OLEH :
TP 2022/2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga Asuhan
Keperawatan ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima
kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik
pikiran maupun materinya. Penulis sangat berharap semoga dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca
praktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih
banyak kekurangan dalam penyusunan asuhan keperawatan ini karena keterbatasan pengetahuan
dan pengalaman Kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun
Penyusun
i
LEMBAR PENGESAHAN SEMINAR PROPOSAL
Kelompok I
Penurunan Gejala Halusinasi pada Tn.P di Ruang Sigma Rumah Sakit Jiwa
( ) ( )
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................i
LEMBAR PENGISAHAN..............................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.......................................................................................................1
B. Tujuan....................................................................................................................5
C. Manfaat..................................................................................................................5
A. Identitas Klien......................................................................................................26
B. Alasan Masuk......................................................................................................26
C. Faktor Predisposisi...............................................................................................27
D. Pemeriksaan Fisik................................................................................................33
E. Analisa Data.........................................................................................................34
F. Intervensi Keperawatan.......................................................................................36
G. Evaluasi................................................................................................................45
iii
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian....................................................................................................47
Halusinasi............................................................................................................50
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan..........................................................................................................51
B. Saran....................................................................................................................51
iv
v
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan jiwa merupakan bagian yang integral dari kesehatan. Kesehatan jiwa
bukan sekedar terbebas dari gangguan jiwa, akan tetapi merupakan suatu hal yang di
butuhkan oleh semua orang. Kesehatan jiwa adalah perasaan sehat dan bahagia serta
mampu mengatasi tantangan hidup, dapat menerima orang lain sebagai mana adanya.
Serta mempunyai sikap positif terhadap diri sendiri dan orang lain (Kemenkes, 2013).
pemikiran konkret, dan kesulitan dalam memperoleh informasi. (Pardede. & Hasibuan,
2020). Seorang yang mengalami skizofrenia terjadi kesulitan berfikir dengan benar,
keputusan, serta gangguan dalam melakukan aktivitas atau perubahan perilaku. Pasien
Prevalensi gangguan jiwa di seluruh dunia menurut data (WHO, 2017) terdapat
264 juta orang mengalami depresi, 45 juta orang menderita gangguan bipolar, 50 juta
orang mengalami demensia, dan 20 juta orang jiwa mengalami skizofrenia. Meskipun
prevalensi skizofrenia tercatat dalam jumlah yang relative lebih rendah dibandingkan
prevalensi jenis gangguan jiwa lainnya berdasarkan National Institute of Mental Health
(NIMH), skizofrenia merupakan salah satu dari 15 penyebab besar kecacatan di seluruh
dunia, orang dengan skizofrenia memiliki kecenderungan lebih besar peningkatan resiko
bunuh diri. Riset Kesehatan Dasar yang dilakukan oleh Kementerian Republik Indonesia
1
menyimpulkan bahwa prevalensi gangguan mental emosional yang menunjukkan Gejala
depresi dan Kecemasan, usia 15 tahun keatas mencapai sekitar 14 juta orang atau 6% dari
jumlah penduduk Indonesia. Sedangkan prevalensi gangguan jiwa berat seperti halusinasi
mencapai sekitar 400.000 orang atau sebanyak 1,7 per 1.000 penduduk. Halusinasi
pendengaran) dengan ratarata 20%. Sementara jenis halusinasi yang lain yaitu halusinasi
(Riskesdas, 2018).
gangguan jiwa berat yang bersifat berat dan kronis yang menyerang 20 juta orang di
gangguan otak yang di tandai dengan pikiran kacau, waham, delusi, halusinasi, dan
perilaku aneh atau katatonik (Pardede & Laia, 2020). Negara berkembang seperti
Indonesia penderita gangguan jiwa dari data yang diambil (Riskesdas, 2018) penderita
skizofrenia mengalami peningkatan sebesar 5,3% terutama untuk skizofrenia berat seperti
gangguan perilaku hingga dengan pasung. Kasus tertinggi terdapat di Bali (11%), Di
wilayah Jawa Timur data yang tercatat 2018 penderita skizofrenia sebesar 7,5%
(Riskesdas, 2018).
Hasil studi yang telah dilakukan di ruang sigma RSJ Daerah Jambi didapatkan
bahwa dari 21 pasien, 2 pasien dengan masalah Resiko Perilaku Kekerasan (RPK), 2
pasien dengan masalah Defisit Perawatan Diri (DPD), 5 pasien dengan masalah Harga
Diri Rendah (HDR), 2 pasien dengan masalah isolasi sosial, dan selebihnya dengan
halusinasi.
2
Halusinasi merupakan persepsi sensori yang salah yang mungkin meliputi salah
satu dari kelima panca indera. Hal ini menunjukan bahwa halusinasi dapat bermacam-
pengecapan. Untuk mengatasi pasien gangguan jiwa pada pasien halusinasi terdapat
Salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya halusinasi yaitu faktor biokimia.
Adanya stres berlebihan yang dialami seseorang menghasilkan suatu zat yang bersifat
yang menjadi tempat untuk meneruskan maupun menerima pesan dari sambungan sel
yang lain. Sambungan sel tersebut melepas zat kimia yang disebut neurotransmitter yang
membawa pesan dari ujung sambungan sel yang satu ke ujung sel yang lain. Pada orang
gangguan halusinasi sistem switch pada otak bekerja dengan abnormal. Sinyal-sinyal
persepsi yang datang dan dikirim mengalami gangguan sehingga tidak berhasil mencapai
sambungan sel yang dituju sehingga muncul gangguan singkat dan kuat, salah satunya
adalah halusinasi (Yosep & Sutini, 2016). Penderita halusinasi jika tidak ditangani
dengan baik akan berakibat buruk bagi pasien sendiri (seperti terjadinya risiko bunuh
diri), keluarga dan orang lain (seperti terjadinya risiko perilaku kekesaran bahkan
3
dapat dilakukan adalah menggunakan standar asuhan keperawatan jiwa (Nurhasanah,
2016).
Salah satu cara untuk menangani pasien dengan halusinasi adalah dengan kegiatan
terjadwal dengan menonton video. Menonton video merupakan salah satu terapi sensori
dalam terapi aktivitas kelompok. Tujuan diakukan stimulasi sensori menonton video
adalah menstimulasi semua pancaindra (sensori) agar memberi respon yang adekuat,
halusinasi, dilakukan proses asuhan keperawatan mulai dari pengkajian (mengkaji tanda
dan gejala halusinasi yang dialami klien, pada tahap berapa halusinasi yang dialami
pengkajian pada klien), perencanaan (rencana asuhan keperawatan pada klien dengan
implementasi disesuai dengan kondisi klien) dan evaluasi (beberapa evaluasi klien
berdasarkan kriteria hasil pada perencanaan seperti klien dapat membina hubungan saling
halusinasinya) (Wahyudi, 2017). Beberapa cara mengontrol halusinasi yaitu dengan cara
teratur. Salah satu cara mengontrol halusinasi yang dilatihkan kepada pasien adalah
dengan melakukan aktivitas harian terjadwal. Kegiatan ini dilakukan dengan tujuan untuk
mengurangi resiko halusinasi muncul lagi yaitu dengan prinsip menyibukkan diri
4
Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk melakukan studi kasus
B. Tujuan
1) Tujuan Umum
2) Tujuan Khusus
a. Mengetahui tujuan dan manfaat terapi menonton video pada Tn. P dengan
C. Manfaat
1) Pasien
Diharapkan tindakan yang telah di ajakarkan dapat di terapkan secara mandiri untuk
2) Keluarga
5
4) Bagi Mahasiswa
bangku perkuliahan.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian Halusinasi
Halusinasi adalah gangguan persepsi sensori dari suatu obyek rangsangan dari
luar, gangguan persepsi sensori ini meliputi seluruh panca indra. Halusinasi
merupakan salah satu gejala gangguan jiwa yang pasien mengalami perubahan
tidak ada. Pasien gangguan jiwa mengalami perubahan dalam hal orientasi realitas
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan sensori persepsi yang dialami oleh
pengecapan, perabaan, atau penghiduan tanpa stimulus yang nyata Keliat, (2011)
7
pendengaran berupa suara-suara palsu yang tidak berhubungan dengan stimulus nyata
2. Respon Halusinasi
a) Respon Adaptif
berlaku. Dengan kata lain individu tersebut dalam batas normal jika menghadapi
d. Perilaku Sosial dengan kegiatan individu atau sesuatu yang berkaitan dengan
individu tersebut yang diwujudkan dalam bentuk gerak atau ucapan yang tidak
e. Hubungan Sosial merupakan proses suatu interaksi dengan orang lain dalam
b) Respon Psikososial
mengambil kesimpulan.
8
b. Ilusi merupakan pemikiran atau penilaian yang salah tentang penerapan yang
d. Perilaku tidak biasa adalah sikap dan tingkah laku yang melebihi batas
kewajaran.
orang di sekitarnya.
c) Respon Maladaptif
terhadap rangsangan.
dan kedekatan.
9
e. Isolasi sosial merupakan kondisi dimana seseorang merasa kesepian tidak mau
3. Etiologi Halusinasi
1. Faktor Predisposisi
a. Faktor pengembangan
b. Faktor sosiokultural
c. Faktor biokimia
Adanya stres yang berlebihan yang dialami oleh seseorang maka di dalam
dan dopamin.
d. Faktor psikologis
terjerumus pada penyelah gunaan zat adaptif. Klien lebih memilih kesenangan
1
e. Faktor genetik dan pola asuh Hasil studi menujukan bahwa faktor keluarga
2. Faktor Presipitasi
a. Dimensi fisik
b. Dimensi emosional
Perasaan cemas yang berlebihan atas dasar problem yang tidak dapat
diatasi merupakan penyebab halusinasi itu terjadi. Isi dari halusinasi dapat
c. Dimensi Intelektual
halusinasi merupakan usaha dari ego sendiri untuk melawan impuls yang
dapat mengambil seluruh perhatian klien dan tidak jarang akan mengobrol
1
d. Dimensi sosial
tempat untuk memenuhi kebutuhan akan interaksi sosial, kontrol diri dan
harga diri yang tidak di dapatkan dalam dunia nyata. Isi halusinasi di jadikan
sistem kontrol oleh individu tersebut, sehingga jika perintah halusinasi berupa
ancama, dirinya ataupun orang lain individu cenderung untuk itu. Oleh karena
lagsung.
e. Dimensi spiritual
1
4. Klasifikasi Halusinasi
1. Halusinasi Pendengaran
Data objektif antara lain: bicara atau tertawa sendiri, marah tanpa sebab,
1
Data subjektif antara lain: mendengarkan suara-suara atau kegaduhan,
2. Halusinasi Penglihatan
Data objektif antara lain: menunjuk kearah tertentu, ketakutan pada sesuatu yang
tidak jelas.
Data subjektif anatar lain: melihat bayangan, sinar, bentuk kartun, melihat hantu
atau monster.
3. Halusinasi Penciuman
Data objektif antara lain: mencium seperti membaui bau-bauan tertentu dan
menutup hidung.
Data subjektif antara lain: mencium baubau seperti bau darah, feses, dan kadang-
4. Halusinasi Pengecapan
5. Halusinasi Perabaan
Data subjektif antara lain: mengatakkan ada serangga dipermukaan kulit, merasa
1
5. Manifestasi Klinis Halusinasi
Data Objektif :
Data Subjektif :
yang berbahaya.
d. Klien mengatakan mendengar suara yang mengancam dirinya atau orang lain.
Menurut Direja (2011), proses terjadinya halusinasi terbagi menjadi 4 tahap, yaitu:
a. Tahap I (Comforting)
rasa bersalah dan ketakutan, mencoba berfokus pada pikiran yang dapat menghilangan
ansietas, pikiran dan pengalaman masih dalam kontrol kesadaran. Perilaku klien yang
1
menggerakkan bibir tanpa suara, pergerakan mata yang cepat, respon verbal yang
b. Tahap II (Condeming)
menarik diri dari orang lain. Perilaku klien yang mencirikan dari tahap II yaiu dengan
terjadi peningkatan denyut jantung, pernafasan dan tekanan darah, perhatian dengan
(halusinasi), isi halusinasi menjadi atraktif, dan kesepian bila pengalaman sensori
berakhir. Perilaku klien pada tahap III ini adalah perintah halusinasi ditaati, sulit
beberapa detik, tidak mampu mengikuti perintah dari perawat, tampak tremor dan
berkeringat.
d. Tahap IV (Conquering)
Klien sudah sangat dikuasai oleh halusinasi, klien tampak panik. Karakteristiknya
yaitu suara atau ide yang datang mengancam apabila tidak diikuti. Perilaku klien
pada tahap IV adalah perilaku panik, resiko tinggi mencederai, agitasi atau kataton,
1
7. Mekanisme Koping Halusinasi
Mekanisme koping merupakan perilaku yang mewakili upaya untuk melindungi diri
kembali pada perilaku perkembangan anak atau berhubungan dengan masalah proses
b. Proyeksi Keinginan yang tidak dapat di toleransi, mencurahkan emosi pada orang
lain karena kesalahan yang dilakukan diri sendiri (sebagai upaya untuk menjelaskan
kerancuan identitas).
c. Menarik diri Reaksi yang ditampilkan dapat berupa reaksi fisik maupun psikologis.
Reaksi fisik yaitu individu pergi atau lari menghindar sumber stressor, sedangkan
8. Penatalaksanaan Halusinasi
Penatalaksanaan Medis
atau menghilangkan gejala gangguan jiwa. Klien dengan halusinasi perlu mendapatkan
biasanya cukup 3 x 24 jam. Setelahnya klien biasanya diberikan obat per oral 3 x
1
2) Golongan fenotiazine : chlorpromazine (CPZ), largactile, promactile. Pada kondisi
akut biasanya diberikan per oral 3 x 100 mg, apabila kondisi sudah stabil dosis
dapat dikurangi menjadi 1 x 100 mg pada malam hari saja, atau sesuai dengan
3) Terapi Somatis
perilaku adaptif dengan melakukan tindakan yang ditujukan pada kondisi fisik
pasien walaupun yang diberi perlakuan adalah fisik klien, tetapi target terapi
adalah perilaku pasien. Jenis terapi somatis adalah meliputi pengikatan, ECT,
membatasi mobilitas fisik klien yang bertujuan untuk melindungi cedera fisik
b) Terapi kejang listrik adalah bentuk terapi kepada pasien dengan menimbulkan
dan lingkungan dari bahaya potensial yang mungkin terjadi. akan tetapi tidak
dianjurkan pada klien dengan risiko bunuh diri, klien agitasi yang disertai
1
dengan gangguan pengaturan suhu tubuh akibat obat, serta perilaku yang
menyimpang.
d) Terapi deprivasi tidur adalah terapi yang diberikan kepada klien dengan
mengurangi jumlah jam tidur klien sebanyak 3,5 jam. cocok diberikan pada
halusinasi sebaiknya pada pemulaan dilakukan secara individu dan usahakan terjadi
Sering kali pasien menolak obat yang diberikan sehubungan dengan rangsangan
mengamati agar obat yang diberikan betul ditelan serta reaksi obat yang diberikan.
Setelah pasien lebih kooperatif dan komunikatif, perawat dapat menggali masalah
dirinya.
1
e. Melibatkan keluarga dan petugas lain dalam proses perawatan
Keluarga pasien dan petugas lain sebaiknya diberitahu tentang data pasien agar ada
Menonton video merupakan salah satu terapi sensori dalam mengatasi timbulnya
semua pancaindra ( sensori )agar memberikan respon yang adekuat (Utama, 2023).
2) Manfaat
Dengan arahan, panduan, serta film yang tepat, terapi menonton video dapat
mengubah cara individu berfikir dan merasakan. Malalui video tersebut individu akan
pada jiwanya. Pada pasien dengan gangguan jiwa, terapi visualilsasi ini dapat
3) Prosedur
berupa gambar yang bergerak disertai dengan suara (Utama, 2007). Teknik ini dapat
menggunakan bantuan dari media elektronik seperti TV, Tablet, Handphone, dan
lain-lain.
2
Penggunaan teknik distraksi dengan menonton video dapat efektif dipengaruhi
b. Tahap kedua, saat menonton filmnya, perlu mengakses 3 pola pikir yang berbeda,
1) Sadar/ Memperhatikan
sehingga tetap fokus. Menonton dengan perhatian atau kesadaran penuh dan
memperhatikan berbagai konten. Pola pikir ini juga akan mencakup proses
tersebut.
Terlibat secara emosional berarti adanya perasaan yang sama antara apa yang
karakter film rasakan sehingga dapat merasakan apa yang karakter rasakan.
2
3) Kritis
Pola pikir yang satu ini membantu untuk menjadikan video yang ditonton
tersebut sebagai pembelajaran. Dengan mengambil semua nilai nilai yang ada
pada video.
1. Pengkajian
Pengkajian adalah proses untuk tahap awal dan dasar utama dari proes
masalah pasien. Data yang dikumpulkan melalui data biologis, psikologis, sosial
tanggal dirawat.
pasien sering berbicara sendiri, mendengar atau melihat sesuatu, suka berjalan
c. Faktor predisposisi
dalam pengobatan
2
d. Faktor Presipitasi
penyakit infeksi, penyakt kronis atau kelainan stuktur otak, kekerasan dalam
keluarga, atau adanya kegagalan dalam hidup, kemiskinan, adanya aturan atau
tuntutan dalam keluarga atau masyarakat yang sering tidak sesuai dengan
f. Psikososial
1) Genogram
2) Konsep diri
terganggu
Ideal diri tidak menilai diri, harga diri pasien memilki harga diri yang
4) Spiritual
2
Nilai dan keyakinan biasanya pasien dengan sakit jiwa dipandang tidak
Dengan faktor berhubungan dan batasan karakteristik disesuaikan dengan keadaan yang
ditemukan pada tiap-tiap partisipan. Topik yang diteliti yakni kemampuan mengontrol
jenis halusinasi yang dialami, tanda dan gejala halusinasi, proses terjadinya
halusinasi.
3. Jelaskan dan latih cara merawat anggota keluarga yang mengalami halusinasi :
12. Implementasi
2
3. Melatih pasien mengontrol halusinasi dengan cara menghardik
(Siti, 2021)
respon pasien pada tujuan umum dan tujuan khusus yang telah ditentukan.halusinasi
pendengaran tidak terjadi perilaku kekerasan, pasien dapat membina hubungan saling
percaya, pasien dapat mengenal halusinasinya, pasien dapat mengontrol halusinasi dengar
dari jangka waktu 4x24 jam didapatkan data subjektif keluarga menyatakan senang
mampu melakukan beberapa teknik mengontrol halusinasi. Data objektif pasien tampak
berbicara sendiri saat halusinasi itu datang, pasien dapat berbincang-bincang dengan
orang lain, pasien mampu melakukan aktivitas terjadwal, dan minum obat secara teratur (
Aji, 2019 )
2
BAB III
PENGKAJIAN
A. Identitas Klien
Nama : Tn. P
Umur : 33 tahun
Agama : Islam
B. Alasan Masuk
Pada saat pengkajian mengatakan diantar oleh keluarga ke RSJ dengan keluhan
terjadi perubahan perilaku kurang lebih 2 minggu sebelum di bawa ke RSJ. klien marah-
marah tanpa sebab, merusak barang barang di rumah. Klien sering keluyuran, dan sering
Klien diantar oleh keluarga dengan keluhan gelisah, diperparah dalam 2 minggu
sebelum masuk rumah sakit klien berbicara sendiri, pasien keluyuran, pasien marah-
marah, pasien memecahkan barang, pasien sulit tidur, pasien di rawat kesekian kali di
C. Faktor Predisposisi
Pada saat pengkajian klien mengatakan sebelumnya pernah di rawat di RSJ akan
tetapi pengobatan kurang berhasil. Klien tidak memiliki trauma seperti anaiaya seksual,
kekerasan dalam keluarga dan tindakan kriminal akan tetapi klien pernah melihat aniaya
fisik di keluarga nya. Klien memiliki keluarga dengan gangguan jiwa yakni sepupunya.
2
D. Pemeriksaan Fisik
a. Tanda Vital
b. Ukur
BB : 50 kg
TB : 165 cm
c. Keluhan Fisik
E. Psikososial
a. Genogram
2
Keterangan :
: Meninggal
: Laki laki
: Perempuan
: Pasien
klien tinggal serumah dengan ibu saja. Klien belum berkeluarga. Pola asuh dalam
kesalahpahaman antar keluarga . jika ada masalah klien sering bercerita ke teman
teman.
b. Konsep diri
1) Gambaran diri
2) Identitas diri
3) Peran
4) Ideal Diri
Klien memiliki cita-cita ingin sembuh dan bisa berkumpul kembali dengan
keluarga.
2
5) Harga diri
Klien merasa sedih dan putus asa karena tidak kunjung sembuh dan malu terhadap
penyakitnya.
Aktivitas Motorik :
Alam Perasaan :
Pasien merasa sedih dan putus asa karena tak kunjung dijemput keluarga untuk pulang
Afek
Afek klien labil, terkadang apa yang dikatakan klien tidak konsisten berbeda- beda tiap
jawaban
Saat wawancara klien kooperatif, kontak mata dapat dipertahankan, mampu menjawab
Persepsi
Sebelum masuk rumah sakit klien pernah mendengar suara-suara bisikan. Setelah dikaji
pasien masih sering mendengar bisikan yang menganggu. Isi bisikan seperti mengajak
bermain serta klien sering melihat sesuatu yang tidak nyata, seperti harimau, seperti
2
Proses Pikir
Pada saat wawancara klien mampu menjawab sesuai dengan pertanyaan yang diberikan,
tapi terkadang jawaban yang diberikan klien berbeda- beda tidak konsisten.
Memori
Klien masih mampu mengingat peristiwa yang terjadi pada masa lampaunya, atau daya
ingat jangka panjang dan mampu mengingat kejadian saat ini. Klien juga tau kapan
Tingkat konsentrasi baik akan tetapi terkadang pasien mudah beralih dan kembali ke
cerita awal
Kemampuan Penilaian
Klien dapat mengambil keputusan sederhana dengan bantuan. Ketika klien ditanya
Klien ingin pulang karena ia merasa di RSJ harus jaga sikap sedangkan di rumah tidak
perlu.
Klien bekerja di perkebunan sawit bersama ibunya, klien tidak mengeluh terkait
ekonominya
3
Aktivitas Motorik
Agitasi, pasien saat bercerita memiliki raut wajah yang tenang, menceritakan dengan baik
Alam Perasaan
Klien merasa putus asa akibat tidak bisa keluar dari RSJ dan tidak dijemput keluarga,
Hubungan Sosial
Klien mengatakan orang terdekat dengannya adalah teman temannya dan ibunya. Akan
tetapi ibunya sibuk bekerja. Klien sebelum sakit selalu bersosialisasi dengan
lingkungannya seperti kegiatan masyarakat (gotong royong). Selama di RSJ klien dapat
seperlunya.
Spiritual
Klien dan keluarga beragama islam, selama di RSJ klien tampak sering shalat, pasien
Status Mental
a. Penampilan
Penampilan klien rapi, kulit bersih, rambut pendek warna hitam , kuku jari tidak
panjang, klien mandi 2 kali sehari pagi dan sore, rajin menggosok gigi dan mencukur
kumis.
3
b. Pembicaraan
Klien dapat memulai pembicaraan dengan menanyakan asal perawat. Wajah tenang
dan merasakan apa yang diceritakan. Pembicaraan jelas dan nyambung. Klien
Mekanisme Koping
benci dengan pak Gubernur karena ia telah melakukan korupsi, masalah dengan
pertemanan tidak ada, masalah dengan lingkungan sekitar dan pendidikan tidak ada,
masalah dengan pekerjaan klien merasa minder karena penyakitnya ia tidak bisa
bekerja.
Faktor Presifitasi, klien merasa putus asa, tidak berguna dan tidak berdaya karena
masalah ekonomi
Aspek Medic
Terapi Medic :
- Risperidone 2g
- Lorazepam 2g
- Trihexyphenidil 2g
3
Daftar Masalah Keperawatan
1. Halusinasi
ANALISA DATA
No Data Masalah
1. DS : Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi
- Klien mengatakan sering mendengar
bisikan bisikan
- Klien mengatakan sering melihat
bayangan
- Klien mengatakan sering bicara
dengan bayangan yang tampak
olehnya
- Klien mendengar suara seperti suara
lelaki yang mengajak bercengkrama
- Klien mengatakan terkadang melihat
harimau
- Klien mengatakan sering makan
dengan bayangan yang ia lihat
- Klien mengatakan bayangan tersebut
sering masuk ke tubuhnya
- Klien mengatakan terkadang takut
Klien mengatakan suara sering
muncul pada sore hari
DO :
- Klien tampak senyum-senyum
sendiri
- Klien tampak berbicara sendiri
- Terkadang klien tampak
ketakutan
2. DS : Resiko Perilaku Kekerasan
- Klien mengatakan pernah
memukul sesama teman di
ruangan
- Klien mengatakan saat akan
masuk rumah sakit suka
merusak barang-barang di
rumah dan sering marah marah
DO :
- Sebelum dibawa ke rumah sakit
3
klien suka merusak barang
barang di rumah
- Klien di rawat untuk yang ke
sekian kalinya
INTERVENSI KEPERAWATAN
3
dosis, frekuensi,
cara kontinuitas
minum obat)
3. Masukan pada
jadwal kegitan
untuk latihan
menghardik dan
minum obat
SP 3
1. Evaluasi kegiatan
latihan menghardik
dan obat beri
pujian
2. Latih cara
mengontrol
halusinasi dengan
bercakap cakap
saat terjadi
halusinasi
3. Masukkan pada
jadwal kegiatan
untuk latihan
menghardik,
minum obat dan
bercakap-cakap
SP 4
1. Mengevaluasi
kegiatan latihan
menghardik dan
minum obat, beri
pujian
2. Latih cara
mengontrol
halusinasi dengan
menonton
TV/Video
(menjelaskan
pengertian
menonton,
menyebutkan alat
dan bahan, mampu
menjelaskan cara
menonton video
dan mengikuti
acara dari awal
sampai akhir,
3
menyuruuh pasien
menceritakan
kembali apa yang
di tonton oleh nya)
3. Masukkan pada
jadwal kegiatan
untuk latihan
menghardik,
minum obat, dan
4. bercakap cakap
EVALUASI
O:
- Klien tampak
berbicara sendiri
- Klien tampak
senyum senyum
3
sendiri
- Terkadangklien
tampak ketakutan
A:
- Klien mampu
menceritakan isi
halusinasinya
- Klien dapat
menyebutkan
kapan halusinasiya
muncul
- Klien mampu
menjelaskan
frekuensi
halusinasi muncul
P:
- Diskusikan dengan
klien tentang cara
mengontrol
halusinasi dengan
cara menghardik
- Kontrak waktu
dengan klien untuk
pertemuan
selanjutnya untuk
membahas tentang
cara mengontrol
halusinasi dengan
cara minum obat
(SP 2)
Kamis, 16 Februari 2023 Kamis,16 Februari 2023
(09.00) (10.00)
SP 2 Pasien S:
4. Mengevaluasi - Klien tidak dapat
kegiatan menghardik, menyebutkan obat
beri pujian apa saja yang di
5. Latih cara mengontrol konsumsi
halusinasi dengan obat - Klien mengetahui
( jelaskan 6 benar : obat diminum pagi
Jenis guna, dosis, dan sore hari
frekuensi, cara
kontinuitas minum
O:
obat)
6. Masukan pada jadwal - Klien kooperatif
3
kegitan untuk latihan - Klien tidak dapat
menghardik dan menyebutkan
minum obat nama nama obat
yang di minum
- Klien dapat
menyebutkan
waktu minum obat
A:
- Mengontrol
halusinasi dengan
cara patuh minum
obat belum teratasi
P:
- Evaluasi klien cara
mengontrol
halusinasi dengan
cara patuh minum
obat secara teratur
- Kontrak waktu
dengan klien untuk
pertemuan
selanjutnya untuk
mengulang SP 2
Jum’at, 17 Februari 2023 S:
(09.00) - Klien dapat
SP 2 Pasien menyebutkan obat
1. Mengevaluasi apa saja yang di
kegiatan menghardik, konsumsi
beri pujian - Klien mengetahui
2. Latih cara mengontrol obat diminum pagi
halusinasi dengan obat dan sore hari
( jelaskan 6 benar :
Jenis guna, dosis,
frekuensi, cara
kontinuitas minum O :
obat)
- Klien kooperatif
3. Masukan pada jadwal
- Klien dapat
kegitan untuk latihan
menyebutkan apa
menghardik dan
kegunaan obat
minum obat
yang diminumnya
- Klien dapat
menyebutkan
waktu minum obat
3
A:
- Mengontrol
halusinasi dengan
cara patuh minum
obat teratasi
P:
- Evaluasi klien cara
mengontrol
halusinasi dengan
cara patuh minum
obat secara teratur
- Kontrak waktu
dengan klien untuk
pertemuan
selanjutnya untuk
melanjutkan SP 3
Bercakap-cakap
Sabtu, 18 Februari 2023 S:
(10.00) - Pasien mengatakan
SP 3 Pasien belum mendengar
1. Evaluasi kegiatan suara itu lagi hari
latihan menghardik ini
dan obat beri pujian - Pasien mengatakan
2. Latih cara mengontrol ia sudah
halusinasi dengan berbincang
bercakap cakap saat bincang dengan
terjadi halusinasi Tn. R
3. Masukkan pada jadwal - Pasien mengatakan
kegiatan untuk latihan jika bisikan datang
menghardik, minum ia mencoba
obat dan bercakap- menghardik dan
cakap berbicara dengan
teman-temannya.
O:
- Pasien kooperatif
- Kontak mata ada
- Pasien dapat
mempraktekkan
cara berbincang
dengan orang lain
A:
- SP 3 Halusinasi
tercapai
P:
3
- Pasien
mengoptimalkan
latihan berbincang
dengan orang lain
- Evaluasi cara
mengatasi
halusinasi dengan
menghardik,
minum obat dan
bercakap-cakap
- Latih pasien cara
mengontrol
halusinasi dengan
kegiatan yang
biasa dilakukan
pasien
- Lanjut SP 4
Mengontrol
halusinasi dengan
melakukan
kegiatan harian
4
tonton oleh nya) A:
3. Masukkan pada jadwal - Mengontrol
kegiatan untuk latihan halusinasi dengan
menghardik, minum cara menonton
obat, dan bercakap video belum
cakap teratasi
P:
- Evaluasi klien cara
mengontrol
halusinasi dengan
cara patuh minum
obat secara teratur
- Kontrak waktu
dengan klien untuk
pertemuan
selanjutnya untuk
mengulang SP 4
dengan menonton
video
Senin 20 Februari 2023 S:
(09.30) - Klien mengatakan
SP 4 Pasien stres hilang setelah
1. Mengevaluasi menonton video
kegiatan latihan - Klien dapat
menghardik dan menyebutkan apa
minum obat, beri tujuan terapi
pujian menonton video
2. Latih cara mengontrol - Klien mengatakan
halusinasi dengan alat untuk
menonton TV/Video menonton video
(menjelaskan menggunakan tv/
pengertian dan tujuan handphone
terapi menonton, - Klien mengatakan
menyebutkan media , cara menonton
mampu menjelaskan dengan memilih
prosedur menonton video yang akan di
video dan mengikuti tonton
acara dari awal sampai - Klien dapat
akhir, menyuruuh menyebutkan nilai
pasien menceritakan positif dari video
kembali apa yang di yang ditonton
tonton oleh nya)
- Masukkan pada jadwal O :
kegiatan untuk latihan - Klien mampu
menghardik, minum menyebutkan
obat, bercakap cakap tujuan terapi
4
dan menonton video menonton video
- Klien mampu
menyebutkan
media untuk
menonton
- Klien mampu
menjelaskan
prosedur menonton
video
- Klien dapat
menceritakan
kembali apa yang
sudah ia tonton
A:
- Mengontrol
halusinasi dengan cara
menonton video
teratasi
P:
- Evaluasi klien cara
mengontrol
halusinasi dengan
cara menonton
video
- Kontrak waktu
dengan klien untuk
pertemuan
selanjutnya
1) Implementasi Keperawatan
4
mampu menjelaskan prosedur menonton video dan mengikuti acara dari awal
sampai akhir, menyuruuh pasien menceritakan kembali apa yang di tonton oleh
nya)
c. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan menghardik, minum obat, dan
bercakap cakap
2) Evaluasi
S:
- Klien mengatakan tadi malam mendengar bisikan tapi sebentar
- Klien mengatakan alat untuk menonton video menggunakan tv/ handphone
O:
- Klien mampu menyebutkan media untuk menonton
- Klien belum mampu menjelaskan prosedur menonton video
- Klien dapat menceritakan kembali apa yang sudah ia tonton
A:
- Mengontrol halusinasi dengan cara menonton video belum teratasi
P:
- Evaluasi klien cara mengontrol halusinasi dengan cara patuh minum obat secara
teratur
- Kontrak waktu dengan klien untuk pertemuan selanjutnya untuk mengulang SP 4
dengan menonton video
S:
- Klien mengatakan stres hilang setelah menonton video
- Klien dapat menyebutkan apa tujuan terapi menonton video
- Klien mengatakan alat untuk menonton video menggunakan tv/ handphone
- Klien mengatakan cara menonton dengan memilih video yang akan di tonton
- Klien dapat menyebutkan nilai positif dari video yang ditonton
O:
- Klien mampu menyebutkan tujuan terapi menonton video
- Klien mampu menyebutkan media untuk menonton
- Klien mampu menjelaskan prosedur menonton video
- Klien dapat menceritakan kembali apa yang sudah ia tonton
A:
- Mengontrol halusinasi dengan cara menonton video teratasi
P:
- Evaluasi klien cara mengontrol halusinasi dengan cara menonton video
- Kontrak waktu dengan klien untuk pertemuan selanjutnya
4
BAB IV
Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian dan pembahasan tentang pengaruh terapi
menonton video terhadap kemampuan mengontrol halusinasi pasien skizofrenia di Rumah Sakit
Jiwa Daerah Jambi pada tanggal 15 Februari 2023 sampai 21 Agustus 2023. Data diperoleh
Salah satu teknik distraksi yang dapat dilakukan dengan memberikan terapi audovisual
yakni dengan menonton video untuk mengontrol halusinasi pendengaran dan halusinasi
penglihatan pasien ( Fatmawati, 2019). Hasil evaluasi pada klien didapatkan hasil klien mampu
mengungkapkan aspek positif yang dimiliki, klien mengatakan sudah melakukan kegiatan yang
telah dilatih sesuai jadwal. Dari hasil observasi peneliti klien tampak bersemangat dan koperatif.
Hasil evaluasi klien sudah mulai mengalami kemajuan ditandai dengan klien mampu
keperawatan yang dilakukan sesuai dengan kriteria evaluasi yang telah dibuat sebelumnya pada
intervensi keperawatan, terlihat adanya perubahan yang lebih baik setelah dilakukannya tindakan
keperawatan. Berdasarkan hasil kasus kelolaan evaluasi keperawatan yang telah dilakukan dan
teori yang telah dijelaskan, kami berasumsi bahwa evaluasi keperawatan yang telah dilakukan
sesuai dan merupakan proses berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan keperawatan.
A. Hasil Penelitian
halusinasi masih kurang. Dimana ditunjukan dengan gejala klien masih sering berbicara
sendiri, masih senyum – senyum sendiri, lebih sibuk dengan aktifitas nya sendiri, namun
4
setelah diberikan terapi visualisasi selama 7 hari yang dimulai tanggal 15 s/d 21 Februari
2023, terapi ini diberikan 1 kali dalam 1 kali pertemuan, dimana 1 kali terapi ini berlangsung
selama 30 menit. Terapi ini dilakukan sesuai dengan pengkajian yang telah dilakukan
kepada Tn.P dimana Tn.P mengatakan halusinasinya muncul setiap pada jam 12 siang, jadi
terapi visualisasi ini dilakukan setiap hari tepat di jam 12:00 WIB sesuai dengan munculnya
Selama 7 hari pemberian terapi visualisasi Tn.P menunjukkan tanda gejala penurunan
halusinanya, dimana Tn.P mengatakan selama mengikuti terapi Tn.P mengatakan tidak ada
lagi mendengar suara-suara yang selama ini mengganggu Tn.P. Pada kasus Tn.P juga
mengalami halusinasi penglihatan, namun selama mengikuti terapi ini Tn.P mengatakan
Hasil penelitian yang didapatkan sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
klasifikasi kurang. Penelitian yang dilakukan oleh Stefanopoulou et all (2009) menyebutkan
bahwa sebagian besar pasien skizofrenia memiliki keterlambatan ingatan dan kesulitan fokus
dalam sebuah diskusi. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Filatova et all (2017)
dilakukan terapi. Terapi menonton video rutin diberikan kepada pasien dengan durasi waktu
lima sampai sepuluh menit. Penelitian menurut (Sulayuningsih, 2016) di Surakarta tentang
keperawatan pada pasien halusinasi didapatkan hasil bahwa merawat pasien halusinasi
membutuhkan suatu pemahaman dan teknik pendekatan. Menurut peneliti sebelum diberikan
4
terapi menonton pasien hanya mampu mengenal halusinasi yaitu mengenal isi, waktu,
Hasil evaluasi ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Wicaksono (2017),
yang menyebutkan bahwa terapi distraksi visualisasi yang telah dilakukannya berpengaruh
pada pasien yang mengalami ganggua jiwa terutama halusinasi pendengaran yang dilakukan
dengab cara mengalihkan perhatian pasien dan menurunkan tingkat kewaspadaan pasien ke
hal lain sehingga stimulus sensori yang menyenangkan dapat merangsang sekresi endorphin
dan sudah berhasil dilakukan, ditandai dengan pasien mampu mengontrol rasa takut saat
Menonton Video
berkonsentrasi menonton dan dapat mengambil makna dari apa yang di tontonnya,
sehingga mampu menjadi teknik distraksi bagi pasien dengan halusinasi. Klien mampu
menyebutkan tujuan menonton video, menyebutkan media apa saja yang digunakan
mampu menjelaskan cara menonton video, klien mampu menjelaskan cara menonton
video, menceritakan perasaan setelah menonton, kontak mata, klien memberi respon saat
menonton seperti raut wajah senyum, gembira. Menikuti kegiatan dari awal sampai akhir
. Klien yang telah mempunyai kemampuan mengontrol halusinasi akan segera melakukan
tindakan untuk melakukan halusinasinya saat muncul sehingga tidak akan berdampak
tanda dan gejala halusinasi seperti biacara sendiri atau senyum sendiri, tampak sedang
4
memperhatikan suatu tindakan mengikuti apa yang diperintahkan oleh isi halusinasinya.
Salah satu bentuk terapi audiovisual yang merupakan gabungan antara suara dan gambar
bergerak yang didesain untuk mendorong kemampuan pasien agar dapat mengontrol
meningkatkan fungsi sosial dan perbaikan kondisi (Tarigan, 2009). Perubahan perilaku
diawali dengan pemberian perlakuan atau terapi untuk meningkatkan kesadaran diri akan
kebutuhan berubah yang menghasilkan perilaku baru yang dapat dipertahankan (Kurt 48
Lewin dalam Ricky, 2014). Pendapat diatas didukung juga oleh hasil penelitian yang
dilakukan oleh (Utama, 2023) bahwa sebagian besar responden mampu mengontrol
halusinasi setelah diberikan Terapi individu dengan pendekatan terapi menonton video.
dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor baik ekstemal maupun internal. Salah satu faktor
eksternal adalah lama hari rawat. Lama hari rawat dapat digunakan untuk melihat
seberapa efektif dan efisiennya pelayanan kesehatan jiwa yang telah diberikan, dapat
diukur dengan berapa lama hari perawatan dan kemampuan pasien setelah mendapatkan
perawat dengan pasien. Bina hubungan saling percaya dapat berjalan dengan efektif
penglihatan. Hal ini sesuai dengan (Desnalia, 2020) menonton video di ruang geranium
RSJD Dr. Soedjarwadi Jawa Tengah yang menunjukkan hasil bahwa pasien mampu
4
merespon tontonan video dan menceritakan makna video yang di tonton pada perasaan
pasien. Klien mampu mengontrol halusinasi dengan melakukan terapi menonton video
keadaan subjek merasa nyaman, rileks, pandangan tidak kosong, dan bisikan suara
berkurang.
Halusinasi
1) Implementasi Keperawatan
mampu menjelaskan prosedur menonton video dan mengikuti acara dari awal
sampai akhir, menyuruuh pasien menceritakan kembali apa yang di tonton oleh
nya)
c. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan menghardik, minum obat, dan
bercakap cakap
2) Evaluasi
S:
- Klien mengatakan tadi malam mendengar bisikan tapi sebentar
- Klien mengatakan alat untuk menonton video menggunakan tv/ handphone
O:
- Klien mampu menyebutkan media untuk menonton
- Klien belum mampu menjelaskan prosedur menonton video
- Klien dapat menceritakan kembali apa yang sudah ia tonton
A:
- Mengontrol halusinasi dengan cara menonton video belum teratasi
P:
- Evaluasi klien cara mengontrol halusinasi dengan cara patuh minum obat secara
teratur
- Kontrak waktu dengan klien untuk pertemuan selanjutnya untuk mengulang SP
4 dengan menonton video
4
S:
- Klien mengatakan stres hilang setelah menonton video
- Klien dapat menyebutkan apa tujuan terapi menonton video
- Klien mengatakan alat untuk menonton video menggunakan tv/ handphone
- Klien mengatakan cara menonton dengan memilih video yang akan di tonton
- Klien dapat menyebutkan nilai positif dari video yang ditonton
O:
- Klien mampu menyebutkan tujuan terapi menonton video
- Klien mampu menyebutkan media untuk menonton
- Klien mampu menjelaskan prosedur menonton video
- Klien dapat menceritakan kembali apa yang sudah ia tonton
A:
- Mengontrol halusinasi dengan cara menonton video teratasi
P:
- Evaluasi klien cara mengontrol halusinasi dengan cara menonton video
- Kontrak waktu dengan klien untuk pertemuan selanjutnya
4
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
dengan halusinasi di ruang Sigma RSJD Jambi. Penulis dapat mengambil kesimpulan
senyum sendiri, tertawa bahkan marah marah sendiri. Pasien sering termenung dan
bibir tampak bergerak gerak seperti berbicara sendiri. Penerapan terapi menonton
video pada pasien dapat mengurangi tanda dan gejala halusinasi. Pasien dapat
B. Saran
Diharapkan dapat dijadikan sebagai data dasar bagi peneliti selanjutnya sehingga
5
Khusunya pemegang program kesehatan jiwa agar dapat konseling pada
5
DAFTAR PUSTAKA
Pardede, J. A. ( 2020). Ekspresi Emosi Keluarga Yang Merawat Pasien Skizofrenia. Jurnal
Stuart, G, W (2013). Prinsip Dan Praktek Keperawatan Dan Kesehatan Jiwa.Edisi Indonesia.
World Health Organization. Mental health action plan 2013-2020. Switzerland: World Health
Organization.2013.http://apps.who.int/iris/bitstream/10665/89966/1/9789241506021_eng
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) (2018). Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
KementerianRItahun2018.http://www.depkes.go.id/resources/download/infoterkini/mater
Yosep, I & Sutini, T. (2016). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Bandung: Refika Aditama
Andi.
Ah. Yusuf, Rizky Fitryasari PK, dan Hanik Endang Nihayati. (2015). Buku Ajar Keperawatan
Zelika, AA & Deden D 2015, ‘Kajian Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi Pendengaran Pada
5
Damaiyanti dan Iskandar. 2014. Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung : Refika Aditama.
5
Iyus, Yosep. 2011. Keperawatan Jiwa, Edisi 4. Jakarta : Refika Aditama
Yusuf, Ahmad Dkk. 2015. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika.
Yusuf, Ahmad Dkk. 2015. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika.
Yosep, I & Sutini, T. (2016). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Bandung: Refika Aditama.
Afnuhazi, R., (2015). Komunikasi Terapeutik Dalam Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Gosyen
Publishing.
Aji, W. M. H. (2019). asuhan keperawatan orang dengan gangguan jiwa sKlien Skizofrenia. In
https://doi.org/10.33867/jka.v7i1.161