Oleh
Nurhadi Handono
135030401111065
135030401111068
135030401111071
Muhamad Afriyanto
135030401111072
Risma Suryaningsih
135030401111077
135030401111078
Brian Yudhistira
135030407111029
Radias Pratama
135030407111034
MSDM KELAS F
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI
JURUSAN ADMNINISTRASI BISNIS
PRODI PERPAJAKAN
Maret 2015
PENGERTIAN KINERJA
Mathis dan Jackson (2006:65) menyatakan bahwa kinerja pada dasarnya adalah apa yang
dilakukan atau tidak dilakukan pegawai. Manajemen kinerja adalah keseluruhan kegiatan
yang dilakukan untuk meningkatkan kinerja perusahaan atau organisasi, termasuk kinerja
masing-masing individu dan kelompok kerja di perusahaan tersebut.
Amstrong (1999:15) mengatakan bahwa kinerja merupakan hasil kerja dari tingkah laku.
Pengertian kinerja ini mengaitkan antara hasil kerja dengan tingkah laku. Sebagai tingkah
laku, kinerja merupakan aktivitas manusia yang diarahkan pada pelaksanaan tugas
organisasi yang dibebankan kepadanya.
Performance atau kinerja merupakan hasil atau keluaran dari suatu proses. Menurut
pendekatan perilaku dalam manajemen, kinerja adalah kuantitas atau kualitas sesuatu yang
dihasilkan atau jasa yang diberikan oleh seseorang yang melakukan pekerjaan
(Luthans,2005:165).
Kinerja adalah penentuan secara periodik efektivitas operasional organisasi, bagian
organisasi dan karyawannya berdasarkan sasaran, standar dan kriteria yang telah
ditetapkan sebelumnya (Srimindarti, 2006).
Kinerja merupakan prestasi kerja, yaitu perbandingan antara hasil kerja dengan standar
yang ditetapkan (Dessler, 2000:41).
Mangkunegara, (2002:22) menyatakan bahwa kinerja adalah hasil kerja baik secara kualitas
maupun kuantitas yang dicapai oleh seseorang dalam melaksanakan tugas sesuai tanggung
jawab yang diberikan
Kinerja adalah hasil atau tingkat keberhasilan seseorang secara keseluruhan selama
periode tertentu dalam melaksanakan tugas dibandingkan dengan berbagai kemungkinan,
seperti standar hasil kerja, target atau sasaran atau kriteria yang telah ditentukan terlebih
dahulu telah disepakati bersama (Rivai dan Basri, 2005:50).
Kinerja berasal dari kata job performance atau actual performance yang berarti prestasi
kerja atau prestasi sesungguhnya yang dicapai oleh seseorang. Pengertian kinerja (prestasi
kerja) adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai
dalam melaksanakan fungsinya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa kinerja menyangkut tiga komponen penting, yaitu: tujuan,
ukuran dan penilaian. Penentuan tujuan dari setiap unit organisasi merupakan strategi untuk
meningkatkan kinerja. Tujuan ini akan memberi arah dan memengaruhi bagaimana
seharusnya perilaku kerja yang diharapkan organisasi terhadap setiap personel. Walaupun
demikian, penentuan tujuan saja tidaklah cukup, sebab itu dibutuhkan ukuran, apakah
seseorang telah mencapai kinerja yang diharapkan. Untuk kuantitatif dan kualitatif standar
kinerja untuk setiap tugas dan jabatan memegang peranan penting.
Bila suatu tujuan tertentu akhirnya bisa dicapai, kita boleh mengatakan bahwa
kegiatan tersebut efektif tetapi apabila akibat-akibat yang tidak dicari kegiatan menilai
yang penting dari hasil yang dicapai sehingga mengakibatkan kepuasan walaupun efektif
dinamakan tidak efesien. Sebaliknya, bila akibat yang dicari-cari tidak penting atau remeh
maka kegiatan tersebut efesien (Prawirosentono, 1999:27).
b. Otoritas (wewenang)
Otoritas menurut adalah sifat dari suatu komunikasi atau perintah dalam suatu
organisasi formal yang dimiliki seorang anggota organisasi kepada anggota yang lain
untuk melakukan suatu kegiatan kerja sesuai dengan kontribusinya (Prawirosentono,
1999:27). Perintah tersebut mengatakan apa yang boleh dilakukan dan yang tidak boleh
dalam organisasi tersebut.
c. Disiplin
Disiplin adalah taat kepda hukum dan peraturan yang berlaku (Prawirosentono,
1999:27). Jadi, disiplin karyawan adalah kegiatan karyawan yang bersangkutan dalam
menghormati perjanjian kerja dengan organisasi dimana dia bekerja.
d. Inisiatif
Inisiatif yaitu berkaitan dengan daya pikir dan kreatifitas dalam membentuk ide untuk
merencanakan sesuatu yang berkaitan dengan tujuan organisasi.
Menurut Nurmianto dan Wijaya (2003) tujuan penilaian prestasi kinerja ada 2 (dua)
tujuan pokok, yaitu:
Untuk tujuan administrasi personalia
1. Menjadi dasar pembuatan keputusan manajemen mengenai promosi, mutasi, demosi
dan pemberhentian pegawai.
2. Menjadi dasar dalam pemberian balas jasa.
3. Menjadi dasar dalam menetapkan program pendidikan dan pelatihan guna
mendukung efektivitas unit unit kerja organisasi.
4. Menjadi dasar penetapan criteria criteria untuk seleksi dan penetapan pegawai.
5. Memberikan data mengenai produktivitas organisasi secara keseluruhan atau unit
unit kerja dan individu individu pegawai khususnya.
Untuk tujuan bimbingan dan konseling
1. Merupakan forum pembimbingan dan konseling antara atasan dan bawahannya
untuk memperbaiki atau mengembangkan kecakapan pegawai.
2. Mengidentifikasikan kelebihan atau kekurangan pegawai yang menjadi salah satu
dasar pertimbangan dalam melibatkan pegawai pada program pelatihan dan
pengembangan pegawai.
3. Sebagai alat untuk meningkatkan motivasi kerja pegawai sehingga dapat dicapai
kinerja yang baik dalam rangka pencapaian tujuan unit kerja dan organisasi.
4. Sebagai alat untuk mendorong atau membiasakan para atasan atau pejabat penilai
mengamati perilaku kerja pegawai sebagai totalitas hingga diketahui minat minat
kemampuan kemampuan, serta kebutuhan pegawai.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa Tujuan dari penilaian Kinerja adalah :
Manfaat bagi pekerja : terutama sebagai feedback (umpan balik) tentang prestasi
kerjanya selama ini c sangat berguna bagi pekerja untuk mengetahui kelebihan dan
kelemahan yang ada pada dirinya, untuk tujuan pengembangan diri lebih lanjut
Manfaat bagi perusahaan : antara lain sebagai dasar untuk mengambil keputusan
tentang promosi (jabatan/gaji), transfer (mutasi), demosi, PHK, atau untuk
mengidentifikasi kebutuhan training
Checklist
Metode penilaian ini dimaksudkan untuk untuk mengurangi beban penilai. Penilai
tinggal memilih kalimat-kalimat atau kata- kata yang menggambarkan prestasi kerja
dan karakteristik pegawai.
Metode Peristiwa Kritis
Pada metode ini didasarkan pada catatan-catatan penilai yang menggambarkan
perilaku pegawai sangat baik atau sangat buruk dalam kaitannya dalam
pelaksanaan kerja.
Metode Peninjauan Lapangan
Pada metode ini, wakil ahli departemen personalia turun ke lapangan dan
membantu para penyelia dalam menilai.
Tes dan Observasi Prestasi Kerja
Bila jumlah pekerjaan terbatas, penilaian prestasi kerja biasa didasarkan pada
tes pengetahuan dan ketrampilan. Agar berguna harus reliabel dan valid.
Metode Evaluasi Kelompok
Penilaian ini biasanya dilakukan oleh penyelia atau atasan langsung. Metode ini
berguna untuk pengambilan keputusan untuk menaikkan upah, promosi dan
berbagai bentuk penghargaan organisasional karena dapat menghasilkan rangking
pegawai dari yang terbaik dan yang terburuk.
4.
5.
6.
7.
pada perilaku ekstrim dalam tugas-tugas karyawan daripada pekerjaan atau kinerja
rutin yang mereka lakukan dari hari ke hari. Penilaian seperti ini sangat tergantung
kepada kemampuan menulis seorang penilai.
Work standard
Metode ini membandingkan kinerja setiap karyawan dengan standar yang telah
ditetapkan sebelumnya atau dengan tingkat keluaran yang diharapkan. Standar
mencerminkan keluaran normal dari seorang pekerja yang berprestasi rata-rata,
yang bekerja pada kecepatan atau kondisi normal. Agar standar ini dianggap objektif,
para pekerja harus memahami secara jelas bagaimana standar yang ditetapkan.
Ranking
Penilai menempatkan seluruh pekerja dalam satu kelompok sesuai dengan
peringkat yang disusun berdasarkan kinerja secara keseluruhan. Contohnya, pekerja
terbaik dalam satu bagian diberi peringkat paling tinggi dan pekerja yang paling
buruk prestasinya diletakkan di peringkat paling bawah. Kesulitan terjadi bila pekerja
menunjukkan prestasi yang hampir sama atau sebanding.
Forced distribution
Penilai harus memasukkan individu dari kelompok kerja ke dalam sejumlah
kategori yang serupa dengan sebuah distribusi frekuensi normal. Contoh para
pekerja yang termasuk ke dalam 10 persen terbaik ditempatkan ke dalam kategori
tertinggi, 20 persen terbaik sesudahnya ke dalam kategori berikutnya, 40 persen
berikutnya ke dalam kategori menengah, 20 persen sesudahnya ke dalam kategori
berikutnya, dan 10 persen sisanya ke dalam kategori terendah. Bila sebuah
departemen memiliki pekerja yang semuanya berprestasi istimewa, atasan dipaksa
untuk memutuskan siapa yang harus dimasukan ke dalam kategori yang lebih
rendah.
Behaviourally Anchored Rating Scales (BARS)
Evaluator menilai pegawai berdasarkan beberapa jenis perilaku kerja yang
mencerminkan dimensi kinerja dan membuat skalanya. Misalnya penilaian
pelayanan pelanggan. Bila pegawai bagian pelayanan pelanggan tidak menerima tip
dari pelanggan, ia diberi skala 4 yang berarti kinerja lumayan. Bila pegawai itu
membantu pelanggan yang kesulitan atau kebingungan, ia diberi skala 7 yang berarti
kinerjanya memuaskan, dan seterusnya. Metode ini mendeskripsikan perilaku yang
diharapkan sesuai dengan tingkat kinerja yang diharapkan.
subjektif mungkin. Secara umum, objektivitas dalam penilaian kinerja hanya mungkin
apabila semua penilai berpegang teguh pada aturan pokoknya.
Suatu system penilaian kinerja yang objektif sangat membantu perusahaan dalam halhal sebagai berikut:
1. Menghilangkan standar-standar yang berbeda antara para manajer
2. Menghilangkan kecenderungan untuk menilai karyawan berdasarkan kepribadian
mereka
3. Memotivasi karyawan dengan penilaian kinerja
4. Menciptakan karyawan yang produktif
Sumber Kesalahan Dalam Penilaian Kinerja
1. Kesalahan-kesalahan dalam penilaian kinerja dapat bersumber dari
a. Bentuk penilaian kinerja yang dipakai
b. Penilaian (penyelia)
2. Dapat pula terjadi dalam bentuk penilaian kinerja ditemukan aspek-aspek yang
sebenarnya tidak ada sangkut pautnya dengan keberhasilan seorang karyawan
3. Hal yang dapat timbul dalam penilaian kinerja adalah jika aspek-aspek yang harus
dinilai tidak jelas batasannya (defenisinya).
Proses penilaian prestasi juga menyediakan pengertian yang mendalam kedalam
efektifitas fungsi SDM. Penilai prestasi bertindak sebagai penguji pengendalian mutu. Jika
proses penilaian menunjukkan bahwa kinerja yang lemah terdapat dimana-mana, banyak
karyawan dikeluarkan dari keputusan penempatan internal. Mereka tidak akan dipromosikan
atau dipindah; kemungkinan mereka dapat dikeluarkan atau dilakukan pemutusan hubungan
kerja. Banyaknya kinerja yang tidak tercapai, menandakan adanya kesalahan didalam fungsi
manajemen SDM.
DAFTAR PUSTAKA
Mangkunegara, Anwar Prabu. 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia. Remaja
Rosdakarya. Bandung.
Luthans, F. 2005. Organizational Behavior. New York: McGraw-hill.
Mathis, R.L. & J.H. Jackson. 2006. Human Resource Management: Manajemen Sumber
Daya Manusia. Terjemahan Dian Angelia. Jakarta: Salemba Empat.
Prawirosentono, Suryadi. 1999. Kebijakan Kinerja Karyawan. Yogyakarta: BPFE.
Robbins, Stephen P.2006. Perilaku Organisasi. Jakarta : Gramedia
Robbins, Stephen P. 1996. Perilaku Organisasi Jilid II. Alih Bahasa HadayanaPujaatmaka.
Jakarta : Prenhalindo.
http://www.kajianpustaka.com/2014/01/pengertian-indikator-faktor-mempengaruhikinerja.html
http://novenadwirespita10508159.blogspot.com/2010/11/faktor-faktor-yang-mempengaruhikinerja.html
http://nurlailafadjarwati.blogspot.com/2011/01/penilaian-kinerja.html