protein, besi, vitamin B12, vitamin C dan asam folat. Vitamin B12
dibutuhkan untuk mengaktifkan asam folat dan metabolisme sel, terutama sel-sel
saluran cerna, sumsum tulang dan jaringan syaraf. Asam folat berperan dalam
metabolisme asam amino yang diperlukan dalam pembentukan sel darah merah,

7
mengungkapkan fungsi asam folat dapat meningkatkan enzim alanin aminotransfe-
rase (ALT), aspartat transaminase (AST), dan glutamyi transpeptidase (GGT) yang
penting untuk metabolisme di hati (Astriningrum and Nurdin, 2017).
3.1.3. Nilai Normal Hb

Kelompok Umur Nilai Hb


Laki-laki ≥ 15 tahun 13,5-18
Wanita ≥ 15 tahun 12-16
Wanita hamil 11-16
Bayi baru lahir 12-24
Anak 6 bulan – 1 tahun 10-15
Anak 5 tahun -14 tahun 11-16
Menurut WHO dan pedoman Kemenkes 1999, cut-off points anemia berbeda-
beda antar kelompok umur, maupun golongan individu. Kelompok umur atau
golongan individu tertentu dianggap lebih rentan mengalami anemia dibandingkan
kelompok lainnya. Rujukan cut-off point anemia balita 12–59 bulan adalah kadar Hb
dibawah 11,0 g/dL. Anak sekolah usia 6–12 tahun dianggap mengalami anemia bila
kadar Hbnya <12,0 g/dL. Ibu hamil dianggap mengalami anemia bila kadar Hb-nya di
bawah 11,0 g/dL. Sementara itu, laki-laki berusia ≥15 tahun dianggap mengalami
anemia bila kadar Hb <13,0 g/dL dan wanita usia subur 15–49 tahun mengalami
anemia bila kadar Hb <12,0 g/dL (Kemenkes RI, 2013)
3.1.4. Gejala Anemia
WHO yang menyebutkan kurang lebih 50% penyebab anemia dikarenakan
defisiensi zat besi. Defisiensi zat besi terjadi karena kekurangan cadangan besi
didalam tubuh (iron depleted state). Kekurangan zat besi menyebabkan sel darah
merah yang terbentuk menjadi lebih kecil (mikrositik) dan berwarna lebih muda
(hipokrom). Kondisi ini menimbulkan massa sel darah merah (SDM) menurun disertai
kadar Hb berada di bawah rentang normal yang mengakibatkan kapasitas darah
pengangkut oksigen berkurang. Hal ini ditunjukkan dengan kekurangan oksigen pada
epitel dan enzim disekitar kuku, mulut dan faring serta berbagai gejala lain.
Manifestasi gejala anemia seperti pucat pada konjungtiva dan telapak tangan
muncul dalam kurun waktu tertentu. Kekurangan Hb dalam rentang waktu yang
cukup lama dapat menimbulkan gejala lanjutan. Pada remaja putri yaitu pada masa
pertumbuhan akan mudah terinfeksi, kebugaran tubuh berkurang, semangat belajar
dan prestasi menurun, sehingga pada saat akan menjadi ibu memiliki resiko tinggi.
Menurunkan kemampuan dan konsentrasi belajar, mengganggu pertumbuhan
sehingga tinggi tidak optimal, menurunkan kemampuan fisik, muka menjadi pucat.

Sebagian besar penderita benar-benar tanpa gejala, karena anemia telah


berkembang dari minggu ke bulan dan tubuh telah secara efektif mengkompensasi
keadaan kapasitas pembawa oksigen yang lebih rendah. Tanda dan gejala awal anemia
disebabkan oleh hipoksia jaringan dan mekanisme kompensasi fisiologis, kadar
haemoglobin dapat menurun secara signifikan sebelum pasien menunjukkan tanda dan
gejala anemia. Tidak ada konsentrasi haemoglobin yang spesifik yang memunculkan

8
gejala. Namun, sebagian besar pasien dewasa akan melaporkan gejala begitu kadar
haemoglobin kurang dari 7 g/dL. Pada penderita yang memiliki anemia kronis atau
bentu anemia bawaan (seperti sickle cell disease, hereditary spherocytosis) mungkin
tidak melaporkan gejala sampai haemoglobin berkurang hingga kurang dari 5 g/dL
(Vieth & Lane, 2014).

Kelemahan, kelelahan, kesulitan berkonsentrasi, dan produktivitas kerja yang


buruk adalah gejala spesifik yang dikaitkan dengan rendahnya pengiriman oksigen ke
jaringan tubuh dan penurunan aktivitas enzim yang mengandung zat besi
(Camaschella,2015). Secara umum gejala klinis anemia dapat kita ketahui sebagai
berikut: (Shamah et al., 2016)
a. Lelah, lesu, lemah, letih, lalai (5L)
b. Cepat lelah
c. Mukosa pucat (kulit, bibir, gusi, mata, kulit kuku, dan telapak tangan)
d. Jantung berdenyut kencang saat melakukan aktivitas ringan
e. Napas tersengal/pendek saat melakukan aktivitas ringan
f. Nyeri dada
g. Pusing dan mata berkunang
h. Cepat marah (mudah rewel pada anak)
i. Tangan dan kaki dingin atau mati rasa
j. Mudah mengantuk
k. Tinitus (telinga mendengung)
3.1.5. Faktor yang mempengaruhi anemia
1. Asupan pola makan
Anemia disebabkan oleh asupan pola makan yang tidak teratur, tidak seimbang
dengan kecukupan sumber gizi yang dibutuhkan oleh tubuh seperti : asupan energi,
asupan protein, asupan karbohidrat, asupan lemak, vitamin C dan terutama
kekurangan sumber makanan yang mengandung zat besi dan asam folat.
Menurut penelitian Apriyanti (2019), menunjukkan bahwa dampak kekurangan
dari anemia yaitu kekurangan zat gizi makro seperti karbohidrat, lemak, protein, dan
kekurangan zat gizi mikro yaitu mineral dan vitamin. Terhambatnya kondisi
pertumbuhan, system kekebalan tubuh menurun, kebugaran tubuh menurun, semangat
belajar dan prestasi menurun merupakan kondisi dari anemia. Rendahnya status besi
(Fe) akan berdampak anemia dengan gejala seperti lesu, pucat, sesak nafas, tidak
nafsu makan, dan gangguan pada pertumbuhan.
2. Lamanya menstruasi
Remaja putri rentan terkena anemia karena adanya siklus menstruasi setiap bulan
yang merupakan factor penyebab remaja putri terkena anemia, lebih-lebih di dorong
oleh pengetahuan mereka tentang anemia (Mularsih, 2017).
3. Infeksi penyakit
Penyakit infeksi mempengaruhi metabolisme dan utilisasi zat besi yang
diperlukan dalam pembentukan hemoglobin dalam darah. Selain itu, Penyakit infeksi
tertentu dapat mengganggu pencernaan dan mengganggu produksi sel darah merah.
4. Perdarahan yang mendadak seperti kecelakaan

9
Perdarahan ini bisa saja akibat mimisan, luka karena jatuh atau kecelakaan.
5. Jumlah makanan atau penyerapan diet yang buruk
Kekurangan zat besi adalah penyebab utama anemia. Apabila remaja
mendapatkan makanan bergizi yang cukup, sangat kecil kemungkinannya mengalami
kekurangan zat besi, namun banyak remaja dari kalangan tidak mampu yang kurang
mendapatkan makanan bergizi sehingga mengalami anemia dan gejala kurang gizi
lainnya. Remaja dari kalangan mampu juga dapat terkena anemia bila memiliki
gangguan pola makan atau berpola makan tidak seimbang.
6. Penyakit cacingan pada remaja
Meskipun penyakit cacingan tidak mematikan, namun cacingan bisa Menurunkan
kualitas hidup penderitanya, bahkan mengakibatkan kurang darah (anemia) dan dapat
mengakibatkan kebodohan. Sekitar 40 hingga 60 persen penduduk Indonesia
menderita cacingan dan data WHO menyebutkan lebih dari satu miliar penduduk
dunia juga menderita cacingan.
3.1.6. Dampak anemia
Dampak dari kejadian anemia pada remaja dapat menurunkan konsentrasi dan
prestasi belajar, serta mempengaruhi produktivitas di kalangan remaja. Disamping itu
juga dapat menurunkan daya tahan tubuh sehingga mudah terkena infeksi. Anemia
dapat mempengaruhi tingkat kesegaran jasmani seseorang. Akibat dari jangka panjang
penderita anemia gizi besi pada remaja putri yang nantinya akan hamil, maka remaja
putri tersebut tidak mampu memenuhi zat–zat gizi pada dirinya dan janinnya sehingga
dapat meningkatkan terjadinya risiko kematian maternal, prematuritas, BBLR (Berat
Bayi Lahir Rendah), dan kematian perinatal.
3.1.7. Pencegahan anemia
Berbagai upaya dapat dilakukan untuk mencegah dan menanggulangi anemia
pada remaja. World Health Organization (WHO) mengusulkan suplementasi zat besi
dan suplementasi asam folat sebagai salah satu strategi pencegahan anemia pada
remaja. Di Indonesia, manajemen anemia pada remaja putri berfokus pada
suplementasi zat besi. Selain itu, pendekatan lain yang dapat dilakukan adalah
pengelolaan sistem makanan di masyarakat, optimalisasi pola makanan, fortifikasi
makanan, pemberian probiotik dan edukasi gizi (Prieto-Patron et al., 2020; Osei et al,
2017; Vonderheid et al., 2019).
Beberapa upaya yang dilakukan untuk mengatasi anemia menurut Kemenkes RI
(2012), antara lain sebagai berikut :

a. Makan-makanan yang banyak mengandung zat besi dari bahan hewani


(daging, ikan, ayam, hati, dan telur), dari bahan nabati (sayuran yang
berwarna hijau tua, kacang-kacangan dan tempe).
b. Banyak makan-makanan sumber vitamin C yang bermanfaat untuk
peningkatan penyerapan zat besi. Misalnya jambu, jeruk, tomat dan nenas,
dll.
c. Minum tablet penambah darah setiap hari, khususnya saat mengalami haid
d. Biasa merasakan adanya tanda dan gejala anemia, segera konsultasi ke
dokter

10
Menurut Kemenkes RI (2012), pencegahan karena adanya kekurangan zat gizi
besi dapat dilakukan dengan tiga pendekatan dasar yaitu sebagai berikut:

a. Memperkaya makanan pokok dengan zat besi. Zat besi dapat membantu
pembentukan hemoglobin yang baru.
b. Pemberian suplemen tablet zat besi. Pada saat ini pemerintah mempunyai
c. Program Penanggulangan Anemia Gizi Besi (PPAGB) pada remaja putri, untuk
mencegah dan menanggulangi masalah anemia gizi besi melalui suplementasi zat
besi.
d. Memberikan pendidikan kesehatan tentang pola makan sehat. Kehadiran
e. makanan siap saji dapat mempengaruhi pola makan remaja, makanan siap saji
umumnya rendah besi, kalsium, riboflavin, vitamin A dan asam folat.
f. Makanan siap saji mengandung lemak jenuh, kolesterol, dan natrium tinggi
Edukasi gizi adalah salah satu strategi pencegahan anemia pada remaja bertujuan
untuk menginformasikan para remaja mengenai kebutuhan energi dan gizi mereka
secara spesifik, termasuk zat besi, serta manfaat menjalankan pola hidup dan diet yang
lebih sehat (Roche et al., 2018).
3.1.8. Data Kasus Anemia di Indonesia
Menurut WHO 2013, prevalensi anemia dunia berkisar 40-88%. Di Negara
berkembang, sekitar 27% remaja putra dan 26% remaja putri menderita anemia,
sementara di Negara maju angka tersebut hanya berada pada bilangan 5% dan 7%
(Arisman, 2010). Prevalensi di Asia, anemia pada wanita usia 15–45 tahun mencapai
191 juta orang dan Indonesia menempati urutan ke 8 dari 11 negara di Asia setelah
Srilangka dengan prevalensi anemia sebanyak 7,5 juta orang pada usia 10–19 tahun.1
Prevalensi anemia di Indonesia berdasarkan Riskesdas 2013 mencapai 37,1% dan
mengalami peningkatan menjadi 48,9% pada kelompok usia 15-24 tahun pada tahun
2018.
3.1.9. Makan-makanan pencegahan anemia
A. Zat besi
Zat besi adalah salah satu mineral mikro yang penting dalam proses pembentukan
sel darah merah. Secara alamiah zat besi diperoleh dari makanan. Kekurangan zat besi
dalam menu makanan sehari-hari dapat menimbulkan penyakit anemia gizi atau yang
dikenal masyarakat sebagai penyakit kurang darah (Citra, 2012).
Menurut Citra (2012) fungsi utama zat besi bagi tubuh adalah untuk membawa
(sebagai carrier) oksigen dan karbondioksida dan untuk pembentukan darah. Fungsi
lainnya antara lain sebagai bagian dari enzim, produksi antibodi, dan untuk
detoksifikasi zat racun dalam hati, seperti akan diuraikan di bawah ini:
1. Pengangkut (Carrier) O2 dan CO2. Zat besi yang terdapat dalam hemoglobin dan
mioglobin berfungsi untuk mengangkut O2 dan CO2 sehingga secara tidak
langsung zat besi sangat esensial untuk metabolisme energi.
2. Pembentukan Sel Darah Merah. Hemoglobin (Hb) merupakan komponen esensial
sel-sel darah merah (eritrosit). Eritrosit dibentuk dalam tulang (bone marrow).
Bila jumlah sel darah merah berkurang, hormon eritropoietin yang diproduksi
oleh ginjal akan menstimulir pembentukan sel darah merah (Proses pembentukan

11
eritrosit disebut eritropoiesis). Ertitrosit dibentuk dalam tulang sebagai sel-sel
muda yang disebut eritoblast (masih mengandung inti sel/nukleus). Pada waktu
sel menjadi dewasa, disintesis heme (protein yang mengandung zat besi) dari
glisin dan Fe (dibantu oleh vitamin B12 atau piridoksin). Pada waktu yang sama
disintesis juga protein globin. Heme tersebut digabungkan dengan globin
membentuk hemoglobin yang mengandung sel darah merah muda (retikulosit).
Dalam aliran darah sel-sel muda tersebut akan melepaskan intinya, sehingga
terbentuklah sel-sel darah merah dewasa yang tidak mengandung inti sel
(eritrosit). Karena sel darah merah tidak mengandung inti (nukleus), maka sel
tersebut tidak dapat mensintesis enzim untuk kelangsungan hidupnya. Kehidupan
sel darah merah hanya sepanjang masih terdapatnya enzim yang masih 38
berfungsi (untuk membawa O2 dan CO2), dan biasanya hanya sampai empat
bulan.
3. Fungsi lain: Sebagian kecil Fe terdapat dalam enzim jaringan. Bila terjadi
defisiensi zat besi, enzim ini berkurang jumlahnya sebelum jumlah Hb menurun.
Zat besi diperlukan sebagai katalis dalam konversi beta karoten menjadi vitamin
A, dalam reaksi sintesis purin (sebagai bagian integral asam nukleat dalam RNA
dan DNA), dan dalam reaksi sintesis kolagen). Selain itu, Fe diperlukan dalam
proses penghilangan lipida dari darah, untuk memproduksi antibodi, serta untuk
detoksifikasi zat racun dalam hati.
Makanan zat besi antara lain:
a. Daging dan unggas adalah makanan yang dapat mencegah anemia. Semua
daging dan unggas mengandung zat besi heme (hemoglobin hewani).
Namun, daging merah, domba, dan daging rusa adalah sumber terbaik.
Sedangkan unggas atau ayam memiliki jumlah zat besi yang lebih rendah.
b. Ikan
c. Hati, kaya akan kandungan zat besi dan folat yang berperan membentuk
sel darah merah sehingga mampu mengatasi gejala anemia. Hati ayam dan
hati sapi merupakan organ dalam (jeroan) yang cukup populer sebagai
makanan untuk kurang darah dan sering diolah menjadi hidangan
nusantara.
d. Telur
e. Serealia
f. Sayuran hijau Sayuran berdaun hijau terutama yang berwarna gelap,
merupakan salah satu makanan yang mencegah anemia karena
mengandung zat besi (nonheme). Ada beragam sayuran hijau yang bisa
kita makan untuk mencegah atau mengatasi anemia. Contohnya bayam,
kubis, Swiss chard atau kale. Di samping itu, ada pula lobak Swiss,
collard greens yang mengandung asam folat.
g. Susu
Zat besi yang berasal dari bahan makanan hewani (zat besi heme)
mempunyai tingkat absorbsi 20-30 % sedangkan zat besi non heme hanya
10- 15 %. Zat besi heme lebih mudah diserap dan penyerapannya tidak
tergantung dengan zat makanan lainnya, tapi zat besi heme ini dapat

12
berubah menjadi zat besi non heme jika dimasak dengan suhu yang tinggi
dan dalam waktu yang lama. Sedangkan zat besi non heme lebih sulit
diserap dan penyerapannya sangat tergantung pada zat makanan lainnya
baik secara positif maupun negatif. Kehadiran vitamin C, daging, ikan,
dan unggas akan meningkatkan penyerapan zat besi non heme dan zat besi
heme yang terdapat dalam daging, unggas, dan ikan serta makanan hasil
laut, dapat meningkatkan penyerapan zat besi non heme
B. Vitamin C
Vitamin C adalah kristal putih yang mudah larut dalam air. Dalam keadaan kering
vitamin C cukup stabil, tetapi dalam keadaan larut, vitamin C mudah rusak karena
bersentuhan dengan udara (oksidasi) terutama bila terkena panas. Oksidasi dipercepat
dengan kehadiran tembaga dan besi. Vitamin C tidak stabil dalam larutan alkali, tetapi
cukup stabil di larutan asam. Vitamin C adalah vitamin yang paling labil (Almatsier,
2001). Vitamin C mempunyai banyak fungsi di dalam tubuh, sebagai koenzim atau
kofaktor. Asam askorbat adalah bahan yang kuat kemampuan reduksinya dan
bertindak sebagai antioksidan dalam reaksireaksi hidroksilasi. Vitamin C (seperti
asam eritrobik dan askorbik palmitat) digunakan sebagai antioksidan di dalam industri
pangan untuk mencegah proses menjadi tengik, perubahan warna (browning) pada
buahbuahan, dan untuk mengawetkan daging (Almatsier, 2001). Penambahan vitamin
C dan Fe dapat meningkatkan kadar Hb pada remaja putri. Vitamin C mempunyai
fungsi dalam metabolism Fe terutama untuk mempercepat proses penyerapan Fe
dalam usus dan proses pemindahannya ke dalam darah. Vitamin C juga terlibat dalam
mobilisasi simpanan Fe terutama dalam pembentukan hemosiderin dalam limpa (A.A.
Sagung, 2008).
Makanan vitamin c antara lain adalah:
a. Jeruk
b. Nanas
c. Rambutan
d. Papaya
e. Tomat
f. Jambu
Salah satu fungsi vitamin C adalah absorpsi dan metabolisme besi. Vitamin C
mereduksi besi feri menjadi fero dalam usus halus sehingga mudah diabsorpsi.
Vitamin C menghambat pembentukan hemosiderin yang sukar dimobilisasi untuk
membebaskan besi bila diperlukan. Absorpsi besi dalam bentuk nonheme meningkat
empat kali lipat bila ada vitamin C yang berperan memindahkan besi dari transferin di
dalam plasma ke feritin hati
C. Protein
Seorang ahli kimia Belanda yang bernama Mulder, mengisolasi susunan tubuh
yang mengandung nitrogen dan menamakannya protein, terdiri dari satuan dasarnya
yaitu asam amino (biasa disebut juga unit pembangun protein) (Suhardjo, 1992).
Dalam proses pencernaan, protein akan dipecah menjadi satuan dasar kimia. Protein
terbentuk dari unsur-unsur organik yang hampir sama dengan karbohidrat dan lemak
yaitu terdiri dari unsur karbon (C), hidrogen (H), dan oksigen (O), akan tetapi

13
ditambah dengan unsure lain yaitu nitrogen (N). Molekul protein mengandung pula
fosfor, belerang, dan ada jenis protein yang mengandung unsur logam seperti besi dan
tembaga.
Dibawah ini adalah fungsi-fungsi protein antara lain adalah:
1. Sebagai Enzim
Berperan terhadap perubahan-perubahan kimia dalam sistem biologis.
2. Alat Pengangkut dan Alat Penyimpanan
Banyak molekul dengan BM kecil serta beberapa ion dapat diangkut atau
dipindahkan oleh protein-protein tertentu.
3. Pengatur Pergerakan
Protein merupakan komponen utama daging, gerakan otot terjadi karena adanya
dua molekul protein yang saling bergeseran.
4. Penunjang Mekanis
Kekuatan dan daya tahan robek kulit dan tulang disebabkan adanya kolagen,
suatu protein yang berbentuk bulat panjang dan mudah membentuk serabut.
5. Pertahanan Tubuh
Pertahanan tubuh biasanya dalam bentuk antibodi, yaitu suatu protein khusus
yang dapat mengenal dan menempel atau mengikat bendabenda asing yang
masuk kedalam tubuh seperti virus, bakteri, dan selsel asing lain.
6. Media Perambatan Impuls Syaraf
Protein yang mempunyai fungsi ini biasanya berbentuk reseptor, misalnya
rodopsin, suatu protein yang bertindak sebagai reseptor/penerima warna atau
cahaya pada sel-sel mata.
7. Pengendalian Pertumbuhan
Protein ini bekerja sebagai reseptor (dalam bakteri) yang dapat mempengaruhi
fungsi bagian-bagian DNA yang mengatur sifat dan karakter bahan (Winarno,
2004).
Protein dalam darah mempunyai mekanisme yang spesifik sebagai carrier bagi
transportasi zat besi pada sel mukosa. Protein itu disebut transferring yang disintesa di
dalam hati dan transferin akan membawa zat besi dalam darah untuk digunakan pada
sintesa hemoglobin. Dengan berkurangnya asupan protein dalam makanan, sintesa
transferring akan terganggu sehingga kadar dalam darah akan turun. Rendahnya kadar
transferring dapat menyebabkan transportasi zat besi tidak dapat berjalan dengan baik,
akibatnya kadar Hb akan menurun. Kurangnya asupan protein akan mengakibatkan
transportasi zat besi terlambat sehingga akan terjadi defisiensi zat besi, disamping itu
makanan yang tinggi protein terutama berasal dari daging, ikan, dan unggas juga
banyak mengandung zat besi.
3.1.10. Teori Pengetahuan
Pengetahuan adalah suatu hasil tau dari manusia atas penggabungan atau
kerjasama antara suatu subyek yang mengetahui dan objek yang diketahui. Segenap
apa yang diketahui tentang sesuatu objek tertentu (Suriasumantri dalam Nurroh 2017).
Pengetahuan tentang anemia pada remaja sangatlah penting dalam masa pertumbuhan
karena dapat memberikan dampak yang kurang baik, seperti keterlambatan
pertumbuhan fisik, gangguan perilaku emosional,,pengetahuan anemia yang diberikan

14
pada remaja meliputi definisi anemia, penyebab, gejala, serta upaya pencegahan
penyakit tersebut. Pengetahuan remaja claster papandayan yang tinggi tentang anemia
ini berpengaruh terhadap kejadian dan pencegahan penyakit anemia. Pengetahuan
yang baik dapat didukung oleh penerimaan terhadap informasi yang beredar
dilingkungan sekitar tentang pengetahuan anemia.
3.2. Hasil kegiatan PBL
3.2.1. Wawancara

Gambar 3. 1. Wawancara Ketua RW

Pada tanggal 23 Maret 2022, penulis melakukan wawancara. Dari wawancara yang
dilakukan penulis diperhatikan hasil yaitu sebagai berikut.

1. Bapak Basmun Jaya, selaku ketua RW 09 yaitu kami menjelaskan maksud dan
tujuan kami PBL di lingkungan RW 09 serta bertanya masalah apa yang sedang
terjadi saat ini di lingkungan sekitar, Bapak Basmun Jaya selaku ketua RW 09
menjelaskan bahwa di RW 09 Perumahan Grand Kahuripan Cluster Papandayan
masih terdapat banyak remaja yang kurang mendapatkan perhatian terkait dengan
pendidikan kesehatan.
2. Ibu Nining Nurningsing selaku ibu RW 09, kami menjelaskan dan meminta izin
untuk dapat membuat grup Whatapps yang berisikan para remaja yang tinggal
R0W 09 dalam kesempatan ini kami juga turut meminta izin untuk menggunakan
posyandu sebagai sarana pelaksaan penyuluhan.
3.2.2. Observasi
Pada tanggal 23 Maret 2022 penulis melakukan observasi di Lingkungan
Perumahan Grand Kahuripan Cluster Papandayan RW 09, yaitu melakukan observasi
yang bertujuan untuk dapat mengetahui dan melihat keadaan yang berkaitan dengan
kondisi para remaja di sana.

15
Gambar 3. 2. Lokasi Penyuluhan

Alasan panitia memilih lokasi poyandu adalah setelelah melalukan wawancara


dengan bu nining nur ningsih selaku bu RW didapatkan bahwa remaja di cluster
papandayan RW 09 belum pernah mendapatkan penyuluhan anemia baik dari
posyandu maupun sumber lainnya. Selain itu, bu RW menyarankan panitian
melaksanakan kegiatan penyuluhan di Posyandu Cluster Papandayan RW 09, tempat
ini dipilih karena lokasinya yang paling memungkinkan untuk dilakukan penyuluhan
agar para remaja yang datang dapat menyimak dengan seksama terkait materi yang
diberikan oleh para panitia
3.2.3. Studi Dokumentasi
Studi dokumentasi dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan bulan April.
Pada hari Rabu tanggal 13 Maret perwakilan kelompok observasi lingkungan Cluster
Papandayan RW 09, kemudian dilanjut pada tanggal 20 Maret dilakukan wawancara
dan observasi ulang dengan melibatkan seluruh anggota kelompok.
Dalam observasi ini bisa dilihat bahwa dilingkungan tersebut terdapat banyak
remaja, saat dilakukan wawancara dengan ketua RW 09 diketahui bahwa di RW 09
belum adanya kegiatan edukasi remaja tentang anemia. Selain itu, pada tanggal 09
april kita melakukan pembagian google form post test kepada remaja.
3.2.4. Learning by Doing
1. Pemberian Informasi Kesehatan Tentang Anemia Pada Remaja Melalui
Media Penyuluhan.
Gambar 3. 3. Pelaksanaan Penyuluhan Anemia Remaja

Sebelumnya kami menemukan permasalahan yaitu masih kurangnya


pemahaman tentang Anemia yang ditunjukan pada remaja. Oleh karena itu pada hari
Rabu tanggal 30 Maret 2022 kami melakukan kegiatan penyuluhan kepada remaja
Cluster Papandayan RW 09 dalam kegiatan ini kami terus mengusahakan agar Prokes

16
tetap terjaga dengan menyediakan masker dan juga handsanitizer. Dalam penyuluhan
tersebut Vienessia Puspita Sari selaku pemateri menyampaikan pengetahuan seputar
anemia dengan judul RATU CERIA (Remaja Tanggung Cegah Anemia) yang
berdurasi 30 menit, selanjutnya dilanjut dengan sesi tanya jawab yang dipandu oleh
Anggit Auliaud Duha pada sesi ini berlangsung selama 20 menit dengan peserta yang
bertanya sebanyak 5 orang. Dalam kegiatan penyuluhan ini dilakukan bertujuan untuk
mengedukasi bahwa Anemia jangan dianggap remeh dan harus tetap memperhatikan
kondisi kesehatan agar para remaja tetap aktif dan produktif.
2. Melakukan edukasi dengan penyebaran poster secara online melalui grup
Whatsapps

Gambar 3. 4. Edukasi Makanan Pencegahan Anemia Melalui Whatsapp


Group

Pada hari Senin tanggal 9 April 2022 kami mengadakan penyebaran poster
edukasi di grup Whatsapps kepada para remaja, dalam penyebaran grup ini kami juga
membuka sesi tanya jawab yang mana jika para remaja mempunyai pertanyaan
seputar anemia dan poster yang sudah disebar, jawaban dari pertanyaan itu akan
dijawab oleh salah satu perwakilan dari panitia.

a. Tujuan pemberian : Informasi kesehtan adalah untuk meningkatkan pengetahuan


tentang anemia pada remaja
b. Sasaran penyuluhan : Sasaran pemberian informasi kesehatan tentang Anemia
kepada remaja
c. Pelaksanaan : Perwakilan Mahasiswa Universitas Respati Indonesia sebagai
narasumber tentang Anemia
d. Metode : Metode yang digunakan untuk menyampaikan materi yaitu dengan
penyuluhan secara langsung kepada remaja, lalu ditambah dengan penyebaran
poster melalui grup Whatsapp kepada para remaja.

17
e. Hasil Learning by Doing : Pada kegiatan ini sebanyak 11 orang remaja diukur
dengan tingkat pengetahuan dan perilaku mengenai Anemia di Perumahan Grand
Kahuripan Cluster Papandayan RW 09 memiliki hasil sebagai berikut :
1).Hasil sebelum dilakukan penyuluhan
Gambar 3. 5. Grafik Jawaban Responden Berdasarkan Pengetahuan
Sebelum Dilakukan Penyuluhan Setiap Pertanyaan

12

10

6 Benar
6 6 6
Salah
5 5 5 5
4
4 4 4 4 4
3 3
2

1
0
P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10P11P12P13P14P15

Pertanyaan untuk menjelaskan gambar grafuk adalah sebagai berikut :

a. Pengetahuan 1 : Anemia adalah kekurangan darah atau keadaan dengan


kadar hemoglobin rendah?
b. Pengetahuan 2 : Yang paling sering berisiko terkena anemia adalah
perempuan?
c. Pengetahuan 3 : Penyebab anemia adalah kurang makan makanan yang
mengandung zat besi?
d. Pengetahuan 4 : Kehilangan darah pada wanita remaja dalam jumlah
banyak bisa terjadi akibat dari menstruasi dapat mengakibatkan anemia?
e. Pengetahuan 5 : Penyakit cacingan dan TBC adalah penyakit infeksi yang
termasuk dalam faktor-faktor penyakit anemia?
f. Pengetahuan 6 : Tanda-tanda dan gejala pada anemia dapat dilihat adalah
lelah, letih, lesu, lalai dan lunglai?
g. Pengetahuan 7 : Sumber makanan yang mengandung zat besi adalah
sayuran hijau dan kacang-kacangan?
h. Pengetahuan 8 : Daging, telur dan hati merupakan sumber zat besi dari
hewani?
i. Pengetahuan 9 : Buah-buahan untuk meningkatkan penyerapan zat besi
dari sumber nabati adalah jeruk dan jambu?

18
j. Pengetahuan 10 : Vitamin C tidak diperlukan untuk meningkatkan
penyerapan zat besi dalam tubuh?
k. Pengetahuan 11 : Suplemen zat besi merupakan pencegahan anemia?
l. Pengetahuan 12 : Anemia berpengaruh terhadap prestasi belajar dan
produktivitas kerja merupakan dampak anemia?
m. Pengetahuan 13 : Remaja yang sedang menstruasi memerlukan zat besi
lebih banyak?
n. Pengetahuan 14 : Penyakit anemia tidak dapat dicegah atau ditanggulangi?
o. Pengetahuan 15 : Yang dikatakan seseorang menderita anemia adalah nilai
hemoglobin (Hb) berapa?
Dari grafik di atas ,terlihat bahwa sebanyak 11 responden sebelum pemberian
informasi kesehatan dilaksanakan menjawab soal kuisioner pre-test pengetahuan
indikator tentang Anemia yang terdiri dari 1-15 pengetahuan. Dari setiap nomor soal
masing-masing mendapat poin nilai 1 jika benar, apabila semua soal terjawab benar
maka mendapatkan poin nilai 15. Dapat disimpulkan bahwa dari 11 responden yang
menjawab soal pengetahuan 1 yaitu 6 responden menjawab benar, soal pengetahuan 2
yaitu 10 responden menjawab benar, soal pengetahuan 3 yaitu 6 responden menjawab
benar, soal pengetahuan 4 yaitu 6 responden menjawab benar, soal pengetahuan 5
yaitu 5 responden menjawab benar, soal pengetahuan 6 yaitu 7 responden menjawab
benar, soal pengetahuan 7 yaitu 6 responden menjawab benar, soal pengetahuan 8
yaitu 7 responden menjawab benar, soal pengetahuan 9 yaitu 7 responden menjawab
benar, soal pengetahuan 10 yaitu 7 responden menjawab benar, soal pengetahuan 11
yaitu 7 responden menjawab benar, soal pengetahuan 12 yaitu 8 responden menjawab
benar, soal pengetahuan 13 yaitu 5 responden menjawab benar, soal pengetahuan 14
yaitu 8 responden menjawab benar, soal pengetahuan 15 yaitu 5 responden menjawab
benar.
Dari 15 indikator soal pengetahuan responden yang paling banyak salah yaitu
pengetahuan 13 dengan indikator pertanyaan “Remaja yang sedang menstruasi
memerlukan zat besi lebih banyak?”, dan pengetahuan 15 dengan indikator “ Remaja
yang sedang menstruasi memerlukan zat besi lebih banyak?”. Sedangkan pengetahuan
yang paling banyak benar soal pengetahuan 2 dengan indikator pertanyaan “Yang
paling sering berisiko terkena anemia adalah perempuan?”, soal pengetahuan 12
dengan indikator pertanyaan “Anemia berpengaruh terhadap prestasi belajar dan
produktivitas kerja merupakan dampak anemia?”, dan soal pengetahuan 14 dengan
indikator pertanyaan “Penyakit anemia tidak dapat dicegah atau ditanggulangi?”
Tabel 3. 1. Hasil Pengetahuan Responden Tentang Anemia Remaja
Sebelum Dilakukan Edukasi

Kategori Pengetahuan Jumlah Presentase

Baik (≥ 11 point) 3 27%

Kurang Baik (< 11 point) 8 73%

Total 11 100%

19
Berdasarkan Tabel 3.2 dari 11 responden didapatkan hasil pengetahuan responden
yang baik (≥ 11 point) yaitu sebanyak 3 responden, sedangkan responden yang
memiliki pengetahuan kurang baik (< 11 point) yaitu sebanyak 8 responden.
berdasarkan hasil kuesioner sebelum dilakukan edukasi mengenai Pencegahan
Anemia dapat dinyatakan hasil pengetahuan pada remaja di Perumahan Grand
Kahuripan Cluster Papandayan Rw 09 Kecamatan Klapanunggal masih kurangnya
memahami pengetahuan pencegahan anemia.

Gambar 3. 6. Pengetahuan Responden Tentang Pengetahuan Anemia


Sebelum Dilakukan Edukasi

27%

Pengetahuan Baik
Pengetahuan Bu-
ruk

73%

Dari gambar diagram diatas dapat dilihat bahwa presentase remaja yang memiliki
pengetahuan tentang anemia sebelum diberikan edukasi yaitu sebanyak 73% dengan
pengetahuan baik dan 27% dengan pengetahuan kurang baik.

1). Hasil Setelah Edukasi


Gambar 3. 7. Grafik Jawaban Responden Berdasarkan Pengetahuan
Setelah Dilakukan Penyuluhan Setiap Pertanyaan

20
12

10

9
8

7
6 benar
salah

2
2

1
0
p10 p20 p30 p40 p5 p60 p70 p80 p9 p10 p11
0 p12
0 p13
0 p14 p15
0

Pertanyaan untuk menjelaskan grafik diatas adalah sebagai berikut :


a. Pengetahuan 1 : Anemia adalah kekurangan darah atau keadaan dengan
kadar hemoglobin rendah?
b. Pengetahuan 2 : Yang paling sering berisiko terkena anemia adalah
perempuan?
c. Pengetahuan 3 : Penyebab anemia adalah kurang makan makanan yang
mengandung zat besi?
d. Pengetahuan 4 : Kehilangan darah pada wanita remaja dalam jumlah
banyak bisa terjadi akibat dari menstruasi dapat mengakibatkan anemia?
e. Pengetahuan 5 : Penyakit cacingan dan TBC adalah penyakit infeksi
yang termasuk dalam faktor-faktor penyakit anemia?
f. Pengetahuan 6 : Tanda-tanda dan gejala pada anemia dapat dilihat adalah
lelah, letih, lesu, lalai dan lunglai?
g. Pengetahuan 7 : Sumber makanan yang mengandung zat besi adalah
sayuran hijau dan kacang-kacangan?
h. Pengetahuan 8 : Daging, telur dan hati merupakan sumber zat besi dari
hewani?
i. Pengetahuan 9 : Buah-buahan untuk meningkatkan penyerapan zat besi
dari sumber nabati adalah jeruk dan jambu?
j. Pengetahuan 10 : Vitamin C tidak diperlukan untuk meningkatkan
penyerapan zat besi dalam tubuh?
k. Pengetahuan 11 : Suplemen zat besi merupakan pencegahan anemia?
l. Pengetahuan 12 : Anemia berpengaruh terhadap prestasi belajar dan
produktivitas kerja merupakan dampak anemia?
m. Pengetahuan 13 : Remaja yang sedang menstruasi memerlukan zat besi
lebih banyak?

21
n. Pengetahuan 14: Penyakit anemia tidak dapat dicegah atau
ditanggulangi?
o. Pengetahuan 15 : Yang dikatakan seseorang menderita anemia adalah
nilai hemoglobin (Hb) berapa?
Dari grafik diatas, terlihat bahwa sebanyak 11 responden sesudah pemberian
informasi kesehatan dilaksanakan menjawab soal kuisioner post-test pengetahuan
indikator tentang pencegahan anemia 1-15 pengetahuan. Dari setiap nomor soal
masing-masing mendapat point nilai 1 jika benar, apabila semua soal terjawab benar
maka mendapatkan poin nilai 15. Dapat disimpulkan bahwa dari 11 responden yang
menjawab soal pengetahuan 1 yaitu 11 responden menjawab benar, soal pengetahuan
2 yaitu 11 responden menjawab benar, soal pengetahuan 3 yaitu 11 responden
menjawab benar, soal pengetahuan 4 yaitu 11 responden menjawab benar, soal
pengetahuan 5 yaitu 9 responden menjawab benar, soal pengetahuan 6 yaitu 11
responden menjawab benar, soal pengetahuan 7 yaitu 11 responden menjawab benar,
soal pengetahuan 8 yaitu 11 responden menjawab benar, soal pengetahuan 9 yaitu 10
responden menjawab benar, soal pengetahuan 10 yaitu 4 responden menjawab benar,
soal pengetahuan 11 yaitu 11 responden menjawab benar, soal pengetahuan 12 yaitu
11 responden menjawab benar, soal pengetahuan 13 yaitu 11 responden menjawab
benar, soal pengetahuan 14 yaitu 2 responden menjawab benar, soal pengetahuan 15
yaitu 11 responden menjawab benar.

Berdasarkan dari hasil jawaban responden pada kuesioner post-test pengetahuan


dapat dikatakan bahwa terjadi peningkatan responden yang menjawab pertanyaan
dengan benar setelah dilakukan edukasi kesehatan.

Tabel 3. 2. Hasil Pengetahuan Responden Tentang Anemia Remaja Sesudah


dilakukan Edukasi

Kategori Jumlah Presentase


Pengetahuan

Baik 11 100%
Kurang Baik 0 0%
Total 11 100%

Berdasarkan Tabel 3.3 dari 11 responden didapatkan hasil pengetahuan responden


yang baik (≥ 11 point) yaitu sebanyak 11 responden, sedangkan responden yang
memiliki pengetahuan kurang baik ( < 10 point) yaitu sebanyak 0 responden.
Berdasarkan hasil kuesioner sesudah dilakukan edukasi mengenai pengetahuan
anemia dapat dinyatakan hasil pengetahuan pada remaja di perumahan papandayan
RW 09 dapat memahi pengetahuan mengenai anemia.

Gambar 3. 8. Diagram Hasil Pengetahuan responden Tentang


Pengetahuan Anemia Sesudah Dilakukan Edukasi

22
pengetahuan Buruk
pengetahuan baik

100%

Dari gambar diagram diatas dapat dilihat bahwa presentase remaja memiliki
pengetahuan tentang anemia sesudah diberikan edukasi yaitu sebanyak 100% dengan
pengetahuan baik dan 0% dengan pengetahuan kuarang baik. Hal ini menunjukkan
adanya peningkatan pengetahuan remaja dari sebelum diberikan edukasi dengan
sesudah diberikan edukasi.

3) Uji T Dependen
Uji T dependent dilakukan untuk untuk memperoleh perbedaan sebelum (Pre Test)
dan sesudah (Post Test) Pengetahuan Anemia Pada Remaja. Uji hipotesis p-value
(0,000) < 0,05 maka H0 ditolak artinya terdapat perbedaan nilai rata-rata pada data
sebelum dan sesudah sehingga pengetahuan anemia pada remaja meningkat.

Tabel 3. 3. Distribusi Rata-Rata Nilai Pengetahuan Tentang Anemia


Sebelum Edukasi dan Sesudah Edukasi

Pengetahuan Mean SD P-value N


responden

Sebelum 9,09 1,92


Edukasi
0,000 11
Sesudah 13,272 1,19
Edukasi

Berdasarkan tabel 3.3. terlihat bahwa pemberian edukasi dapat meningkatkan


pengetahuan tentang anemia sebesar 4,182 yaitu dari 9,09 (sebelum edukasi) dengan
standar deviasi 1,92 menjadi 13,272 (sesudah edukasi) dengan standar deviasi 1,19.
Hasil uji T dependen diperoleh P value = 0,000 artinya secara statistik ada perbedaan
yang signifikan rata-rata nilai pengetahuan tentang penyakit anemia antara sebelum
edukasi dan sesudah edukasi. Maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis diterima.

23
3.3. Identifikasi Permasalahan
Berdasarkan kegiatan yang kami lakukan diatas, dapat disimpulkan permasalahan
yang terjadi wilayah Papandayan, Klapanunggal adalah:
A. Kurangnya pengetahuan remaja mengenai anemia
Kurangnya pengetahuan remaja mengenai anemia berdasarkan pre test didapatkan
hasil sebanyak 73% pengetahuan kurang baik. Dari 15 pertanyaan yang panitia
berikan terdapat beberapa nomor yang salah. Seperti nomor 5 dan 15. yang membahas
tentang faktor penyakit anemia dan nilai normal hemoglobin yang dapat dikatakan
normal.
3.4. Pembahasan
A. Kurangnya pengetahuan remaja mengenai anemia
Pengetahuan merupakan hasil rasa ingin tahu yang dihasilkan melalui proses
inderawi, terutama mata dan telinga oleh rangsangan tertentu (Donsu, 2019).
Pengetahuan juga merupakan bidang hal yang paling penting dalam membentuk perilaku
(Donsu, 2019). Selain pengetahuan masyarakat, pengetahuan, sikap dan tindakan tokoh
masyarakat atau pemerintahan dapat menggambarkan mereka mendorong masyarakat
untuk melakukan upaya preventif (Donsu, 2019). Perilaku adalah bagian dari perilaku
seseorang yang dapat selidiki dan amati. Salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku
manusia atau masyarakat adalah tingkat pengetahuan (Donsu, 2019). Apabila orang
memiliki pengetahuan baik terkait dengan perilaku sehat, maka akan timbul
kecenderungan perilaku behavioral yang baik juga (Gladys. 2016). Ini berarti
meningkatkan perilaku kesehatan dan keselamatan, pengetahuan tentang kesehatan juga
harus ditingkatkan.
Menurut Proverawati, 2011, pengetahuan tentang anemia merupakan suatu proses
kognitif karena seseorang tidak hanya dituntut untuk sekedar tahu akan tetapi diperlukan
pemahaman dan mengerti kondisi atau keadaan yang berkaitan dengan anemia, misalnya
pemahaman bahwa anemia adalah kondisi kekurangan sel darah merah, mengerti tentang
tanda dan gejala serta faktor yang dapat menyebabkan terjadinya anemia sehingga apa
yang telah dipahami dapat menjadi kebiasaan dan diterapkan dalam kehidupan sehari-
hari. Selain sebagai suatu proses kognitif, pengetahuan juga merupakan suatu faktor
protektif yang berarti suatu tindakan proteksi berupa perilaku pencegahan anemia
sehingga dapat menurunkan kejadian anemia tersebut. Salah satu pengetahuan remaja
yang harus dimiliki yaitu pengetahuan tentang anemia. Anemia adalah suatu kondisi
medis di mana jumlah sel darah merah atau hemoglobin kurang dari normal. Kadar
hemoglobin normal umumnya berbeda pada laki-laki dan perempuan. Untuk pria, anemia
didefinisikan sebagai kadar hemoglobin kurang dari 13,5 gram/100ml dan pada wanita
kadar hemoglobin kurang dari 12,0 gram/100ml.
Sebelum dilakukan acara panitia membagikan pre-test yang berisi pertanyaan-
pertanyaan tentang penyakit anemia kepada remaja. Hasil pemberian pre test pada remaja
didapatkan bahwa pengetahuan remaja tentang anemia kurang sebesar 73 %,
pengetahuan remaja kurang dikarenakan tidak adanya penyuluhan tentang anemia
sebelumnya di daerah cluster papandayan. Dengan diadakannya penyuluhan tentang
anemia dampak yang terjadi pada remaja adalah remaja sudah memahami pengetahuan

24
tentang anemia dengan melihat hasil post-test yang diberikan kepada remaja untuk
mengetahui peningkatan pengetahuan pada remaja.
Anemia pada remaja akan berdampak menurunnya kemampuan dan konsentrasi
belajar, mengganggu pertumbuhan baik sel tubuh maupun sel otak sehingga
menimbulkan gejala wajah tampak pucat, letih, lesu dan cepat lelah akibatnya dapat
menurunkan kebugaran dan prestasi belajar (Kemenkes, 2011).
Setelah dibagikan post test mengenai makanan yang dapat mencegah anemia, kami
melakukan evaluasi dan hasilnya remaja sudah memahami tentang makanan yang dapat
mencegah anemia dilihat dari antusiasme yang diberikan oleh remaja di whatsaap grup.

25
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1. Kesimpulan
1. Tingkat pengetahuan remaja di Wilayah Perumahan Grand Kahuripan Cluster
Papandayan RW 09 Kecamatan Klapanunggal didapatkan hasil bahwa pengetahuan
remaja belum mengetahui tentang anemia sebanyak 73% (8 responden) dan 27% (3
responden) berpengetahuan baik.
2. Tingkat pengetahuan remaja di Wilayah Perumahan Grand Kahuripan Cluster
Papandayan RW 09 Kecamatan Klapanunggal didapatkan hasil bahwa pengetahuan
remaja 100% berpengetahuan baik.
3. Pemberian edukasi dapat meningkatkan pengetahuan tentang anemia sebesar 4,182
yaitu dari 9,09 (sebelum edukasi) dengan standar deviasi 1,92 menjadi 13,272
(sesudah edukasi) dengan standar deviasi 1,19. Hasil uji T dependen diperoleh P value
= 0,000 artinya secara statistik ada perbedaan yang signifikan rata-rata nilai
pengetahuan tentang penyakit anemia antara sebelum edukasi dan sesudah edukasi.
Maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis diterima.
4.2. Saran
Berdasarkan kegiatan Praktik Belajar Lapangan yang telah kami laksanakan di
Perumahan Grand Kahuripan Cluster Papandayan, maka kami memberikan saran sebagai
berikut:
1. Untuk Perumahan Grand Kahuripan Cluster Papandayan:
Setelah terlaksananya acara pemberian edukasi pada remaja di papandayan, remaja-
remaja di papandayan dapat menerapkan pengetahuan yang diperoleh dari mengikuti
acara pemberian edukasi mengenai anemia dan remaja dapat menerapkan ilmu
mengenai contoh makanan yang dapat mencegah anemia pada kehidupan sehari-
harinya sehingga remaja dapat terhindar dari terjadinya anemia.
2. Untuk Mahasiswa PBL:
Penulis dapat belajar secara lansung dengan masyrakat yang dapat digunakan sebagai
bekal untuk menerapkan pada kehidupan sehari-hari dan dapat menerapkan ilmu
pengetahuan yang didapat baik di kampus, di lahan praktik, maupun dari pengalaman
pribadi.
3. Untuk Uniiversitas Respati Indonesia
Hendaknnya Kegiatan Praktek Belajar Lapangan di tahun mendatang agar dapat
dilaksanakan dengan lebih lagi dan Praktek Belajar Lapangan ini dapat bekerja sama
dengan pihak-pihak yang mempunyai wewenang seperti puskesmas sehingga kami
sebagai mahasiswa, selain Praktek Belajar Lapangan ke masyarakat akan tetapi bisa
bekerja sama dengan instansi lain yang dapat mendukung terlaksananya acara edukasi
menjadi lebih baik lagi.

26
DAFTAR PUSTAKA

AMINI, A. (2017). Hubungan Konsumsi Fe, Vitamin C, Protein, Kafein dan Pola Menstruasi
Dengan Kejadian Anemia Pada Mahasiswa Asrama Kebidanan Aisyiyah
Pontianak (Doctoral dissertation).

Budiarti, A., Anik, S., & Wirani, N. P. G. (2021). Studi Fenomenologi Penyebab Anemia Pada
Remaja Di Surabaya. Jurnal Kesehatan Mesencephalon, 6(2).

Fadhilah, A. N., Simanjuntak, B. Y., & Haya, M. (2022). Kajian Literatur: Studi Intervensi
Media Edukasi Visual dan Audiovisual terhadap Peningkatan Pengetahuan Remaja
tentang Anemia di Negara Berkembang. Amerta Nutrition, 6(1), 91-99.

Fadhylah, A., Wahyuningsih, H. P., & Kusmiyati, Y. (2020). FAKTOR-FAKTOR YANG


BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA REMAJA PUTRI DI SMPN 1
KOKAP TAHUN 2019 (Doctoral dissertation, Poltekkes Kemenkes Yogyakarta).

Kaimudin, N. I., Lestari, H., & Afa, J. R. (2017). Skrining dan Determinan Kejadian Anemia
Pada Remaja Putri SMA Negeri 3 Kendari Tahun 2017 (Doctoral dissertation, Haluoleo
University).

Kusuma, T. U. (2022). PERAN EDUKASI GIZI DALAM PENCEGAHAN ANEMIA PADA


REMAJA DI INDONESIA: LITERATURE REVIEW. Jurnal Surya Muda, 4(1), 61-78.

Rosida, S. R., Suharti, S., & Fajarrini, I. (2022). HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN
SIKAP DENGAN UPAYA PENCEGAHAN ANEMIA PADA REMAJA PUTRI DI
SMPN 2 KARANGMALANG. Jurnal Keperawatan CARE, 12(1).

Siregar, A. R. (2021). Analisis Tingkat Pengetahuan Remaja Putri Terhadap Anemia Di


Kecamatan Percut Sei Tuan.

TANIA, L. E. (2018). HUBUNGAN ASUPAN ZAT BESI, PROTEIN DAN VITAMIN C


DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA REMAJA PUTRI DI SMK YAMAS JAKARTA
TIMUR TAHUN 2018 (Doctoral dissertation, Universitas Binawan).

Trianingsih, D., & Oktavia, A. R. (2022). Gambaran Gejala Anemia Pada Remaja di Sekolah
Menengah Kejuruan Tirtayasa Jakarta. Journal Community Service of Health
Science, 1(1), 21-25.

Lestari, I. P., Lipoeto, N. I., & Almurdi. (2017). Hubungan Konsumsi Zat Besi dengan
Kejadian Anemia pada. Jurnal Kesehatan Andalas.

Ahdiah, A., F, F. H., & Istiana. (2018). Hubungan Pengetahuan Dengan Kejadian Anemia
Pada Remaja Putri di SMA PGRI Banjarmasin. Homeostasis.
Sulistyawati, N., & Nurjanah, A. S. (2018). Pengetahuan Remaja Putri Tentang Anemia Studi
Kasus Pada Siswa Putri SMAN 1 Piyungan Bantul. Jurnal Kesehatan Samodra.

27
LAMPIRAN
Lampiran 1. Kegiatan Edukasi Anemia Remaja Secara Offline

Sambutan terimakasih kepada ibu RW 09 yang Sambutan ibu Nining Nurningsih selaku
disampaikan oleh Sopinawati sebagai ketua ketua RW 09 di cluster Papandayan
kelompok PBL 1

Berjalannya acara dipandu oleh Rizky Saputri Penyampaian materi anemia oleh Vienesia
Puspita Sari

Sesi tanya jawab yang dipandu oleh Anggit Sesi foto bersama setelah berakhirnya acara
Auliaud Duha sebagai moderator

28
Lampiran 2. Soal Pre Test dan Post test Mengenai Anemia Remaja

No Pertanyaan Benar Salah

1 Anemia adalah kekurangan darah atau keadaan dengan kadar


hemoglobin rendah?

2 Yang paling sering berisiko terkena anemia adalah perempuan?

3 Penyebab anemia adalah kurang makan makanan yang


mengandung zat besi?

4 Kehilangan darah pada wanita remaja dalam jumlah banyak bisa


terjadi akibat dari menstruasi dapat mengakibatkan anemia?

5 Penyakit cacingan dan TBC adalah penyakit infeksi yang termasuk


dalam faktor-faktor penyakit anemia?

6 Tanda-tanda dan gejala pada anemia dapat dilihat adalah lelah,


letih, lesu, lalai dan lunglai?

7 Sumber makanan yang mengandung zat besi adalah sayuran hijau


dan kacang-kacangan?

8 Daging, telur dan hati merupakan sumber zat besi dari hewani?

9 Buah-buahan untuk meningkatkan penyerapan zat besi dari


sumber nabati adalah jeruk dan jambu?

10 Vitamin C tidak diperlukan untuk meningkatkan penyerapan zat


besi dalam tubuh?

11 Suplemen zat besi merupakan pencegahan anemia?

12 Anemia berpengaruh terhadap prestasi belajar dan produktivitas


kerja merupakan dampak anemia?

13 Remaja yang sedang menstruasi memerlukan zat besi lebih


banyak?

14 Penyakit anemia tidak dapat dicegah atau ditanggulangi?

15 Yang dikatakan seseorang menderita anemia adalah nilai


hemoglobin (Hb) berapa?

29
Lampiran 3. Kegiatan Edukasi makanan pencegahan Anemia Melalui Whatsapp Grup

Penyuluhan online dengan materi makanan Pemberian post-test kepada remaja untuk
yang dapat mencegah anemia dengan mengetahui peningkatan pengetahuan.
membagikan e-poster di whatsapp grup.

30
Lampiran 4. Surat Izin PBL Kepada Ketua RW 09

31
Lampiran 5. Absen Penyuluhan Anemia Remaja Offline

32

Anda mungkin juga menyukai