Anda di halaman 1dari 3

A.

Definisi
Anemia adalah suatu keadaan dimana jumlah hemoglobin menurun. Sebagai akibatnya,
ada penurunan transportasi oksigen dari paru ke jaringan perifer. Anemia dalam kehamilan
adalah kondisi ibu dengan kadar hemoglobin dibawah 11gr% pada trisemester 1 dan 3 atau
kadar <10,5 gr% pada trisemester 2, nilai batas tersebut dan perbedaannya dengan kondisi
wanita tidak hamil, terjadi karena hemodilusi, terutama pada trisemester 2 (Cunningham,2005).
Anemia hamil disebut “potential danger to mother and child” (potensi membahayakan ibu dan
anak), karena itulah anemia memerlukan perhatian serius dari semua pihak yang terkait dalam
pelayanan kesehatan pada lini terdepan (Manuaba,2009). Anemia yang paling sering dijumpai
dalam kehamilan adalah anemia akibat kekurangan zat besi karena kurangnya asupan unsur besi
dalam makanan. Gangguan penyerapan, peningkatan kebutuhan zat besi yang keluar dari tubuh,
misalnya pada perdarahan. Wanita hamil butuh zat besi sekitar 40mg perhari atau 2 kali lipat
dari wanita tidak hamil. Jarak kehamilan sangat berpengaruh terhadap kejadian anemia saat
kehamilan. Kehamilan yang berulang dalam waktu singkat akan menguras cadangan zat besi ibu.
Pengaturan jarak kehamilan yang baik minimal 2 tahun menjadi penting untuk diperhatikan
sehingga badan ibu siap untuk menerima janin kembali tanpa harus menghabiskan cadangan zat
vesinya (Mardliyanti,2006).

B. Etiologi
Kebanyakan anemia dalam kehamilan disebabkan oleh defisiensi besi dan perdarahan
akut bahkan tidak jarang keduanya saling berinteraksi (Safuddin,2002). Menurut Mochtar
(1998) penyebab anemia pada umumnya adalah sebagai berikut :
1. Kurang gizi (malnutrisi)
2. Kurang zat besi dalam diit
3. Malabsorpsi
4. Kehilangan darah banyak seperti persalinan yang lalu, haid dan lain-lain.
5. Penyakit- penyakit kronik seperti TBC paru, cacing usus, malaria, dan lain-lain.
C. Patofisiologi
Menurut Saifuddin (2009), anemia dalam kehamilan dapat terjadi karena peningkatan
volume plasma darah yang menyebabkan konsentrasi sel darah merah menurun dan darah
menjadi encer, inilah yang menyebabkan kadar hemoglobin dalam darah menurun.
Pengenceran darah yang terjadi ini memiliki manfaat yaitu meringankan kerja jantung dalam
memompa darah dan mencegah terjadinya kehilangan unsur besi yang berlebih saat persalinan.

Penurunan konsentrasi sel darah merah ini harus disertai pemenuhan gizi yang cukup
terutama kebutuhan akan zat besi. Hal ini untuk mencegah terjadinya anemia yang lebih lanjut
dimana kadar hb dibawah 10,5 gr/dl.

D. Gejalah anemia pada ibu hamil


1. Ibu mengeluh cepat lelah
2. Sering pusing
3. Malaise
4. Lidah luka
5. Nafsu makan turun
6. Konsentrasi hilang
7. Nafas pendek(pada anemia parah)
8. Keluhan mual muntah lebih hebat pada hamil muda.

E. Penatalaksanaan

Terapi pengobatan

a. Terapi oral
Pengobatan anemia biasannya dangan pemberian tambahan zat besi. Sebagian
besar tablet zat besi mengandung ferosulfat, besi glukonat atau suatu polisakarida.
Tablet besi akan diserap dengan maksimal jika diminum 30 menit sebelum makan.
Biasanya cukup diberikan 1 tablet/hari. Kempuan usus untuk menyerap zat besi
adalah terbatas, karena itu pemberian zat besi dalam dosis yang lebih besar adalah
sia-sia dan dapat menyebabkan gangguan pencernaan dan sembelit.
b. Terapi parentral
Diberikan jika penderita tidak tahan akan obat besi peroral, ada gangguan
penyerapan, penyakit saluran pencernaan atau apabila usia kandungan sudah tua.
Terapi parentral ini diberikan dalam bentuk ferri. Secara intramusculus dapat
disuntikkan dextran besi (imferon) atau sorbitol (jectofer).

F. Pencegahan
1. Perbanyak makan makanan yang mengandung zat besi, misalnya unggas dan ikan, daging
merah atau sayuran yang memiliki daun hijau gelap, telur dan kacang-kacangan.
2. Mengkomsumsi buah yang tinggi akan kandungan Vitamin C. Vitamin C berperan membantu
penyerapan zat besi kedalam tubuh.
3. Pilih makanan yang memiliki kandungan asam folat tinggi, misalnya sayuran berdaun hijau,
kacang kering, salmon, roti, sereal.
4. Minum susu secara teratur, siang atau malam, susu akan mencegah anda terserang penyakit
anemia.
5. Dan jika anemia sudah terlalu parah segera konsultasikan ke dokter atau petugas kesehatan
lainnya.
6. Anemia juga bisa dicegah dengan mengatur jarak kehamilan atau kelahiran bayi. Makin
sering seorang wanita mengalami kehamilan dan melahirkan, akan makin banyak kehilangan
zat besi dan menjadi makin anemis. Jika persediaan cadangan Fe minimal, maka setiap
kehamilan akan menguras persediaan Fe tubuh dan akhirnya menimbulkan anemia pada
kehamilan berikutnya. Oleh karena itu, perlu diupayakan agar jarak antar kehamilan tidak
terlalu pendek, minimal lebih dari 2 tahun.

G. Komplikasi
1. Anemia dapat terjadi pada setiap ibu hamil, karena itulah kejadian ini harus selalui
diwaspadai.
2. Anemia yang terjadi pada saat ibu hamil trisemester 1 akan dapat mengakibatkan: abortus,
missed abortus dan kelainan kongenitial
3. Anemia pada kehamilan trisemester 2 dapat menyebabkan : prsalinan premature,
perdarahan antepartum, gangguan pertumbuhan janin dalam rahim, asfiksia intrauterine
sampai kematian, bblr, gestosis dan mudah terkena infeksi, iq rendah dan bahkan bisa
mengakibatkan kematian.
4. Saat post partum anemia dapat menyebabkan: tonia uteri, rtensio placenta, pelukaan sukar
sembuh, mudah terjadi febris puerpuralis, dan gangguan involusio uteri.

Daftra Puataka

Dwi deni, dkk, 2014. Askep keperawatan anemia pada ibu hamil, Ponorogo

Jurnal Aisyah: Jurnal Ilmu Kesehatan vol 2 no.2 tahun 2017, – 125 Willy Astriana

Kementrian Kesehatan RI. 2015. Buku Ajar Ibu dan Anak. Jakarta: Pusat Pendidikan dan
Pelatihan Tenaga Kesehatan.

Anda mungkin juga menyukai