KECAMATAN KLAPANUNGGAL
Disusun Oleh :
2022
HALAMAN PERSETUJUAN
LAPORAN PRAKTEK BELAJAR LAPANGAN I
Laporan Praktik Belajar lapangan (PBL) telah disetujui oleh Pembimbing Materi PBL dan
Pembimbing Lapangan
Mengetahui
Menyetujui,
Pembimbing Lapangan Pembimbing Materi
Ketua RW 09 Klapanunggal Praktik Belajar Lapangan
Basmun Jaya
Nur Apriyan, SKM., M.Kes
NIK : 102709190
i
RINGKASAN
Remaja adalah periode kehidupan antara usia 10-19 tahun dan mengalami
pertumbuhan/perkembangan cepat periode kedua. Anemia merupakan penurunan kadar
hemoglobin, hitung eritrosit, dan hematokrit sehingga jumlah eritrosit dan/atau kadar
hemoglobin yang beredar tidak dapat memenuhi fungsinya untuk menyediakan oksigen bagi
jaringan tubuh. Adapun faktor risiko terjadi anemia adalah asupan pola makan, lamanya
menstruasi, infeksi penyakit, Perdarahan yang mendadak seperti kecelakaan, jumlah makanan
atau penyerapan diet yang buruk dan penyakit cacingan pada remaja.
Permasalahan yang kami angkat dari kegiatan Praktek Belajar Lapangan ini adalah
mengenai pengetahuan anemia pada remaja di Perumahan Grand Kahuripan Cluster Papandayan
Kecamatan Klapanunggal. Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui pengetahuan penyakit
anemia remaja di wilayah kabupaten bogor cileungsi jawa barat, mengetahui pengetahuan
mengenai anemia setelah diberikan edukasi melalui penyuluan offline dan pembagian E-poster
melalui Whatsaap Group, menganalisis perbedaan peningkatan pengetahuan tentang anemia
sebelum dan sesudah diberikan intervensi.
Hasil Wawancara dengan Ketua RW 09 yaitu di dapatkan informasi bahwa masih belum
adanya pengarahan terkait penyakit anemia dan bagaimana cara mencegahnya. Berdasarkan data
yang kami peroleh pengetahuan remaja masih kurang karena dari data kami dapatkan mengenai
anemia dari 11 responden yang berpengetahuan kurang ada 8 responden. Berdasarkan data yang
kami peroleh maka kami melakukan kegiatan penyuluhan mengenai anemia pada remaja secara
tatap muka dan menggunakan media Whatsapp Group untuk memberikan E-Poster mengenai
makanan-makanan yang dapat mencegah anemia di Perumahan Grand Kahuripan Cluster.
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa remaja masih belum mengetahui tentang anemia
pada remaja yang dimana remaja pada saat mengisi kuisioner yang telah disediakan masih
banyak remaja yang menjawab salah pada butir-butir pertanyaan. Setelah dilaksanakannya
penyuluhan mengenai anemia terjadi peningkatan pengetahuan remaja. Hal ini dibuktikan dari
hasil analisis data menggunakan uji T Dependent yaitu bahwa ada perbedaan pengetahuan
sebelum dan sesudah penyuluhan dengan rata-rata 9,09 menjadi rata-rata 13,27. Berdasarkan
hasil analisis Uji T Dependent, dapat dilihat bahwa nilai p-value sebesar 0,000 < 0,05 yang
artinya ada perbedaan yang signifikan rata-rata nilai pengetahuan tentang penyakit anemia antara
sebelum edukasi dan sesudah edukasi.
Setelah dilaksanakannya edukasi pada remaja perlu adanya strategi untuk remaja dapat
menerapkan pencegahan anemia di Wilayah Perumahan Grand Kahuripan Cluster Papandayan
Kecamatan Klapanunggal, salah satunya yaitu perlu adanya kegiatan-kegiatan yang dapat
menambah pengetahuan remaja mengenai anemia dengan adanya informasi yang diberikan
ii
kepada remaja dan adanya strategi dari remaja itu sendiri bagaimana cara remaja perhatian
terhadap dirinya sendiri.
iii
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha Penyanyang. Kami
panjatkan puji syukur kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, serta inayah-NyA
kepada kami sehingga kami bisa menyelesaikan hasil Praktik Belajar Lapangan (PBL) yang
berjudul “RATU CERIA (Remaja Tangguh Cegah Anemia)” bahwa dapat diselesaikan. Dan
adapun dalam laporan Praktik Belajar Lapangan ini di susun untuk memenuhi persyaratan yang
diberikan oleh Program Studi Kesehatan Masyarakat, Universitas Respati Indonesia dalam
menyelesaikan pada studi semester VI ini.
Laporan ini sudah kami susun dengan maksimal dan mendapat bantuan dari berbagai pihak
sehingga bisa memperlancar pembuatan laporan ini. Untuk itu kami menyampaikan terimakasih
kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan laporan ini. Selesainya
penyusunan laporan oleh Mahasiswa Program Studi Sarjana Kesehatan Masyarakat ini tidak
lepas dari bantuan berbagai pihak yang senantiasa memberikan bimbingan dan dorongan serta
bantuannya, Oleh karen itu kami mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Tri Budi W. Rahardjo, drg., MS. Selaku Rektor Universitas Respati Indonesia
2. Nur Apriyan, SKM., M.Kes selaku dosen pembimbing yang telah memberi banyak
arahan dan bimbingan kepada kami
3. Sri Widodo, SE., M,Kes selaku ketua prodi yang telah memberikan surat izin melakukan
praktek belajar lapangan I.
4. Basmun Jaya selaku Ketua Rw 09 Cluster Papandayan, Cileungsi Klapanunggan
5. Teman-teman Karang taruna yang membantu berjalannya kegiatan penyuluhan
6. Remaja yang telah hadir dalam kegiatan penyuluhan
7. Teman-teman mahasiswa Universitas Respati Indonesia yang telah membantu kami
dalam terselesainya laporan ini.
Terlepas dari segala hal tersebut, Kami sadar sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karenanya kami dengan lapang dada
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki laporan ini. Akhir
kata kami berharap semoga laporan tentang “RATU CERIA”dan manfaatnya ini bisa
memberikan manfaat bagi penulis dan remaja di Perumahan Grand Kahuripan Cluster
Papandayan.
Penyusun
Kelompok III
iv
DAFTAR ISI
HALAMAN PERSETUJUAN.......................................................................................................i
RINGKASAN.................................................................................................................................ii
KATA PENGANTAR...................................................................................................................iii
DAFTAR ISI..................................................................................................................................iv
DAFTAR TABEL...........................................................................................................................v
DAFTAR GAMBAR.....................................................................................................................vi
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................................................vii
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................................1
1.1. Latar Belakang................................................................................................................1
1.2. Tujuan PBL......................................................................................................................1
1.3. Manfaat PBL...................................................................................................................2
1.4. Metode PBL.....................................................................................................................2
BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PBL............................................................................4
2.1. Waktu dan Tempat..........................................................................................................4
2.2. Keadaan Geografi dan Demografi.................................................................................4
2.3. Jadwal Kegiatan PBL.....................................................................................................6
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN KEGIATAN.................................................................7
3.1. Tinjauan teoritis..............................................................................................................7
3.2. Hasil kegiatan PBL.......................................................................................................15
3.3. Identifikasi Permasalahan............................................................................................23
3.4. Pembahasan...................................................................................................................24
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN.....................................................................................26
4.1. Kesimpulan....................................................................................................................26
4.2. Saran..............................................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................27
v
DAFTAR TABEL
Tabel 2. 1. Data Penduduk RW 09 Perumahan Grand Kahuripan Cluster Papandayan RW 009 Kecamatan
Klapanunggal...........................................................................................................................................................5
Tabel 2. 2. Jadwal kegiatan.....................................................................................................................................6
Tabel 3. 1. Hasil Pengetahuan Responden Tentang Anemia Remaja Sebelum Dilakukan Edukasi 19
Tabel 3. 2. Hasil Pengetahuan Responden Tentang Anemia Remaja Sesudah dilakukan Edukasi......................22
Tabel 3. 3. Distribusi Rata-Rata Nilai Pengetahuan Tentang Anemia Sebelum Edukasi dan Sesudah Edukasi..23
vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2. 1. Peta Wilayah Klapanunggal.......................................................................................4
Gambar 3. 1. Wawancara Ketua RW.....................................................................................................................15
Gambar 3. 2. Lokasi Penyuluhan..........................................................................................................................16
Gambar 3. 3. Pelaksanaan Penyuluhan Anemia Remaja......................................................................................16
Gambar 3. 4. Edukasi Makanan Pencegahan Anemia Melalui Whatsapp Group................................................17
Gambar 3. 5. Grafik Jawaban Responden Berdasarkan Pengetahuan Sebelum Dilakukan Penyuluhan Setiap
Pertanyaan.............................................................................................................................................................18
Gambar 3. 6. Pengetahuan Responden Tentang Pengetahuan Anemia Sebelum Dilakukan Edukasi..................20
Gambar 3. 7. Grafik Jawaban Responden Berdasarkan Pengetahuan Setelah Dilakukan Penyuluhan Setiap
Pertanyaan.............................................................................................................................................................20
Gambar 3. 8. Diagram Hasil Pengetahuan responden Tentang Pengetahuan Anemia Sesudah Dilakukan
Edukasi..................................................................................................................................................................22
vii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 . Kegiatan Edukasi Anemia Remaja Secara Offline.......................................................................28
Lampiran 2 . Soal Pre Test dan Post test Mengenai Anemia Remaja.................................................................29
Lampiran 3 . Kegiatan Edukasi makanan pencegahan Anemia Melalui Whatsapp Grup...................................30
Lampiran 4 . Surat Izin PBL Kepada Ketua RW 09.......................................................................................... 31
Lampiran 5 . Absen Penyuluhan Anemia Remaja Offline................................................................................. 32
viii
BAB I
PENDAHULUAN
Penduduk dunia yang mengalami anemia berjumlah sekitar 30% atau 2,20 miliar orang
dengan sebagian besar diantaranya tinggal di daerah tropis. Prevalensi anemia secara global
sekitar 51% (Suryani, Hafiani, & Junita, 2017). Angka kejadian anemia di Indonesia
terbilang masih cukup tinggi. Berdasarkan data Riskesdas 2018, prevalensi anemia pada
remaja sebesar 32 %, artinya 3-4 dari 10 remaja menderita anemia. Hal tersebut dipengaruhi
oleh kebiasaan asupan gizi yang tidak optimal dan kurangnya aktifitas fisik.
Beberapa faktor yang berhubungan dengan kejadian anemia pada remaja, yaitu asupan
energi, asupan protein, asupan zat besi, asupan vitamin C, kebiasaan minum teh atau kopi,
pengetahuan, pendidikan dan jenis pekerjaan orangtua, dan pendapatan keluarga. Anemia
menyebabkan darah tidak cukup mengikat dan mengangkut oksigen dari paru-paru ke
seluruh tubuh. Bila oksigen yang diperlukan tidak cukup, maka akan berakibat pada sulitnya
berkonsentrasi, daya tahan fisik rendah, aktivitas fisik menurun.
1
1.2.1. Tujuan Umum
Mendapatkan pengetahuan dan pengalaman tentang penyakit anemia pada remaja di
wilayah Perumahan Grand Kahuripan Cluster Papandayan RW 09 Kecamatan
Klapanunggal
1.2.2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui pengetahuan penyakit anemia remaja di wilayah kabupaten bogor
cileungsi jawa barat
b. Mengetahui pengetahuan mengenai anemia setelah diberikan edukasi melalui
penyuluan tatap muka dan pembagian E-poster melalui Whatsaap Group
c. Menganalisis perbedaan peningkatan pengetahuan tentang anemia sebelum dan
sesudah diberikan edukasi
1.3. Manfaat PBL
1.3.1. Manfaat Bagi Universitas
a. Penelitian ini diharapkan dapat dipakai sebagai bahan pengembangan ilmu
pengetahuan kesehatan masyarakat dan menjadi referensi bagi mahasiswa Universitas
Respati Indonesia untuk penyuluhan berikutnya.
b. Melalui hasil PBL 1 dapat diperoleh umpan balik yang berkaitan dengan
pengintegrasian mahasiswa dengan pembangunan masyarakat, sehingga kurikulum
Jurusan Kesehatan Masyarakat lebih dapat disesuaikan.
c. Kegiatan PBL 1 merupakan wujud dari salah satu Tri Dharma Perguruan Tinggi, yaitu
Pengabdian Kepada Masyarakat
d. Melalui mahasiswa dan dosen pembimbing, diperoleh umpan balik sebagai bahan
pengayaan materi kuliah dan penyempurnaan kurikulum
1.3.2. Manfaat Bagi mahasiswa
Untuk mendapatkan informasi tentang hasil penyuluhan agar berguna dalam proses
dan kegiatan pendidikan dan dapat mengaplikasikan materi selama perkuliahan kepada
remaja.
1.3.3. Manfaat Bagi perumahan Cluster papandayan
Penyuluhan ini diharapkan dapat menjadi salah satu solusi yang dapat digunakan
dalam menyampaikan infromasi atau edukasi mengenai pengetahuan anemia pada remaja
1.4. Metode PBL
Dalam kegiatan PBL ini dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa metode
diantaranya :
1.4.1. Wawancara
Wawancara yaitu dengan melakukan proses tanya jawab mengenai masalah
kesehatan yang ada di masyarakat Perumahan Grand Kahuripan Cluster Papandayan Rw
009 Kecamatan Klapanunggal dengan narasumber Bapak Basmun Jaya selaku ketua RW
09 pada hari 23 Maret 2022.
1.4.2. Observasi
Obervasi yaitu melakukan pengamatan terhadap lingkungan di Perumahan Grand
Kahuripan Cluster Papandayan RW 09 Kecamatan Klapanunggal, khususnya gang
2
rumah-rumah warga, lapangan dan lingkungan sekitar dan mengobservasi tempat
pelaksanaan kegiatan berlansung yaitu posyandu. Pengamatan dilakukan pada tanggal 23
Maret 2022.
1.4.3. Studi Dokumentasi
Teknik dengan cara mengumpulkan data-data kuisioner google form dari remaja di
Perumahan Grand Kahuripan Cluster Papandayan Rw 09 Kecamatan Klapanunggal pada
tanggal 9 April 2022.
1.4.4. Learning by Doing
Learning by Doing yaitu melakukan kegiatan penyuluhan kepada remaja di Posyandu
Perumahan Grand Kahuripan Cluster Papandayan Rw 09 Kecamatan Klapanunggal
secara Offline dan menyampaikan informasi E-poster tentang makanan pencegah anemia
secara online melalui Whatsapp. Learning by Doing dilaksanakan mulai bulan Maret-
April 2022.
3
BAB II
4
Tabel 2. 1. Data Penduduk RW 09 Perumahan Grand Kahuripan Cluster
Papandayan RW 009 Kecamatan Klapanunggal
Berdasarkan dari tabel 2.1 bahwa total keseluruhan penduduk Perumahan Grand
Kahuripan Cluster Papandayan RW 009 Kecamatan Klapanunggal sebanyak 867 orang,
dengan jummlah penduduk laki-laki sebanyak 438 dan jumlah perempuan sebanyak 429
orang. Pada tabel diatas menunjukan bahwa jumlah penduduk laki – laki lebih banyak
dibandingkan penduduk perempuan.
5
2.3. Jadwal Kegiatan PBL
Bulan
Me
No. Kegiatan Maret April i
1 2 2 2 2 3
8 0 1 8 9 1 6 8 9 8
1 Orientasi lapangan, perizinan, dan wawancara RW
Observasi lingkungan Perumahan Grand Kahuripan Cluster Papandayan RW 009
2 Kecamatan Klapanunggal.
3 kegiatan penyusunan kuisioner dan materi penyuluhan anamia secara Offline
4 Membuat whatsapp group remaja
Meminta perizinan kepada karang taruna untuk mengajak remaja masuk group
5 whatsapp
6 Penyebaran Pre-test
7 Kegiatan Penyuluhan kesehatan kepada remaja secara Offline
8 Kegiatan pembuatan E-Poster tentang makanan pencegah anemia
9 Kegiatan penyebaran E-Poster
10 Penyebaran Post test
11 Penyusunan laporan praktek belajar lapangan
6
BAB III
7
mengungkapkan fungsi asam folat dapat meningkatkan enzim alanin aminotransfe-
rase (ALT), aspartat transaminase (AST), dan glutamyi transpeptidase (GGT) yang
penting untuk metabolisme di hati (Astriningrum and Nurdin, 2017).
3.1.3. Nilai Normal Hb
8
gejala. Namun, sebagian besar pasien dewasa akan melaporkan gejala begitu kadar
haemoglobin kurang dari 7 g/dL. Pada penderita yang memiliki anemia kronis atau
bentu anemia bawaan (seperti sickle cell disease, hereditary spherocytosis) mungkin
tidak melaporkan gejala sampai haemoglobin berkurang hingga kurang dari 5 g/dL
(Vieth & Lane, 2014).
9
Perdarahan ini bisa saja akibat mimisan, luka karena jatuh atau kecelakaan.
5. Jumlah makanan atau penyerapan diet yang buruk
Kekurangan zat besi adalah penyebab utama anemia. Apabila remaja
mendapatkan makanan bergizi yang cukup, sangat kecil kemungkinannya mengalami
kekurangan zat besi, namun banyak remaja dari kalangan tidak mampu yang kurang
mendapatkan makanan bergizi sehingga mengalami anemia dan gejala kurang gizi
lainnya. Remaja dari kalangan mampu juga dapat terkena anemia bila memiliki
gangguan pola makan atau berpola makan tidak seimbang.
6. Penyakit cacingan pada remaja
Meskipun penyakit cacingan tidak mematikan, namun cacingan bisa Menurunkan
kualitas hidup penderitanya, bahkan mengakibatkan kurang darah (anemia) dan dapat
mengakibatkan kebodohan. Sekitar 40 hingga 60 persen penduduk Indonesia
menderita cacingan dan data WHO menyebutkan lebih dari satu miliar penduduk
dunia juga menderita cacingan.
3.1.6. Dampak anemia
Dampak dari kejadian anemia pada remaja dapat menurunkan konsentrasi dan
prestasi belajar, serta mempengaruhi produktivitas di kalangan remaja. Disamping itu
juga dapat menurunkan daya tahan tubuh sehingga mudah terkena infeksi. Anemia
dapat mempengaruhi tingkat kesegaran jasmani seseorang. Akibat dari jangka panjang
penderita anemia gizi besi pada remaja putri yang nantinya akan hamil, maka remaja
putri tersebut tidak mampu memenuhi zat–zat gizi pada dirinya dan janinnya sehingga
dapat meningkatkan terjadinya risiko kematian maternal, prematuritas, BBLR (Berat
Bayi Lahir Rendah), dan kematian perinatal.
3.1.7. Pencegahan anemia
Berbagai upaya dapat dilakukan untuk mencegah dan menanggulangi anemia
pada remaja. World Health Organization (WHO) mengusulkan suplementasi zat besi
dan suplementasi asam folat sebagai salah satu strategi pencegahan anemia pada
remaja. Di Indonesia, manajemen anemia pada remaja putri berfokus pada
suplementasi zat besi. Selain itu, pendekatan lain yang dapat dilakukan adalah
pengelolaan sistem makanan di masyarakat, optimalisasi pola makanan, fortifikasi
makanan, pemberian probiotik dan edukasi gizi (Prieto-Patron et al., 2020; Osei et al,
2017; Vonderheid et al., 2019).
Beberapa upaya yang dilakukan untuk mengatasi anemia menurut Kemenkes RI
(2012), antara lain sebagai berikut :
10
Menurut Kemenkes RI (2012), pencegahan karena adanya kekurangan zat gizi
besi dapat dilakukan dengan tiga pendekatan dasar yaitu sebagai berikut:
a. Memperkaya makanan pokok dengan zat besi. Zat besi dapat membantu
pembentukan hemoglobin yang baru.
b. Pemberian suplemen tablet zat besi. Pada saat ini pemerintah mempunyai
c. Program Penanggulangan Anemia Gizi Besi (PPAGB) pada remaja putri, untuk
mencegah dan menanggulangi masalah anemia gizi besi melalui suplementasi zat
besi.
d. Memberikan pendidikan kesehatan tentang pola makan sehat. Kehadiran
e. makanan siap saji dapat mempengaruhi pola makan remaja, makanan siap saji
umumnya rendah besi, kalsium, riboflavin, vitamin A dan asam folat.
f. Makanan siap saji mengandung lemak jenuh, kolesterol, dan natrium tinggi
Edukasi gizi adalah salah satu strategi pencegahan anemia pada remaja bertujuan
untuk menginformasikan para remaja mengenai kebutuhan energi dan gizi mereka
secara spesifik, termasuk zat besi, serta manfaat menjalankan pola hidup dan diet yang
lebih sehat (Roche et al., 2018).
3.1.8. Data Kasus Anemia di Indonesia
Menurut WHO 2013, prevalensi anemia dunia berkisar 40-88%. Di Negara
berkembang, sekitar 27% remaja putra dan 26% remaja putri menderita anemia,
sementara di Negara maju angka tersebut hanya berada pada bilangan 5% dan 7%
(Arisman, 2010). Prevalensi di Asia, anemia pada wanita usia 15–45 tahun mencapai
191 juta orang dan Indonesia menempati urutan ke 8 dari 11 negara di Asia setelah
Srilangka dengan prevalensi anemia sebanyak 7,5 juta orang pada usia 10–19 tahun.1
Prevalensi anemia di Indonesia berdasarkan Riskesdas 2013 mencapai 37,1% dan
mengalami peningkatan menjadi 48,9% pada kelompok usia 15-24 tahun pada tahun
2018.
3.1.9. Makan-makanan pencegahan anemia
A. Zat besi
Zat besi adalah salah satu mineral mikro yang penting dalam proses pembentukan
sel darah merah. Secara alamiah zat besi diperoleh dari makanan. Kekurangan zat besi
dalam menu makanan sehari-hari dapat menimbulkan penyakit anemia gizi atau yang
dikenal masyarakat sebagai penyakit kurang darah (Citra, 2012).
Menurut Citra (2012) fungsi utama zat besi bagi tubuh adalah untuk membawa
(sebagai carrier) oksigen dan karbondioksida dan untuk pembentukan darah. Fungsi
lainnya antara lain sebagai bagian dari enzim, produksi antibodi, dan untuk
detoksifikasi zat racun dalam hati, seperti akan diuraikan di bawah ini:
1. Pengangkut (Carrier) O2 dan CO2. Zat besi yang terdapat dalam hemoglobin dan
mioglobin berfungsi untuk mengangkut O2 dan CO2 sehingga secara tidak
langsung zat besi sangat esensial untuk metabolisme energi.
2. Pembentukan Sel Darah Merah. Hemoglobin (Hb) merupakan komponen esensial
sel-sel darah merah (eritrosit). Eritrosit dibentuk dalam tulang (bone marrow).
Bila jumlah sel darah merah berkurang, hormon eritropoietin yang diproduksi
oleh ginjal akan menstimulir pembentukan sel darah merah (Proses pembentukan
11
eritrosit disebut eritropoiesis). Ertitrosit dibentuk dalam tulang sebagai sel-sel
muda yang disebut eritoblast (masih mengandung inti sel/nukleus). Pada waktu
sel menjadi dewasa, disintesis heme (protein yang mengandung zat besi) dari
glisin dan Fe (dibantu oleh vitamin B12 atau piridoksin). Pada waktu yang sama
disintesis juga protein globin. Heme tersebut digabungkan dengan globin
membentuk hemoglobin yang mengandung sel darah merah muda (retikulosit).
Dalam aliran darah sel-sel muda tersebut akan melepaskan intinya, sehingga
terbentuklah sel-sel darah merah dewasa yang tidak mengandung inti sel
(eritrosit). Karena sel darah merah tidak mengandung inti (nukleus), maka sel
tersebut tidak dapat mensintesis enzim untuk kelangsungan hidupnya. Kehidupan
sel darah merah hanya sepanjang masih terdapatnya enzim yang masih 38
berfungsi (untuk membawa O2 dan CO2), dan biasanya hanya sampai empat
bulan.
3. Fungsi lain: Sebagian kecil Fe terdapat dalam enzim jaringan. Bila terjadi
defisiensi zat besi, enzim ini berkurang jumlahnya sebelum jumlah Hb menurun.
Zat besi diperlukan sebagai katalis dalam konversi beta karoten menjadi vitamin
A, dalam reaksi sintesis purin (sebagai bagian integral asam nukleat dalam RNA
dan DNA), dan dalam reaksi sintesis kolagen). Selain itu, Fe diperlukan dalam
proses penghilangan lipida dari darah, untuk memproduksi antibodi, serta untuk
detoksifikasi zat racun dalam hati.
Makanan zat besi antara lain:
a. Daging dan unggas adalah makanan yang dapat mencegah anemia. Semua
daging dan unggas mengandung zat besi heme (hemoglobin hewani).
Namun, daging merah, domba, dan daging rusa adalah sumber terbaik.
Sedangkan unggas atau ayam memiliki jumlah zat besi yang lebih rendah.
b. Ikan
c. Hati, kaya akan kandungan zat besi dan folat yang berperan membentuk
sel darah merah sehingga mampu mengatasi gejala anemia. Hati ayam dan
hati sapi merupakan organ dalam (jeroan) yang cukup populer sebagai
makanan untuk kurang darah dan sering diolah menjadi hidangan
nusantara.
d. Telur
e. Serealia
f. Sayuran hijau Sayuran berdaun hijau terutama yang berwarna gelap,
merupakan salah satu makanan yang mencegah anemia karena
mengandung zat besi (nonheme). Ada beragam sayuran hijau yang bisa
kita makan untuk mencegah atau mengatasi anemia. Contohnya bayam,
kubis, Swiss chard atau kale. Di samping itu, ada pula lobak Swiss,
collard greens yang mengandung asam folat.
g. Susu
Zat besi yang berasal dari bahan makanan hewani (zat besi heme)
mempunyai tingkat absorbsi 20-30 % sedangkan zat besi non heme hanya
10- 15 %. Zat besi heme lebih mudah diserap dan penyerapannya tidak
tergantung dengan zat makanan lainnya, tapi zat besi heme ini dapat
12
berubah menjadi zat besi non heme jika dimasak dengan suhu yang tinggi
dan dalam waktu yang lama. Sedangkan zat besi non heme lebih sulit
diserap dan penyerapannya sangat tergantung pada zat makanan lainnya
baik secara positif maupun negatif. Kehadiran vitamin C, daging, ikan,
dan unggas akan meningkatkan penyerapan zat besi non heme dan zat besi
heme yang terdapat dalam daging, unggas, dan ikan serta makanan hasil
laut, dapat meningkatkan penyerapan zat besi non heme
B. Vitamin C
Vitamin C adalah kristal putih yang mudah larut dalam air. Dalam keadaan kering
vitamin C cukup stabil, tetapi dalam keadaan larut, vitamin C mudah rusak karena
bersentuhan dengan udara (oksidasi) terutama bila terkena panas. Oksidasi dipercepat
dengan kehadiran tembaga dan besi. Vitamin C tidak stabil dalam larutan alkali, tetapi
cukup stabil di larutan asam. Vitamin C adalah vitamin yang paling labil (Almatsier,
2001). Vitamin C mempunyai banyak fungsi di dalam tubuh, sebagai koenzim atau
kofaktor. Asam askorbat adalah bahan yang kuat kemampuan reduksinya dan
bertindak sebagai antioksidan dalam reaksireaksi hidroksilasi. Vitamin C (seperti
asam eritrobik dan askorbik palmitat) digunakan sebagai antioksidan di dalam industri
pangan untuk mencegah proses menjadi tengik, perubahan warna (browning) pada
buahbuahan, dan untuk mengawetkan daging (Almatsier, 2001). Penambahan vitamin
C dan Fe dapat meningkatkan kadar Hb pada remaja putri. Vitamin C mempunyai
fungsi dalam metabolism Fe terutama untuk mempercepat proses penyerapan Fe
dalam usus dan proses pemindahannya ke dalam darah. Vitamin C juga terlibat dalam
mobilisasi simpanan Fe terutama dalam pembentukan hemosiderin dalam limpa (A.A.
Sagung, 2008).
Makanan vitamin c antara lain adalah:
a. Jeruk
b. Nanas
c. Rambutan
d. Papaya
e. Tomat
f. Jambu
Salah satu fungsi vitamin C adalah absorpsi dan metabolisme besi. Vitamin C
mereduksi besi feri menjadi fero dalam usus halus sehingga mudah diabsorpsi.
Vitamin C menghambat pembentukan hemosiderin yang sukar dimobilisasi untuk
membebaskan besi bila diperlukan. Absorpsi besi dalam bentuk nonheme meningkat
empat kali lipat bila ada vitamin C yang berperan memindahkan besi dari transferin di
dalam plasma ke feritin hati
C. Protein
Seorang ahli kimia Belanda yang bernama Mulder, mengisolasi susunan tubuh
yang mengandung nitrogen dan menamakannya protein, terdiri dari satuan dasarnya
yaitu asam amino (biasa disebut juga unit pembangun protein) (Suhardjo, 1992).
Dalam proses pencernaan, protein akan dipecah menjadi satuan dasar kimia. Protein
terbentuk dari unsur-unsur organik yang hampir sama dengan karbohidrat dan lemak
yaitu terdiri dari unsur karbon (C), hidrogen (H), dan oksigen (O), akan tetapi
13
ditambah dengan unsure lain yaitu nitrogen (N). Molekul protein mengandung pula
fosfor, belerang, dan ada jenis protein yang mengandung unsur logam seperti besi dan
tembaga.
Dibawah ini adalah fungsi-fungsi protein antara lain adalah:
1. Sebagai Enzim
Berperan terhadap perubahan-perubahan kimia dalam sistem biologis.
2. Alat Pengangkut dan Alat Penyimpanan
Banyak molekul dengan BM kecil serta beberapa ion dapat diangkut atau
dipindahkan oleh protein-protein tertentu.
3. Pengatur Pergerakan
Protein merupakan komponen utama daging, gerakan otot terjadi karena adanya
dua molekul protein yang saling bergeseran.
4. Penunjang Mekanis
Kekuatan dan daya tahan robek kulit dan tulang disebabkan adanya kolagen,
suatu protein yang berbentuk bulat panjang dan mudah membentuk serabut.
5. Pertahanan Tubuh
Pertahanan tubuh biasanya dalam bentuk antibodi, yaitu suatu protein khusus
yang dapat mengenal dan menempel atau mengikat bendabenda asing yang
masuk kedalam tubuh seperti virus, bakteri, dan selsel asing lain.
6. Media Perambatan Impuls Syaraf
Protein yang mempunyai fungsi ini biasanya berbentuk reseptor, misalnya
rodopsin, suatu protein yang bertindak sebagai reseptor/penerima warna atau
cahaya pada sel-sel mata.
7. Pengendalian Pertumbuhan
Protein ini bekerja sebagai reseptor (dalam bakteri) yang dapat mempengaruhi
fungsi bagian-bagian DNA yang mengatur sifat dan karakter bahan (Winarno,
2004).
Protein dalam darah mempunyai mekanisme yang spesifik sebagai carrier bagi
transportasi zat besi pada sel mukosa. Protein itu disebut transferring yang disintesa di
dalam hati dan transferin akan membawa zat besi dalam darah untuk digunakan pada
sintesa hemoglobin. Dengan berkurangnya asupan protein dalam makanan, sintesa
transferring akan terganggu sehingga kadar dalam darah akan turun. Rendahnya kadar
transferring dapat menyebabkan transportasi zat besi tidak dapat berjalan dengan baik,
akibatnya kadar Hb akan menurun. Kurangnya asupan protein akan mengakibatkan
transportasi zat besi terlambat sehingga akan terjadi defisiensi zat besi, disamping itu
makanan yang tinggi protein terutama berasal dari daging, ikan, dan unggas juga
banyak mengandung zat besi.
3.1.10. Teori Pengetahuan
Pengetahuan adalah suatu hasil tau dari manusia atas penggabungan atau
kerjasama antara suatu subyek yang mengetahui dan objek yang diketahui. Segenap
apa yang diketahui tentang sesuatu objek tertentu (Suriasumantri dalam Nurroh 2017).
Pengetahuan tentang anemia pada remaja sangatlah penting dalam masa pertumbuhan
karena dapat memberikan dampak yang kurang baik, seperti keterlambatan
pertumbuhan fisik, gangguan perilaku emosional,,pengetahuan anemia yang diberikan
14
pada remaja meliputi definisi anemia, penyebab, gejala, serta upaya pencegahan
penyakit tersebut. Pengetahuan remaja claster papandayan yang tinggi tentang anemia
ini berpengaruh terhadap kejadian dan pencegahan penyakit anemia. Pengetahuan
yang baik dapat didukung oleh penerimaan terhadap informasi yang beredar
dilingkungan sekitar tentang pengetahuan anemia.
3.2. Hasil kegiatan PBL
3.2.1. Wawancara
Pada tanggal 23 Maret 2022, penulis melakukan wawancara. Dari wawancara yang
dilakukan penulis diperhatikan hasil yaitu sebagai berikut.
1. Bapak Basmun Jaya, selaku ketua RW 09 yaitu kami menjelaskan maksud dan
tujuan kami PBL di lingkungan RW 09 serta bertanya masalah apa yang sedang
terjadi saat ini di lingkungan sekitar, Bapak Basmun Jaya selaku ketua RW 09
menjelaskan bahwa di RW 09 Perumahan Grand Kahuripan Cluster Papandayan
masih terdapat banyak remaja yang kurang mendapatkan perhatian terkait dengan
pendidikan kesehatan.
2. Ibu Nining Nurningsing selaku ibu RW 09, kami menjelaskan dan meminta izin
untuk dapat membuat grup Whatapps yang berisikan para remaja yang tinggal
R0W 09 dalam kesempatan ini kami juga turut meminta izin untuk menggunakan
posyandu sebagai sarana pelaksaan penyuluhan.
3.2.2. Observasi
Pada tanggal 23 Maret 2022 penulis melakukan observasi di Lingkungan
Perumahan Grand Kahuripan Cluster Papandayan RW 09, yaitu melakukan observasi
yang bertujuan untuk dapat mengetahui dan melihat keadaan yang berkaitan dengan
kondisi para remaja di sana.
15
Gambar 3. 2. Lokasi Penyuluhan
16
tetap terjaga dengan menyediakan masker dan juga handsanitizer. Dalam penyuluhan
tersebut Vienessia Puspita Sari selaku pemateri menyampaikan pengetahuan seputar
anemia dengan judul RATU CERIA (Remaja Tanggung Cegah Anemia) yang
berdurasi 30 menit, selanjutnya dilanjut dengan sesi tanya jawab yang dipandu oleh
Anggit Auliaud Duha pada sesi ini berlangsung selama 20 menit dengan peserta yang
bertanya sebanyak 5 orang. Dalam kegiatan penyuluhan ini dilakukan bertujuan untuk
mengedukasi bahwa Anemia jangan dianggap remeh dan harus tetap memperhatikan
kondisi kesehatan agar para remaja tetap aktif dan produktif.
2. Melakukan edukasi dengan penyebaran poster secara online melalui grup
Whatsapps
Pada hari Senin tanggal 9 April 2022 kami mengadakan penyebaran poster
edukasi di grup Whatsapps kepada para remaja, dalam penyebaran grup ini kami juga
membuka sesi tanya jawab yang mana jika para remaja mempunyai pertanyaan
seputar anemia dan poster yang sudah disebar, jawaban dari pertanyaan itu akan
dijawab oleh salah satu perwakilan dari panitia.
17
e. Hasil Learning by Doing : Pada kegiatan ini sebanyak 11 orang remaja diukur
dengan tingkat pengetahuan dan perilaku mengenai Anemia di Perumahan Grand
Kahuripan Cluster Papandayan RW 09 memiliki hasil sebagai berikut :
1).Hasil sebelum dilakukan penyuluhan
Gambar 3. 5. Grafik Jawaban Responden Berdasarkan Pengetahuan
Sebelum Dilakukan Penyuluhan Setiap Pertanyaan
12
10
6 Benar
6 6 6
Salah
5 5 5 5
4
4 4 4 4 4
3 3
2
1
0
P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10P11P12P13P14P15
18
j. Pengetahuan 10 : Vitamin C tidak diperlukan untuk meningkatkan
penyerapan zat besi dalam tubuh?
k. Pengetahuan 11 : Suplemen zat besi merupakan pencegahan anemia?
l. Pengetahuan 12 : Anemia berpengaruh terhadap prestasi belajar dan
produktivitas kerja merupakan dampak anemia?
m. Pengetahuan 13 : Remaja yang sedang menstruasi memerlukan zat besi
lebih banyak?
n. Pengetahuan 14 : Penyakit anemia tidak dapat dicegah atau ditanggulangi?
o. Pengetahuan 15 : Yang dikatakan seseorang menderita anemia adalah nilai
hemoglobin (Hb) berapa?
Dari grafik di atas ,terlihat bahwa sebanyak 11 responden sebelum pemberian
informasi kesehatan dilaksanakan menjawab soal kuisioner pre-test pengetahuan
indikator tentang Anemia yang terdiri dari 1-15 pengetahuan. Dari setiap nomor soal
masing-masing mendapat poin nilai 1 jika benar, apabila semua soal terjawab benar
maka mendapatkan poin nilai 15. Dapat disimpulkan bahwa dari 11 responden yang
menjawab soal pengetahuan 1 yaitu 6 responden menjawab benar, soal pengetahuan 2
yaitu 10 responden menjawab benar, soal pengetahuan 3 yaitu 6 responden menjawab
benar, soal pengetahuan 4 yaitu 6 responden menjawab benar, soal pengetahuan 5
yaitu 5 responden menjawab benar, soal pengetahuan 6 yaitu 7 responden menjawab
benar, soal pengetahuan 7 yaitu 6 responden menjawab benar, soal pengetahuan 8
yaitu 7 responden menjawab benar, soal pengetahuan 9 yaitu 7 responden menjawab
benar, soal pengetahuan 10 yaitu 7 responden menjawab benar, soal pengetahuan 11
yaitu 7 responden menjawab benar, soal pengetahuan 12 yaitu 8 responden menjawab
benar, soal pengetahuan 13 yaitu 5 responden menjawab benar, soal pengetahuan 14
yaitu 8 responden menjawab benar, soal pengetahuan 15 yaitu 5 responden menjawab
benar.
Dari 15 indikator soal pengetahuan responden yang paling banyak salah yaitu
pengetahuan 13 dengan indikator pertanyaan “Remaja yang sedang menstruasi
memerlukan zat besi lebih banyak?”, dan pengetahuan 15 dengan indikator “ Remaja
yang sedang menstruasi memerlukan zat besi lebih banyak?”. Sedangkan pengetahuan
yang paling banyak benar soal pengetahuan 2 dengan indikator pertanyaan “Yang
paling sering berisiko terkena anemia adalah perempuan?”, soal pengetahuan 12
dengan indikator pertanyaan “Anemia berpengaruh terhadap prestasi belajar dan
produktivitas kerja merupakan dampak anemia?”, dan soal pengetahuan 14 dengan
indikator pertanyaan “Penyakit anemia tidak dapat dicegah atau ditanggulangi?”
Tabel 3. 1. Hasil Pengetahuan Responden Tentang Anemia Remaja
Sebelum Dilakukan Edukasi
Total 11 100%
19
Berdasarkan Tabel 3.2 dari 11 responden didapatkan hasil pengetahuan responden
yang baik (≥ 11 point) yaitu sebanyak 3 responden, sedangkan responden yang
memiliki pengetahuan kurang baik (< 11 point) yaitu sebanyak 8 responden.
berdasarkan hasil kuesioner sebelum dilakukan edukasi mengenai Pencegahan
Anemia dapat dinyatakan hasil pengetahuan pada remaja di Perumahan Grand
Kahuripan Cluster Papandayan Rw 09 Kecamatan Klapanunggal masih kurangnya
memahami pengetahuan pencegahan anemia.
27%
Pengetahuan Baik
Pengetahuan Bu-
ruk
73%
Dari gambar diagram diatas dapat dilihat bahwa presentase remaja yang memiliki
pengetahuan tentang anemia sebelum diberikan edukasi yaitu sebanyak 73% dengan
pengetahuan baik dan 27% dengan pengetahuan kurang baik.
20
12
10
9
8
7
6 benar
salah
2
2
1
0
p10 p20 p30 p40 p5 p60 p70 p80 p9 p10 p11
0 p12
0 p13
0 p14 p15
0
21
n. Pengetahuan 14: Penyakit anemia tidak dapat dicegah atau
ditanggulangi?
o. Pengetahuan 15 : Yang dikatakan seseorang menderita anemia adalah
nilai hemoglobin (Hb) berapa?
Dari grafik diatas, terlihat bahwa sebanyak 11 responden sesudah pemberian
informasi kesehatan dilaksanakan menjawab soal kuisioner post-test pengetahuan
indikator tentang pencegahan anemia 1-15 pengetahuan. Dari setiap nomor soal
masing-masing mendapat point nilai 1 jika benar, apabila semua soal terjawab benar
maka mendapatkan poin nilai 15. Dapat disimpulkan bahwa dari 11 responden yang
menjawab soal pengetahuan 1 yaitu 11 responden menjawab benar, soal pengetahuan
2 yaitu 11 responden menjawab benar, soal pengetahuan 3 yaitu 11 responden
menjawab benar, soal pengetahuan 4 yaitu 11 responden menjawab benar, soal
pengetahuan 5 yaitu 9 responden menjawab benar, soal pengetahuan 6 yaitu 11
responden menjawab benar, soal pengetahuan 7 yaitu 11 responden menjawab benar,
soal pengetahuan 8 yaitu 11 responden menjawab benar, soal pengetahuan 9 yaitu 10
responden menjawab benar, soal pengetahuan 10 yaitu 4 responden menjawab benar,
soal pengetahuan 11 yaitu 11 responden menjawab benar, soal pengetahuan 12 yaitu
11 responden menjawab benar, soal pengetahuan 13 yaitu 11 responden menjawab
benar, soal pengetahuan 14 yaitu 2 responden menjawab benar, soal pengetahuan 15
yaitu 11 responden menjawab benar.
Baik 11 100%
Kurang Baik 0 0%
Total 11 100%
22
pengetahuan Buruk
pengetahuan baik
100%
Dari gambar diagram diatas dapat dilihat bahwa presentase remaja memiliki
pengetahuan tentang anemia sesudah diberikan edukasi yaitu sebanyak 100% dengan
pengetahuan baik dan 0% dengan pengetahuan kuarang baik. Hal ini menunjukkan
adanya peningkatan pengetahuan remaja dari sebelum diberikan edukasi dengan
sesudah diberikan edukasi.
3) Uji T Dependen
Uji T dependent dilakukan untuk untuk memperoleh perbedaan sebelum (Pre Test)
dan sesudah (Post Test) Pengetahuan Anemia Pada Remaja. Uji hipotesis p-value
(0,000) < 0,05 maka H0 ditolak artinya terdapat perbedaan nilai rata-rata pada data
sebelum dan sesudah sehingga pengetahuan anemia pada remaja meningkat.
23
3.3. Identifikasi Permasalahan
Berdasarkan kegiatan yang kami lakukan diatas, dapat disimpulkan permasalahan
yang terjadi wilayah Papandayan, Klapanunggal adalah:
A. Kurangnya pengetahuan remaja mengenai anemia
Kurangnya pengetahuan remaja mengenai anemia berdasarkan pre test didapatkan
hasil sebanyak 73% pengetahuan kurang baik. Dari 15 pertanyaan yang panitia
berikan terdapat beberapa nomor yang salah. Seperti nomor 5 dan 15. yang membahas
tentang faktor penyakit anemia dan nilai normal hemoglobin yang dapat dikatakan
normal.
3.4. Pembahasan
A. Kurangnya pengetahuan remaja mengenai anemia
Pengetahuan merupakan hasil rasa ingin tahu yang dihasilkan melalui proses
inderawi, terutama mata dan telinga oleh rangsangan tertentu (Donsu, 2019).
Pengetahuan juga merupakan bidang hal yang paling penting dalam membentuk perilaku
(Donsu, 2019). Selain pengetahuan masyarakat, pengetahuan, sikap dan tindakan tokoh
masyarakat atau pemerintahan dapat menggambarkan mereka mendorong masyarakat
untuk melakukan upaya preventif (Donsu, 2019). Perilaku adalah bagian dari perilaku
seseorang yang dapat selidiki dan amati. Salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku
manusia atau masyarakat adalah tingkat pengetahuan (Donsu, 2019). Apabila orang
memiliki pengetahuan baik terkait dengan perilaku sehat, maka akan timbul
kecenderungan perilaku behavioral yang baik juga (Gladys. 2016). Ini berarti
meningkatkan perilaku kesehatan dan keselamatan, pengetahuan tentang kesehatan juga
harus ditingkatkan.
Menurut Proverawati, 2011, pengetahuan tentang anemia merupakan suatu proses
kognitif karena seseorang tidak hanya dituntut untuk sekedar tahu akan tetapi diperlukan
pemahaman dan mengerti kondisi atau keadaan yang berkaitan dengan anemia, misalnya
pemahaman bahwa anemia adalah kondisi kekurangan sel darah merah, mengerti tentang
tanda dan gejala serta faktor yang dapat menyebabkan terjadinya anemia sehingga apa
yang telah dipahami dapat menjadi kebiasaan dan diterapkan dalam kehidupan sehari-
hari. Selain sebagai suatu proses kognitif, pengetahuan juga merupakan suatu faktor
protektif yang berarti suatu tindakan proteksi berupa perilaku pencegahan anemia
sehingga dapat menurunkan kejadian anemia tersebut. Salah satu pengetahuan remaja
yang harus dimiliki yaitu pengetahuan tentang anemia. Anemia adalah suatu kondisi
medis di mana jumlah sel darah merah atau hemoglobin kurang dari normal. Kadar
hemoglobin normal umumnya berbeda pada laki-laki dan perempuan. Untuk pria, anemia
didefinisikan sebagai kadar hemoglobin kurang dari 13,5 gram/100ml dan pada wanita
kadar hemoglobin kurang dari 12,0 gram/100ml.
Sebelum dilakukan acara panitia membagikan pre-test yang berisi pertanyaan-
pertanyaan tentang penyakit anemia kepada remaja. Hasil pemberian pre test pada remaja
didapatkan bahwa pengetahuan remaja tentang anemia kurang sebesar 73 %,
pengetahuan remaja kurang dikarenakan tidak adanya penyuluhan tentang anemia
sebelumnya di daerah cluster papandayan. Dengan diadakannya penyuluhan tentang
anemia dampak yang terjadi pada remaja adalah remaja sudah memahami pengetahuan
24
tentang anemia dengan melihat hasil post-test yang diberikan kepada remaja untuk
mengetahui peningkatan pengetahuan pada remaja.
Anemia pada remaja akan berdampak menurunnya kemampuan dan konsentrasi
belajar, mengganggu pertumbuhan baik sel tubuh maupun sel otak sehingga
menimbulkan gejala wajah tampak pucat, letih, lesu dan cepat lelah akibatnya dapat
menurunkan kebugaran dan prestasi belajar (Kemenkes, 2011).
Setelah dibagikan post test mengenai makanan yang dapat mencegah anemia, kami
melakukan evaluasi dan hasilnya remaja sudah memahami tentang makanan yang dapat
mencegah anemia dilihat dari antusiasme yang diberikan oleh remaja di whatsaap grup.
25
BAB IV
4.1. Kesimpulan
1. Tingkat pengetahuan remaja di Wilayah Perumahan Grand Kahuripan Cluster
Papandayan RW 09 Kecamatan Klapanunggal didapatkan hasil bahwa pengetahuan
remaja belum mengetahui tentang anemia sebanyak 73% (8 responden) dan 27% (3
responden) berpengetahuan baik.
2. Tingkat pengetahuan remaja di Wilayah Perumahan Grand Kahuripan Cluster
Papandayan RW 09 Kecamatan Klapanunggal didapatkan hasil bahwa pengetahuan
remaja 100% berpengetahuan baik.
3. Pemberian edukasi dapat meningkatkan pengetahuan tentang anemia sebesar 4,182
yaitu dari 9,09 (sebelum edukasi) dengan standar deviasi 1,92 menjadi 13,272
(sesudah edukasi) dengan standar deviasi 1,19. Hasil uji T dependen diperoleh P value
= 0,000 artinya secara statistik ada perbedaan yang signifikan rata-rata nilai
pengetahuan tentang penyakit anemia antara sebelum edukasi dan sesudah edukasi.
Maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis diterima.
4.2. Saran
Berdasarkan kegiatan Praktik Belajar Lapangan yang telah kami laksanakan di
Perumahan Grand Kahuripan Cluster Papandayan, maka kami memberikan saran sebagai
berikut:
1. Untuk Perumahan Grand Kahuripan Cluster Papandayan:
Setelah terlaksananya acara pemberian edukasi pada remaja di papandayan, remaja-
remaja di papandayan dapat menerapkan pengetahuan yang diperoleh dari mengikuti
acara pemberian edukasi mengenai anemia dan remaja dapat menerapkan ilmu
mengenai contoh makanan yang dapat mencegah anemia pada kehidupan sehari-
harinya sehingga remaja dapat terhindar dari terjadinya anemia.
2. Untuk Mahasiswa PBL:
Penulis dapat belajar secara lansung dengan masyrakat yang dapat digunakan sebagai
bekal untuk menerapkan pada kehidupan sehari-hari dan dapat menerapkan ilmu
pengetahuan yang didapat baik di kampus, di lahan praktik, maupun dari pengalaman
pribadi.
3. Untuk Uniiversitas Respati Indonesia
Hendaknnya Kegiatan Praktek Belajar Lapangan di tahun mendatang agar dapat
dilaksanakan dengan lebih lagi dan Praktek Belajar Lapangan ini dapat bekerja sama
dengan pihak-pihak yang mempunyai wewenang seperti puskesmas sehingga kami
sebagai mahasiswa, selain Praktek Belajar Lapangan ke masyarakat akan tetapi bisa
bekerja sama dengan instansi lain yang dapat mendukung terlaksananya acara edukasi
menjadi lebih baik lagi.
26
DAFTAR PUSTAKA
AMINI, A. (2017). Hubungan Konsumsi Fe, Vitamin C, Protein, Kafein dan Pola Menstruasi
Dengan Kejadian Anemia Pada Mahasiswa Asrama Kebidanan Aisyiyah
Pontianak (Doctoral dissertation).
Budiarti, A., Anik, S., & Wirani, N. P. G. (2021). Studi Fenomenologi Penyebab Anemia Pada
Remaja Di Surabaya. Jurnal Kesehatan Mesencephalon, 6(2).
Fadhilah, A. N., Simanjuntak, B. Y., & Haya, M. (2022). Kajian Literatur: Studi Intervensi
Media Edukasi Visual dan Audiovisual terhadap Peningkatan Pengetahuan Remaja
tentang Anemia di Negara Berkembang. Amerta Nutrition, 6(1), 91-99.
Kaimudin, N. I., Lestari, H., & Afa, J. R. (2017). Skrining dan Determinan Kejadian Anemia
Pada Remaja Putri SMA Negeri 3 Kendari Tahun 2017 (Doctoral dissertation, Haluoleo
University).
Rosida, S. R., Suharti, S., & Fajarrini, I. (2022). HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN
SIKAP DENGAN UPAYA PENCEGAHAN ANEMIA PADA REMAJA PUTRI DI
SMPN 2 KARANGMALANG. Jurnal Keperawatan CARE, 12(1).
Trianingsih, D., & Oktavia, A. R. (2022). Gambaran Gejala Anemia Pada Remaja di Sekolah
Menengah Kejuruan Tirtayasa Jakarta. Journal Community Service of Health
Science, 1(1), 21-25.
Lestari, I. P., Lipoeto, N. I., & Almurdi. (2017). Hubungan Konsumsi Zat Besi dengan
Kejadian Anemia pada. Jurnal Kesehatan Andalas.
Ahdiah, A., F, F. H., & Istiana. (2018). Hubungan Pengetahuan Dengan Kejadian Anemia
Pada Remaja Putri di SMA PGRI Banjarmasin. Homeostasis.
Sulistyawati, N., & Nurjanah, A. S. (2018). Pengetahuan Remaja Putri Tentang Anemia Studi
Kasus Pada Siswa Putri SMAN 1 Piyungan Bantul. Jurnal Kesehatan Samodra.
27
LAMPIRAN
Lampiran 1. Kegiatan Edukasi Anemia Remaja Secara Offline
Sambutan terimakasih kepada ibu RW 09 yang Sambutan ibu Nining Nurningsih selaku
disampaikan oleh Sopinawati sebagai ketua ketua RW 09 di cluster Papandayan
kelompok PBL 1
Berjalannya acara dipandu oleh Rizky Saputri Penyampaian materi anemia oleh Vienesia
Puspita Sari
Sesi tanya jawab yang dipandu oleh Anggit Sesi foto bersama setelah berakhirnya acara
Auliaud Duha sebagai moderator
28
Lampiran 2. Soal Pre Test dan Post test Mengenai Anemia Remaja
8 Daging, telur dan hati merupakan sumber zat besi dari hewani?
29
Lampiran 3. Kegiatan Edukasi makanan pencegahan Anemia Melalui Whatsapp Grup
Penyuluhan online dengan materi makanan Pemberian post-test kepada remaja untuk
yang dapat mencegah anemia dengan mengetahui peningkatan pengetahuan.
membagikan e-poster di whatsapp grup.
30
Lampiran 4. Surat Izin PBL Kepada Ketua RW 09
31
Lampiran 5. Absen Penyuluhan Anemia Remaja Offline
32