Anda di halaman 1dari 40

C.

Hasil Pelaksanaan PKL

C.1. UPTD Klinik hewan


C.1.1. Alur Pelayanan UPTD Klinik Hewan
Seiring dengan berjalannya waktu,kini sudah banyak di kalangan masyarakat
yang berminat memelihara hewan kesayangan,terutama kucing,anjing,dan
hewan lainnya.UPT Klinik Hewan milik dinas ketahanan dan keamanan
pangan Kota Bandung yang merupakan salah satu pasilitas pelayanan
kesehatan pada hewan peliharaan yang berada di Kota Bandung.
Berikut adalah alur pelayanan UPT Klinik Hewan:
 Administrasi/pendaftaran
 Pengecekan suhu dan berat badan
 Pemerisaan umum,Tindakan dan diagnose dokter
 Membawa obat yang harus di bawa pulang bilaa

 Menyelesaikan administrasi

C.1.2.Sanitasi Klinik hewan


Sanitasi adalah suatu Tindakan yang dilakukan untuk mencegah
masuknya bibit penyakit dilingkungan UPT Klinik Hewan dengan melakukan
pembersihan dan desinfeksi.Desinfeksi adalah tindakan pencuci hamaan
dengan menggunakan bahan desinfektan yang bertujuan untuk mengurangi
atau menghilangkan mikroorganisme.
a. Sanitasi Klinik
Untuk sanitasi klinik kami biasanya menyapu seluruh ruangan lalu
mengepelnya dengan Lysol dan mengganti lap diruangan dokter.

b. Sanitasi Meja Dokter


Ketika pemeriksaan selesai meja periksa dokter haruslah dilap dengan
Lysol, apabila ada pasien dengan penyakit infeksi atau virus maka meja
pemeriksaan harus disanitasi dua kali yaitu dengan Lysol lalu alkohol.

15
C.1.3.Administrasi/Pendaftaran
Sebelum melakukan administrasi Owner harus mengambil nomor
antrian dan menunjukkan kartu berobat agar staff bisa mencarikan rekam
medik pasien, jika Owner adalah klien baru maka Owner harus memberikan
fotocopy KK dan KTP untuk pecatatan data pasien baru, lalu menunggu
giliran dipanggil sesuai nomor untuk melakukan pendaftaran.

Gambar 1 pet owner Gambar 2 merapihkan Rekam Medik

Rekam medik merupakan sarana yang mengandung informasi tentang


penyakit dan pengobatan pasien yang ditujukan untuk menjaga dan
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan. Pasal 46 ayat (1) UU Praktik
Kedokteran, yang dimaksud dalam rekam medis adalah berkas yang berisi
catatan dan dokumen yang berisi identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan,
Tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien.

Gambar 3 pendaftaran

16
Setelah mendapat giliran dipanggil staff administrasi akan memasukan
data anamnase dan signalemen pasien pada rekam medik pasien, antara lain
sebagai berikut:
1. Signalemen

Signalemen merupakan tanda-tanda atau ciri-ciri yang terdapat pada


hewan yang akan kita periksa. Adapun yang termasuk dalam kriteria
signalemen seperti:

 Ras/jenis hewan
 Nama hewan
 Umur hewan
 Jenis kelamin
 Pemilik hewan
 Alamat pemilik

2. Anamnase

Berisikan data-data yang menceritakan sejarah perjalanan hewan tentang :

 Kenapa bisa sakit?


 Apa yang melatar belakangi hewan bisa sakit?
 Mulai kapan hewan sakit?
 Jumlah hewan yang sakit?
 Sudah pernah atau belum pernah mendapat penanganan selama sakit.
 Data-data yang berisikan tentang sejarah perjalanan Hewan sakit ini bisa
diperoleh dari keterangan:
 Pemilik hewan
 Yang mengantarkan hewan
 Perawat hewannya
 Catatan khusus yang dimiliki hewan status present

C.1.4. Pengecekan Suhu dan Berat Badan


Setelah menyelesaikan pendaftaran akan pasien akan diarahkan ke bagian
pengecekan suhu dan berat badan. Staff akan mengecek suhu menggunakan
thermometer infrared dan mengecek berat badan pasien dan memasukan
datanya pada rekam medik pasien, kartu berobat dan catatan harian klinik.
Kemudian setelah itu pasien dipersilahkan menunggu kembali diruang
tunggu untuk mendapat giliran dipanggil dokter.

17
Gambar 4 cek suhu dan penimbangan

C.1.5. Pemerisaan Umum, Tindakan dan Diagnosa Dokter


1. Pemeriksaan umum
Pemeriksaan umum harus didahului dengan melakukan sinyalemen dan
anamnase dengan keterangan dari pasien. Tatacara pemeriksaan fisik hewan
dapat dilakukan dengan penglihatan (inspeksi), perabaan (palpasi),
mendengarkan (auskultasi).

Gambar 5 Pemeriksaan umum

Dengan petunjuk yang didapat selama pemeriksaan Riwayat dan fisik,ahli


medis dapat Menyusun sebuah diagnosis diferensial, yakni sebuah daftar

18
penyebab yang mungkin menyebabkan gejala tersebut. Beberapa tes akan
dilakukan untuk meyakinkan penyebab dari penyakit. Sebuah pemeriksaan yang
lengkap akan terdiri dari penilaian kondisi pasien secara umum dan system organ
yang spesifik. Untuk dapat melakukan pemeriksaan dengan lancer dan baik
diperlukan handling yang benar. Handling merupakan upaya mengendalikan
hewan dengan tangan kosong atau tanpa alat bantu.

Handling memiliki tujuan, diantaranya yang pertama adalah untuk


keamanan dan keselamatan manusianya, dalam hal ini dokter serta paramedic
atau pemilik yang memberikan Tindakan pada hewan. Kedua, handling dan
restrain berperan untuk mempermudah kita dalam penanganan. Selanjutnya,
untuk mempermudah kita melakukan pengawasan atau kontrol, dan yang
terakhir adalah untuk keselamatan hewan itu sendiri. Sebagai mana
diutarakan Drh Henny” (25/5/2021),“Jadi pada saat kita melakukan handling
dan restrain pada hewan, pastinya harus diperhatikan keselamatan hewan itu
sendiri.”
Berikut ini adalah cara menghandling yang benar dan baik saat pemeriksaan:
 Injeksi subkutan
Handling yang kita lakukan hanyalah memegang kepala pasien atau
pasien diarahkan agar duduk memanjang dan kita memegang kepala dan
samping kaki depan pasien secara bersamaan, pastikan tangan kita tidak
menghalangi dokter yang akan menyuntik namun kita harus tetap
memegang pasien dengan erat, ini bertujuan agar pasien tidak berbalik
untuk mengigit atau melukai dokter ketika disuntik.
 Injeksi intramuskular
Pegang tengkuk pasien (kucing) terlebih dahulu pastikan kucing tidak
merasa kesakitan, setelah itu peganglah kaki depan kucing dari arah
belakang atau tulang rusuk lalu rebahkan kucing kearah kita.

19
Gambar 6 Menghandling Injeksi SC Gambar 7 Menghandling injeksi IM

Tindakan/treathment Setelah mengetahui diagnosa pasien, dokter akan


melakukan tindakan sesuai penyakit yang diderita pasien bisa berupa pemberian
obat injeksi dan pemberian resep obat, melakukan USG, infus subkutan, bila
diperlukan dokter akan melakukan oprasi minor contohnya pada kasus abses dan
luka, ada juga pasien yang akan dirujuk ke klinik lain karena keterbatasan
fasilitas di UPT Klinik Hewan.

a. Pemberian Obat

 Injeksi
Pemberian obat ini biasanya dilakukan dengan teknik subkutan dan
intramuscular sesuai dosis.Bisa berupa antibiotik,
vitamin,mineral,antiparasit,antiinflasi,antialergi,antistress,dll.

 Oral
Pemberian obat oral diUPT Klinik Hewan hanyalah pemberian obat
cacing berupa tablet sesuai dosis yang diberikan oleh dokter.

 Topikal
Pemberian obat topical disini hanyalah pemberian obat tetes kutu
yang pemberiannya dilakukan dengan cara obat diteteskan langsung pada
kulit pasien.
b. USG
Ultrasonografi (USG) dapat memastikan kehamilan setelah harike-16.
Akan tetapi, cara ini tidak dapat memberitahu berapa banyak anak kucing
yang dikandung kucing.Sinar-X dapat menentukan jumlah anak kucing yang
diharapkan,tetapi tidak selalu akurat.

20
Tes USG juga dapat melihat permasalahan pada hewan yang gagal
bunting atau keguguran. Kucing yang keguguran, misalnya, biasanya
mempunyai janin yang susah melekat pada rahim.
Pada saat pemeriksaan bila ada ciri-ciri pasien tersebut bunting atau
memiliki masalah seputar Rahim maka dokter akan membawanya untuk
melakukan USG.

Gambar 8 USG

c. Bedah Minor
Bedah Minor adalah suatu Tindakan operasi ringan dengan menggunakan
estesi yang bersifat local dan dapat dilakukan dengan menggunakan peralatan
sederhana.
Disini kami dapat menerima bedah minor berupa pengeluaran abses,
namun apabila fasilitas yang tersedia tidak mendukung untuk melakukannya
maka pasien akan dirujuk keklinik/ poskeswan/ RSH lain.

3. Prognosa dan Diagnosa

a. Prognosa
Prognosa merupakan ramalan atau perkiraan hasil pemeriksaan mulai
dari signalemen, anamnese, stauspresens, dan keadaan umum. Kemungkinan
yang diperoleh pada tahapan prognosa ini mencakup tiga hal:
 Fausta: berupa perkiraan bahwa hewan yang diperiksa diperkirakan akan
bisa sembuh.
 Infausta: adalah perkiraan dari hasil pemeriksaan kemungkinan hewan
yang diperiksa tidak bisa sembuh.

21
 Dubius: adalah perkiraan bahwa hewan yang diperiksa didapat peluang
sembuh dant idak sembuh dengan perkiraan 50%:50% (ragu ragu).
Ketiga kemungkinan yang diperkirakan diatas harus didiskusikan dengan
pihak pemilik hewan untuk sama-sama memutuskan hewan yang diperiksa
akan ditangani lebih lanjut atau tidak.

b. Diagnosa

Merupakan kesimpulan dari hasil pemeriksaan yang dilakukan mulai dari


tahap pertama sampai tahap kelima. Namun demikian tidak jarang
kesimpulan yang diperoleh masih ada keraguan atau belum ada kepastian,
apalagi pemeriksaan dilakukan oleh satu tim kesehatan. Satu orang akan
memberi kesimpulan yang berbeda dengan orang lain, sehingga untuk
mendapat. Peneguhan hasil diagnose yang di dapat perlu dilakukan
pemeriksaan lanjutan berupa :

 Pemeriksaan nekropsi/ bedah bangkai/ visum


 Pemeriksaan laboratorium
 Defferensiasi diagnosa atau membanding-bandingkan penyakit yang
mirip dengan hasil diagnose yang didapat.

C.1.6.Membawa Resep Obat Yang Harus Dibawa Pulang Bila Ada dan
Menyelesaikan Administrasi
Setelah semua pemeriksaan selesai dokter akan memberikan resep
obat,Biasanya jika ada resep yang harus dibawa dari koperasi klinik, Owner
akan diarahkan kekoperasi klinik lalu membayar sesuai jumlah harga obat
pasien untuk menyelesaikan administrasi, namun jika tidak ada resep obat
yang harus diambil dari koperasi atau resep hanya bisa dibeli diapotek maka
Owner tidak perlu menuju koperasi klinik dan langsung menyesaikan
administtrasi.
Selama melakukan PKL selama 6 bulan di UPT Klinik Hewan, kami
menemukan banyak sekali kasus yang beragam. Namun, kami hanya
mengambil 6 kasus untuk dibahas karena kasus ini menarik dan jarang
ditemukan. Kasus tersebut diantaranya :

C.1.7.Feline Lower Urinary Tract Disease (FLUTD)


Feline lower Urinary Tract Disease dikenal juga dengan Urologic syndrom
merupakan masalah kesehatan yang mengganggu vesika urinaria dan Ureter
jantan. Disebabkan oleh struktur uretra kucing jantan yang berbentuk seperti

22
memiliki bagian yang menyempit sehingga sering menimbulkan
penyumbatan.
FLUTD meliputi beberapa kondisi yang terjadi pada saluran rinaria
kucing,sindrom yang terjadi pada kucing ditandai dengan pembentukan
kristal di dalam VU kristal tersebut kemudian akan menyebabkan inflamasi.
 Penyebab
1. Infeksi bakteri
2. Dehidrasi
3. Catfood
4. Stres
5. Kegemukan
6. Obtruksi.

 Gejala
Stres, muntah, nafsu makan menurun, bulak-balik litter box, adanya
darah didalam urin, sering menjilati daerah genital.

 Pengobatan
1. Operasi medis kateter

Gambar 9 oprasi kateter

1. Pemberian antibiotik
2. Pemberian antiradang
3. Makanan terapi

 Pencegahan
Perhatikan tikah laku kucing pastikan kucing cukup minum air, kucing
birahi segera dikawin/steril.

C.1.8. Feline Chlamydosis ( Clamydophilla )


Feline Chlamydiosis (Chlamydophilla), dikenal juga dengan sebutan
Feline Pneumonitis (radang paru-paru pada kucing),biasanya menyebabkan
gangguan saluran pernafasan bagian atas yang relative ringan tetapi kronis

23
(lama). Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Chlamydia Psitacii
(Chalmydophilla Felis).Chlamydia felis,khas dari genus Chlamydia, adalah
bakteri kokoid berbentuk batang Gram-negatif, dinding selnya tidak
mengandung peptidoglikan. Sebagai parasite intraseluler obligat, ia tidak
memiliki kemampuan untuk bereplikasi secara mandiri (Becker,1978).
Apabila penyakit ini tidak segera diobati congjungtivitis dapatter jadi 68
minggu atau lebih. Selain menyebabkan congjungtivitis, bakteri ini juga
ditemukan dalam paru-paru, saluran pencernaan, dan organreproduksi.

Gambar 10 kucing yang mengalami penyakit feline chlamydosisi

A. Gejala klinis
Gejala terjadi setelah 5 hari kucing terekpost bakteri ini. Gejala yang
mungkin terjadi adalah, peradangan congjungtivitis yang terjadi mungkin
pada satu mata kiri,kemudian dalam beberapa hari,kedua mata terinfeksi.
Pada awalnya:
 Mata berair,bengkaka,tahap selanjutnya kotoran mata menjadi lebih
kental dan berwarna kuning
 Demam ringan
 Lesu,flu,batuk,besin-bersin
 Hidung berwarna merah
 Radang paru-paru
 Kesulitan bernafas,dan
 Nafsu makan berkurang

B. Cara penularan
Bakteri yang menyebabkan penyakit ini menular ke kucing lain melalui
cairan flu atau kotoran mata, penularan biasanya melalui beberapa
cara,yaitu:
 Secara langsung
Kontak dengan kucing yang terinfeksi, misalnya lewat ingus atau kotoran
mata. Anak kucing mungkin terinfeksi melalui proses kelahiran. Bersin atau
batuk kucing dapat menularkan bakteri dari jarak 4 feet (sekitar1,3M).

24
 Secara tidak langsung
Kontak dengan mangkuk makan atau minum, alastidur, litter box (kotak
pasir), tangan pemilik, baju pemilik, kendang, dan lain-lain.

C. Diagnosa
Pengambilan sampel dari kotoran mata, kultur bakteri, tesdarah, PCR dan
IFA.
D. Pencegahan
1) Vaksinasi Chlamydia Walaupun tidak 100% melindungi kucing dari
penyakitini, namun sangat membantu mencegah beberapa gejala klinis.
Vaksinasi diperlukan juga di tempat-tempat yang bebas Clamydophila
felis terutama pada tempat-tempat dengan populasi kucing yang padat
seperti cattery, tempat penitipan, tempat penampungan dll.
2) Penggunaan desinfektan secara rutin pada peralatan yang dipakai kucing
(kandang, mangkuk, alastidur, litter box dll.
3) Segera mencuci tangan setelah kontak dengan kucing yang terinfeksi
4) Menjaga kebersihan lingkungan
5) Membatasi populasi kucing yang dipelihara, tidak lebih dari 4 kucing
dalam satu ruangan lebih sedikit lebih baik
6) Abila terdapat masalah infeksi pernafasan, mata berair, bersin pada salah
satu kucing, hubungi dokter hewana dan untuk tes Chlamydia, apabila
terbukti positif, semua kucing harus diberi perawatan
7) Clamydophila felis, segera hubungi dokter untuk treatment Chlamydia
sebelum melahirkan untuk mengurangi risiko metritis/pyometra adan
penularan penyakit pada anak kucing.

C.1.9.Feline Infectious Peritonitis (FIP)

FIP adalah penyakit serius yang hampir selalu berakibat kematian bagi
kucing. Penyakit ini disebabkan oleh keluarga coronavirus (feline corona
virus / FcoV ), yaitu sejenis keluaga virus yang juga menyerang anjing,babi
dan beberapa spesies. Virus ini dapat menyerang manusia, tetapi virus yang
menyebabkan FIP pada kucing tidak dapat menyerang manusia.
Penyakit ini bermaniestasi dalam dua bentuk yaitu tipe basah dan tipe kering.
Tipe basah menyebabkan sekitar 60% - 70% dari keseluruhan kasus pemyakit
ini dan lebih ganas dari tipe kering.Bentuk penyakit yang muncul tergantung
pada reaksi kekebalan tubuh kucing.Bila kekebalan tubuh beraksi cepat
biasanya yang muncul adalah tipe kering, Sebaliknya bila kekebalan tubuh
lambat bereaksi, maka tipe basah yang muncul.
a. Gejala Penyakit

25
 Pada Tipe Basah
Pada susun basah terjadi penumpukan cairan di rongga perut dan rongga
dada, menyebabkan pembengkakan pada kawasan perut ( biasanya tanpa
rasa sakit) disertai kesulitan bernafas.

Gambar 11 penyakit FIP tipe basah

 Pada Tipe Kering


Pada bentuk kering, cairan yang menumpuk relatif sedikit dan gejala
yang muncul tergantung organ yang terinfeksi virus. Kasus kering ini
menunjukkan gejala radang mata atau gangguan saraf seperti : lumpuh,
cara berjalan yang kurang stabil dan kejang-kejang, gagal
ginjal,pembengkakkan hati, depresi, anemia, berat badan berkurang
drastis, gangguan prankeas, serta sering disertai demam Gejala lain
berupa muntah, diare, icterus (warna kekuningan pada kulit dan selaput
lendir ).

Gambar 12 penyakit FIP tipe kering

b. Penularan Penyakit
Kucing sehat yang tertular melalui kontak langsung dengan kucing yang
terinfeksi. Virus ini menyebar melalui air liur atau feses.Virus FIP dapat
bertahan hidup selama 2-3 minggu dengan suhu ruangan pada

26
permukaan kering, termasuk pada peralatan makan kucing, mainan,
kotak kotoran (litter box), tempat tidur (bedding), pakaian kucing
(clothing) atau rambut kucing.

c. Diangnosa Penyakit
Diagnosa lanjutan bisa dengan X-ray, Test Rivalta, Test
kit/Antigen/Antibodi

d. Pengobatan
Untuk pengobatannya telah ditemukan obat basmi FIP, obat ini dibuat
ketika para peneliti AS menemukan efektivitas penggunaan obat
antivirus GS-441524 untuk mengobati FIP.Dalam 4 tahun terakhir,
semakin banyak dokter yang meenggunakan obat ini dan penggunaannya
telah menyebar secara global,meyelamatkan banyak kucing. Penggunaan
obat ini bisa dilakukan secara rutin selama 84hari.Untuk tipe Basah
adapun treatment yang bisa dilakukan yaitu dengan pengeluaran cairan
dalam perut (Cytosintesis Abdomen ).

e. Pencegahan
Jaga kebersihan kandang dan peralatan dicuci dengan sabun, deterjen,
desinfektan.Kemudian untuk Vaksin FIP pertama digunakan tahum 1991
di USA. Sampai saat ini efektivitas vaksin masih diperdebatkan. Sampai
saat ini Vaksin FIP belum tersedia di Indonesia.

C.1.10. Feline Panleukopenia (FPL)


Feline Panleukopenia (FVL) adalah penyakit virus yang sangat menular dan
berpotensi fatal yang diderita oleh kucing dan anak kucing. Mengacu pada
rendahnya sel darah putih (leukosit) pada kucing yang terserang penyakit ini.
Memiliki nama lain yaitu Feline distemper,Infectoius enteritis.
Tingkat keparahan gejala klinis pada FPL tergantung pada usia,dan sistem
kekebalan kucing.
Feline Panleukopenia juga menyerang saluran pencernaan kucing dan
memicu ulkus peptikum. Ciri-cirinya terdapat basah,kotor,abdomen
buncit,dan anus bau anyir. Akibatnya terjadi diare yang
berdarah,dehidrasi,malnutrisi,anemia,dan bahkan kematian.
a. Gejala klinis
Gejala Panleukopenia dengan kasus kematian tertinggi terdapat pada kucing
dengan usia 3-5 bulan. Pada sejumlah kasus, hanya 20% yang dapat sembuh
dan bertahan hidup. Ada juga gejala lain yang meliputi:
 Depresi
 Rasa lesu
 Hilangnya nafsu makan

27
 Demam
 Muntah
 Diare

Gambar 13 kondisi kucing yang mengalami penyakit felin panleukopenia

b. Cara penularan
FPL menyebar melalui udara dan menular melalui feses serta oral.
Virus ini sangat stabil dilingkungan dan dapat bertahan hingga kurang lebih
satu tahun tergantung pada kondisinya. Lingkungan yang terkontaminasi
dan benda disekitarnya (Tempat makan, kotaksampah, kandangdll). Sangat
berpontensi dalam penyebaran virus.
FPV masuk melalui mulut atau pun hidung melalui tonsildan
limfoglanidula didaerah tenggorokan dan kemudian menginfeksi serta
menghancurkan sel-sel yang aktif melakukan pembelahan seperti sel-sel pada
sumsum tulang, Jaringan limfoid.
c. Diagnosa
Diagnosa penyakit FPL dapat dilakukan berdasarkan sejarah
penyakit, gejalaklinis, isolasi, dan identifikasi virus serta pemeriksaan
serologi.
Isolasi dan identifikasi virus seperti PCR merupakan metode yang akurat
untuk diagnosis penyakit ini namun membutuhkan waktu yang cukup lama
dan biaya yang relative mahal sedangkan ini bersifat akut.
Rafid tes dapat menjadi alternatif metode diagnosis FPL yang cepat,
salah satu rapid test yang digunakan untuk deteksi FPV adalah antigent rapid
FPV test.

28
d. Pengobatan
Untuk pengobatan FPL dilakukan therapy supportif
seperti:
 Cairan Infus RL
 Antibiotik Spektrum Luas
 VitaminB12
 Anti Muntah

f. Pencegahan
Pencegahan penyakit panleukopenia pada kucing dilakukan dengan
vaksin aktif yang dimodifikasi dan vaksin inatif. Vaksin aktif tidak boleh
diberikan pada kucing bunting. Mengalami imunosupresi, sakit atau
kucing dibawah umur 4minggu. Kucing di vaksinasi pada umur pada umur
8 -10 minggu kemudian diulang pada umur 12-14 minggu, setelah nya
diulang setiap tahun.

C.1.11. Pyometra

Penyakit ini menyerang dan menginfeksi organ uterus (rahim). pyometra


terdiri dari dua tipe yaitu pyometra terbuka dan tertutup. Pyometraterbuka
ditandai dengan adanya lendir berupa nanah yang keluar dari vulva. Lendir
ini kadang disertai dengan adanya darah dan bau yang sangat menyengat.
Sedangkan pada kasus pyometra tertutup tidak ditemukan adanya lendir
puluren yang keluar dari vulva akibat tertutupnya serviks (cincin rahim)
sehingga sering dikelirukan kehamilan.

Gambar 14 penyakit pyometra terbuka Gambar 15 penyakit pyometra tertutup

29
a. Penyebabab:

 Ketidakstabilan hormonal akibat pemberian suntikan kb (progesteron)


terus-menerus dan melebihi dosis normal
 Adanya sisa fetus (anak) yang sudah mati masih tertinggal didalam
uterus dan tidak bisa keluar setelah kucing melahirkan
 Infeksi bakteri pembusuk karena adanya luka/trauma fisik pada rahim

b. Gejala klinis:
 Biasanya keluar leleran kekuningan (nanah) dari vagina
 Perut membesar seperti sedang hamil
 Nafsu makan dan minum menurun
 Suhu tubuh tinggi > 39 c
 Kondisi tubuh berangsur-angsur melemah
 Kucingmengalami kematian dengan kondisi perut membesar disertai
keluarnya leleran nanah maupun darah kotor dari vagina

c. Cara mendiagnosa

 Dilihat berdasarkan riwayat dan gejala klinis yang muncul


 Pemeriksaan fisik: palpasi (raba) abdominal (daerah perut) dan palpasi
melalui rektal (daerah anus)
 Pemeriksaan laboratorium (tes darah, tes urin, tes sel vagina)
 Rongten (X-ray)

d. Pengobatan
 Fluid therapy (infus)
 Tindakan pembedahan (ovariohisterektomi)
 Pemberian anti bakteri berupa antibiotik yang tepat dan kontiniu serta
antihistamin
 Pemberian hormonprostagladin atau oxytocin untuk merangsang
pengeluaran nanah

e. Pencegahan
 Jangan melakukan suntik KB pada kucing secara terus-menerus dan
melebihi dosis normal
 Jangan mengawinkan kucing antara ras besar dan kecil
 Jika mengawinkan kucing harus sesuai umur yang ideal (1 tahun)
 Pemberian pakan yang begizi terutama pada saat kucing hamil.

30
C.1.12. Feline CholangioHepatitis

CholangioHepatitis merupakan peradangan pada saluran empedu dan


jaringan hati yang mana letaknya berdekatan dan sering menyerang kucing.

Gambar 16 kucing yang mengalami penyakit CholangioHepatitis

a) Penyebab:
Terdapat dua tipe cholangioHepatitis,yaitu tipe akut dan tipe
kronis.Tipe akut disebabkan karena adanya infrksi bakteri dan di
tandai dengan infiltrasi sejumlah besar netrofil pada area portal hati
dan saluran empedu.Organisme yang bias di temukan adalah
Bacteroides,Actinomyces,E.coli,Clostridia,alfa hemolitik
Streptococcus.Sedangkan CholangioHepatitis tipe kronis di tandai
dengan adanya peradangan pada area portal hati dan saluran empedu
yang terdiri dari netrofil,limfosit dan sel plasma.Terkadang pada
tipe kronis memiliki tanda tanda klinis ringan dan samar samar
selama beberapa mingggu atau bulan.

b) Gejala
 Tidak mau makan
 Deo\presi
 Jaundice
 Penurunan berat badan
 Demam
 Dehidrasi

31
 Muntah
 Hepatomegali

c) Diagnosa:
Dapat di tentukan berdasarkan gajala klinis dan pemeriksaan
penunjang berupa pemariksaan darah lengkap,kimia darah,X-ray,dan
USG.Pada X-ray,kucing yang mengalami CholngioHepatiis terlihat
adanya pembesaran hati,sedangkan pada gambaran USG terlihat adanya
dilatasi saluran empedu dan empedu tampak hyperectoic.

d) Pengobatan:
 Anti Biotik
 Anti Emetik (Anti Muntah)
 Anti Inflamasi (Anti Radang)
 Analgesik (Anti Nyeri)
 Infus

e) Pencegahan:
 Selalu menjaga kebersihan kucing dan lingkungannya
 Rutin memandikan dan membersihkan daerah kuku, telinga, dan mata
kucing
 Mencuci tempat pakan dan kandang secara rutin
 Jauhkan kucing dari hewan pendarita penyakit hati lainnya
 Pelihara kucing secara indoor

32
C.2 UPTD RUMAH POTONG HEWAN (RPH)

Rumah potong hewan merupakan tempat pemotongan daging dan menjadi salah
satu bagian penting untuk menjamin ketersediaan daging yang layak untuk
konsumsi masyarakat, baik dari segi kualitas maupun kualitas.

Ada dua jenis RPH yang adadi Dinas Ketahan Pangan dan Pertanian Kota
Bandung, yaitu:
C.2.1. Rumah potong hewan (RPH) ruminansia (sapi)

33
Gambar 17 Rumah potong hewan

Adapun alur pelayanan pemotongan hewan diRPH Kota Bandung,


yaitu:
 Pemeriksaan SKKH dan pemeriksaan antemortem padasaat penurunan
dan penerimaan ternak potong.
 Pemeriksaan antemortem hewan potong pasca penurunan dikandang
penampungan hewan.

34
Gambar 18 Pemeriksaan antemortem pasca penurunan

 Pemeriksaan antemortem ternak siap potong dengan durasi 12-24 jam


sebelum dipotong.
 Pemingsanan hewan potong di RPH

Gambar 19 proses pemingsanan (stunning)

35
 Penyembelihan hewan potong di RPH.
 Proses pengulitan hewan potong.

Gambar 20 proses pengulitan hewan potong

 Proses pengeluaran jeroan.


 Proses pembelahan karkas.

Gambar 21 proses pembelahan karkas

36
 Proses pemeriksaan postmortem.

Gambar 22 proses pemeriksaan postmortem

 Proses pengecapan karkas.


 Proses penimbangan karkas
 Proses pelayuan karkas
 Proses pengangkutan karkas

C.2.2. Rumah potong hewan (RPH) babi


Alur pemotongan:
 Pemeriksaan SKKH dan pemeriksaan antemortem pada saat penurunan
dan penerimaan ternak potong.
 Pemeriksaan antemortem hewan potong pasca penurunan dikandang
penampungan hewan.
 4 Pemeriksaan antemortem ternak siap potong dengan durasi 12-24jam
sebelum dipotong.

 Kandang penampungan

37
Gambar 23 Kandang penampungan
 Proses pemingsanan dipukul dengan palu kayu

 Proses pemingsanan menggunakan alat yang bernama Electric pig


( HOG ) stunner

Gambar 24 Alat pemingsan Electric pig ( HOG ) Stunner

 Sticking (pengeluaran darah)


 Penggodogan

38
Gambar 25 proses penggodogan

 Pengerokan bulu

Gambar 26 Proses pengerokan bulu

 Masuk rel
 Pemesriksaan post mortem

39
Gambar 27 Pemeriksaan postmortem

 Pembelahan karkas dengan kampak

Gambar 28 Peroses pembelahan karkas

 Proses penimbangan karkas

 Distempel bahwa kualitas daging baik

40
Gambar 29 Proses stempel

 Pengangkutan ke pasar-pasar
Seiring semakin banyaknya permintaan masyarakat terhadap daging
yangsehat khususnya daging sapi sebagai sumber utama protein hewani terus
meningkat, hal ini menyebabkan intensitas pemotongan juga meningkat. Oleh
karena itu RPH sangat berperan penting sebagai tempat dilaksanakannya
pemotongan hewan secara benar, tempat dilaksanakannya pemeriksaan ante
mortem dan post mortem tempat untuk mendeteksi dan memonitor penyakit
hewan secara benar yang ditemukan saat pemeriksaan ante mortem dan post
mortem tempat dilaksanakannya seleksi serta pengendalian pemotongan
hewan besar bertanduk betina yang masih produktif.
a. Pemeriksaan Ante Mortem
 Pengertian dan tujuan pemeriksaan Ante-mortem
Pemeriksaan ante-mortem adalah agar ternak yang akan disembelih
hanyalah ternak sehat, normal dan memenuhi syarat. Sebaliknya, ternak yang
sakit sebaiknya tidak dipotong.Tujuan pemeriksaan ante-mortem agar daging
dan jeroan yang akan dikonsumsi masyarakat adalah daging yang benar-benar
sehat dan berkualitas (SuardanadanSwacita,2009). Khusus untuk pemotongan
ternak sapi, selain kondisinya harus sehat dan normal, juga harus memenuhi
syarat tertentu. Dipenuhinya syarat disini dimaksudkan agar ternak sapi yang
akan dipotong agar tidak melanggar perataturan yang ditentukan oleh
pemerintah.

 Pelaksanaan, tempat, dan alat


Pelaksana pemeriksaan ante-mortem adalah :

41
1) dokter hewan berwenang yang ditunjuk,dan
2) Paramedis yang ditunjuk dibawah pengawasan dokter hewan yang
berwenang.
Pemeriksaan ante-mortem, dilakukan di kandang penampungan hewan
siappotong. Syarat kendang penampungan adalah bersih, kering, terang
(intensitas cahaya minimun 540 luks), serta terhindar dari panas matahari dan
hujan.

 Peralatan yang dibutuhkan dalam pemeriksaan ante-mortem adalah


1) Jas laboratorium yang bersih,
2) Sepatu boot,dan
3) Stempel/cap huruf “S”

 Prosedur pemeriksaan
Adapun prosedur pemeriksaan kesehatan ante-mortem adalah sebagai berikut:
 Pemeriksaan Kesehatan ante-mortem dilakukan maksimal 24 jam
sebelum ternak dipotong, jika melibihi waktu tersebut, maka dilakukan
pemeriksaan ante-mortem ulang.
 Hewan harus diistirahatkan minimal 12 jam sebelum dipotong. Ada
kalanya sapi mengalami kelelahan atau stress setelah menempuh
perjalanan dari peternak atau pasar hewan menuju RPH. Untuk
memulihkan kadar glikogen ternak dan juga menghilangkan ternak dari
stress agar daging yang diperolehnya nanti berkualitas, maka ternak
wajib diistirahatkan.

Pemeriksaan dilakukan dengan mengamati gejala klinis


danpatognomonik:
a. Pengamatan (inspeksi) dengan cermat dan seksama terhadap sikap
dan kondisi (status gizi, system pernafasan, sistem pencernaan dan
lain-lain),hewan potong saat berdiri atau bergerak yang dilihat dari
segala arah, Amati ternak tersebut dalam keadaan bergerak. Ternak
dibangunkan dan diperhatikan waktu bergerak. Ternakl umpuh atau
patah kaki, bergerak kaku dll, dipindahkan ke kandang khusus untuk
mendapat pemeriksaan yang lebih teliti.
b. Pengamatan dengan cermat dan seksama terhadap lubang-lubang kumlah
(mulut, telinga, hidung, anus), serta kelenjar getah bening (limfoglandula
superficialis) pada ternak, apakah ada pembengkakan atau tidak.

42
Demikian pula catat kalua ada kotoran pada mata, keluar cairan pada mata,
(lacrimasi) dan keluar leleran pada hidung.
c. Pengamatan kemungkinan adanya sapi bunting dengan eksplorasi rektal.
Cara pemeriksaan ternak sapi
• Posisi hewan sebaiknya berdiri agar memudahkan dalam
pemeriksaan gerakan hewan
• Pemeriksaan dilakukan tanpa menimbulkan stress pada
hewan
• Penggunaan alat tidak menyakiti hewan

Ciri ternak sapi Sehat:


 Kepala tegak dan sigap
 Mata yang bening, hidung yang basah dan tidak mengeluarkan air liur
berlebihan
 Tidak menampakkan masalah dalam bergerak
 Bernafas normal dan tidak bersuara
 Berinteraksi dan beraktifitas dengan lingkungannya
 Tidak adanya tanda-tanda stress panas maupun dingin
 Tidak adanya tanda-tanda kesakitan, abses, luka, memar, patah
 Gusi yang merah muda dan sehat dan mukosa yang sehat pula
 Kotoran berkonsistensi normal dan tidak berdarah
 Warna kencing berwarna kuning-jerami
 Tidak bersuara atau berteriak, menggilinggigi, kejang-kejanga, atau
melengkungkan punggung
a) Pemeriksaan post mortem
Pemeriksaan post mortem dimulai dengan pemeriksaan sederhana dan
apabila diperlukan dilengkapi dengan pemeriksaan mendalam. Pemeriksaan
sederhana meliputi pemeriksaan organoleptis yaitu terhadap bau, warna
konsistensis dan pemeriksaan dengan cara melihat, meraba dan menyayat.
Pemeriksaan mendalam dilakukan terhadap semua daging dan bagian hewan
potong yang disembelih tanpa pemeriksaan ante mortem. Terhadap semua
daging dan bagian hewan

43
Yang menderita atau menunjukkan gejala penyakit. Peredaran daging yang
mengalami pemeriksaan mendalam boleh diedarkan setelah menerima hasil
pemeriksaan dan diperbolehkan untuk diedarkan ke konsumen (Manual Kesmavet,
1993).

Menurut SK Menteri Pertanian Nomor: 431/Kpts/TN.310/7/1992 yang terdapat


dalam Manual Kesmavet (1993) pemeriksaan sederhana seperti yang telah
disebutkan diatas dilakukan dengan urutan sebagai berikut :

 Pemeriksaan kepala lidah yang dilakukan secara lengkap dengan cara


melihat, meraba, dan menyayat seperlunya alat-alat pengunyah (massetter)
serta kelenjar-kelenjar sub maxillaris, sub parotidean, retropharyngealis
dan tonsil.
 Pemeriksaan organ rongga dada yang dilakukan dengan cara melihat,
meraba dan menyayat seperlunya oesophagus, larynx, trachea, paru-paru
serta kelenjar paru-paru yang meliputi kelenjar
bronchiastinum anterior, medialis dan posterior, jantung dengan
memperhatikan pericardium, epicardium. myocardium, endocardium dan
katup jantung dan yang terakhir diafragma.
 Pemeriksaan organ rongga perut yang dilakukan dengan cara melihat,
meraba dan menyayat seperlunya hati dan limpa, ginjal meliputi capsul,
corteks dan medulanya dan pemeriksaan pada usus beserta kelenjar
mesemterialis.
 Pemeriksaan alat genetali dan ambing yang dilakukan bila ada penyakit
yang dicurigai.
 Pemeriksaan karkas yang dilakukan dengan melihat, merabadan menyayat
seperlunya kelenjar prescapularis superficialis inguinalis
profunda/supramammaria, axillaris, iliaca dan poplite

C.3. Bidang Keamanan Pangan


Keamanan pangan terdiri dari tiga komoditi pangan segar diantaranya :
• Komoditi peternakan (daging, susu, dan telur)
• Komoditi tanaman pangan dan hortikultura (sayuran, buah-
buahan, beras, palawija, kacang-kacangan, rempah-rempah)
• Komoditi perikanan ( ikan segar dan ikan asin, dan ikan
tawar ) Pangan segar harus :

1) Halal, berasal dari sumber hewan yang dipotong dan ditangani sesuai syariat
islam dan tidak mengandung bahan atau zat yang di haramkan.

44
2) Aman, tidak mengandung agen penyebab penyakit dan bahan berbahaya (
bahayabilogis, kimia, dan fisik).
3) Utuh, tidak ditambahkan atau dikurangi sesuatu apapun yang sifatnya bisa
merugikan Kesehatan konsumen yang mengkonsumsi pangan tersebut.
4) Sehat, mengandung zat gizi ( protein, lemak, vitamin dan lain-lain ) dalam
jumlah yang cukup dan seimbang.
Kualitas pangan asal hewan juga dipengaruhi oleh dua factor yaitu, saat hewan masih
hidup factor yang mempengaruhi adalah pemberian pakan, tata laksana pemeliharan,
dan perawatan Kesehatan hewan, kedua ialah pengeluaran darah pada saat
penyembelihan dan penanganan higienitas sesudah hewan dipotong. Selain itu ada
juga
Kesrawan /Kesejahteran Hewan yang harus diterapkan oleh peternak, ada lima
prinsip dalam Kesrawan yaitu:
1) Bebas dari rasa sakit
2) Bebas dari rasa haus dan lapar
3) Bebas dari penganiayaan/kekerasan dan penyalahgunaan
4) Bebas untuk dapat melakukan perilaku alaminya
5) Bebas dari perlakuan kasar dan pembunuhan
Agar konsumen merasa aman dengan tempat pembuatan produk yang dipasarkan,
maka produsen mengajukan NKV pada dinas ketahanan pangan dan pertanian
kota/kabupaten, yang kemudian akan direkomendasikan kepada dinas ketahananan
pangan dan pertanian provinsi.
NKV itu sendiri merupakan sertifikat sebagai bukti tertulis yang sah telah
dipenuhinya persyaratan hygiene–sanitasi sebagai kelayakan dasar system jaminan
keamanan pangan asal hewan pada unit usaha PAH.
Adapun tujuan dari pembuatan NKV ialah untuk menjamin keamanan konsumen,
terlaksananya hukum UUD No18/2009 tentang peternakan dan Kesehatan hewan
(pasal 63 “penjaminan hygienis dan sanitasi”) dan PP.No.22/1983 tentang Kesehatan
masyarakat veteriner, pelaksanaan system pengawasan unit usaha pangan asal hewan
menjadi lebih efektif dan sebagai alat dalam penelusuran Kembali (trace back).
Bidang keamanan pangan memiliki Mini Lab Food Security yang didalamnya
terdapat 7 macam test kit diantaranya klorin kit, pestisida kit turmeric paper halal test
( xema test ) untuk uji daging sapi, durante test formaldehyde kit, hydrogen
perokside. Namun, sebelum melakukan ketujuh test kit tersebut, petugas mini lab
terlebih dahulu melakukan pengujian organoleptic ( pengujian rasa, bau, warna, dan
konsistensi ) pada sampel yang diambil.
Untuk uji test kit ini maka petugas mini lab melakukan kunjungan ke pasar
tradisional dan pasar modern, untuk pengambilan sampel dan pengawasan mutu.
Setelah pengambilan sampel kami pun melakukan pengujian, namun yang kami
ambil hanya 2 sampel saja, yaitu:
1. Boraks, spesifikasi babi

45
Pemeriksaan yang dilakukan untuk pengujian pada daging sapi. Bertujuan untuk
mengdeteksi adanya pemakain borak dan campuran antara daging sapi dengan
daging babi (daging celeng). Pemeriksaan ini menggunakan alat tumerik paper dan
halal test (xematest).
Kami melakukan pemeriksaan pada daging sapi dan daging sapi giling. Hasilnya:
1). Daging sapi
 Organoleptic : Normal
 Ph : 6,6
 Boraks : Negatif
 Xematest : Negatif

2). Daging Sapi Giling


 Organoleptic : Normal
 Ph : 6,0
 Xematest : Negatif

Gambar 30 Pemerikan Daging Sapi menggukan xematest dan Ph Meter

Setelah kami melakukan pemeriksaan, kami dapat membedakan mana daging sapi
yang memakai boraks dan daging celeng. Jika saat pengujian tumerik paper berubah
warna keunguan, Ph pun berubah menjadi 7,2; dengan begitu daging tersebut positif
mengandung boraks. Dan jika saat pengujian xematest bergaris dua maka daging
positif mengandung campuran daging babi.
Perbedaan daging sapi dengan daging babi dapat dilihat dari :
1) Daging sapi
• Warna merah rose terang.
• Serat tampak padat, besar, dan jelas.
• Lemak lebih kaku dan berbentuk, serta agak kering dan
tampak berserat.
• Tekstur lebih kaku dan padat, terasa solid dan keras
sehingga sulit untuk direnggangkan.

46
• Beraroma lebih anyir dan bau khas sapi.
2) Daging babi
• Warna lebih pucat.
• Serat terlihat samar dan sangat renggang.
• Lemak lebih elastis, basah, dan sulit dilepas dari dagingnya.
• Tekstur lebih lembek, kenyal, dan mudah direnggangkan.
• Memiliki aroma khasnya tersendiri.

2. Uji Ph, uji pengeluaran darah sempurna, boraks, dan formalin


Pemeriksaan ini dilakukan untuk pengujian pada daging ayam. Bertujuan untuk
mengetahui apakah ayam tersebut ayam tiren atau bukan, dengan menggunakan alat,
duran test, tumerik paper, dan formaldehid kit.
Hasil pemeriksanya ;
 Organoleptic : Normal
 Ph : 6,2
 Durante test : Negatif (cairan berwarna biru)
 Tumerik paper : Negatif
 Formaldehid kit : Negatif

Gambar 31 pemeriksaan daging ayam menggunakan Durante Test

Ciri-ciri ayam berformalin :


• Berwarna putih mengkilat
• Konsistensi sangat kenyal
• Permukaan kulit tegang
• Bau khas formalin
• Tidak dihinggapi lalat

47
Ciri-ciri ayam tiren:
• Warna kulit kasar terdapat bercak-bercak darah pada bagian
kepala, ekor, punggung, sayap, dan dada.
• Bau agak anyir.
• Konsistensi otot dada dan paha lembek.
• Serabut otot berwarna kemerahan
• Pembuluh darah di daerah leher dan sayap penuh darah
• Warna hati merah kehitaman.
• Bagian dalam karkas berwarna kemerahan.
• Ayam setelah di cabuti bulunya jika dimasukkan plastik
akan keluar cairan memerah dalam plastik.
• Warna daging kebiruan dalam proses pembusukan.
• Daging ayam setelah digoreng bila diumpan kan kekucing
tidak mau dimakan.
• Dengan Uji Durante warna cairan jadi hijau.
Selain 2 pemeriksaan diatas kami juga melakukan pemeriksaan pada susu, dan telur:
1) Susu
Kami melakukan pemeriksaan kualitas susu UHT Diamond dengan dua metode
pemeriksaan yaitu:
• Lactoscan
Berikut hasil pengujian: Calibr1Cow Results:
Fat : 03.82%
SNF : 07,28%
Density : 25,24
Lactose : 04,00%
Salts : 00,60%
Protein : 02,67%
Added water : 11,73%
Temp. Sample : 21,5
Freez. Point : -0,459

48
Gambar 32 pemeriksaan susu dengan lactoscan

• Termo lactodensimeter :
Temp. sampel : 2.6
Berat jenis : 1.023
Dapat kami simpulkan bahwa susu tersebut aman untuk dikonsumsi.
Setelah melakukan pemeriksaan di mini lab, petugas keamanan pangan memasukan
data tersebut kedalam sebuah situs web yang Bernama E-wasmut.

C.4 Bidang Peternakan

49
Pada bidang ini kami mempelajari tentang penyakit mulut dan kuku ( PMK ) pada
ternak bekaki belah seperti sapi, kerbau, babi, domba, dan kambing.

C.4.1 Pengertian PMK

Penyakit mulut dan kuku ( PMK ) atau foot and mouth disease virus ( FMDV ) ini
adalah penyakit infeksi virus yang berupa akut dan sangat menular, penyakit ini
disebabkan oleh virus RNA yang masuk dalam genus Apthovirus, keluarga
Picornaviridae. Virus dapat bertahan lama di lingkungan, dan bertahan hidup di
tulang, kelenjar, susu, serta produk susu.

a) Gejala klinis
 Keluar air liur berlebih ( Hipersalivasi )
 Lepuh/lesi pada gusi
 Lepuh pada mukosa mulut
 Lepuh/lesi pada lidah
 Luka pada kuku dan kukunya lepas

Gambar 33 Contoh gejala penyakit PMK

b) Cara penularan
Penyakit ini ditularkan ke hewan lain dengan 3 cara yaitu :
1) Kontak langsung
2) Kontak tidak langsung
3) Penyebaran melalui udara

50
c) Cara pencegahan
Cara pencegahan penyebaran PMK di perusahaan peternakan dan di perusahaan
pemibitan
1) Biosecuriti Karyawan/Petugas
2) Biosecuriti Tamu
3) Biosecuriti Kendaraan
4) Biosecuriti Barang
5) Biosecuriti Kandang dan Peralatan
6) Biosecuriti Ternak

C.5 UPTD Balai Benih Ikan

UPTD Balai Benih Ikan menyediakan bantuan benih ikan bagi masyarakat kota
Bandung yang membutuhkan.

C.5.1 SOP Bantuan Benih Ikan


a. Harus berbentuk kelompok
b. Mengajukan permohonan ke Dinas Ketahanan pangan dan
pertanian lalu diketahui oleh kelurahan
c. Survei kelayakan ( dinilai dari masyarakatnya, kemudian
kelayakan tempat penebaran ikan yang akan digunakan )
d. Benih diberikan dengan berita acara serah terima bantuan
benih
e. Monitoring oleh petani ikan
2) Adapun ikan hias yang terdapat di Balai Benih Ikan ini adalah ikan
Frontosa, Guppy, Black ghost, koi, dan lainnya, namun ikan hias
unggulan kota Bandung adalah ikan Frontosa.

C.5.2 SOP Pemeliharaan Ikan Hias


a. Penggantian air sebanyak 10 -30% (setiap hari)
b. Pemberian pakan 2kali sehari
c. Pencucian breeding sponge pada aquarium,bak fibre kolam
pemeliharaan seminggu sekali
d. Pencucian kipas filter saringan sirkulasi pada aquarium,bak
fibre dan kolam seminggu 2kali
e. Pengamatan ikan hias setiap hari
f. Pengambilan larva ikan hias 10 hari setelah
pengeraman/pemijahan

51
g. Ruangan dan sarana prasarana hatchery harus tetap bersih dan
steril
h. Air untuk peeliharaan ikan hias harus di endapkan minimal 1
x 24 jam.

Gambar 34 kolam Bibit Ikan Lokal dan Ikan Hias

C.6 UPTD Pembibitan Tanaman Pangan, Hartikultura dan Peternakan

Pada bidang ini kami melakukan Vaksin ND dipeternakan unggas yaitu,


ayam meliputi :

C.6.1.Vaksinasi
a) Pelaksanaan vaksinasi
 Vaksin merupakan sediaan biologik yang mengandung mikroorganisme
yang telah dilemahkan (vaksin aktif) atau dimatikan (vaksin inaktif)
yang diformulasikan sedemikian rupa untuk digunakan sebagai infeksi
buatan. Peranan vaksin ini ialah untuk merangsang pembentukan anti
bodi.
 Vaksinasi adalah Tindakan pemberian vaksin atau bisa diartikan
sebagai infeksi buatan yang terkontrol berguna menstimulasi
pembentukan anti bodi yang tinggi (protektif) dan seragam.
Vaksinasi ini bertujuan menstimulasi pembentukan anti bodi yang
sesuai dengan jenis vaksin yang diberikan. Anti bodi sendiri merupakan
suatu molekul protein yang dihasilkan oleh sel plasma sebagai interaksi

52
antara limfosit B dengan agen asing, baik mikroorganisme vaksin
maupun bibit penyakit.
b) Jenis jenis vaksin
 Vaksin aktif merupakan virus yang sudah dilemahkan dan berfungsi untuk
menggertak pembentukan yang bersifat lokal. Apabila akan diaplikasikan
vaksin aktif harus dilarutkan terlebih dahulu sesuai dengan kebutuhan
aplikasi dan umur ayam. Masa aktifnya 2 jam setelah dilarutkan,
membentuk kekebalan sempurna 1 minggu setelah vaksinasi. Masa
kekebalannya 5–10 minggu tergantung kondisi dilapangan. Dosis yang
digunakan yaitu 1 dosis untuk semua umur ayam. Jenis jenis vaksin aktif
yaitu, salah satunya vaksin ND.
 Vaksin inaktif berisi agen infeksi yang telah diinaktivasi dengan
pengertian vaksin tersebut telah dimatikan, namun masih bersifat
immunogenic atau mampu menggertak pembentukan anti bodi.

C.4.2.Penyakit ND
Newcastle Disease (ND) merupakan penyakit menular akut yang menyerang
ayam dan jenis ungags lainnya dengan gejala klinis berupa gangguan pernafasan,
pencernaan, dan syaraf disertai mortalitas yang sangat tinggi. Kerugian yang
ditimbulkan ND berupa kematian yang tinggi, penurunan produksi telur dan daya
tetas, serta hambatan terhadap pertumbuhan. Pencegahan untuk penyakit ini bisa
dilakukan dengan cara Vaksinasi ND, bisa diaplikasikan secara subkutan dan
intramuskular.

C.4.3. Vitamin

Vitamin merupakan zat organik yang dibutuhkan dalam jumlah sedikit ( nutrisi
mikro ), namun sangat signifikan pengaruhnya terhadap metabolisme. Pemberian
vitamin pada ayam bisa diberikan setiap hari saat ayam dalam kondisi sehat, vitamin
juga memiliki efek toksik ( racun ) jika pemberiannya berlebihan

53
Gambar 35 pemberian vitamin pada ayam

54

Anda mungkin juga menyukai