Anda di halaman 1dari 13

Accelerat ing t he world's research.

ANALISIS IMPLEMENTASI SISTEM


TELEMEDIKA DAN E-HEALTH DI
INDONESIA SERTA PROSPEK
KEDEPANNYA
Iwan Krisnadi, Maria Bestarina

Related papers Download a PDF Pack of t he best relat ed papers 

Analisa Aplikasi E-Healt h Berbasis Websit e di Inst ansi Kesehat an Pemerint ah dan Swast a se…
Inasari Widiyast ut i

PERKEMBANGAN DAN MASA DEPAN T ELEMEDIKA DI INDONESIA (CIT EE 2015, UGM Yogyakart a)
Budi Set iawan

PERAT URAN MENT ERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


Vania Essianda
ANALISIS IMPLEMENTASI SISTEM TELEMEDIKA DAN E-HEALTH
DI INDONESIA SERTA PROSPEK KEDEPANNYA

Maria Bestarina Laili


Magister Teknik Elektro, Universitas Mercu Buana, Jakarta, Indonesia
55417120008 – mariabestarina@gmail.com

Dosen : DR Ir Iwan krisnadi MBA

Abstract

Indonesia’s is one of the developing countries that inevitably have to open themselves with ICT.
Almost all the people in Indonesia’s are competing to learn and use ICT in life everyday. There
have been many applications that have resulted from the development of ICT itself, both in the
field of education, commerce, government and health. In this research will be discussed about
the application of ICT in the field of health, the telemedicine system and e-health. The method in
this research is by conducting various literature review on the development of telemedicine
technology that has been developed in Indonesia. This research will also discuss about
implementation analysis of telemedicine and e-health system in Indonesia and future prospect
using SWOT analysis.

Keywords: ICT, telemedika, e-health, SWOT analysis

1. PENDAHULUAN

Di era globalisasi saat ini, perkembangan teknologi informasi yang semakin meningkat
membuat dampak yang cukup besar dalam seluruh aspek kehidupan, dimana pada era ini
manusia memerlukan informasi yang terbaru dengan cepat, praktis, efisien dan akurat serta
dapat diandalkan. Teknologi informasi dan komunikasi memiliki potensi yang besar untuk
menghadapi masalah yang dimiliki oleh negara berkembang seperti Indonesia.

Dengan melihat kondisi geografis Indonesia yang menyebar, perkembangan ICT merupakan
peluang sekaligus tantangan bagi pemerintah. Beragam kekayaan dan potensi daerah
merupakan aset yang tak ternilai harganya. Namun di balik kekayaan tersebut tersimpan berjuta
masalah pemerataan infrastruktur menuju masyarakat sejahtera hingga satu daerah dengan
daerah lainnya dapat tumbuh bersama dengan karakteris ICT dan keunikan yang dimiliki.
Menurut statistic teledensitas tahun 2010 diharapkan tercapai 109 juta pelanggan seluler dan
25 pelanggan fixed wireless (Telkom, 2007), serta diharapkan jangkauan telekomunikasi
mencapai pedesaan yang saat ini belum terpenuhi dengan baik. Dari 8968 pedesaan di Jawa
Tengah dan DIY baru 4052 desa yang terjangkau (45 %) sedangkan wilayah Bali dan Indonesia
Timur baru 2593 desa dari 14310 desa (18%). Berarti daerah-daerah yang tak terjangkau
jaringan telekomunikasi dapat segera tereduksi. Dengan demikian percepatan infrastruktur di
daerah dengan dukungan ICT baik di bidang pemerintahan, pendidikan, perdagangan, maupun
kesehatan dapat terwujud.

Salah satu bidang yang patut mendapat dukungan ICT bagi kepentingan rakyat banyak adalah
bidang kesehatan. sistem pelayanan kesehatan terhadap masyarakat belum menjangkau
masyarakat secara luas. Banyak sekali ditemui di rumah sakit dan puskesmas, terjadi
penumpukan pasien di ruang tunggu hanya untuk registrasi belum lagi antrean di ruang periksa
dan apotek. Sistem pencatatan data pasien masih konvensional dalam lembaran kartu yang
diurutkan berdasarkan abjad. Data rekam medik pasien bisa berjumlah ratusan tersimpan
dalam rak-rak yang memenuhi ruangan. Satu bagian pemeriksaan bisa memiliki kartu rekam
medik yang berbeda dengan bagian lain dalam satu rumah sakit. Kondisi ini tidak efektif dalam
pelayanan pasien karena waktu tunggu semakin panjang sedangkan pasien harus segera diberi
tindakan medik. Koordinasi antar rumah sakit dan Puskesmas belum berlangsung secara
terintegrasi, terutama rumah sakit milik pemerintah baik pusat maupun daerah.

Guna menjawab tantangan tersebut, dibangunlah suatu system dan aplikasi ICT di bidang
kesehatan yakni system telemedika dan e-health. Sebenarnya penggunaan telemedika di
Indonesia telah dimulai sejak tahuan 90an. Pada era tersebut, perkembangan dunia telemedika
masih menggunakan teknologi telepon standar. Di era sekarang telemedika sudah berkembang
lebih pesat dan sangat membantu pemerataan layanan kesehatan masyarakat secara luas,
oleh karena itu masih banyak terdapat tantangan dan dibutuhkan lebih banyak inovasi-inovasi
kedepan dalam memajukan teknologi telemedika di Indonesia. Mengingat akan hal ini, maka
dibutuhkan dukungan sepenuhnya dari berbagai kalangan, baik pemerintah, instansi kesehatan
maupun dari berbagai pihak, sehingga pengembangan dan penerapan dunia telemedika di
Indonesia dapat terus semakin maju.
Rumusan Masalah


Bagaimana e-health diterapkan di Indonesia?


Bagaimana perkembangan Aplikasi e-health di Indonesia?
 Bagaimana potensi e-health kedepannya?
Tujuan Penelitian


Untuk mengetahui Aplikasi telemedika di Indonesia


Untuk mengetahui perkembangan telemedika di Indonesia
 Untuk mengetahui pengembangan lebih lanjut
Manfaat


Untuk menambah pengetahuan dan wawasan tentang telemedika di ICT
 Untuk mengembangkan aplikasi telemedika dan e-health di Indonesia.

Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah studi literatur. Studi literatur bertujuan untuk
menemukan variabel yang akan diteliti, membedakan hal-hal yang sudah dilakukan dan
menentukan hal yang perlu dilakukan, melakukan sintesa dan memperoleh perspektif baru,
serta menentukan makna yang berhubungan antar variabel. Sumber literatur yang digunakan
dalam penelitian ini meliputi sumber berupa jurnal publikasi, jurnal elektronik, jurnal
internasional, laporan Departemen Kesehatan RI, dan majalah elektronik. Dari literatur yang
diperoleh, permasalahan tentang e-health di Indonesia belum banyak dibahas termasuk tentang
aplikasinya dalam bentuk situs layanan kesehatan rumah sakit. Pengumpulan data tentang
aplikasi situs rumah sakit dan data penetrasi ICT di Indonesia dilakukan untuk mendukung dan
menguatkan kajian literatur yang telah dilakukan. Creswell, 1994, menyebutkan langkah dalam
pengumpulan data yang meliputi 1) penentuan batasan penelitian atau masalah, 2)
pengumpulan informasi melalui observasi, wawancara, dokumen, dan benda visual lainnya,
serta 3) membangun protokol untuk merekam informasi tersebut.

2. LANDASAN TEORI

Pengertian Telemedika

Perkembangan teknologi informasi mulai merambah dunia kesehatan. Tidak ada definisi mutlak
dari telemedika, arti sebenarnya adalah penanganan kesehatan dari segala jarak. Salah satu
definisi telemedika yang diungkapkan oleh Soegijoko (2005), " sebagai salah satu bidang dalam
ruang lingkup teknik biomedika, telemedika (telemedicine) dapat diartikan sebagai penggunaan
teknologi informasi dan komunikasi (termasuk pula elektronika, tele-komunikasi, computer,
informatika untuk mentransfer (mengirim dan atau menerima) informasi kedokteran, guna
meningkatkan pelayanan klinis (diagnosa dan terapi) serta pendidikan."

Telemedika adalah praktik kesehatan dengan memakai komunikasi audio visual dan data,
termasuk perawatan, diagnosis, konsultasi dan pengobatan serta pertukaran data medis dan
diskusi ilmiah jarak jauh. Telemedika memiliki cakupan yang luas, meliputi penyedia pelayanan
kesehatan (termasuk klinis, pendidikan, dan pelayana administrasi) jarak jauh, melalui transfer
informasi (audio, video, grafik) dengan menggunakan perangkat-perangkat telekomunikasi
(audio-video interaktif dua arah, computer dan telemetri) dengan melibatkan dokter, pasien, dan
pihak-pihak lain (Nakajima, 2002).

Menurut The American Telemedicine Association, telemedika dapat diartikan sebagai


penggunaan informasi medis yang dipertukarkan dari satu tempat ke tempat lainnya melalui
komunikasi eletronik untu meningkatkan status klinis kesehatan pasien. Telemedika mencakup
berbagai variasi yang berkembang dari aplikasi dan layanan menggunakan video dua arah,
email, smart phone, perangkat nirkabel dan berbagai bentuk teknologi telekomunikasi lainnya.
Konsultasi pasien melalui konferensi video, pengiriman citra, e-health, pemantauan tanda-tanda
vital dari jarak jauh, pendidikan kedokteran berkelanjutan, dan aplikasi-aplikasi lainnya dapat
digolongkan sebagai bagian dari sistem telemedika.

Salah satu bentuk pemanfaatan dari sistem telemedika yaitu teleedukasi. Teleedukasi bisa
dilakukan dengan sasaran masyarakat atau tenaga kesehatan. Teleedukasi pada masyarakat
dapat berupa edukasi kesehatan atau telemedika preventif (berbasis website). Sedangkan
teleedukasi pada tenaga medis bisa diaplikasikan dalam bentuk sistem pendidikan
berkelanjutan jarak jauh. Hal ini telah dijelaskan oleh Prof. Soegijardjo Soegijoko pada even
ICICI-BME tahun 2009 di Institut Teknologi Bandung.

Menurut Fong (2015) Istilah telemedika berasal dari deskripsi sederhana yaitu kata 'tele' yang
berarti jarak atau jauh dari bahasa yunani, sehingga telemedika adalah memberikan pelayanan
kesehatan dari jarak jauh. Berarti telemedika merupakan aplikasi teknologi elektronika,
computer dan telekomunikasi dalam teknik biomedika, untuk melakukan pertukaran informasi
kedokteran dari satu tempat ke tempat lain, guna mambantu pelaksanaan prosedur kedokteran,
dengan tujuan meningkatkan kualitas hidup manusia melalui peningkatan pelayanan kesehatan
masyarakat. Beberapa jenis informasi kedokteran: teks alfanumerik, sinyal fisiologi, citra
kedokteran (static dan dinamik), bunyi & suara, serta kombinasi dari informasi tersebut.

Telemedika dapat diklasifikasikan atas dasar: interaksi antara klien dan ahli serta jenis informasi
yang ditranmisikan. Jenis interaksi biasanya diklasifikasikan sebagai proses perekaman yang
dilakukan real-time atau tersinkronisasi. Pengklasifikasian sesuai dari titik awal dari relasi antara
sebuah kegiatan operasi medik dan hukum yang berlaku. Pengklasifikasian dibagi menjadi
empat yaitu:


Dokter dengan dokter (opini kedua) perawat dengan dokter
 Pasien dengan dokter (perawatan pasien secara langsung atau observasi medis secara


jauh)


Pasien dengan perawat (telehomecare)
 Pasien dengan apoteker (Telefarmasi).

E-health memiliki karakteristik yang unik baik pada tipe interaksi, tipe data, maupun
perangkatnya (Briggs, 2004). Tipe interaksi telemedika bersifat real time dan store-and-forward,
artinya proses arus informasi berlangsung saat itu juga di manapun dan kapan pun serta data
yang ada disimpan dan diteruskan dalam bentuk informasi. Tipe data menunjukkan bentuk-
bentuk data yang ditransfer apakah berbentuk teks, suara, gambar, ataupun kombinasi
ketiganya. Jenis tipe data ini akan menentukan saluran informasi yang layak digunakan dengan
perangkat jaringan yang ada baik untuk tujuan umum ataupun khusus. Aplikasi dasar yang ada
dalam e-health antara lain pencatatan dan pelaporan data pasien, basis data dan evaluasi
pelayanan kesehatan, pencatatan dan pelaporan data obat, telekoordinasi, telekonsultasi
sederhana, dan pendidikan medis jarak jauh (Soegijardjo, 2006).

Sebagai layanan aplikasi medis, manfaat e-health mencakup tiga aspek yang saling terkait,
yaitu pasien, rumah sakit, dan dokter. Manfaat langsung bagi pasien adalah percepatan akses
pasien ke pusat-pusat rujukan, mendapatkan pertolongan pertama sambil menunggu
pertolongan langsung dari dokter pribadi, pasien merasakan tetap dekat dengan rumah di mana
kerabat dapat memberikan dukungan, serta menyeleksi pasien yang perlu rawat inap dan yang
tidak. Manfaat bagi rumah sakit adalah jaminan pelayanan berkualitas (service quality
assurance) bagi publik dengan sistem operasional manajemen rumah sakit yang terotomasi.
Sedangkan bagi dokter (atau paramedis) adalah percepatan transformasi informasi sehingga
memudahkan dalam pengambilan keputusan serta kedekatan dengan pasien yang tak terbatas.

E-health diterapkan dalam aplikasi sektoral, regional, maupun nasional. Aplikasi sektoral hanya
terbatas untuk satu subdisiplin ilmu kedokteran atau bidang layanan kesehatan. Aplikasi
regional mencakup keseluruhan bidang layanan kesehatan terbatas pada wilayah tertentu
dalam suatu negara. Sedangkan aplikasi nasional mencakup seluruh bidang layanan kesehatan
di seluruh wilayah suatu negara (Wikis, akses 2008).

Diagram blok sederhana sistem e-health

Suatu sistem e-health yang disederhanakan dapat terdiri atas sebuah komputer (PC) berikut
paket perangkat lunak aplikasi, sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. Selanjutnya
computer tersebut dapat diperluas menjadi jaringan komputer dengan berbagai jenis konfigurasi
jaringan. Dengan demikian dapat diperoleh suatu sistem e-health yang makin kompleks dengan
aplikasi yang makin beragam.

Suatu sistem e-health dapat pula terdiri atas sejumlah “Stasiun Medis” (Medical station) yang
satu sama lain dihubungkan dalam suatu jaringan (network). Suatu stasiun medis dapat terdiri
atas: sebuah computer (dengan perangkat lunak aplikasi yang sesuai), sebuah antar-muka
pasien, sejumlah instrument biomedika (tergantung keperluan), sebuah antar muka pengguna
(berikut alat input-output yang diperlukan), sebuah antar-muka telekomunikasi
(telecommunication interface) yang sesuai, serta jaringan telekomunikasi yang tersedia. Pada
dasarnya, setiap stasiun medis (atau terminal) dapat berhubungan dengan terminal lainnya
secara:
1. Real-time (secara Sinkron, synchronous)
2. Store-and-Forward (asynchronous), pengiriman informasi dan pembacaannya tidak
pada saat yang sama.
Diagram Blok Sederhana suatu Sistem e-health/Telemedika

Penggunaan FOSS / FLOSS dalam e-health

Mengingat biaya sistem e-health dan telemedika yang dapat menjadi mahal, maka makin
banyak usaha pengembangan sistem dengan menggunakan Free and Open Source Software
(FOSS, FLOSS). Dengan tujuan untuk menghasilkan sistem e-health yang relatif murah,
kecenderungan pengembangan dan penggunaan sistem e-health berbasis free and open
source software makin meningkat. Guna memperoleh sejumlah manfaat dan mempersingkat
waktu pengembangan sistem e-health, berbagai upaya dan usaha kerjasama antar sejumlah
lembaga dapat dan/atau telah dilakukan. Mengapa telemedika dan e-health dipergunakan, dan
apa pula manfaatnya? Mengacu pada “Proceedings of APEC e-health Seminar 2008”, terdapat
10 manfaat yang diharapkan dari penggunaan sistem e-health:
1. Peningkatan efisiensi, penurunan biaya
2. Peningkatan kualitas pelayanan kesehatan
3. Pembuktian melalui evaluasi ilmiah (evidence based)
4. Pemberdayaan pasien dan konsumen
5. Mendorong terjadinya hubungan yang lebih baik antara pasien dan tenaga kesehatan
6. Pendidikan bagi tenaga kesehatan dan pendidikan bagi masyarakat
7. Mendorong tumbuhnya komunikasi dan pertukaran informasi antar lembaga pelayanan
kesehatan
8. Perluasan ruang-lingkup pelayanan kesehatan
9. Masalah etika (practice, informed consent, privacy, equity)
10. Masalah kesetaraan (pelayanan kesehatan bagi seluruh masyarakat)
Namun demikian, manfaat yang menjadi alasan pemanfaatan sistem telemedika dan e-health
dapat sangat berbeda antara negara maju dan negara berkembang. Sistem telemedika dan e-
health dapat pula memungkinkan dilaksanakannya pelayanan kesehatan, yang tidak mungkin
terlaksana tanpa tersedianya sistem telemedika atau sistem e-health tertentu. Selain manfaat
atau keuntungan sistem e-health dan telemedika, perlu pula diperhatikan masalah (atau potensi
masalah) yang harus diatasi agar sistem tersebut dapat dilaksanakan. Beberapa hal penting
yang perlu dicatat antara lain adalah sebagai berikut:


Kesiapan sumber daya manusia


Kesiapan organisasi yang terlibat


Budaya kerja


Masalah etika, hukum, remunerasi


Hubungan pasien dan petugas pelayanan kesehatan


Hubungan antar sesama petugas


Masalah birokrasi


Perkembangan teknologi dan ketersediaan infrastruktur (sarana & prasarana).


3. PEMBAHASAN

Perkembangan Telemedika dan e-health

Kemajuan dalam teknologi pendukung, termasuk perangkat keras dan perangkat lunak
computer telah mendorong berbagai pengembangan system telemedika dan e-health untuk
berbagai jenis aplikasi. Berbagai contoh pengembangan dan perkembangan sistem e-health.
Perkembangan pesat dalam bidang bio-informatika (bio-informatics) dan informatika kedokteran
(medical informatics) merupakan tantangan bidang informatika yang perlu mendapat perhatian.

Banyaknya masalah dan tantangan dalam pelayanan kesehatan masyarakat di Indonesia,


justru dapat memberikan peluang menarik untuk melakukan pengembangan sistem e-health
yang dapat membantu pemecahan masalah tersebut. Beberapa contoh masalah misalnya
adalah belum meratanya kuantitas dan kualitas pelayanan kesehatan, masih relatif tingginya
angka kematian ibu melahirkan dan bayi, berbagai masalah dalam penanganan pasien
tuberculosis, dan penyakit lainnya.
Menurut Bank Data Departemen Kesehatan Saat ini, dari 2.785 rumah sakit yang ada, hanya
ada 71 RS kelas A dan 397 RS kelas B. RS kelas A mampu memberikan pelayanan hingga
tingkat subspesialis, sedangkan RS kelas B bisa memberikan layanan spesialis lebih memadai.
Dan ada lebih dari 7600 puskesmas yang melayani lebih dari separuh penduduk tingkat
menengah ke bawah. Dari sejumlah rumah sakit dan puskesmas tersebut, belum semua rumah
sakit dan puskesmas yang memanfaatkan ICT untuk melayani masyarakat.

Pengembangan sistem telemedika ini merupakan salah satu upaya untuk membantu
peningkatan pelayanan kesehatan masyarakat yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan
dan Pemerintah daerah melalui Dinas Kesehatan Kota dan sejumlah besar puskesmas. Sistem
telemedika berbasis ICT terutama terdiri dari: sejumlah unit berbasis PC, infrastruktur
telekomunikasi yang tersedia, modul perangkat keras, modul perangkat lunak aplikasi, serta
SDM pelaksana. Suatu sistem telemedika berbasis ICT untuk uji-coba telah di-implementasikan
di DKK Bandung serta sejumlah puskesmas. Sejumlah aplikasi mencakup: pencatatan &
pelaporan data pasien & data obat, telekonsultasi sederhana, tele-koordinasi, tele-diagnosa,
serta pendidikan masyarakat telah dikembangkan dan di-uji-coba.

Sampai saat ini, untuk layanan aplikasi e-health banyak merambah pada mobile-health yang
ada di playstore. Aplikasi ini dengan sangat mudah untuk di unduh. Sudah ada beberapa rumah
sakit yang memanfaatkan smartphone antara lain Rumah sakit dirgahayu, Rumah sakit pondok
indah, rumah sakit hermina, Rumah sakit medika Bekasi, dan beberapa rumah sakit lainnya
serta layanan tanya jawab seperti aplikasi alodokter dan go-dok juga sudah dapat di akses
dengan mudah. Hal ini menunjukkan bahwa semangat menggunakan ICT di bidang kesehatan
sudah semakin meningkat meskipun masih banyak tantangan dan kendala yang harus dihadapi
karena ketidakmerataan akses jaringan tadi. Untuk itu, berbagai langkah pengembangan lebih
lanjut masih diperlukan untuk implementasi sistem telemedika di sejumlah lembaga pelayanan
kesehatan masyarakat guna membantu penyelesaian masalah nyata dalam peningkatan
pelayanan kesehatan masyarakat.

Analisa SWOT Implementasi E-health di Indonesia

Telemedika sebagai sistem pendukung peningkatan taraf kesehatan masyarakat mau tidak mau
harus segera diwujudkan namun perwujudan tanpa kajian strategis tentang potensi, kelemahan,
peluang, dan tantangan akan menghambat pelaksanaan implementasi. Telemedika adalah
health support system yang tidak dapat berdiri sendiri. Ada bagian-bagian yang berperan
mendukung sekaligus dasar implementasi yang tak dapat ditinggalkan oleh sebuah sistem
informasi. Karena telemedika adalah sebuah kegiatan multidisplin ilmu yang membutuhkan
keahlian dari bidang telekomunikasi, perawatan kesehatan dan teknologi informasi.

Penelitian lebih lanjut tentang pelaksanaan e-health sangat perlu dilakukan sebagai pijakan
dasar dalam perumusan masalah yang berasal dari temuan-temuan di lapangan. Kajian ini
akan menjadi dasar dalam perancangan dan implementasi aplikasi e-health kedepannya. Dari
dasar filosofi ini dikembangkan pada kajian infrastruktur jaringan, sistem informasi, kebijakan,
sumber daya manusia, dan sistem integrasi. Pilar-pilar ini tidak dapat berdiri sendiri tanpa pilar
yang lain. Tanpa sumber daya manusia yang handal, sehebat apapun teknologi jaringan dan
sistem informasi yang digunakan tidak dapat diaplikasikan. Begitupun tanpa adanya kebijakan
yang menjadi payung implementasi e-health akan membuka peluang-peluang perusakan
sistem, missal saja manipulasi data, keabsahan data, pemeriksaan ilegal, maupun kesalahan
daam pengambilan keputusan. Aplikasi e-health pun juga harus diintegrasikan, baik dengan
pemerintah, instansi kesehatan lain, perkumpulan dokter spesialis, produsen obat, produsen
perangkat rumah sakit, maupun system development.

Di Indonesia implementasi e-health memiliki kekuatan terutama kekuatan dasar dalam


infrastruktur. Infrastruktur jaringan komunikasi sudah memadai baik wireless, satelit, dan
sebagainya. Infrastruktur kesehatan sudah menyebar hingga daerah terpencil baik dalam
bentuk rumah sakit, klinik, puskesmas, posyandu, maupun tenaga medis. Jumlah institusi
pendidikan dalam bidang kesehatan dan ICT tersebar di setiap daerah dengan kapasitas
keahlian yang mumpuni. Pemain telekomunikasi cukup banyak, baik operator seluler, jasa
konstruksi, maupun konsultan IT. Dan yang paling utama adalah adanya kesamaan visi
pemerintah melalui visi departemen, yaitu Indonesia Sehat 2010 (Departemen Kesehatan) dan
Masyarakat Informasi 2015 (Departemen Komunikasi dan Informatika). Indonesia memiliki
peluang dengan munculnya semangat kemandirian bangsa dalam meningkatkan ICT
accessibility serta pelan tapi pasti infrastruktur ICT telah merambah seluruh lapisan masyarakat.

Di balik kekuatan dan peluang yang dimiliki Indonesia masih menyimpan kelemahan dan
tantangan dalam implementasi e-health. Sejumlah kelemahan yang dihadapi yaitu ICT tidak
merata, terpusat pada daerah urban dengan infrastruktur ICT belum banyak dimiliki masyarakat
ataupun instansi kesehatan daerah. Analisa desain dan sistem informasi masih lemah sehingga
rentan terhadap perubahan struktur sistem informasi. Sebagian sistem informasi dirancang
tanpa memerhatikan perubahan di masa depan serta belum ada legalitas integrasi antara UU
kesehatan dan UU tentang ICT sehingga tidak ada jaminan perlindungan hukum pelaksanaan
telemedika baik bagi pasien maupun penyelenggara telemedika. UU ITE baru memberikan
perlindungan tentang dokumen elektronik dan sistem elektronik yang dapat digunakan dalam
aplikasi e-health seperti dokumen teks, dokumen gambar (foto rontgen belum sepenuhnya
mengakomodasi aktivitas medik yang menjadi kebutuhan publik terutama pasien), maupun
dokumen suara (rekaman denyut jantung). UU ITE belum diseleraskan dengan UU kesehatan
yang ada serta belum adanya instansi yang memiliki wewenang penuh mengenai masalah ini.
Namun dalam pasal 4 ayat (c) UU ITE menyebutkan bahwa penggunaan ICT diarahkan pada
peningkatan efektivitas dan efisiensi pelayanan publik.

Hal yang turut diperhatikan adalah tantangan yang dihadapi baik dari sisi internal maupun
eksternal pelaksanaan e-health. Tantangan utama yang akan dihadapi adalah manusia sebagai
pelaksana aplikasi ini. Budaya kerja SDM sulit untuk diubah, terutama bagi mereka yang
menolak penggunaan ICT dan masih berpaku pada system konvensional. Proses mengubah
mindset ini akan membutuhkan proses yang tidak sebentar dan akan menimbulkan resistensi,
ketakutan-ketakutan yang bermula dari ketidakpahaman sehingga upaya meningkatkan literasi
masyarakat terhadap ICT perlu dibarengi dengan persiapan secara psikologis. Munculnya
praktik illegal terhadap perusakan sistem informasi e-health perlu diwaspadai. Karena data
berjalan pada jalur maya yang rentan terhadap pembajakan data sehingga dibutuhkan tingkat
keamanan yang luar biasa.

4. Kesimpulan

Berdasarkan analisa SWOT diketahui bahwa aplikasi e-health sangat mungkin diterapkan di
Indonesia. Kekuatan terletak pada infrastruktur kesehatan dan jaringan komunikasi cukup
memadai untuk membangun aplikasi hingga ke daerah dalam bentuk rumah sakit, Puskesmas,
hingga Posyandu. Penetrasi ICT yang tidak merata dengan kapabilitas dan kesadaran sumber
daya manusia yang belum beranjak dari karakter lama serta praktik ilegal keamanan data dapat
menjadi pelemah sekaligus tantangan dalam implementasi telemedika. Berbagai langkah
pengembangan lebih lanjut masih diperlukan untuk implementasi sistem telemedika di sejumlah
lembaga pelayanan kesehatan masyarakat guna membantu penyelesaian masalah nyata dalam
peningkatan pelayanan kesehatan masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA

Indartono, Kuat. 2013. ”Sistem telemedika berbasis ICT untuk manajemen fasilitas unit gawat darurat”.
Jurnal teknik elektro. Vol.5 No.1

Santoso, budi setiawan Dkk. 2010. “Perkembangan dan Masa Depan Telemedika di Indonesia”.
Jurnal teknik informasi. Vol.10 No. 3

Thareq Barasabha,“Mempersempit Kesenjangan dengan Sistem Telemedika”, 2015

Soegijardjo Soegijoko, “Perkembangan Terkini Telemedika Dan E-Health Serta Prospek Aplikasinya
Di Indonesia”, Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi 2010 (SNATI 2010). Teknik Informatika,
Fakultas Teknologi Industri, Universitas Islam Indonesia (TI FTI UII), 19 Juni 2010

Inasari Widiyastuti, ”Analisa Aplikasi E-Health Berbasis Website di Instansi Kesehatan Pemerintah dan
Swasta serta Potensi Implementasinya di Indonesia”, Jurnal Penelitian Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi Komunikasi Vol.10 No.2, Desember 2008

Anda mungkin juga menyukai