Anda di halaman 1dari 5

1.

Anemia pada Kehamilan


a. Pengertian Anemia
Anemia atau sering disebut kurang darah adalah keadaan

dimana darah merah kurang dari normal, dan biasanya yang

digunakan sebagai dasar adalah kadar Hemoglobin (Hb). WHO

menetapkan kejadian anemia pada ibu hamil berkisar antara 20 %

sampai 89 % dengan menentukan Hb 11 gr% sebagai dasarnya.

WHO mendefinisikan Anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu

dengan kadar hemoglobin kurang dari 11 g/dl (Bothamley, 2011).


b. Klasifikasi Anemia

Klasifikasi anemia menurut WHO, yaitu :

1) Tidak anemia: 11 gr %
2) Anemia ringan : 9-10 gr %
3) Anemia sedang: 7-8 gr %
4) Anemia berat: < 7 gr %
c. Penyebab Anemia
Anemia defisiensi besi meupakan salah satu gangguan yang

paling sering terjadi terutama pada ibu hamil. Kenaikan volume darah

selama kehamilan akan meningkatkan kebutuhan Fe atau zat besi.

Kebutuhan zat besi ibu hamil sekitar 46 mg/hari, yang bisa dipenuhi

dari makanan yang dikonsumsi sehari-hari ditambah dengan

suplemen zat besi (Sulistyoningsing, 2011).


Bothamley (2011) menyebutkan penyebab terjadinya anemia, yaitu :
1) Penurunan produksi Sel Darah Merah (SDM) : Kekurangan zat

yang dibutuhkan, seperti zat besi, folat, vitamin B12; Masalah

produksi di sum sum tulang


2) Peningkatan Kehilangan Sel Darah Merah (SDM) : Perdarahan

selama menstruasi, persalinan, trauma


3) Peningkatan Destruksi SDM (Anemia Hemolitik) :Anemia sel

sabit, Sindrom HELP, sferositosis herediter


d. Kebutuhan zat besi dalam kehamilan menurut triwulan adalah

sebagai berikut :
1) Pada trimester I, zat besi yang dibutuhkan adalah 1 mg/hari yaitu

untuk kebutuhan basal 0,8 mg/hari ditambah dengan kebutuhan

janin dan red cel mass 30-40 mg.


2) Pada trimester II, zat besi yang diberlakukan yaitu 5 mg/hari yaitu

dengan kebutuhan basal 0,8 mg/hari ditambah dengan kebutuhan

red cell mass 300 mg dan conceptus 115 mg.


3) Pada trimester III, zat besi yang diperlukan yaitu dengan

kebutuhan basal 0,8 mg/hari ditambah dengan kebutuhan red cell

mass 223 mg. Maka kebutuhan pada trimester II dan III jauh

lebih besar dari jumlah zat besi yang didapat dari makanan

(Almatsier, 2010)
e. Tanda dan Gejala Anemia
Gejala awal anemia berupa badan lemah, kurang nafsu

makan, kurang energi, konsentrasi menurun, sakit kepala, mudah

terinfeksi penyakit, mata berkunang-kunang, selain itu konjungtiva

mata, bibir, dan kuku tampak pucat (Sulistyoningsing, 2011).

f. Faktor Risiko Anemia Defisiensi Besi/Folat dalam Kehamilan

1) Gangguan pola makan dan atau diet, kondisi malabsorbsi, seperti

penyakit seiak (Coeliac)


2) Diet yang buruk-kemiskinan, makanan cepat saji, penyalahgunaan

zat, menstruasi yang banyak sebelumnya


3) Hal yang beruhubungan dengan kelahiran-multiparitas, kehamilan

saat ini, kehamilan kembar, hiperemesis


4) Obat antiepelepsi-meningkatkan risiko defisiensi folat, Infeksi

cacing tambang (penyebab tersering dari anemia defisiensi besi

diseluruh dunia)

(Bothamley, 2011).

g. Komplikasi Anemia

Bothamley (2011) menyebutkan komplikasi anemia karena Defisiensi

Zat besi, yaitu :

a. Komplikasi Maternal
1) Keletihan, Sakit kepala, Sesak nafas, Nyeri dada, Takikardia,

penurunan daya tahan terhadap infeksi, gangguan fungsi otot


2) Peningkatan kehilangan darah selama pelahiran sebagai akibat

sekunder dari terganggunya fungsi otot uterus


3) Toleransi yang rendah terhadap kehilangan darah
b. Komplikasi janin/neonatus
1) Volume cairan amnion sedikit, pelahiran premature, berat

badan lahir rendah


2) Cadangan zat besi buruk-cadangan zat besi penting pada tahun

pertama kehidupan ketika asupan besi rendah, kemampuan

kognitif yang buruk.


h. Cara pencegahan anemia dalam kehamilan
Menurut Waryana (2010), cara pencegahan terjadinya anemia

pada ibu hamil dapat diuraikan sebagai berikut : selalu menjaga

kebersihan dan mengenakan alas kaki setiap hari, istirahat yang

cukup, makan-makanan yang bergizi dan mengandung Fe, misalnya :

daun papaya, kangkung, daging sapi, hati, ayam dan susu. Pada ibu

hamil, dengan rutin memeriksakan kehamilannya minimal 4 kali


selama hamil untuk mendapatkan tablet besi (Fe) dan vitamin lainnya

pada petugas kesehatan, serta makan-makanan yang bergizi 3 kali

sehari, dengan porsi 2 kali lipat lebih banyak.

i. Penatalaksanaan Anemia
Skrining rutin untuk anemia terhadap semua wanita harus

dilakukan pada saat pemesanan pemeriksaan pertama dan saat usia

kehamilan 28 minggu. NICE (2008) merekomendasikan bahwa jika

Hb < 11 g/dl pada awal kehamilan, atau < 10,5 d/dl pada usia

kehamilan 28 minggu, pemberian suplemen besi harus

dipertimbanghkan (Bothamley, 2011).


Banyak penulis mengatakan kadar feritin rendah pada akhir

kehamilan dan cadangan tidak cukup didapatkan hanya dari diet saja.

Mereka berargumentasi suplemen rutin besi peroral adalah cara

terbaik untuk mencegah defisiensi besi (Bothamley, 2011).


Anemia defisiensi besi sering terjadi dalam kehamilan, dan

banyak wanita yang diberikan resep suplemen besi, biasanya

dikombinasikan dengan folat, karena ada beberapa bukti bahwa

pemberian kedua suplemen ini lebih menguntungkan daripada

suplemen besi saja dalam menangani anemia defisiensi besi. Wanita

harus diberi informasi mengenai cara paling efektif untuk

mengonsumsi tablet ini dan karena pasien sering tidak patuh, harus

ditekankan bahwa jika pasien tersebut tidak dapat melanjutkan

meminum tablet zat besi, ia harus member itahu bidan sehingga bidan

mungkin dapat memberikan formula yang lain (Bothamley, 2011).


Menurut Sulistyoningsing (2011), penanganan anemia pada ibu

hamil dapat dilakukan dengan cara pemberian tablet zat besi serta

peingkatan kualitas makanan sehari-hari. Ibu hamil biasanya tidak

hanya mendapatkan preparat zat besi tetapi juga asam folat. Dosis

pemberian preparat asam folat sebanyak 500 g dan zat besi sebanyak

120 mg. pemberian zat besi sebanyak 30 gram per hari akan

meningkatkan kadar hemoglobin sebesar 0,3 dl/dr/minggu atau dalam

10 hari (Sulistyoningsing, 2011).

Anda mungkin juga menyukai