A. Pengkajian
Dalam bagian ini perawat harus dapat memahami dan menangani pasien yang
mengalami diagnosis keperawatan ansietas, baik menggunakan cara individual maupun
kelompok. Bagian ini juga memberikan pedoman dalam memberikan asuhan keperawatan
kepada keluarga pasien dengan kecemasan.
Ansietas adalah kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar, yang berkaitan dengan
perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Keadaan emosi ini tidak memiliki objek yang
spesifik. Ansietas dialami secara subjektif dan di komunikasikan secaar interpersonal.
Adapun tanda dan gejala dari ansietas:
a. Perilaku gelisah
b. Ketegangan fisik
c. Tremor
d. Kurang koordinasi
e. Cenderung mengalami cedera
f. Menarik diri dari hubungan interpersonal
g. Kreativitas menurun
1) Data dasar
Pengkajian ini penting dilakukan untuk mengetahui latar belakang, status sosial
ekonomi, adat/kebudayaan, dan keyakinan spiritual, sehingga mudah dalam komunikasi
dan menentukan tindakan keperawatan yang sesuai.
a. Identitas Pasien (nama, jenis kelamin, umur, status perkawinan, agama, suku bangsa,
pendidikan, bahasa yang digunakan, pekerjaan, alamat,nomor register, diagnosa
medis, sumber biaya, dan sumber informasi). Terjadi pada semua umur baik laki-laki
maupun perempuan.
b. Identitas Penanggung jawab (nama, jenis kelamin, umur, status perkawinan, agama,
suku bangsa, pendidikan, bahasa yang digunakan, pekerjaan, alamat, dan hubungan
dengan pasien).
2) Faktor Predisposisi
Beberapa faktor predisposisi secara umum yang mempengaruhi terjadinya ansietas:
a. Panik
b. Ketegangan menghadapi sesuatu
c. Kurang percaya diri
d. Ketakutan kehilangan
e. Preoperasi
f. Obsesius
3) Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi dibedakan menjadi:
a. Ancaman terhadap integritas seseorang meliputi ketidakmampuan fisiologis yang akan
datang atau menurunnya kapasitas untuk melakukan aktivitas hidup sehari-hari.
b. Ancaman terhadap sistem diri seseorang dapat membahayakan identitas, harga diri,
dan fungsi sosial yang terintegrasi seseorang.
4) Mekanisme Koping
Tingkat ansietas sedang dan berat menimbulkan dua jenis mekanisme koping sbb:
a. Reaksi yang berorientasi pada tugas yaitu upaya yang di sadari dan berorientasi pada
tindakan untuk memenuhi secara realistik tuntutan situasi stres, misalnya perilaku
menyerang untuk mengubah atau mengatasi hambatan pemenuhan kebutuhan,
Menarik diri untuk memindahkan dari sumber stress, Kompromi untuk mengganti
tujuan atau mengorbankan kebutuhan personal.
b. Mekanisme pertahanan ego membantu mengatasi ansietas ringan dan sedang, tetapi
berlangsung tidak sadar dan melibatkan penipuan diri dan distorsi realitas dan bersifat
maladaptive.
5) Perilaku
Kecemasan dapat diekspresikan secara langsung melalui perubahan fisiologi dan
perilaku dan secara tidak langsung melalui timbulnya gejala atau mekanisme koping dalam
upaya melawan kecemasan. Intensietas perilaku akan meningkat sejalan dengan
peningkatan tingkat kecemasan.
Respon fisiologis terhadap ansietas meliputi:
a. Sistem kardiovaskuler: jantung berdebar, palpitasi, tekanan darah meningkat, rasa
ingin pingsan, tekanan darah menurun, denyut nadi menurun.
b. Sistem respirasi: napas cepat, sesak napas, tekanan pada dada, napas dangkal,
sensasi tercekik.
c. Neuromuskuler: reflex meningkat, reaksi terkejut, mata berkedip-kedip, insomnia,
kelemahan umum.
d. GI: kehilangan nafsu makan, menolak makan, rasa tidak nyaman pada abdomen,
nyeri abdomen, mual, nyeri, ulu hati, diare.
e. Perkemihan: sering berkemih
g. Kulit: berkeringat setempat, gatal, rasa panas dan dingin pada kulit, wajah pucat.
Respon perilaku meliputi: motorik, afektif, dan kognitif.
6) Data yang perlu di kaji
a. Data subyektif:
Klien mengatakan: perasaan saya gelisah, berdebar-debar, sering berkemih, mengalami
ketegangan fisik, panik, tidak dapat konsentrasi, tidak percaya diri.
b. Data obyektif:
Klien tampak gelisah, pucat, mulut kering, suara tremor, sering mondar-mandir sambil
berbicara sendiri atau berbicara kepada orang lain tetapi tidak di respon, menarik diri dari
lingkungan interpersonal.
7) Status kesehatan mental
a. Kebenaran data:
Apakah semua informasi yang diberikan oleh klien sesuai dengan apa yang disampaikan
oleh keluarganya saat melakukan kunjungan rumah.
b. Status sensorik:
Kaji apakah ada gangguan pada penglihatan, pendengaran, penciuman, dan pengecapan
dan perabaan.
c. Status persepsi
Klien mendengarkan suara-suara yang membisik di telinganya.
Klien sering melamun, menyendiri, senyum sendiri karena mendengar sesuatu,atau
kadang-kadang mata menatap tajam seperti mengawasi sesuatu.
d. Status motorik
Motorik kasar: cara klien berjalan, berpakaian, dan berbicara apakah masih terkontrol atau
tidak.
Motorik halus : misalnya Klien mampu menulis, menggenggam sesuatu, memasukan
kancing ke dalam lubang kancing tanpa tremor.
e. Afek
Emosi yang ditunjukan sesuai dengan apa yang di ungkapkan.
Misalnya jika klien menceritakan hal-hal yang lucu, klien turut tertawa.
f. Orientasi
Klien mengenal orang yang ada di sekitarnya, Klien mengetahui tentang waktu.
g. Ingatan
Apakah Klien masih mengingat apa yang di alaminya selama ini, Apakah klien kehilangan
sebagaian memori yang di ingatnya.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Panik yang berhubungan dengan penolakan keluarga karena bingung dan gagal
mengambil keputusan.
2. ketidakefektifan koping individu berhubungan dengan kematian saudara kandung.
3. ketakutan yang berhubungan dengan rencana pembedahan.
C. Intervensi Keperawatan.
panik berhubungan dengan penolakan keluarga karena bingung dan
D. Implementasi :
1) Melakukan pengkajian kembali mengenai riwayat pasien masuk rumah sakit.
2) Memonitor hubungan perilaku cemas, aktivitas, dan kejadian setiap 2 jam.
3) Meyakinkan bahwa cemas adalah reaksi normal. Bantu identifikasi tanda-tanda
kecemasan seperti nafas lebih cepat, nadi cepat, dan berkeringat dingin.
4) Memberikan ketenangan dengan memberikan lingkungan yang nyaman.
5) Menjelaskan semua prosedur dan tujuan dengan singkat dan jelas.
6) Menurunkan input sensori yang mengganggu seperti lampu yang silau, gaduh dan
udara panas.
7) Melakukan hubungan yang lebih akrab dengan pasien sebelum tidur.
8) Memonitor tanda vital setiap 4 jam.
9) Memperhatikan kebutuhan fisik selama mengalami kecemasan.
10) Melakukan pengkajian mengenai kemungkinan adanya penyimpangan perilaku;
perkelahian, merokok, alkohol, dan lain-lain.
11) Kolaborasi dengan psikater: hal-hal yang mengganggu seperti lampu yang silau,
suasana yang gaduh, dan cuaca yang panas.
E. Evaluasi :
- Pasien dapat menurunkan kecemasan
- Pasien dapat mendemonstrasikan cara penurunan kecemasan.
- Pasien bisa mengurangi rasa kehilangan.