Anda di halaman 1dari 70

LAPORAN CASE CONFERENCE

“Klien dengan Gangguan Sensori Persepsi: Halusinasi”

Laporan Case Conference diajukan sebagai bagian menyelesaikan dari persyaratan Pendidikan
ProfesiNers mata kuliah Keperawatan Jiwa di RS Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor, Ruang
Yudistira

Disusunoleh:
Rendy Himawan Siti Patmawati
Rifqiyani Audah Syarifah Aini
Rima Fetiani Vigur Guevara
Rita Afriyani Visia Talimurti
Sellie Damayanti Yasni Maulidatun Nisya
Sri Nuraeni

PROGRAM PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2019
KATA PENGANTAR

Bismillahirahmanirrahim.
Puji syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat, hidayah, serta karunianya. Shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada baginda Nabi
Muhammad SAW. Sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan ilmiah dalam bentuk
laporan tanpa suatu halangan yang amat berarti hingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan
laporan ini dengan baik.
Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah memberikan
bantuan dan dukungannya dalam pembuatan laporan ini. Tak lupa penulis mengucapkan terima
kasih kepada Bapak Ns. I Made Suarsa, S.Kep dan Ibu Ns. Sri Suryaningrum, S,Kep selaku
penanggung jawab (CI) ruangan yang telah memberikan kesempatan kepada penulis sehingga
penulis dapat menyelesaikan laporan Case Conference mengenai Klien dengan Gangguan
Sensori Persepsi: Halusinasi.
Demikian yang dapat penulis sampaikan, apabila terdapat kata di dalam laporan ini yang
kurang berkenan mohon maaf yang sebesar-besarnya. Sekali lagi penulis mengucapkan terima
kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan mendukung penulis dalam pembuatan
laporan ini. Semoga laporan ini dapat bermanfaat, memberikan wawasan yang lebih luas dan
menjadi sumbangan pemikiran bagi yang membacanya. Kami sadar bahwa laporan ini masih
banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Untuk itu, kepada dosen pembimbing kami meminta
masukannya demi perbaikan pembuatan laporan kami dimasa yang akan datang dan kami
mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca.

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................................... 2


DAFTAR ISI................................................................................................................................... 3
BAB I .............................................................................................................................................. 4
PENDAHULUAN .......................................................................................................................... 4
A. Latar Belakang ..................................................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah ................................................................................................................ 5
C. Tujuan .................................................................................................................................. 5
D. Manfaat ................................................................................................................................ 6
BAB II............................................................................................................................................. 7
TINJAUAN TEORI ........................................................................................................................ 7
BAB III ......................................................................................................................................... 17
TINJAUAN KASUS ..................................................................................................................... 17
PENGKAJIAN .......................................................................................................................... 17
ANALISA DATA ..................................................................................................................... 24
POHON DIAGNOSA DAN DIAGNOSA KEPERAWATAN ................................................ 26
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN .......................................................................... 27
CATATAN PERKEMBANGAN KEPERAWATAN .............................................................. 45
BAB IV ......................................................................................................................................... 60
PEMBAHASAN ........................................................................................................................... 60
A. Pengkajian .......................................................................................................................... 60
B. Diagnosa ............................................................................................................................ 62
C. Intervensi............................................................................................................................ 64
D. Implementasi ...................................................................................................................... 65
E. Evaluasi .............................................................................................................................. 67
BAB V .......................................................................................................................................... 68
PENUTUP..................................................................................................................................... 68
A. Kesimpulan ........................................................................................................................ 68
B. Saran .................................................................................................................................. 69
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 70

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Gangguan jiwa merupakan respon maladaptif terhadap stressor dari dalam dan
luar lingkungan yang berhubungan dengan perasaan dan perilaku yang tidak sejalan
dengan kebiasaan/budaya/norma setempat dan mempengaruhi interaksi sosial individu,
dan fungsi tubuh (Townsend, 2014). Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar 2018, gangguan
jiwa berat yang terjadi di Indonesia sebesar 7 permil, lebih besar dari angka gangguan
jiwa berat di Indonesia pertahun 2013 yaitu 1.7 per mil (Kemenkes, 2018). Kondisi
tersebut menggambarkan masalah kesehatan jiwa di Indonesia membutuhkan perhatian
lebih dan penanganan yang serius serta berkesinambungan.
Skizofrenia merupakan salah satu gangguan jiwa berat yang dialami oleh
klien.Skizofrenia merupakan suatu gangguan jiwa yang ditandai dengan penurunan atau
ketidakmampuan berkomunikasi, gangguan realita (halusinasi dan waham), afek yang
tidak wajar atau tumpul, gangguan kognitif (tidak mampu berfikir abstrak) dan
mengalami kesukaran melakukan aktivitas sehari-hari (Keliat,2006). Seorang yang
mengalami skizofrenia akan kesulitan berfikir dengan benar, menerima dan memahami
realita, mengalami gangguan emosi/perasaan, tidak mampu membuat keputusan, serta
gangguan dalam melakukan aktivitas atau perubahan perilaku (Sinaga, 2008).
Berdasarkan data yang diperoleh dari Kepala Ruang Yudistira di RSMM Dr. H.
Marzoeki Mahdi didapatkan gambaran masalah keperawatan per-tiga bulan terakhir yaitu
bulan Juli, Agustus, dan September 2019 dengan gangguan halusinasi sebesar 96,8%,
90,21%, dan 95,69%; isolasi sosial 14%, 17,32% dan 33,33%; harga diri rendah 14%,
14,13% dan 29%; defisit perawatan diri 3%, 16,30% dan 14%; Perilaku Kekerasan dan
Risiko Perilaku Kekerasan32,8%, 18,47% dan 26,88%; waham 0% di 3 bulan terakhir;
mengalami Risiko Bunuh Diri 2 bulan (juli dan Agustu s) 0% di bulan September 0,01%.
Data tersebut menunjukkan bahwa halusinasi adalah masalah keperawatan yang
terbanyak yang dialami oleh klien.
Halusinasi adalah persepsi dari panca indera tanpa adanya rangsangan dari
luar(Stuart, 2013). Stuart menyatakan sebanyak 20% pasien skizofrenia mengalami

4
halusinasi penglihatan dan pendengaransecara bersamaan 70% mengalami halusinasi
pendengaran, 20% mengalami halusinasi penglihatan, dan 10% mengalami halusinasi
lainnya (Stuart, 2013).
Gangguan persepsi sensori halusinasi dapat dikontrol dengan menghardik,
meminum obat dengan teratur, melakukan aktivitas terjadwal, dan bercakap – cakap
dengan orang lain (Agustini dan Fajriyah, 2018). Keefektifan cara mengontrol halusinasi
sudah banyak diteliti, salah satunya adalah penelitian yang dilakukan oleh Karina, dkk
mengenai Pengaruh Menghardik Terhadap Penurunan Tingkat Halusinasi Dengar Pada
Pasien Skizofrenia Di RSJD DR. Aminogondohutomo Semarang yang menunjukkan ada
pengaruh menghardik terhadap penurunan tingkat halusinasi dengar, dengan p-value
0,000 (Anggraini, Karina, Arief Nugroha dan Supriyadi, 2016).
Klien dengan gangguan sensori persepsi: halusinasi menyebabkan resiko perilaku
kekerasan. Hal ini dikarenakan respon dari halusinasi adalah kewaspadaan yang melebih
batas yang ditandai sebagai usaha meneliti secara terus menerus terhadap tanda bahaya
dan lingkungannya atau mengadakan tindakan pengendalian yang tidak semestinya
dilakukan dan individu merasa tidak bisa santai, tidak tenang, gelisah dan tegang karena
adanya rasa ancaman terhadap dirinya (Hawari, 2014).

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik mencari dan membahas kasus
halusinasi untuk menyelesaikan kasus kelolaan case conference sebagai salah satu syarat
untuk menyelesaikan tugas profesi mata kuliah Keperawatan Jiwa Program Profesi Ners
Keperawatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

C. Tujuan
a. Tujuan Umum
Laporan case conference ini dibuat untuk memberikan gambaran terkait
penerapan asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan persepsi sensori:
halusinasi pendengaran dan penglihatan di Ruang Yudistira Rumah Sakit Dr. H.
Marzoeki Mahdi Bogor.

5
b. Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu menjelaskan masalah keperawatan yang di hadapi klien.
2. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian terhadap masalah yang terjadi pada
klien.
3. Mahasiswa mampu membuat analisa data terhadap masalah yang terjadi pada
klien.
4. Mahasiswa mampu menentukan pohon masalah dan diagnosa prioritas pada
klien.
5. Mahasiswa mampu merencanakan tindakan keperawatan yang tepat bagi klien.
6. Mahasiswa mampu memberikan intervensi dan implementasi yang sesuai untuk
klien.
7. Mahasiswa mampu menuliskan catatan perkembangan klien.
8. Mahasiswa mampu menuliskan dokumentasi yang telah diberikan kepada klien.

D. Manfaat
1. Institusi Pendidikan
Sebagai tambahan informasi dan pedoman bagi pembuatan makalah atau penulisan
berikutnya khususnya pada asuhan keperawatan klien dengan gangguan sensori
persepsi: halusinasi pendengaran Instansi Rumah Sakit Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor
a. Sebagai bahan masukan yang diperlukan dalam pelaksanaan praktik pelayanan
keperawatan khususnya keperawatan jiwa pada klien gangguan sensori persepsi:
halusinasi pendengaran dan penglihatan.
b. Sebagai bahan pertimbangan oleh pihak rumah sakit untuk membuat kebijakan
dalam upaya meningkatkan kualitas pelayanan asuhan keperawatan pada klien
gangguan sensori persepsi: halusinasi pendengaran dan penglihatan.
2. Penulis
Sebagai tambahan pengetahuan tentang asuhan keperawatan klien dengan
diagnosa keperawatan gangguan sensori persepsi: halusinasi pendengaran.

6
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Definisi Halusinasi
Halusinasi adalah gangguan pencerapan (persepsi) panca indera tanpa adanya
rangsangan dari luar yang dapat meliputi semua sistem penginderaan di mana terjadi pada
saat kesadaran individu itu penuh atau baik. Individu yang mengalami halusinasi
seringkali beranggapan sumber atau penyebab halusinasi itu berasal dari lingkungannya,
padahal rangsangan primer dari halusinasi adalah kebutuhan perlindungan diri secara
psikologik terhadap kejadian traumatik sehubungan dengan rasa bersalah, rasa sepi,
marah, rasa takut ditinggalkan oleh orang yang diicintai, tidak dapat mengendalikan
dorongan ego, pikiran dan perasaannya sendiri (Hartono, 2012).

B. Psikodinamika
1. Etiologi
Gangguan halusinasi dapat disebabkan oleh beberapa faktor seperti
(Biologis, Psikologis dan Sosial)
a. Biologis
Gangguan perkembangan dan fungsi otak dapat menimbulkan gangguan
seperti :
1) Hambatan perkembangan khususnya korteks frontal, temporal dan citim
limbik. Gejala yang mungkin timbul adalah hambatan dalam belajar, daya
ingat dan bicara.
2) Pertumbuhan dan perkembangan individu pada pranatal, perinatal neonatus
dan kanak-kanak

7
b. Psikologis
Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respon
psikologis diri klien, sikap atau keadaan yang dapat mempengaruhi gangguan
orientasi realitas adalah penolakan atau kekerasan dalam hidup klien. Penolakan
dapat dirasakan dari keluarga, pengasuh atau teman yang bersikap dingin, cemas,
tidak peduli atau bahkan terlalu melindungi sedangkan kekerasan dapat bisa
berupa konflik dalam rumah tangga merupakan lingkungan resiko gangguan
orientasi realitas.

c. Sosial budaya
Kehidupan sosial budaya dapat pula mempengaruhi gangguan orientasi
realitas seperti kemiskinan, konflik sosial, budaya, kehidupan yang terisolir
disertai stres yang menumpuk. (Hartono, 2012)

2. Tanda dan Gejala


Tanda gejala bagi klien yang mengalami halusinasi adalah sebagai berikut :
a. Bicara, senyum dan tertawa sendiri
b. Mengatakan mendengar suara
c. Merusak diri sendiri/orang lain/lingkungan
d. Tidak dapat membedakan hal yang nyata dan yang mistis
e. Tidak dapat memusatkan konsentrasi
f. Pembicaraan kacau terkadang tidak masuk akal
g. Sikap curiga dan bermusuhan
h. Menarik diri, menghindar dari orang lain
i. Sulit membuat keputusan
j. Ketakutan
k. Mudah tersinggung
l. Menyalahkan diri sendiri/orang lain
m. Tidak mampu memenuhi kebutuhan sendiri
n. Muka merah kadang pucat
o. Ekspresi wajah tegang

8
3. Rentang Respon

Respon Adaptif Respon Maladaptif


Menyendiri Kesendirian Manipulasi
Otonomi Menarik Impulsif
Kebersamaan Ketergantungan Narsisme
Keadaan saling tergantung

C. Pengkajian
1. Faktor Predisposisi
a. Faktor perkembangan
Perkembangan klien yang terganggu misalnya kurangnya mengontrol emosi
dan keharmonisan keluarga menyebabkan klien tidak mampu mandiri sejak
kecil, mudah frustasi ,dan hilang percaya diri.
b. Faktor sosiokultural
Seseorang yang merasa tidak terima di lingkungan sejak bayi akan membekas
diingatkanya sampai dewasa dan di akan merasa disingkirkan kesepian dan
tidak percaya pada lingkungan.
c. Faktor Biokimia
Adanya stres yang berlebihan yang dialami oleh seseorang maka di dalam
tubuhnya akan dihasilkan suatu zat yang dapat bersifat halusinogenik
neurokimia buffofeno dan dimetytranferase sehingga terjadi ketidak
seimbangan asetilkolin dan dopamin.
d. Faktor psikologis
Tipe kepribadian yang lemas dan tidak bertanggung jawab akan mudah
terjerumus pada penyalah gunaan zat adiktif. Klien lebih memilih kesenangan
sesaat dari alam nyata menuju alam khayal.
9
e. Faktor genetik dan pola asuh
Hasil studi menunjukan bahwa faktor keluarga menunjukan hubungan yang
sangat berpengaruh pada penyakit ini.

2. Faktor Presipitasi
a. Biologis
Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang mengatur proses
informasi serta abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak yang
mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi stimulus
yang diterima oleh otak untuk diinterprestasikan.
b. Streslingkungan
Ambang toleransi terhadap stres yang berinteraksi terhadap stresor lingkungan
untuk menentukan terjadinya gangguan.
c. Sumber Koping
Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menaggapi stresor .

3. Mekanisme Koping
Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi stressor pada
halusinasi terdapat 3 mekanisme koping yaitu :
1. With drawal : Menarik diri dan klien sudah asik dengan pengalaman internalnya
2. Proyeksi : Menggambarkan dan menjelaskan persepsi yang membingungkan
3. Regresi : Terjadi dalam hubungan sehari-hari untuk memproses masalah dan
mengeluarkan sejumlah energi dalam mengatasi cemas (Iskandar,
2012).

10
4. Perilaku
Pada gangguan jiwa, halusinasi pendengaran merupakan hal yang paling sering
terjadi, dapat berupa suara-suara bising atau kata-kata yang dapat mempengaruhi perilaku
sehingga dapat menimbulkan respon tertentu seperti berbicara sendiri, marah, atau
berespon lain yang membahayakan diri sendiri orang lain dan lingkungan.
Tahap-tahap halusinasi :
1. Comforting
Comforting adalah halusinasi tahap menyenangkan cemas sedang
a) Karakteristik : Klien mengalami perasaan yang mendalam seperti cemas,
kesepian, rasa bersalah, takut dan , mencoba untuk berfokus pada pikiran yang
menyenangkan untuk meredakan cemas.
b) Perilaku : Klien terkadang tersenyum, tertawa sendiri, menggerakkan bibir
tanpa suara, pergerakan mata yang cepat respon verbal yang lambat, diam dan
berkonsentrasi
2. Condeming
Condeming adalah tahap halusinasi menjadi menjijikan : cemas berat
a) Karakteristik : Pengalaman sensori menjijikan dan menakutkan. Klien mulai
lepas kendali dan mungkin mencoba untuk mengambil jarak dirinya dengan
sumber yang persepsikan. Klien mungkin merasa dipermalukan oleh pengalaman
sensori dan menarik diri dari orang lain.
b) Perilaku : Ditandai dengan meningkatnya tanda-tanda syaraf otonom akibat
ansietas otonom seperti peningkatan denyut jantung, pernafasan dan tekanan
darah, rentang perhatian dengan lingkungan berkurang dan terkadang asik dengan
pengalaman sensori dan kehilangan kemampuan membedakan halusinasi dan
realita.
3. Controlling
Controling adalah tahap pengalaman halusinasi yang berkuasa : cemas berat
a) Karakteristik : Klien berhenti menghentikan perlawanan terhadap halusinasi dan
menyerah pada halusinasi tersebut

11
b) Perilaku : Perilaku klien taat pada perintah halusinasi, sulit berhubungan
dengan orang lain, respon perhatian terhadap lingkungan berkurang biasanya
hanya beberapa detik saja.
4. Conquering
Conquering adalah tahap halusinasi panik umunya menjadi melebur dalam halusinasi.
a) Karakteristik : Pengalaman sensori menjadi mengancam jika mengikuti perintah
halusinasi
b) Perilaku : Perilaku panik, resiko tinggi mencederai, bunuh diri atau
membunuh orang lain.

5. Akibat
Adanya gangguang persepsi sensori halusinasi dapat beresiko mencederai diri
sendiri, orang lain dan lingkungan (Keliat, B.A, 2006). Menurut Townsend, M.C suatu
keadaan dimana seseorang melakukan sesuatu tindakan yang dapat membahayakan
secara fisik baik pada diri sendiri maupuan orang lain. Hal . Ini diakibatkan karena klien
berada dibawah halusinasinya yang meminta dia untuk melakukan sesuatu hal diluar
kesadarannya (Iskandar, 2012).

D. Penatalaksanaan Medis
1) Anti Psikotik
Jenis : Clorpomazin, Haloperidol
Mekanisme Kerja : Menahan kerja reseptor dopamine dalam otak sebagai penenang,
penurun aktivitas motorik, mengurangi insomnia, sangat efektif untuk megatasi delusi,
halusinasi, ilusi dan gangguan proses berpikir
Efek Samping : Gejala ekstrapiramidal (EPS) seperti berjalan menyeret kaki,
postur condong ke depan, banyak keluar air liur, wajah seperti topeng, sakit kepala dan
kejang. Gastrointestial seperti mulut kering, anoreksia, mual muntah, berat badan
bertambah

12
2) Anti Parkinson
Jenis : Trihexpenidyl (THP), levodova
Mekanisme Kerja : Meningkatkan reseptor dopamine untuk mengatasi gejala
parkinsonisme akibat penggunaan obat antipsikotik, menurunkan ansietas dan iritabilitas
3) Anti Manik
Jenis : Lithoid, Klonopin, Lamictal
Mekanisme Kerja : Menghambat pelepasan serotonin dan mengurangi sensitivitas
resptor dopamine
Efek samping : Sakit kepala, tremor, gelisah, kehilangan memori, suara tidak
jelas, otot lemas dan hilang koordinasi
4) Anti depresan
Jenis : Elavil, asendin, norpamin, ainequan, tofranil, pamelor, vivacetil
Mekanisme Kerja : Mengurangi gejala depresi dan penenang
Efek samping : Tremor, gerakan sentak-sentak, ataksia, kejang, pusing. Pandangan
kabur, mulut kering, kram abdomen

E. Diagnosa Keperawatan

Resiko perilaku kekerasan

Gangguan sensori persepsi : Halusinasi

Isolasi sosial

Pohon masalah gangguan sensori persepsi: halusinasi (Keliat, 2010)

Diagnosa Keperawatan
1. Perubahan sensori persepsi : halusinasi
2. Isolasi sosial
3. Resiko perilaku kekerasan

13
F. Perencanaan
Diagnosa : Gangguan Sensori Persepsi: Halusinasi
Tujuan umum : Klien tidak mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan
Tujuan khusus :
 Klien dapat membina hubungan saling percaya dasar untuk kelancaran hubungan
interaksi selanjutnya
 Klien dapat mengenal halusinasi
 Klien dapat mengontrol halusinasinya.
 Klien dapat dukungan dari keluarga dalam mengontrol halusinasinya.
 Klien dapat memanfaatkan obat dengan baik.

G. Implementasi
1. Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi terapeutik
a. Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal
b. Perkenalkan diri dengan sopan
c. Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai
d. Jelaskan tujuan pertemuan
e. Jujur dan menepati janji
f. Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya
g. Berikan perhatian kepada klien dan perhatian kebutuhan dasar klien
2. Klien dapat mengenal halusinasinya
a) Adakan kontak sering dan singkat secara bertahap
b) Observasi tingkah laku klien terkait dengan halusinasinya : bicara dan tertawa tanpa
stimulus memandang ke kiri/ ke kanan/ ke depan seolah-olah ada teman bicara
c) Bantu klien mengenal halusinasinya
1) Tanyakan apakah ada suara yang didengar
2) Apa yang dikatakan halusinasinya
3) Katakan perawat percaya klien mendengar suara itu, namun perawat sendiri tidak
mendengarnya
4) Katakan bahwa klien lain juga ada yang seperti itu
5) Katakan bahwa perawat akan membantu klien

14
d) Diskusikan dengan klien :
1) Situasi yang menimbulkan/tidak menimbulkan halusinasi
2) Waktu dan frekuensi terjadinya halusinasi (pagi, siang, sore, malam)
e) Diskusikan dengan klien apa yang dirasakan jika terjadi halusinasi (marah, takut,
sedih, senang) beri kesempatan klien mengungkapkan perasaannya
3. Klien dapat mengontrol halusinasinya
a) Identifikasi bersama klien cara tindakan yang dilakukan jika terjadi halusinasi (tidur,
marah, menyibukkan diri, dll)
b) Diskusikan manfaat cara yang digunakan klien, jika bermanfaat berpujian
c) Diskusikan cara baru untuk memutus/mengontrol timbulnya halusinasi :
1) Katakan “saya tidak mau dengar”
2) Menemui orang lain
3) Membuat jadwal kegiatan sehari-hari
4) Meminta keluarga/teman/perawat untuk menyapa jika klien tampak bicara sendiri
d) Bantu klien memilih dan melatih cara memutus halusinasinya scara bertahap
e) Beri kesempatan untuk melakukan cara yang telah dilatih
f) Evaluasi hasilnya dan beri pujian jika berhasil
g) Anjurkan klien mengikuti TAK, orientasi, realita, stimulasi persepsi
4. Klien mendapat dukungan dari keluarga dalam mengontrol halusinasinya
a) Anjurkan klien untuk memberitahu keluarga jika mengalami halusinasi
b) Diskusikan dengan keluarga (pada saat berkunjung/pada saat kunjungan rumah)
1) Gejala halusinasi yang dialami klien
2) Cara yang dapat dilakukan klien dan keluarga untuk memutus halusinasi
3) Cara merawat anggota keluarga yang halusinasi dirumah, diberi kegiatan, jangan
biarkan sendiri, makan bersama, berpergian bersama
4) Beri informasi waktu follow up atau kenapa perlu mendapat bantuan : halusinasi
tidak terkontrol dan resiko mencederai diri atau orang lain
5. Klien memanfaatkan obat dengan baik

a) Diskusikan dengan klien dan keluarga tentang dosis, frekuensi dan manfaat minum
obat
15
b) Anjurkan klien meminta sendiri obat pada perawat dan merasakan manfaatnya
c) Anjurkan klien bicara dengan dokter tentang manfaat dan efek samping minum obat
yang dirasakan
d) Diskusikan akibat berhenti obat-obat tanpa konsultasi
e) Bantu klien menggunakan obat dengan prinsip 5 benar

16
BAB III

TINJAUAN KASUS

A. PENGKAJIAN

PENGKAJIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA


DI UNIT RUANG RAWAT INAP RS. Dr. H. MARZOEKI MAHDI BOGOR
RUANG RAWAT: YUDISTIRA, TANGGAL DIRAWAT: 16-09-2019, No.RM: 0372356

I. IDENTITAS KLIEN

Inisial : Tn. N (L/P) Tanggal Pengkajian : 24-09-2019


Umur : 19 tahun Pendidikan : SMA
Status Perkawinan : Belum menikah Jumlah Anak :-
Pekerjaan : Tidak bekerja Alamat : Kp. Cibeber
Informan : Pasien dan keluarga

II. ALASAN MASUK


Keluarga mengatakan bahwa klien sering tertawa sendiri tanpa sebab, suka menyendiri, tidak
pernah keluar rumah, jarang bersosialisasi dengan orang lain, klien pernah marah dan banting
piring di rumah, dan pernah menampar adiknya.

III. FAKTOR PREDISPOSISI

1. Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu? □ Ya √ Tidak


2. Pengobatan sebelumnya Berhasil Kurang berhasil Tidak berhasil
3. Pelaku/Usia Korban/Usia Saksi/Usia

Aniaya Fisik □□□ □□□ □□□


Aniaya seksual □□□ □□□ □□□

17
Penolakan □□□ □□□ □□□
Kekerasan □□□ □□□ □□□
Tindakan kriminal □□□ □□□ □□□

Jelaskan no 1,2,3 : Klien belum pernah di rawat terkait gangguan jiwa, klien tidak
mengalami penganiayaan fisik maupun seksual, tidak ada kekerasan dalam keluarga,
karena keluarga sangat sayang, tidak ada keluarga yang mengalami gangguan jiwa, klien
tidak pernah memukul atau pernah melakukan perilaku kekerasan lainnya.

Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

1) Adakah anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa? Ya √ Tidak

Masalah Keperawatan: Tidak ada masalah


2) Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan
Pernah jatuh dari motor bersama temannya waktu masih SMA

Masalah Keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan

IV. FISIK
1. Tanda vital : TD: 120/80 mmHg N: 86 x/menit, P: 18 x/menit,
2. Ukur : TB: 163 cm BB: 46 kg
3. Keluhan fisik :
Klien mengatakan tidak pusing atau mengeluh sakit, klien tampak selalu menghabiskan
makanannya dan suka dengan makanan di RSMM, klien sangat senang di ajak jalan
santai.

Masalah keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan

18
V. PSIKOSOSIAL
1. Genogram

19 th

Jelaskan: Klien sudah tidak mempunyai nenek dan kakek, klien tinggal
bersama orang tua, klien anak pertama dari tiga bersaudara.
2. Konsep Diri
a. Gambaran diri :
Klien tidak menyukai telapak tangan karena kulitnya terkelupas seperti ular
b. Identitas :
Klien bangga menjadi anak laki-laki karena bisa mengatur waktu sendiri
c. Peran :
Peran klien sebagai anak setelah lulus sekolah ingin bekerja, tidak ingin
melanjutkan kuliah karena bekerja bisa menghasilkan uang dan mengatakan
tugas akhir kuliah yang ribet.
d. Ideal diri :
Klien berharap cepat pulang dan dapat bertemu keluarganya karena ingin
membantu bapak di sawah
e. Harga Diri :
Klien merasa malu dengan diri sendiri sehingga klien lebih senang di rumah

19
sendiri di bandingkan berinteraksi dengan orang lain, di rumah klien juga
lebih asik sendiri karena jarang ada teman yang mau mengajak berbicara

Masalah keperawatan : Harga Diri Rendah Kronik

3. Hubungan Sosial
a. Orang yang berarti:
-Saat di rumah klien orang yang begitu dekat dan sangat berarti adalah ibu,
karena ibu yang memfasilitasi segala kebutuhan di rumah
-Saat di Rumah Sakit teman terdekat nya adalah Dhiva, menurut klien dhiva
bisa di ajak sharing mengenai agama dan keluh kesah yang klien rasakan.
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok / masyarakat:
Tidak pernah ikut kegiatan sekolah / masyarakat karena klien suka menyendiri
dan menonton tv
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain:
Malas berinteraksi dengan orang lain lebih suka bicara dengan Allah SWT

Masalah keperawatan : Isolasi Sosial

4. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan:
Klien mengatakan bahwa keyakinan klien terhadap sakitnya adalah pola
pikirnya yang harus dirubah, hal ini merupakan cobaan dari Allah SWT. Klien
mengatakan sering berbohong kepada ibu, bapak. Keyakinan saudara dekat
adalah perlu mandi kembang supaya pola pikir berubah.
b. Kegiatan ibadah:
Saat di rumah klien tidak sholat begitu pula di Rumah Sakit dan sekarang
klien melakukan sholat jika di suruh perawat.

Masalah keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan

20
VI. STATUS MENTAL
1. Penampilan
Penampilan bersih dan rapih, selalu menggunakan sarung, klien selalu mandi dan
menyisir rambutnya, baju ganti setiap hari, kuku tangan panjang dan sedikit kotor.
Diagnosa keperawatan: Defisit Perawatan Diri : Berhias

2. Pembicaraan
Klien berbicara dengan nada pelan, mudah di mengerti namun klien tidak mampu
memulai pembicaraan dan ketika tidak di tanya klien hanya menunduk dan diam.
Diagnosa keperawatan : Isolasi Sosial

3. Aktivitas Motorik
Klien tampak lesu dan jarang beraktivitas, lebih sering berdiam diri di kamar tidur
dan jarang bersosialisasi.
Diagnosa keperawatan : Isolasi Sosial

4. Alam Perasaan
Klien merasa putus asa karena tidak pernah di jenguk dan tidak kunjung di jemput oleh
bapaknya.
Diagnosa keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan

5. Afek
Afek datar. Klien berespon jika di berikan stimulus yang kuat, klien suka
menyendiri dan masih suka berdiam diri dan tidak fokus
Masalah keperawatan : Isolasi Sosial

6. Interaksi selama wawancara


Selama wawancara klien suka menunduk, diam, kontak mata kurang, tampak ragu
menjawab pertanyaan, sehingga harus doiulang beberapa kali
Masalah keperawatan : Isolasi Sosial

21
7. Persepsi
Klien mengatakan sering berbicara dengan Tuhan tentang masa depan dan sejarah
indonesia, klien tamak sering berbicara sendiri, senyum-senyum sendiri, klien
mengatakan Allah suka mengajak dia berbicara.
-Isi: mengatakan berbicara pada Allah, ada leluhur yang berbicara, berbicara mengenai
masa depan dan sejarah Indonesia
-Waktu: siang dan sore hari
-Frekuensi: 1-2x/hari
-Situasi: Kalau lagi diam dan saat berkumpul namun melamun
-Respon: Ya senang, jangan diabaikan diajak kompromi pelan-pelan (tampak senyum-
senyum sendiri)
Masalah Keperawatan: Halusinasi Pendengaran

8. Waham
Klien tidak memiliki keinginan besar atau keinginan yang tidak sesuai dengan
kenyataan saat ini. Klien hanya ingin cepat pulang.
Masalah Keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan

9. Proses Pikir
Klien menjawab pertanyaan dengan ragu-ragu dan kadang berbelit-belit namun
tujuan pembicaraan dapat tersampaikan
Masalah keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan

10. Tingkat Kesadaran


Kesadaran compos mentis namun klien mengatakan bingung ketika jalan santai karena
hanya keliling ruangan saja. Klien mampu menjawab orientasi tempat, waktu dan orang.
Masalah Keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan

22
11. Memori
Klien masih bisa mengingat kejadian atau kegiatan yang dilakukan hari ini, klien dapat
menceritakan kegiatan yang dilakukan di rumah, mengingat kontrak waktu.
Masalah Keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan

12. Tingkat konsentrasi dan berhitung


Klien mudah beralih dengan orang lain serta menunduk dan diam, saat interaksi
klien terkadang suka menghayal masa depannya di surga.
Masalah Keperawatan: Isolasi sosial dan halusinasi

13. Kemampuan Penilaian


Klien dapat memilih mandi sebelum makan atau makan setelah sholat setelah diberikan
stimulus oleh perawat.
Masalah Keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan

14. Daya Tilik Diri


Klien sadar bahwa dirinya sakit, dan pola pikirnya harus diubah
Masalah Keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan

VIII. ASPEK MEDIK


Diagnosa medik: Skizofrenia
Terapi Medik : Abilify 15 mg/ 24 jam/ oral
Lorazepam 0,5 mg/ 24 jam/ oral
Haloperidol 1,5 mg / 12 jam/ oral
Trihexyphenidyl 2mg/ 12 jam/ oral

IX. DAFTAR MASALAH KEPERAWATAN


1. Halusinasi 4. Resiko Perilaku Kekerasan
2. Isolasi Sosial 5. Defisit Perawatan Diri: Berhias
3. Harga Diri Rendah Kronik

23
ANALISA DATA

Tanggal DATA Masalah


Keperawatan
Selasa DS: Isolasi sosial
24/9/2019 Klien mengatakan malas dan malu berinteraksi
dengan orang lain, lebih senang menyendiri,
keluarga mengatakan kalau klien lebih memilih diam
dan menonton televise
DO:
-Tampak menyendiri
-Tidak ada inisiatif berinteraksi dengan orang lain
-Tidak mampu memulai pembicaraan
-Bicara dengan nada pelan
-Menjawab pertanyaan ragu-ragu
-Mudah teralihkan
-Suka menunduk dan diam
-Kontak mata kurang
DS: Harga diri rendah
-Klien mengatakan malas dan malu dengan dirinya kronik
yang jelek, jarang ada teman di rumah yang
mengajak bermain, keluarga mengatakan klien di
rumah hanya sekolah-pulang membantu bapaknya
dan jarang main, suka menonton televise
-Klien mengatakan pernah dibully jones saat SMA
DO:
-Kontak mata kurang
-Menunduk
-Menyendiri
DS: Defisit Perawatan
Klien mengatakan malas potong kuku “lagi pula Diri: Berhias
tidak ada yang ngelihatin”
DO:
Kuku tangan dan kaki panjang dan kotor

24
Kamis DS: Halusinasi
26/9/2019 Klien mengatakan mendengar suara-suara nyata
-Isi: mengatakan berbicara pada Allah, ada leluhur
yang berbicara, berbicara mengenai masa depan dan
sejarah Indonesia
-Waktu: siang dan sore hari
-Frekuensi: 1-2x/hari
-Situasi: Kalau lagi diam dan saat berkumpul namun
melamun
-Respon: Ya senang, jangan diabaikan diajak
kompromi pelan-pelan (tampak senyum-senyum
sendiri)
DO:
Klien tampak berbicara dan tersenyum sendiri, sering
menunduk, dan ontak mata kurang
DS: Resiko Perilaku
-Klien merasa kesal sandalnya hilang di ruang Kekerasan
rehabilitasi
-Klien mengatakan pernah menampar adiknya karena
adiknya selalu mengikuti dirinya
-Pernah membanting piring di rumah

25
POHON DIAGNOSA DAN DIAGNOSA KEPERAWATAN

A. Pohon Diagnosa

Resiko Perilaku Kekerasan

Halusinasi

Isolasi Sosial Defisit Perawatan


Diri

Harga Diri Rendah


Kronik

B. Daftar Dx Keperawatan berdasarkan Prioritas


1) Halusinasi
2) Isolasi Sosial
3) Harga Diri Rendah Kronik
4) Resiko Perilaku Kekerasan
5) Defisit Perawatan Diri: Berhias

26
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

HALUSINASI PENDENGARAN
Perencanaan
Diagnosa
Tgl No Dx
Keperawatan
Tujuan Kriteria Hasil Intervensi

1. Setelah 1x24 jam interaksi klien


TUM: Klien dapat mengontrol 1. Bina hubungan saling percaya
menunjukkan tanda-tanda percaya
halusinasi yang dialaminya dengan menggunakan prinsip
kepada perawat:
komunikasi terapeutik:
TUK 1:
o Ekspresi wajah bersahabat
 Sapa klien dengan ramah baik
Gangguan Klien dapat membina hubungan o Menunjukkan rasa senang
verbal maupun non verbal
persepsi: saling percaya o Ada kontak mata
 Perkenalkan nama, nama
halusinasi
o Mau berjabat tangan
panggilan dan tujuan perawat
(lihat/dengar/
o Mau menyebutkan nama
berkenalan
penghidu/raba/ o Mau menjawab salam
 Tanyakan nama lengkap dan nama
o Mau duduk berdampingan
kecap) panggilan yang disukai klien
dengan perawat
 Buat kontrak yang jelas
o Bersedia mengungkapkan
 Tunjukkan sikap jujur dan
masalah yang dihadapi
menepati janji setiap kali interaksi
 Tunjukkan sikap empati dan

27
menerima apa adanya
 Beri perhatian kepada klien dan
perhatikan kebutuhan dasar klien
 Tanyakan perasaan klien dan
masalah yang dihadapi klien
 Dengarkan dengan penuh
perhatian ekspresi perasaan klien

1. Adakan kontak sering dan singkat


secara bertahap
2. Observasi tingkah laku klien terkait
dengan halusinasinya
2.1 Setelah 1x24 jam interaksi klien
(*dengar/lihat/penghidu/raba/kecap),
menyebutkan:
jika menemukan klien yang sedang
TUK 2: o Isi
halusinasi:
o Waktu
Klien dapat mengenal halusinasinya  Tanyakan apakah klien mengalami
o Frekuensi
sesuatu (halusinasi
o Situasi dan kondisi yang
dengar/lihat/penghidu/raba/kecap)
menimbulkan halusinasi
 Jika klien menjawab ya, tanyakan
apa yang sedang dialaminiya
 Katakan bahwa perawat percaya
klien mengalami hal tersebut,

28
namun perawat sendiri tidak
mengalaminya (dengan nada
bersahabat tanpa menuduh atau
menghakimi)
 Katakan bahwa ada klien lain yang
mengalami hal yang sama
 Katakan bahwa perawat akan
membantu klien
3. Jika klien tidak sedang berhalusinasi
klarifikasi tentang adanya pengalaman
halusinasi, diskusikan dengan klien:
 Isi , waktu dan frekuensi terjadinya
halusinasi (pagi, siang, sore,
malam atau sering dan kadang-
kadang)
 Situasi dan kondisi yang
menimbulkan atau tidak
menimbulkan halusinasi

2.2 Setelah … x interaksi klien 1. Diskusikan dengan klien apa yang


menyatakan perasaan dan responnya dirasakan jika terjadi halusinasi
saat mengalami halusinasi: dan beri kesempatan untuk

29
o Marah mengungkapkan perasaannya.
o Takut
2. Diskusikan dengan klien apa yang
o Sedih
dilakukan untuk mengatasi
o Senang
perasaan tersebut.
o Cemas
o Jengkel 3. Diskusikan tentang dampak yang
akan dialaminya bila klien
menikmati halusinasinya

3.1 Setelah 3x24 jam interaksi klien 3.1 Identifikasi bersama klien cara atau
menyebutkan tindakan yang biasanya tindakan yang dilakukan jika terjadi
dilakukan untuk mengendalikan halusinasi (tidur, marah, menyibukkan
halusinasi. diri, dll).

3.2 Klien menyebutkan cara baru 3.2 Diskusikan cara yang digunakan
TUK 3:
mengontrol halusinasi. klien,
Klien dapat mengontrol
3.3 Klien dapat memilih dan  Jika cara yang digunakan
halusinasinya
memperagakan cara mengatasi adaptif beri pujian
halusinasi  Jika cara yang digunakan
(dengar/lihat/penghidu/raba/kecap). maladaptif diskusikan kerugian
cara tersebut.
3.4 Klien melaksanakan cara yang
telah dipilih untuk mengendalikan 3.3 Diskusikan cara baru untuk

30
halusinasinya. memutus/ mengontrol timbulnya
halusinasi:
3.5 Setelah Klien mengikuti terapi
aktivitas kelompok  Katakan pada diri sendiri
bahwa ini tidak nyata (“saya
tidak mau dengar/lihat/
penghidu/raba/kecap pada saat
halusinasi terjadi).
 Menemui orang lain
(perawat/teman/anggota
keluarga) untuk menceritakan
tentang halusinasinya
 Membuat dan melaksanakan
jadwal kegiatan sehari-hari
yang telah disusun.
 Meminta keluarga/teman/
perawat menyapa jika sedang
berhalusinasi.

3.4 Bantu klien memilih cara yang


sudah dianjurkan dan latih untuk
mencobanya

3.5 Beri kesempatan untuk melakukan

31
cara yang dipilih dan dilatih

3.6 Pantau pelaksanaan yang telah


dipilih dan dilatih, jika berhasil beri
pujian

3.7 Anjurkan klien mengikuti terapi


aktivitas kelompok, orientasi realita,
stimulasi persepsi

4.1 Buat kontrak dengan keluarga


untuk pertemuan (waktu, tempat, dan
topik).
4.1 Setelah … x pertemuan keluarga
menyatakan setuju untuk mengikuti 4.2 Diskusikan dengan keluarga (pada

pertemuan dengan perawat. saat pertemuan keluarga/kunjungan


TUK 4:
rumah)
4.2 Setelah …x interaksi keluarga
Klien dapat dukungan dari keluarga
menyebutkan pengertian, tanda dan  Pengertian halusinasi
dalam mengontrol halusinasinya
gejala, proses terjadinya halusinasi  Tanda dan gejala halusinasi

dan tindakan untuk mengendalikan  Proses terjadinya halusinasi.

halusinasi  Cara yang dapat dilakukan


klien dan keluarga untuk
memutus halusinasi.
 Obat-obatan halusinasi.

32
 Cara merawat anggota
keluarga yang halusinasi di
rumah (beri kegiatan, jangan
biarkan sendiri, makan
bersama, bepergian bersama,
memantau obat-obatan dan
cara pemberiannya untuk
mengatasi halusinasi).
 Beri informasi waktu kontrol
ke rumah sakit dan bagaimana
cara mencari bantuan jika
halusinasi tidak dapat diatasi di
rumah.

5.1 Setelah …x interaksi klien 5.1 Diskusikan dengan klien tentang

menyebutkan: manfaat dan kerugian tidak minum obat,

TUK 5: nama, warna, dosis, cara, efek terapi


o Manfaat minum obat
dan efek samping penggunaan obat.
Klien dapat memanfaatkan obat o Kerugian tidak minum obat
dengan baik o Nama, warna, dosis, efek 5.2 Pantau klien saat penggunaan obat.

samping obat 5.3 Beri pujian jika klien menggunakan

5.2 Klien mendemonstrasikan obat dengan benar.

33
penggunaan obat dengan benar. 5.4 Diskusikan akibat berhenti minum
obat tanpa konsultasi dengan dokter.
5.3 Interaksi klien menyebutkan
akibat berhenti minum obat tanpa 5.5 Anjurkan klien untuk konsultasi
konsultasi dokter kepada dokter/perawat jika terjadi hal-
hal yang tidak diinginkan

34
ISOLASI SOSIAL
Tgl No. Dx Diagnosa Tujuan Kriteria Hasil Intervensi

1. Bina hubungan saling percaya dengan:

 Beri salam setiap berinteraksi


TUM : Klien dapat 1. SetelaH 1x24 jam kali interaksi
 Perkenalkan nama, nama panggilan
berinteraksi dengan klien menunjukkan tanda-tanda percaya
perawat dan tujuan perawat berkenalan
orang lain kepada perawat:
 Tanyakan dan panggilan nama kesukaan
o Wajah cerah, tersenyum klien
Isolasi sosial o Mau berkenalan  Tunjukkan sikap jujur dan menepati janji
TUK :
o Ada kontak mata setiap kali berinteraksi
1. Klien dapat o Bersedia menceritakan perasaan  Tanyakan perasaan klien dan masalah yang
membina hubungan o Bersedia mengungkapkan dihadapi klien
saling percaya masalahnya  Buat kontrak interaksi yang jelas
 Dengarkan dengan penuh perhatian
ekspresi perasaan klien

2. Setelah 3 kali interaksi klien dapat 2.1 Tanyakan pada klien tentang:

menyebutkan minimal satu penyebab  Orang yang tinggal serumah / teman


menarik diri : sekamar klien
2. Klien mampu
menyebutkan o Diri sendiri  Orang yang paling dekat dengan klien di
penyebab menarik diri o Orang lain rumah / di ruang perawatan

o Lingkungan  Apa yang membuat klien dekat dengan


orang tersebut
 Orang yang tidak dekat dengan klien di

35
rumah / di ruang perawatan
 Apa yang membuat klien tidak dekat
dengan orang lain
 Upaya yang sudah dilakukan agar dekat
dengan orang lain

2.2 Diskusikan dengan klien penyebab menarik diri


atau tidak mau bergaul dengan orang lain.

2.3 Beri pujian terhadap kemampuan klien


mengungkapkan perasaannya

3. Setelah 5 kali interaksi dengan klien


dapat menyebutkan keuntungan 3.1 Tanyakan pada klien tentang :
3. Klien mampu berhubungan sosial, misalnya:
 Manfaat berhubungan social
menyebutkan o Banyak teman  Kerugian menarik diri
keuntungan o Bisa diskusi
3.2 Diskusikan bersama klien tentang manfaat
berhubungan social o Saling menolong, dan kerugian
berhubungan sosial dan kerugian menarik diri
dan kerugian menarik menarik diri, misalnya:
diri - Sendiri 3.3 Beri pujian terhadap kemampuan klien
- Kesepian mengungkapkan perasaannya
- Tidak bisa diskusi

4. Klien dapat 4. Setelah 5 kali interaksi klien dapat 4.1 Observasi perilaku klien saat berhubungan

melaksanakan melaksanakan hubungan sosial secara 4.2 Beri motivasi dan bantu klien untuk berkenalan
hubungan sosial bertahap dengan : / berkomunikasi dengan:
secara bertahap
o Perawat  Perawat lain

36
o Perawat lain  Klien lain
o Klien lain  Kelompok
o Kelompok
4.3 Libatkan klien dengan Terapi Aktifitas
Kelompok Sosialisasi

4.4 Diskusikan jadwal harian yang dapat dilakukan


untuk meningkatkan kemampuan klien
bersosialisasi.

4.5 Beri motivasi klien untuk melakukan kegiatan


sesuai dengan jadwal yang telah dibuat

4.6 Beri pujian terhadap kemampuan klien


memperluas pergaulannya melalui aktifitas yang
dilaksanakan.

5.1 Diskusikan dengan klien tentang perasaannya


5. Setelah 5 kali interaksi klien dapat
setelah berhubungan sosial dengan :
5. Klien mampu
menjelaskan perasaanya setelah
menjelaskan  Orang lain
berhubungan sosial dengan:
perasaannya setelah  Kelompok
o Orang lain
berhubungan social
5.2 Beri pujian terhadap kemampuan klien
o Kelompok
mengungkapkan perasaannya.

6. Klien mendapat 6.1 Setelah 5 kali pertemuan keluarga 6.1 Diskusikan pentingnya peran serta keluarga
dukungan keluarga dapat menjelaskan tentang : sebagai pendukung untuk mengatasi perilaku
dalam memperluas menarik diri.
o Pengertian menarik diri
hubungan sosisal
o Tanda dan gejala menarik diri 6.2 Diskusikan potensi keluarga untuk membantu

37
o Penyebab dan akibat menarik klien mengatasi perilaku menarik diri.
diri
6.3 Jelaskan pada keluarga tentang:
o Cara merawat klien menarik diri
 Pengertian menarik diri
6.2 Setelah … kali pertemuan keluarga
 Tanda dan gejala menarik diri
dapat mempraktekkan cara merawat klien
 Penyebab dan akibat menarik diri
menarik diri
 Cara merawat klien menarik diri

6.4 Latih keluarga cara merawat klien menarik diri.

6.5 Tanyakan perasaan keluarga setelah mencoba


cara yang dilatihkan.

6.6 Beri motivasi keluarga untuk membantu klien


untuk bersosialisasi.

6.7 Beri pujian kepada keluarga atas keterlibatannya


merawat klien di rumah sakit.

7.1 Setelah 5 kali interaksi klien 7.1 Diskusikan dengan klien tentang manfaat dan

menyebutkan: kerugian tidak minum obat, nama, warna, dosis,


cara,efek terapi dan efek samping penggunaan obat.
o Manfaat minum obat
7. Klien dapat o Kerugian tidak minum obat 7.2 Pantau klien saat menggunakan obat

memanfaatkan obat o Nama, warna, dosis, efek terapi 7.3 Beri pujian jika klien menggunakan obat dengan
dengan baik dan efek samping obat benar.

7.2 Setelah … kali interaksi klien 7.4 Diskusikan akibat berhenti minum obat tanpa
mendemonstrasikan penggunaan obat konsultasi dengan dokter
dengan benar
7.5 Ajurkan klien untuk konsultasi kepada

38
7.3 Setelah … kali interaksi klien dokter/perawat jika terjadi hal-hal yang tidak di
menyebutkan akibat berhenti minum obat inginkan.
tanpa konsultasi dokter

39
RESIKO PERILAKU KEKERASAN
Perencanaan
Diagnosa
Tgl No. Dx
Keperawatan
Tujuan Kriteria Hasil Intervensi

1. Bina hubungan saling percaya dengan:

1. Setelah 1x24 jam pertemuan  Beri salam setiap berinteraksi


TUM: Klien dapat
klien menunjukkan tanda-tanda  Perkenalkan nama, nama panggilan perawat dan
mengontrol perilaku
percaya kepada perawat: tujuan perawat berinterkasi
kekerasan
 Tanyakan dan panggilan nama kesukaan klien
Risiko Perilaku o Wajah cerah, tersenyum
TUK:  Tunjukkan sikap empati, jujur dan menepati janji
Kekerasan o Mau berkenalan
1. Klien dapat membina setiap kali berinteraksi
o Ada kontak mata
hubungan saling  Tanyakan perasaan klien dan masalah yang
o Bersedia menceritakan
percaya dihadapi klien
perasaan
 Buat kontrak interaksi yang jelas
 Dengarkan dengan penuh perhatian

2. Setelah 1x24 jam pertemuan


klien menceritakan penyebab 2. Bantu klien mengungkapkan perasaan kesalnya:
2. Klien dapat
perilaku kekerasan yang  Motivasi klien untuk menceritakan penyebab rasa
mengindentifikasi
dilakukannya: kesal atau jengkelnya
penyebab perilaku
o Menceritakan penyebab  Dengarkan tanpa menyela atau memberi penilaian
kekerasan yang
perasaan jengkel/ kesal baik setiap ungkapan perasaan klien
dilakukannya
dari diri sendiri maupun
lingkungannya

40
3. Setelah 2x pertemuan klien
3. Bantu klien mengungkapkan tanda-tanda perilaku
menceritakan tanda-tanda saat
kekerasan yang dialaminya:
terjadi perilaku kekerasan:
 Motivasi klien memceritakan kondisi fisik (tanda-
3. Klien dapat o Tanda fisik: mata merah, tanda fisik)saat perilaku kekerasan terjadi
mengidentifikasi tanda- tangan mengepal, ekspresi  Motivasi klien menceritakan kondisi emosinya
tanda perilaku tegang dan lain-lain (tanda-tanda emosional) saat terjadi perilaku
kekerasan o Tanda emosional: perasaan kekerasan
marah, jengkel, bicara kasar  Motivasi klien menceritakan kondisi hubungan
o Tanda sosial: bermusuhan yang dengan orang lain (tanda-tanda sosial) saat terjadi
dialami saat terjadi perilaku perilaku kekerasan
kekerasan

4. Setelah 2x pertemuan klien


menjelaskan: 4. Diskusikan dengan klien perilaku kekerasan yang
dilakukannya selama ini:
o Jenis-jenis ekspresi
4. Klien dapat kemarahan yang selama ini  Motivasi klien memceritakan jenis-jenis tindak
mengidentifikasi jenis telah dilakukannya kekerasan yang selama ini pernah dilakukannya.
perilaku kekerasan yang o Perasaannya saat  Motivasi klien menceritakan perasaan klien setelah
pernah dilakukannya melakukan kekerasan tindak kekerasan tersebut terjadi.
o Efektifitas cara yang  Diskusikan apakah dengan tindak kekerasan yang
dipakai dalam dilakukannya masalah yang dialami teratasi
memyelesaikan masalah

5. Klien dapat 5. Setelah 2x pertemuan klien A. Diskusikan dengan klien akibat negative
mengidentifikasi menjelaskan akibat tindak (kerugian) cara yang dilakukan pada:
akibat perilaku kekerasan yang dilakukannya:  Dirisendiri

41
kekerasan o Diri sendiri: luka, dijauhi  Orang lain/ keluarga
teman, dll.  Lingkungan
o Orang lain/ keluarga: lika,
tersingguang, ketakutan,
dll.
o Lingkungan: barang atau
benda rusak dll.

6. Diskusikan dengan klien:

 Apakah klien mau mempelajari cara baru


mengungkapkan marah yang sehat
 Jelaskan berbagai alternative pilihan untuk
6. Setelah 2x pertemuan mengungkapkan marah selain perilaku kekerasan
6. Klien dapat klien: yang diketahui klien.
mengidentifikasi cara  Jelaskan cara-cara sehat untuk mengungkapkan
o Menjelaskan cara-cara
kontruktif dalam marah:
sehat mengungkapkan
mengungkapkan  Cara fisik: nafas dalam, pukul bantal atau kasur,
marah
kemarahan olah raga.
 Verbal mengungkapkan bahwa dirinya sedang
kesal kepada orang lain
 Sosial: latihan asertif dengan orang lain
 Spiritual: sembahyang/doa, zikir, meditasi, dsb
sesuai dengan keyakinan agama yang dianutnya

7. Klien dapat 7. Setelah 2x pertemuan klien 7.1 Diskusikancara yang mungkin dipilih dan anjurkan
mendemonstrasikan memperagakan cara mengontrol klien memilih cara yang mungkin untuk mengungkapkan

42
cara mengontrol perilaku kekerasan: kemarahan
perilaku kekerasan
o Fisik: tarik nafas dalam, 7.2 Latih klien memperagakan cara yang dipilih:
memukul bantal/kasur
 Peragakan cara melaksanakan yang dipilih.
o Verbal: mengungkapkan
 Jelaskan manfaat cara tersebut.
perasaan kesal/jengkel pada
 Anjurkan klien menirukan peragaan yang sudah
orang lain tanpa menyakiti
dilakukan
o Spiritual: zikir/doa, meditasi
 Beri penguatan pada klien, perbaiki cara yang
sesuai agamanya
masih belum sempurna

7.3 Anjurkan klien menggunakan cara yang sudah dilatih


saat marah/jengkel

8.1 Diskusikan pentingnya peran serta keluarga sebagai


pendukung klien untuk mengatasi perilaku kekerasan.

8.2 Diskusikan potensi keluarga untuk membantu klien


8. Setelah …X pertemuan untuk mengatasi perilaku kekerasan.
keluarga:
8. Klien mendapat 8.3 Jelaskan pengertian, pernyebab, akibat dan cara
o Menjelaskan cara merawat merawat klien perilaku kekerasan yang dapat
dukungan keluarga
klien dengan perilaku dilaksanakan keluarga.
untuk mengontrol
kekerasan
perilaku kekerasan 8.4 Peragakan cara merawat klien (menangani perilaku
o Mengungkapkan rasa puas
kekerasan).
dalam merawat klien
8.5 Beri kesempatan keluarga untuk memperagakan
ulang.

8.6 Beri pujian kepada keluarga setelah memperagakan.

43
8.7 Tanyakan perasaan keluarga setelah mencoba cara
yang dilatihkan.

9.1 Setelah … X pertemuan klien 9.1 Jelaskan mamfaat menggunakan obat secara teratur
menjelaskan:
9.2 Jelaskan kepada klien:
o Manfaat minum obat
 Jenis obat ( nama, warna, bentuk obat)
o Kerugian tidak minum
 Dosis yang tepat untuk klien
obat
 Waktu pemakaian
9. Klien o Bentuk dan warna obat
 Cara pemakaian
menggunakan obat o Dosis yang diberikan
 Efek yang akan dirasakan
sesuai program yang kepadanya
telah ditetapkan o Waktu pemakaian 9.3 Anjurkan klien:
o Cara pemakaian  Minta dan menggunakan obat tepat waktu
o Efek yang dirasakan  Lapor keperawat/ dokter jika mengalami efek

9.2 Setelah … X pertemuan klien yang tidak biasa


menggunakan obat sesuai  Beri pujian terhadap kedisiplinan klien

program menggunakan obat

44
CATATAN PERKEMBANGAN KEPERAWATAN
Nama Klien : Tn.Niko
No. RM : 0372356
Ruangan : Yudistira
Hari/tgl/pukul Implementasi Evaluasi Paraf
Selasa, 24 Sep Ds : Mengatakan malas bersosialisasi S : Klien mengatakan senang sudah diajak bicara, Rendy
2019 Do : Klien suka menyendiri & melamun mengatakan malas bersosialisasi, menyebutkan
dikamar, jarang beraktifitas dan berkomunikasi keuntungan & kerugian bersosialisasi,
10.00-10.30
dengan orang lain, kontak mata kurang suka menyebutkan cara berkenalan dengan orang lain.
mematung. O :Sering diam, melamun, mudah teralih, bicara
Dx : Isolasi Sosial pelan afek tumpul, kontak mata kurang.
Tindakan : A : Isolasi Sosial
-BHSP, mendiskusikan keuntungan dan kerugian P : Anjurkan cara berkenalan 2x/hari.
bersosialisasi dengan orang lain, menjelaskan
cara berkomunikasi atau berkenalan,
mempraktikan cara berkenalan.
-Menganjurkan pasien untuk menganjurkan
kedalam jadwal kegiatan harian.
RTL :
-Latih cara berkenalan dengan orang lain
-Latih cara memperkenalkan teman barunya

45
S : Klien mengatakan iya besok saya potong kuku
11.00-11.20
Ds : klien mengatakan malas memotong kuku O : Tidak tersedia gunting kuku, kuku masih
Do : Pakaian rapih, bersih, rambut rapih, kuku terlihat panjang dan kotor.
panjang dan kotor, kulit tangan tampak A : DPD belum teratasi
terkelupas. P :Identifikasi terkait perawatan diri lainnya :
Dx : Defisit Perawatan diri mandi, berganti pakaian, BAB, BAK, berhias.
Tindakan :
-Menganjurkan memotong dan membersihkan
kuku setiap hari
RTL :
-Edukasi pentingnya menjaga kebersihan diri:
memotong kuku
-Bantu & fasilitasi serta memotivasi untuk
menjaga kebersihan diri.

46
Hari/tgl/pukul Implementasi Evaluasi Paraf
Rabu, 25 Sep Ds : - S : Klien mengatakan senang punya teman,
2019 Do : klien masih suka menyendiri, tidak ada mengerti cara berkenalan ingin mengikuti jalan
10.00-10.15 inisiatif untuk berinteraksi dengan orang lain, santai bersama teman barunya.
kontak mata kurang, melamun , jarang O :Tampak mengangguk (paham), mampu
beraktifitas. berkenalan dengan 2 orang, kontak mata masih
Dx : Isolasi Sosial kurang, masih suka menunduk, diam, mudah
Tindakan : teralihkan.
-Mengevaluasi pengetahuan klien terkait A : Isolasi Sosial
keuntungan dan kerugian bersosialisasi dengan P : Anjurkan berkenalan dengan orang lain
orang lain 5x/hari & menyebutkan nama temannya.
-Mempraktikan cara berkenalan dengan orang
lain
RTL :
-Ajarkan klien cara memperkenalkan teman
barunya pada perawat.

Ds : - S : Klien mengatakan senang kukunya rapih dan


11.15-11.30
Do : Pakaian rapih dan bersih, makan habis dan bersih sudah tidak kotor lagi.
sedikit berantakan, BAB/BAK ditempatnya, O : Memotong kuku mandiri
rambut rapih. A : Defisit perawatan diri ; memotong kuku
Dx : Defisit perawatan diri P : Anjurkan mandi dan gosok gigi 2x/hari

47
Tindakan ; -Anjurkan keramas 2x/minggu
-Membantu mengidentifikasi kurang perawatan -Anjurkan memotong kuku 2x/minggu.
diri lainnya
-Membatu & fasilitasi perawatan diri :
memotong kuku.
-Menganjurkan utk menjaga kebersihan diri
lainnya
-Menganjurkan untuk memasukan ke dala jadwal
kegiatan harian
RTL :
Evaluasi dan motifasi klien untuk tetap menjaga
kebersihan diri.

48
Hari/tgl/pukul Implementasi Evaluasi Paraf
Kamis , 26 Ds : Klien mengatakan malas berinteraksi S : Klien mengatakan senang bisa berkenalan dan
Sep 2019 Do : Klien menyendiri dikamar, masih tidak ada punya banyak teman,tetapi malas berinteraksi.
inisiatif untuk bersosialisasi, kontak mata sudah O :Kontak mata mulai lama namun sesekali
10.00-10.30 mulai lama, sesekali masih menunduk,diam, menunduk dan diam mulai berkurang, inisiatif
mudah teralihkan. berkenalan dengan orang lain sudah muncul, klien
Dx : Isolasi Sosial mengisi jadwaal kegiatan harian.
Tindakan : A : Isolasi Sosial
-mengevaluasi jadwal kegiatan harian P : Memperkenalkan 3 teman barunya kepada
-Melatih cara memperkenalkan temannya perawat.
-Memberikan kesempatan untuk mempraktikan
cara memperkenalkan teman barunya.
Memberikan kesempata untuk berkenalan
dengan orang lain.
-menganjurkan pasien untuk menganjurkan
kedalam jadwal kegiatan harian.
RTL :
-Latih pasien bercakap-cakap saat melakukan
kegiatan sehari-hari

49
Hari/tgl/pukul Implementasi Evaluasi Paraf
Jumat, 27 Sep Ds : Klien mengatakan mendengar suara-suara S : Klien mengatakan senang bicara dengan allah,
2019 Do : Klien berbicara sendiri , senyum-senyum berbicara tentang indonesia dan masa depan
sendiri, tertawa sendiri, melamun dan disurga, klien tidak mau menghardik
10.30-11.00 menyendiri halusinasinya.
Dx : Halusinasi pendengaran O : Melamun, diam berkurang, mudah teralih,
Tindakan : berbicara sendiri & tertawa sendiri, membicarakan
-membantu mengidentifikasi isi,jenis, frekuensi, isi halusinasinya.
dan waktu halusinasi -Klien tidak fokus saat dilakukan pengkajian
-membantu mengidentifikasi situasi yang A : Halusinasi Pendengaran
menimbulkan halusinasi P : Melatih mengontrol halusinasinya dengan
-mengidentifikasi respon terhadap halusinasinya bercakap-cakap
-mengajarkan pasien menghardik
-menganjurkan pasien untuk menganjurkan
kedalam jadwal kegiatan harian.
RTL :
-Identifikasi frekuensi, jenis dan situasi yang
menimbulkan halusinasi
-Latih cara mengontrol halusinasi dengan
bercakap-cakap

50
Hari/tgl/pukul Implementasi Evaluasi Paraf
Sabtu, 28 Sep Ds : Klien mengatakan senang berbicara dengan S : Klien mengatakan tidak mau menghardik
2019 allah, berbicara indonesia dan masa depan allah, hanya mau melakukan bercakap-cakap
disurga. O :Klien mampu melakukan bercakap-cakap
10.45-11.00 Do : Klien berbicara sendiri, senyum-senyum namun masih beluam ada inisiatif
sendiri, tertawa sendiri, melamun dan sering bertanya/memulai pembicaraan, mudah teralih,
menyendiri, kurang fokus jika halusinasi timbul.
Dx : Halusinasi pendengaran A : Halusinasi Pendengaran
Tindakan : P : Melatih bercakap-cakap dan memulai
-Mengidentifikasi waktu & frekuensi serta waktu pembicaraan.
yang menyebabkan timbul halusinasi
-Mengajarkan klien mengontrol halusinasi
dengan bercakap-cakap
-Menganjurkan pasien untuk menganjurkan
kedalam jadwal kegiatan harian.
RTL :
--Latih cara mengontrol halusinasi dengan
bercakap-cakap
-Latih cara mengontrol halusinasi dengan
kegiatan yang terjadwal.

51
Hari/tgl/pukul Implementasi Evaluasi Paraf
Senin, 30 Sep Ds : Klien mengatakan malu dengan dirinya, S : Klien mengatakan senang sudah membantu
2019 merasa dirinya jelek dan mengatakan malas perawat merapihkan tempat tidurnya dan tempat
Do : Menunduk, diam berkurang, kontak mata tidur temannya.
10.00-10.20 masih kurang namun sesekali melihat perawat. O :Klien tampak senang, kontak mata sudah mulai
Dx : Harga diri rendah kronik lamakurang namun sesekali melihat perawat,
Tindakan : mulai ada inisiatif untuk berinteraksi dengan
-Mengidentifikasi kemampuan positif yang orang lain
dimiliki A : Harga diri rendah kronik
-Membantu pasien menilai kemampuan yang P : Anjurkan untuk selalu merapihkan tempat
dapat dilakukan tidur setiap bangun tidur.
Membantu pasien memilih kegiatan yang akan
dilatih sesuai kemampuannya
-Memberikan pujian atas keberhasilannya
-Menganjurkan pasien untuk menganjurkan
kedalam jadwal kegiatan harian.
RTL :
- Melatih kemampuan positif kedua sholat dan
berdoa
-Identifikasi kemampuan positif lainnya

52
Hari/tgl/pukul Implementasi Evaluasi Paraf
Selasa, 01 Okt Ds : Klien mengatakan senang berbicara dengan S : Klien senang punya teman berbicara, suara
2019 allah, berbicara indonesia dan masa depan suara sudah jarang muncul saat berbicara dengan
10.30-10.50 disurga, allah selalu mengajak berbicara saat teman
diam dan melamun. O : Klien melakukan merapihkan tempat tidur,
Do : Klien berbicara sendiri, senyum-senyum sholat, membantu menyiapkan makan dan
sendiri, tertawa sendiri tanpa sebab, melamun merapihkan meja makan, namun masih belum ada
dan menyendiri berkurang inisiatif bertanya/memulai pembicaraan, mudah
Dx : Halusinasi pendengaran teralih, mengisi jadwal kegiatan harian.
Tindakan : A : Halusinasi Pendengaran
-Mengidentifikasi waktu & frekuensi serta waktu P :
yang menyebabkan timbul halusinasi -Anjurkan untuk melakukan bercakap-cakap
-Mengajarkan klien mengontrol halusinasi setiap halusinasi timbul
dengan kegiatan terjadwal -Anjurkan melakukan aktivitas terjadwal saat
-Menganjurkan pasien untuk menganjurkan halusinasi timbul
kedalam jadwal kegiatan harian.
RTL :
-Latih cara mengontrol halusinasi dengan patuh
minum obat.

53
Hari/tgl/pukul Implementasi Evaluasi Paraf
Rabu, 02 Okt Ds : Klien mengatakan senang berbicara dengan S : Klien mengatakan tidak mau menghardik
2019 allah, berbicara indonesia dan masa depan allah, hanya mau melakukannyabercakap-cakap
disurga. dan merapihkan tempat tidur, sholat berdoa dan
11-15-11.30 Do : Klien berbicara sendiri , senyum-senyum menyiapkan makan
sendiri, tertawa sendiri, melamun dan O : Klien mampu melakukan bercakap-cakap
menyendiri mandiri namun masih belum ada inisiatif
Dx : Halusinasi pendengaran bertanya/memulai pembicaraan, klien mampu
Tindakan : melakukan aktivitas terjadwal secara mandiri,
-Mengidentifikasi waktu & frekuensi serta waktu klien mampu mengisi jadwal kegiatan harian
yang menyebabkan timbul halusinasi A : Halusinasi Pendengaran
-Mengajarkan klien mengontrol halusinasi P : Evaluasi cara bercakap-cakap dan kegiatan
dengan Patuh Minum obat terjadwal serta anjurkan melakukan aktivitas
-Menganjurkan pasien untuk menganjurkan terjadwal jika halusinasi timbul
kedalam jadwal kegiatan harian.
RTL :
-Latih cara mengontrol halusinasi dengan patuh
minum obat.

54
Hari/tgl/pukul Implementasi Evaluasi Paraf
Kamis, 03 Okt Ds : Klien mengatakan suara allah sudah tidak S : Klien mengatakan leluhur saya sering
2019 ada, tapi ada leluhur saya yang suka ngajak menasihati saya sholat dan berdoa
11-00- 11.30 ngobrol O : Klien mampu melakukan bercakap-cakap
Do : Klien tampak berbicara sendiri, senyum- namun masih belum ada inisiatif,
senyum sendiri, melamun dan bertanya/memulai pembicaraan, mudah teralih,
menyendiriberkurang, kontak mata sudah mulai kurang fokus jika halusinasi timbul, mampu
lama. menyebutkan jumlah, warna dan bentuk obat,
Dx : Halusinasi pendengaran masih belum mampu mengingat nama obat
Tindakan : A : Halusinasi Pendengaran
-Mengidentifikasi isi, waktu & frekuensi serta P : Evaluasi bercakap-cakap dan menganjurkan
waktu yang menyebabkan timbul halusinasi melakukan kegiatan terjadwal sesuai jadwal
-Mengajarkan klien mengontrol halusinasi kegiatan harian setiap halusinasinya timbul
dengan Patuh Minum obat
-Menganjurkan pasien untuk menganjurkan
kedalam jadwal kegiatan harian.
RTL :
-Latih cara mengontrol halusinasi dengan patuh
minum obat.

55
Hari/tgl/pukul Implementasi Evaluasi Paraf
Jumat, 04 Okt Ds : Klien mengatakan leluhur saya sering S : Klien mengatakan suara leluhurnya laki-laki,
2019 manggil nama saya dan menasihati saya tentang selalu memanggil nama saya dan selalu
sholat dan mengaji mengingatkan sholat dan mengaji, suara muncul
11.10-11.30 Do : Klien berbicara sendiri, senyum-senyum saat saya diam sendirian dan saat mau makan.
sendiri, melamun dan menyendiri masih ada O : Klien menyebutkan isi, jenis,waktu dan
namun sudah berkurang, kontak mata sudah frekuensi halusinasi timbul, kontak mata mulai
mulai lama. lama, melamun berkurang,
Dx : Halusinasi pendengaran A : Halusinasi Pendengaran
Tindakan : P :
-Mengidentifikasi isi, waktu & frekuensi serta -Latih cara mengontrol halusinasi dengan cara
siatuasi yang menyebabkan timbul halusinasi menghardik
-Mengajarkan klien mengontrol halusinasi
dengan Patuh Minum obat
-Menganjurkan pasien untuk menganjurkan
kedalam jadwal kegiatan harian.
RTL :
-Evaluasi cara mengontrol halusinasi dengan
bercakap-cakap, kegiatan terjadwal dan patuh
minum obat.

56
Hari/tgl/pukul Implementasi Evaluasi Paraf
Sabtu, 05 Okt Ds : Klien mengatakan pernah dilempar centong S : Klien mengatakan senang dan merasa lebih
2019 oleh ayah karena menampar adiknya. tenang telah melakukan tarik napas dalam.
Do : klien tangan mengepal, bicara keras saat O : Klien mampu melakukan latihan tarik napas
12-30-12.45 membicarakan pengalaman yang tidak dalam secara mandiri, klien kooperatif, mampu
menyenangkan. menyebutkan akibat marah, tanda dan gejala
Dx : Risiko Perilaku Kekerasan marah serta dapat mengontrol prilaku marah.
Tindakan : A : Risiko Perilaku Kekerasan
-Mengidentifikasi penyebab, tanda & gejala, P : Melatih tarik napas dalam 2x/ hari
akibat PK
-Menyebutkan cara mengontrol PK
-Mengajarkan klien mengontrol PK dengan cara
latihan tarik nafas dalam
-Menganjurkan pasien untuk menganjurkan
kedalam jadwal kegiatan harian.
RTL :
-Evaluasi mengontol marah dengan tarik napas
dalam
-Latih cara mengontrol PK dengan cara pukul
bantal

57
Hari/tgl/pukul Implementasi Evaluasi Paraf
Senin, 07 Okt Ds : Klien mengatakan pernah dilempar centong S : Klien mengatakan senang dan merasa lebih
2019 oleh ayah karena menampar adiknya, dan merasa tenang ketika melakukan tarik napas dalam.
10.35-11.00 tidak senang jika diikuti adikya. O : Klien mampu mempraktekan kembali latihan
Do : Tangan klien mengepal, bicara keras saat tarik napas dalam secara mandiri, klien kooperatif,
membicarakan pengalaman yang tidak mampu menyebutkan akibat marah, tanda dan
menyenangkan, wajah cemberut. gejala marah serta dapat mengontrol prilaku
Dx : Risiko Perilaku Kekerasan marah.
Tindakan : A : Risiko Perilaku Kekerasan
-Mengidentifikasi penyebab, tanda & gejala, P : Melatih tarik napas dalam ketika rasa kesal/
akibat PK marah itu muncul 2x/hari
-Menyebutkan cara mengontrol PK
-Evalusi mengontrol PK dengan cara latihan
tarik nafas dalam
-Menganjurkan pasien untuk menganjurkan
kedalam jadwal kegiatan harian.
RTL :
--Latih cara mengontrol PK dengan cara pukul
bantal

58
Hari/tgl/pukul Implementasi Evaluasi Paraf
Selasa, 08 Okt Ds : Klien mengatakan leluhur sering memanggil S : Klien mengatakan mau melakukan menghardik
2019 nama saya. jika halusinasi timbul
12.30-13.00 Do : Klien senyum-senyum sendiri, tertawa, tiba- O : Klien mampu melakukan secara mandiri
tiba diam, melamun dan menyendiri, kontak teknik menghardik, klien kooperatif , mudah
mata mulai lama, sesekali menunduk. teralih, kontak mata lama, menyendiri berkurang,
Dx : Halusinasi pendengaran sesekali diam/mematung
Tindakan : A : Halusinasi Pendengaran
-Mengidentifikasi waktu & frekuensi serta waktu P : Anjurkan menghardik ketika halusinasi
yang menyebabkan timbul halusinasi muncul
-Mengajarkan klien mengontrol halusinasi -Evaluasi cara mengontol halusinasi dengan cara
dengan Menghardik sebelumnya
-Menganjurkan pasien untuk menganjurkan
kedalam jadwal kegiatan harian.
RTL :
-Evaluasi jadwal kegiatan harian
-Evaluasi mengontrol halusinasi dengan cara
bercakap-cakap, kegiatan yang terjadwal, patuh
minum obat dan menghardik

59
BAB IV

PEMBAHASAN

Bab IV pembahasan kelompok akan membahas mengenai kesenjangan yang terdapat pada
konsep dasar (teori) dan studi kasus pada klien halusinasi pendengaran yang dimulai dengan
membahas pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi, dan evaluasi.

A. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses keperawatan. Tahap
pengkajian terdiri atas pengumpulan data dan perumusan kebutuhan atau masalah klien.
Data yang dikumpulkan meliputi data biologis, psikologis, sosial dan spiritual. Dalam
pengumpulan data penulis menggunakan metode wawancara terhadap klien dan observasi
terhadap studi dokumen milik klien. Pengumpulan data penulis menggunakan metode
autoanamnesa dan alloanamnesa.
Menurut Fitria (2009), pengkajian adalah data yang dikumpulkan meliputi faktor
predisposisi, faktor presipitasi, penilaian terhadap stressor, sumber koping dan kemampuan
koping yang dimiliki klien. Pada pengkajian riwayat kesehatan klien, kelompok memperoleh
data bahwa riwayat alasan klien masuk RS Marzoeki Mahdi karena klienmarah-marah
membanting piring dirumah dan pernah menampar adiknya, tertawa sendiri tanpa sebab,
suka menyendiri dan tidak pernah keluar rumah. Klien saat ini mengalami defisit nutrisi
dengan nilai IMT 17,35 yaitu dikategorikan kurang.
Klien didiagnosa medis Skizofrenia merupakan penyakit atau gangguan mental dengan
ditandai Distorsi persepsi dan prilaku. Skizofrenia merupakan gangguan yang bersifat kronik
yang terdiri dari gejala positif dan gejala negatif. Gejala positif disebabkan karena kelebihan
fungsi kognitif yang mengakibatkan Halusinasi dan Waham. Gejala negatif di sebabkan
karena penekanan fungsi kognitif yang menyebabkan individu apatis dan menarik diri dari
aktifitas sosial (Sie,2011). Berbeda dengan Duckworth (2013) Skizofrenia terdiri dari gejala
positif gejala negatif dan gejala kognitif. Gejala positif (Psikotik) dari Skizofrenia yaitu
Waham atau kepercayaan terhadap sesuatu hal yang tidak benar, halusinasi pendengaran
atau penglihatan yang tidak nyata, serta pembicaraan yang tidak sistimatis sebagai
ketidakmampuan individu untuk berfikir logis. Gejala negatif terdiri dari kurang ekpresi,
ketidakmampuan memulai dan mengikuti aktivitas dan kurang ketertarikan pada
kehidupan.gejala kognitif terdiri dari permasalahan dalam memprioritaskan tugas, ingatan,
dan pemikiran serta tidak sadarnya terhadap penyakit. Berdasarkan teori tersebut Tn.
Ngejala yang muncul atau dialami yaitu Halusinasi (Pendengaran) yang hidup didukung
oleh data subjektif yang didapatkan adalah Tn. N mengatakan bahwa mendengar suara tuhan
yang bicara tentang masa depan dan sejarah indonesia, kadang suara seperti leluhurnya yang
menasehati dirinya untuk sopan dan banyak tersenyum. Frekuensi bisikannya terjadi setiap
siang dan sore hari dan data objektif yang didapatkan adalah pasien lebih suka menyendiri,
tampak senyum sendiri, kontak mata tidak ada, tatapan mata kosong, sering melamun dan
susah memulai pembicaraan. Selain itu perilaku klien berubah-ubah, menarik diri dari
lingkungan, dan terdapat riwayat perilaku kekerasan.
Faktor predisposisi menurut Direja (2011) faktor pendukung klien yang berperilaku
maladaptif antara lain biologis, psikologis dan sosial budaya. Berdasarkan faktor biologis
klien mengalami Skizofrenia. Faktor psikologis didapatkan bahwa Tn. N saat SMA pernah
mengalami bullying karena tidak memiliki kekasih dan dicap jomblo ngenes. Klien pernah
dilempar dengan centong nasi oleh ayahnya hingga kaca rumah pecah yang selalu dirinya
ingat. Klien pernah dipecat dari pekerjaan karena sering melamun. Pada faktor sosial Tn. N
tidak pernah mengikuti kegiatan diluar sekolah, dari kecil kegiatan klien hanya sekolah dan
pulang kerumah untuk beristirahat sehingga klien tidak memiliki banyak teman. Klien
mengatakan hanya memiliki teman dalam media sosial saja sehingga tidak memiliki teman
dekat untuk bercerita. Keluarga klien tidak memiliki riwayat gangguan jiwa (Skizofrenia)
pada keluarga. Faktor presipitasi menurut Stuart dan Laria (2016), faktor pencetus dapat
bersumber dari lingkungan atau interaksi dengan orang lain. Faktor presipitasi pada Tn. N
yaitu klien mengalami stress Psikososial karena klien memiliki keinginan yang tidak
tercapai yaitu membalas budi kepada keluarga dengan mencukupi kebutuhan keluarga
namun tidak dapat klien lakukan karena masih kekurangan untuk kebutuhan dirinya. Selain
itu klien tidak mudah bergaul dan tidak memiliki teman dekat untuk berbagi cerita sehingga
lebih sering menyendiri. Klien tidak menyukai dirinya yang jelek karena bagian tangan
kulitnya selalu mengelupas.

61
Mekanisme koping menurut Direja (2011), perawat perlu mengidentifikasikan
mekanisme koping klien, sehingga dapat membantu untuk mengembangkan mekanisme
koping yang kontruksi dalam mengekspresikan keinginannya. Klien memiliki mekanisme
koping maladaptif memilih menyelesaikan masalahnya dengan menarik diri karena tidak
mampu bercerita dengan orang lain dan merokok.

B. Diagnosa
Diagnosa keperawatan adalah identifikasi atau penilaian terhadap pola respon klien baik
aktual maupun potensial (Stuart & Laraia, 2001). Keliat (2014) mendefinisikan diagnosa
keperawatan sebagai penilaian teknik mengenai respon individu, keluarga, komunitas
terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang aktual maupun potensial.

Menurut Yusuf, dkk (2015) Diagnosa keperawatan halusinasi dapat disebabkan oleh
isolasi sosial yang mengakibatkan terjadinya Resiko Perilaku kekerasan. Pada kasus
kelompok kelolaan ini diagnosa keperawatannya adalah halusinasi pendengaran yang
menjadi akibat dari isolasi sosial menimbulkan perilaku kekerasan dan defisit perawatan
diri. Penyebab dari isolasi sosial pada klien adalah harga diri rendah kronis yang telah
berlangsung lama.

Berdasarkan teori menurut Yusuf,dkk (2015)Halusinasi merupakan suatu keadaan yang


memaksa fungsi sensori persepsi sesuai seperti realita.Tanda dan gejala halusinasi
pendengaran terbagi atas data subjektif dan data objektif. Data subjektifnya adalah klien
mendengar suara-suara atau kegaduhan, mendengar suara-suara yang mengajak bercakap-
cakap, mendengar suara yang menyuruh melakukan sesuatu yang berbahaya. Data objektif
yaitu berbicara atau tertawa sendiri, marah-marah tanpa sebab, mengarahkan telinga kearah
tertentu, dan menutup telinga. Pada klien didapatkan data subjektif yaitu mendengar suara
tuhan yang mengajaknya berbicara tentang masa depan dan sejarah indonesia, pada hari
berikutnya klien mendengar suara sesepuhnya yang menasehatinya agar sopan dan banyak
tersenyum. Suara terdengar pada waktu siang dan sore hari, klien menyenangi suara tersebut
dan respon klien saat suara tersebut datang senang dan tesenyum. Data objektif pada klien
yaitu tampak senyum sendiri, klien lebih suka menyendiri, kontak mata tidak ada, tatapan
mata kosong, sering melamun dan susah memulai pembicaraan.Halusinasi klien ada pada
fase I comforting yang menyenangkan baginya.

62
Isolasi sosial pada klien ditemukan tanda gejala bahwa klien suka menyendiri tidak ada
inisiatif berionteraksi dengan orang lain, kontak mata kurang, melamun, dan malas
beraktifitas. Hal ini sejalan dengan teori Dermawan dan Rusdi (2013) yang mengatakan
isolasi sosial yaitu keadaan dimana seseorang mengalami penurunan dan tidak mampu
berinteraksi dengan orang lain disekitarnya.

Dorongan rasa marah klien berupa kekesalan yang terpendam serta keinginan yang
tidak terpenuhi. Selama perawatan diruang yudistira kelompok hanya mengamati satu dari
tanda gejala resiko prilaku kekerasan yaitu ungkapan klien merasa kesal atas dua hal yaitu
karena merasa diatur, yang kedua klien merasa marah dan geram karena sendalnya hilang.
Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang diarahklan pada tujuan menyakiti atau
melukai orang lain yang di motivasi menghindari prilaku tersebut (Stuart & Sudden, 2013).

Harga diri rendah kronik dari gangguan citra tubuh dan peran yang belum terpenuhi.
Klien mengatakan malu dengan keadaan dirinya jelek terutama pada bagian telapak tangan
karena kulit telapak tangan sering mengelupas seperti sisik. Klien juga belum puas sebagai
anak karena merasa apa yang klien dapatkan belum cukup untuk membalas budi orang tua.
Klien memiliki harapan bahwa setelah pulang ingin bekerja apa saja untuk membahagiakan
orangtuanya. Klien mengatakan kemampuannya yaitu satu membaca pikiran. Pada saat
pengkajian kontak mata klien kurang dan klien tampak menunduk. Menurut Prabowo (2014)
harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti, dan rendah diri yang
berkepanjangan akibat evaluasi yang negatif terhadap diri sendiri dan adanya hilang
kepercayaan diri karena merasa gagal tidak mampu mencapai keinginan sesuai ideal diri
dengan tanda gejala menurut Persatuan Perawat Nasional Indonesia (2017) diantaranya yaitu
menilai diri negatif, merasa malu atau bersalah, merasa tidak mampu melakukan apapun,
meremehkan kemampuan mengatasi masalah, merasa tidak memiliki kelebihan positif,
menolak penilaian positif, berjalan menunduk, postur tubuh menunduk, kontak mata kurang,
lesu dan tidak bergairah, biacara pelan dan lirih, pasif.

Defisit perawatan diri pada klien yaitu pada perawatan diri : berhias. Klien tampak kuku
panjang dan kotor, untuk perawatan diri seperti kebersihan diri, makan, eliminasi klien
cukup baik. Defisit perawatan diri menurut Yusuf, dkk (2015) suatu keadaan seseorang
mengalami kelainan dalam ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktifitas

63
kehidupan sehari-hari. Defisit perawatan diri merupakan salah satu masalah yang timbul
pada pasien gangguan jiwa terutama skizofrenia.

C. Intervensi
Menurut Direja (2011), Perencanaan terdiri dari tiga aspek, yaitu tujuan umum, tujuan
khusus, dan rencana tindakan keperawatan. Tujuan umum berfokus pada penyelesaian
permasalahan (P) dari diagnosis tertentu. Tujuan umum dapat dicapai jika serangkaian
tujuan khusus telah tercapai.
Intervensi yang dilakukan kelompok adalah bina hubungan saling percaya,
mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan, mengidentifikasi tanda-tanda perilaku
kekerasan, mengidentifikasi jenis perilaku kekerasan, mengidentifikasi akibat dari perilaku
kekerasan, mengidentifikasi cara konstruktif dalam mengungkapkan kemarahan,
mengajarkan cara mengontrol perilaku kekerasan, menganjurkan klien menggunakan obat
yang benar, mengidentifikasi penyebab isolasi sosial, mengajarkan dan memotivasi klien
untuk berkenalan dengan orang lain, mengidentifikasi aspek dan kemampuan positif klien,
membantu klien menilai, memilih dan melatih kemampuan yang dimiliki klien, dan
mengajarkan cara mengontrol halusinasi. Kriteria hasil yang diharapkan adalah klien dapat
membina hubungan saling percaya, klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku
kekerasan yang dilakukan, klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan,
klien dapat mengidentifikasi jenis perilaku kekerasan yang pernah dilakukan, klien dapat
mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan, klien dapat mengidentifikasi cara konstruktif
dalam mengungkapkan kemarahan, klien dapat mendemonstrasikan cara mengontrol
perilaku kekerasan, klien dapat menggunakan obat dengan benar, klien dapat
mengidentifikasi penyebab isolasi sosial, klien dapat mendemonstrasikan cara berkenalan
dengan orang lain, klien dapat mengungkapkan aspek dan kemampuan positif yang dimiliki,
klien dapat melatih kemampua positif yang telah dipilih dan klien dapat mendemonstrasikan
cara mengontrol halusinasi.
Berdasarkan intervensi yang kelompok lakukan, terdapat kesamaan antara konsep teori
dengan pembahasan pada kasus Tn. N, karena kelompok mengacu pada teori yang ada,
dimana tahapan-tahapan perencanaan yang ada pada kasus Tn. N sesuai dengan keadaan dan
kondisi klien, dan sesuai dengan strategi pelaksanaan yang Klien buat.

64
Selain terapi atau intervensi keperawatan klien Tn. N mendapatkan terapi medikasi
berupa Abilify 15 mg/24 jam/ oral, Lorazepam 0,5 mg/24 jam/oral, Trihexyphenidyl (THP)
2 mg/12 jam/ oral, Haloperidol 1,5 mg/12 jam/oral. Medikasi atau obat diberikan setiap jam
07.00 dan 17.00 WIB Tambahan lain klien mendapatkan curcuma.

D. Implementasi
Implementasi adalah tahap dimana perawat memulai kegiatan dan melakukan tindakan-
tindakan keperawatan dalam mengatasi masalah pasien, tugas perawat pada tahap ini adalah
melaksanakan kegiatan yang telah direncanakan pada tahap pra interaksi dan melanjutkan
tahap orientasi. Implementasi yangdilakukan kelompok untuk mengatasi kasus Tn. n ( 19
Tahun) dimulai dari tanggal 23 September 2019 - 8oktober 2019 adalah membina hubungan
saling percaya, melakukan pengkajian mulai dari identitas pasien, alasan masuk, faktor
predispoisis, pemeriksaan fisik, konsep diri, masalah psikososial dan lingkungan, spiritual
keyakinan, status mental, kebutuhan persiapan pulang, mekanisme koping dan tingkat
pengetahuan pasien. Melakukan proses keperawatan yaitu, bina hubungan saling percaya,
mengidentifikasi isi halusinasi pendengaran, mengidentifikasi frekuensi halusinasi
pendengaran, mengidentifikasi waktu pendengaran, mengidentifikasi cara efektif dalam
menghadapi halusinasi pendengaran, mengajarkan cara mengontrol halusinasi pendengaran
yang benar yaitu dengan cara menghardik, bercakap-cakap, melakukan kegiatan terjadwal,
rutin minum obat.

Berdasarkan implementasi yang penulis lakukan terdapat kesamaan antara konsep dasar
teori dengan pembahasan pada kasus tn. n (19 Th), karena kelompok mengacu pada
pendapat yang ada, dimana tindakan yang ada pada kasus Tn. N (19 Th) sesuai dengan
strategi pelaksanaan yang kelompok buat. kelompok telah melakukan SP 1, SP 2, SP 3 dan
SP 4.

Terkait isolasi sosial yang di alami oleh klien, kelompok memberikan terapi psikologis
berupa terapi individu dan kelompok. Terapi individu yang telah dilakukan pada tn N
diantaranya Melakukan proses keperawatan yaitu berdiskusi tentang keuntungan
berinteraksi dengan orang lain dan kerugian tidak berinteraksi dengan orang lain, kerugian
tidak berinteraksi dengan orang lain, mengajarkan berkenalan dengan satu orang,
mengajarkan cara memperkenalkan teman baru kepada perawat, memberikan kesempatan

65
untuk mempraktekan cara memperkenalkan teman baru, memberikan kesempatan klien
berkenalan dengan dua sampai tiga orsng, menjelaskan cara bercakap-cakap saat melakukan
kegiatan sehari-hari, melatih bercakap=cakap, menjelaskan dan melatih pasien belajar sosial
(meminta sesuatu) dan menganjurkan klien dalam memasukan kedalam jadwal harian
dimana tindakan yang ada pada kasus Tn. N (19 Th) sesuai dengan strategi pelaksanaan
yang kelompok buat. kelompok telah melakukan SP 1, SP 2, SP 3 dan SP 4. Terapi
kelompok yang telah dilakukan dari sesi 1 sampai 7 yaitu memperkenalkan diri, berkenalan
dengan anggota kelompok, bercakap-cakap dengan anggota kelompok, menyampaikan dan
membicarakan topik percakapan, membicarakan dan menyampaikan masalah pribadi pada
orang lain, klien mampu berkeja sama dalam permainan sosialisasi kelompok, klien mampu
menyampaikan pendapat tentang manfaat TAK yang telah di lakukan.

Terkait harga diri rendah kronik yang di alami oleh klien, kelompok memberikan terapi
psikologis berupa terapi individu. Terapi individu yang telah dilakukan pada tn N
diantaranya melakukan proses keperawatan yaitu mengindentifikasi kemampuan dan aspek
positif yang dimiliki, membantu menilai kemampuan pasien yang masih dapat digunakan,
membantu memilih kegiatan yang dilatih sesuai kemampuan yang dipilih dan memberikan
pujian atas yang telah dilakukan serta memasukan kegiatan yang telah dilakukan dimana
tindakan yang ada pada kasus Tn. N (19 Th) sesuai dengan strategi pelaksanaan yang
kelompok buat. kelompok telah melakukan SP 1, SP 2.

Terkait Defisit Perawatan Diri yang di alami oleh klien, kelompok memberikan terapi
psikologis berupa terapi individu yaitu berupa menjaga kebersihan diri, cara makan yang
baik, cara eliminasi yang baik dan cara berdandan, tindakan yang ada pada kasus Tn. N (19
Th) sesuai dengan strategi pelaksanaan yang kelompok buat. kelompok telah melakukan SP
1, SP 2, SP 3 dan SP 4.

Terkait Resiko perilaku kekerasan yang dialami oleh klien, kelompok memberikan
terapi individu dengan strategi tindakan keperawatan spiritual yaitu dengan Dzikir dan
Sholat, dikarenakan menurut klien lebih efektif dilakukan sejauh ini.

66
E. Evaluasi
Evaluasi adalah proses berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan keperawatan
pada klien. Evaluasi dilakukan terus menerus pada respon klien terhadap tindakan
keperawatan yang telah dilaksanakan. Evaluasi dapat dibagi menjadi dua, yaitu evaluasi
proses atau formatif dilakukan setiap selesai melakukan tindakan evaluasi hasil atau sumatif
dilakukan dengan membandingkan respon klien pada tujuan khusus dan umum yang telah
ditentukan (Fitria, 2009).

Evaluasi dari klien terkait tindakan belajar menghardik pada klien dapat
terselesaikan dalam satu pertemuan, klien mampu melakukan menghardik, namun klien
tidak mau melakukan karena klien senang terhadap halusinasinya. Pada pertemuan
selanjutnya klien berlatih SP 2, yaitu bercakap-cakap. Saat pengkajian klien tampak tenang,
mampu mengungkapkan latihan sebelumnya. Klien mengatakan mau bercakap-cakap tetapi
terlihat masih belum ada inisiatif untuk memulai pembicaraan. Mengatakan bahwa
halusinasinya tidak muncul saat bercakap-cakap. Setelah latihan menghardik dan bercakap-
cakap kelompok melaksanakan intervensi SP terkait kepatuhan minum obat. Klien
mengatakan masih muncul halusinasinya. Tindakan minum obat di berikan pada klien
dengan menginformasikan 5 benar obat (nama pasien, nama/ warna obat, dosis, waktu, rute).
Saat pertemuan pertemuan pertama klien masih belum paham tentang obat, pertemuan
selanjutnya klien terlihat mulai paham dengan obat hal ini ditandai dengan klien yang
mampu menyebutkan nama/warna obatnya sendiri. SP terakhir yang dilakukan pada Tn N
adalah melakukan kegiatan harian selama satu pertemuan. Saat dikaji klien mengatakan
masih mendengar suara leluhur memanggil namanya, tindakan ini berhasil dilaksanakan
karena klien bersedia menyusun jadwal harian dan menulis jadwal harian yang bervariasi.

Pada hari pertama Tn. Ndiagnosa aktual yang terkaji yaitu Isolasi Sosial kemudian
dilakukan komunikasi terapeutik SP 1 isolasi sosial dilanjutkan hari-hari berikutnya hingga
SP akhir klien juga diikutsertakan dalam TAK sesi 1-7 isolasi sosial, pasien sudah mampu
berkenalan,pasien sudah mampu menceritakan permasalahan yang dialami sehingga muncul
diagnosa aktual yaitu halusinasi pendengaran, kemudian dilakukan komunikasi terapeutik
SP 1-4.

67
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
Halsinasi merupakan gangguan persepsi dimana klien mempersepsikan sesuatu yang
sebenarnya tidak terjadi. Dimana halusinasi terbagi menjadi halusinasi penglihatan, pendengaran,
penciuman, perabaan, pengecapan dan Tn.N merupakan salahsatu klien yang mengalami
halusinasi pendengaran dan dapat disimpulkan bahwa:

Dalam memberikan asuhan keperawatan pada Tn.Niko penulis menyimpulkan:

1. Hasil pengkajian pada Tn.N didapatkan data subjektif klien mengatakan mendengar
suara-suara nyata, mengatakan berbicara pada Allah, ada leluhur yang berbicara,
berbicara mengenai masa depan dan sejarah Indonesia. Waktu: siang dan sore hari.
Frekuensi: 1-2x/hari. Situasi: Kalau lagi diam dan saat berkumpul namun melamun.
Respon: Ya senang, jangan diabaikan diajak kompromi pelan-pelan (tampak senyum-
senyum sendiri). Data objektif klien tampak berbicara dan tersenyum sendiri, sering
menunduk, dan kontak mata kurang.
2. Masalah keperawatan yang didapat berdasarkan hasil pengkajian adalah halusinasi,
isolasi sosial, harga diri rendah kronik, defisit perawatan diri, dan resiko perilaku
kekerasan.
3. Intervensi keperawatan yang dilakukan terhadap halusinasi adalah mengidentifikasi
halusinasi, mengajarkan cara mengontrol halusinasi dengan cara menghardik, bercakap-
cakap dengan orang lain, melaukan kegiatan yang terjadwal, dan memberikan pendidikan
kesehatan mengenai cara minum obat dengan prinsip 5 benar. Intervensi terhadap isolasi
sosial, mengidentifikasi penyebab isolasi sosial, berdiskusi keuntungan dan kerugian
interaksi dengan orang lain, mengajarkan klien cara berkenalan dengan teman baru dan
perawat, berkenalan dengan dua orang atau lebih. Intervensi terhadap harga diri rendah
kronik mengidentifikasi aspek positif yang dimiliki klien, menilai kemampuan pasien
yang masih dapat dilakukan, membantu pasien memilih kegiatan yang akan dilatih sesuai
dengan kemampuan pasien dan melatih kemampuan lainnya. Intervensi terhadap
gangguan defisit perawatan diri, menjelaskan penting dan cara menjaga kebersihan diri,
68
membantu pasien menggunting kuku. Intervensi terhadap resiko perilaku kekerasan,
mengidentifikasi perilaku kekerasan, mengajarkan cara mengontrol perilaku kekersan
dengan cara fisik, verbal, spiritual, dan minum obat.
4. Evaluasi yang diperoleh untuk diagnosa yang pertama yaitu halusinasi pendengaran
adalah dengan melihat implementasi yang dilakukan serta memperhatikan respin objektif
dan subjektif yan muncul. Klien menolak cara menghardik, mampu berbincang-bincang
dengan orang lain, melakukan kegiatan yang disukai dan minum obat secara teratur.
Penulis berkesimpulan klien belum mampu mengontrol halusinasi dengan cara
menghardik karena pasien sedang berada pada fase I halusinasi yaitu comforting sehingga
klien masih merasa senang dan nyaman terhadap halusinasinya.

B. Saran
1. Perawat sebagai seseorang yang memberikan asuhan keperawatan pada halusinasi, perlu
melakukan pendekatan singkat namun sering dilakukan sebagai upaya untuk membina
hubungan saling percaya antara perawat dengan klien.
2. Perawat sangat diharapkan selalu memberikan semangat dan dorongan kepada klien
dalam menyelesaiakan masalah yang dihadapinya. Sehingga dapat mempercepat
penyembuhan klien.
3. Keluarga merupakan salah satu elemen yang sangat berpengaruh pada pemulihan klien
dirumah setelah diijinkan pulang dari rumah sakit oleh karena itu peran sangat penting
dalam perawatan klien dirumah untuk menghindari kambuhnya kembali gangguan jiwa
pada klien.

69
DAFTAR PUSTAKA

Budi ana dkk. 2011. Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : EGC

Dermawan, D & Rusdi (2013). Keperawatan Jiwa : Konsep dan Kerangka Kerja Asuhan

Keperawatan Jiwa. Yogyakarta ; Gosyen Publishing

Direja,Ade Herma. (2011). Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta. Nuha Medika

Duckworth, A. L. (2013). True grit. The Observer, 26(4), 1-3.

Fitria. (2009). Prinsip Dasar Dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan Dan Strategi
Pelaksanaan Tindakan Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika

Iskandar Dkk. 2012. Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung : Refika aditama

Keliat Budi Ana. 2010. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, Edisi I. Jakarta : EGC

Keliat, B A, dkk (2014). Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas. Jakarta : EGC

PPNI. (2017). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI). Jakarta : DPP PPNI

Prabowo, E. (2014). Konsep dan Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta : Nuha medika

Stuart & Laraia. (2013). Principles and Practice of Psychiatric Nursing, ed.7. St. Louis : Mosby

Stuart & Sudeen. (2013). Buku Saku Keperawatan Jiwa. St Louis : Mosby Yeart Book

Yudi Hartono Dkk. 2012. Buku ajar keperawatan jiwa. Jakarta : salemba medika

Yusuf, dkk (2015). Buku Ajar Keperawatan Kesehtan Jiwa. Jakarta : Salemba Medika

70

Anda mungkin juga menyukai