Anda di halaman 1dari 50

Patient Safety Dan Prinsip Dalam

Pencegahan Infeksi

Oleh : Selpyani Sinulingga, SST, M.Kes

Mata Kuliah : KDPK


Pokok Bahasan
1. Patient Safety :
a. Konsep dasar patient Safety
b. Langkah pelaksanaan patient safety
c. Standart pasient safety dalam RS/BPM

2. Prinsip dalam pencegahan infeksi


a. Pengertian
b. Tujuan Pencegahan Infeksi
c. Prinsip, penatalaksanaan
d. Istilah dalam proses pencegahan infeksi
e. Transmisi kuman teknik isolasi, dan tindakan pencegahan infeksi)
Introduction

Apa itu Patient Safety atau


Keselamatan Pasien ????
A. Konsep Patient Safety
1.DEFINISI KESELAMATAN
PASIEN (PATIENT SAFETY)
 Keselamatan pasien didefinisikan sebagai
penghindaran, pencegahan dan perbaikan dari
hasil tindakan yg buruk atau injury yg berasal
dari proses perawatan kesehatan.
 Menurut Supari tahun 2005, patient safety
adalah bebas dari cidera aksidental atau
Definisi Patient Safety…

Patientsafety (keselamatan pasien) rumah


sakit adalah suatu sistem dimana rumah sakit
membuat asuhan pasien lebih aman.
Sistem ini mencegah terjadinya cedera yang
disebabkan oleh kesalahan akibat
melaksanakan suatu tindakan atau tidak
mengambil tindakan yang seharusnya
dilakukan (DepKes RI,2006).
2.TUJUAN KESELAMATAN
 Tujuan keselamatanPASIEN
pasien adalah untuk meminimalkan
kejadian buruk dan menghilangkan kerusakan yang dpt dicegah
dlm perawatan kesehatan.

 Tujuan patient safety lainnya :


1. Terciptanya budaya keselamatan pasien di Rumah Sakit
2. Meningkatnya akuntabilitas Rumah Sakit terhadap pasien
dan masyarakat
3. Menurunnya KTD (kejadian Tidak Diinginkan) di Rumah
Sakit
3. ISTILAH INSIDEN KESELAMATAN
 PASIEN
Insiden Keselamatan Pasien (IKP) adalah setiap
kejadian atau situasi yg dpt mengakibatkan atau
berpotensi mengakibatkan harm (penyakit, cedera,
cacat, kematian dll) yg tidak seharusnya terjadi.
 Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) adalah suatu
kejadian yg mengakibatkan cedera yg tidak
diharapkan pd pasien karena suatu tindakan
(“commission”) atau karena tidak bertindak
(“omission”), bukan karena “underlying disease” atau
3. ISTILAH INSIDEN KESELAMATAN PASIEN…..(Lanjutan)

 Kejadian Nyaris Cedera (KNC) adalah suatu


insiden yg belum sampai terpapar ke pasien sehingga
tidak menyebabkan cedera pd pasien.
 Kejadian Tidak Cedera (KTC) adalah insiden yg
sudah terpapar ke pasien, tetapi tidak menimbulkan
cedera, dpt terjadi karena “keberuntungan” (misal:
pasien terima suatu obat kontra indikasi tetapi tidak
timbul reaksi obat), atau “peringanan” (suatu obat dg
reaksi alergi diberikan, diketahui secara dini lalu
3. ISTILAH INSIDEN KESELAMATAN PASIEN…..(lanjutan)

 Kondisi Potensial Cedera (KPC) adalah kondisi yg


sangat berpotensi u/ menimbukan cedera, tetapi
belum terjadi insiden.
 Kejadian Sentinel (Sentinel Event) yaitu suatu KTD
yg mengakibatkan kematian atau cedera yg
diharapkan atau tidak dpt diterima seperti: operasi pd
bagian tubuh yg salah. Pemilihan kata “sentinel”
terkait dg keseriusan cedera yg terjadi (mslnya
Amputasi pd kaki yg salah, dan sebagainya) shg
4.
1. MENGIDENTIFIKASI PASIEN DENGAN BENAR
 Identifikasi pasien adalah suatu proses pemberian tanda atau
pembeda yg mencakup nomor rekam medis dan identitas pasien
dg tujuan agar dpt membedakan antara pasien satu dg pasien yg
lainnya guna ketepatan pemberian pelayanan, pengobatan dan
tindakan atau prosedur kpd pasien.
 Keadaan yg dpt beresiko kesalahan dlm mengidentifikasi
pasien, yaitu pasien yg dlm keadaan terbius/ tersedasi,
mengalami disorientasi, atau tidak sadar sepenuhnya, mungkin
bertukar tempat tidur, kamar, lokasi di dlm RS; mungkin
mengalami disabilitas sensori; atau situasi lain.
PROSEDUR YG MEMBUTUHKAN
IDENTIFIKASI PASIEN
1. Pemberian obat
2. Pemberian darah/produk darah (transfusi darah)
3. Pengambilan darah dan spesimen lain u/ pemeriksaan
klinis
4. Memberikan pengobatan atau tindakan lain
5. Prosedur pemeriksaan radiologi (rontgen, MRI, dsb)
6. Intervensi pembedahan dan prosedur invasif lainnya
7. Transfer pasien
8. Konfirmasi kematian
TATALAKSANA IDENTIFIKASI PASIEN
Melakukan identitas pasien

Identifikasi pasien menggunakan


dokumen foto

Identifikasi pasien menggunakan


gelang identitas pasien

Identifikasi pasien berisiko


2. MENINGKATKAN KOMUNIKASI
EFEKTIF
Komunikasi efektif mrp komunikasi di antara para
petugas pemberi pelayanan yg dilakukan dg tepat
waktu, akurat, lengkap, jelas, dan dpt dipahami o/
penerima, shg dpt mengurangi kesalahan dan
menghasilkan perbaikan u/ keselamatan pasien.
Komunikasi efektif dpt dilakukan secara verbal/
lisan, tertulis dan atau elektronik.
KOMUNIKASI SBAR
Komunikasi yg dilakukan saat serah terima pasien (antar shift
keperawatan, perpindahan pasien antar unit kerja) dan saat Petugas
melaporkan kondisi pasien kpd Dokter penanggung jawab Pasien
(DPJP).
S (Situation); melaporkan situsi pasien.
B (Beckground); menyampaikan masalah pasien sebelumnya.
A (Assessment); menyampaikan penilaian thp kondisi pasien dg
menyampaikan masalah saat ini.
R (Recommendation); menyampaikan rekomendasi berupa saran,
pemeriksaan tambahan, atau perubahan tatalaksana jika
diperlukan.
KOMUNIKASI TBAK
Komunikasi yg dilakukan saat petugas menerima instruksi verbal
pertelepon/ lisan dari DPJP dan saat petugas menerima laporan hasil
tes kritis/ critical test/ pemeriksaan cito.
T (Tulis); penerima pesan menuliskan pesan lengkap di catatan
Perkembangan Pasien Terintegrasi (CPPT).
BA (Baca); penerima pesan membaca kembali (read back) instruksi
lengkap tsb kpd pemberi pesan.
K (Konfirmasi); pemberi pesan mengkonfirmasi isi pesan dg jawaban
“Ya benar”. Konfirmasi dilakukan dlm waktu 1 x 24 jam dg cara
pemberi pesan menanda tangani, menulis tanggal dan jam
penandatanganan dlm CPPT.
3. MENINGKATKAN KEAMANAN OBAT-OBATAN YG
HARUS DIWASPADAI

Sebelum memberikan obat high alert kepada pasien maka petugas kesehatan lain
harus melakukan pemeriksaan kembali (double check) secara independen: 7 benar
1. Benar obat (kesesuaian antara obat dengan rekam medik/instruksi dokter);
2. Benar waktu dan frekuensi pemberian;
3. Benar dosis (ketepatan perhitungan dosis obat);
4. Benar rute pemberian;
5. Benar identitas pasien (Kebenaran nama pasien, Kebenaran nomor rekam medis
pasien, Kebenaran umur/ tanggal lahir pasien, Kebenaran alamat rumah pasien,
Nama DPJP);
6. Benar informasi;
7. Benar dokumentasi.
4. MEMASTIKAN LOKASI PEMBEDAHAN YG BENAR,
PROSEDUR YG BENAR, PEMBEDAHAN PASIEN YG BENAR

Pembedahan atau operasi adalah semua tindakan pengobatan yang


menggunakan cara infasive dengan membuka atau menampilkan bagian
tubuh yang akan ditangani. Proses operasi merupakan pembukaan bagian
tubuh untuk dilakukan perbaikan yang diakhiri dengan penutupan dan
penjahitan luka. Pembedahan merupakan cabang dari ilmu medis yang ikut
berperan terhadap kesembuhandari luka atau penyakit melalui prosedur
manual atau melalui operasi dengan tangan. Bedah atau operasi merupakan
tindakan pembedahan cara dokter untuk mengobati kondisi yang sulit atau
tidak mungkin disembuhkan hanya dengan obat-obatan sederhana.
TEKNIK YG DILAKUKAN DLM PENANDAAN LOKASI
OPERASI
1. Pasien diberi tanda saat informed concent telah dilakukan.
2. Penandaan dilakukan sebelum pasien di kamar operasi.
3. Pasien harus dlm keadaan sadar saat penandaan lokasi.
4. Tanda yg digunakan dpt berupa: tanda panah/ceklist.
5. Penandaan dilakukan sedekat mungkin dg lokasi operasi.
6. Penandaan dilakukan dg spidol hitam (anti luntur, anti air) dan tetap
terlihat walau sudah diberi desinfektan.
7. Bagian organ yg diberi tanda adlh semua tempat yg melibatkan
incisi kulit dan lateralisasi.
8. Bila operasi dilakukan di sekitar orifisium maka penandaan
dilakukan disebelahnya dg tanda panah.
5. MENGURANGI RISIKO INFEKSI AKIBAT
PERAWATAN KESEHATAN
Infeksi Nosokomial atau infeksi akibat perawatan kesehatan (Healthcare-
Associated Infections- HAIs), adalah infeksi silang yang terjadi pada perawat atau
pasien saat dilakukan perawatan di fasilitas pelayanan kesehatan.

PENCEGAHAN INFEKSI DI YANKES : (Universal Precaution)


1. Mencuci tangan
2. Menggunakan APD
3. Manajemen & tempat sampah khusus u/ alat tajam secara benar
4. Melakukan dekontaminasi, pencucian, dan sterilisasi instrumen dg prinsip yg
benar
5. Menjaga sanitasi lingkungan secara benar
6. MENGURANGI RISIKO CIDERA PASIEN AKIBAT
TERJATUH
Kondisi pasien yg berisiko mengalami cidera karena jatuh:
1. Riwayat jatuh sebelumnya.
2. Gangguan kognitif.
3. Gangguan keseimbangan, gaya berjalan/kekuatan.
4. Gangguan mobilitas.
5. Penyakit neurologi; seperti stroke dan Parkinson.
6. Gangguan muskuloskeletal; spt artritis, penggantian sendi.
7. Penyakit kronis; sprt osteoporosis, penyakit, kardiovaskular,
penyakit paru, dan diabetes.
8. Masalah nutrisi
B
Langkah
pelaksanaan patient
safety
C

Standar
Patient
Safety
02
Prinsip Dalam
Pencegahan Infeksi
A. Pengertian
Infeksi adalah invasi dari mikroorganisme
patogen yang masuk dan berkembang biak di
dalam tubuh dan menyebabkan sakit, dapat
menimbulkan gejala klinis maupun tidak
(asymptomatis).
Upaya pencegahan infeksi adalah usaha yang
dilakukan untuk menghindari masuknya
mikrooganisme ke dalam jaringan tubuh,
sehingga dapat terhindar dari penyakit infeksi
B. Tujuan Pencegahan Infeksi

a) Mencegah terjadinya infeksi silang antara


pasien dan petugas.
b) Menangani peralatan / instrumen medis
yang dipakai pada saat
tindakan dengan prosedur yang benar
c) Mengelola sampah dan limbah yang
dihasilkan saat proses persalinan
dengan tepat
C. Prinsip Pencegahan Infeksi

1. Setiap individu dianggap dapat menularkan penyakit, karena infeksi


ada yang bersifat asymptomatik atau tidak ada gejala.
2. Setiap individu dianggap dapat terkena infeksi
3. Setiap benda maupun peralatan yang sudah dipakai pada saat
melakukan tindakan dianggap sudah terkontaminasi sehingga perlu di
cuci hama kembali secara benar.
4. Jika belum yakin dengan proses aseptik terhadap lingkungan maupun
peralatan yang terkontaminasi maka dianggap masih terkontaminasi
5. Resiko infeksi akan selalu ada dan tidak dapat dihilangkan, tapi dapat
diminimalisir dengan mengikuti prosedur pencegahan infeksi secara
benar
D. Istilah dalam proses pencegahan infeksi

● Septik / teknik antiseptik adalah semua usaha yang dilakukan untuk


menghindari miroorganisme masuk ke tubuh dan dapat menimbulkan
infeksi dengan cara eradikasi microorganisme pada kulit, jaringan,
peralatan sampai pada keadaan yang aman.
● Antisepsis adalah pencegahan infeksi dengan cara mematikan dan
mencegah tumbuhnya mikroorganisme di tubuh dan kulit
● Dekontaminasi tindakan pencegahan infeksi terhadap instrumen
medis, tempat persalinan, sarung tangan dan celemek yang terpapar
cairan tubuh dan darah.
Istilah dalam proses pencegahan infeksi….

● Cuci dan bilas adalah tindakan untuk menghilangkan semua


cemaran yang menempel pada instrumen medis atau kulit.
● Desinfeksi Tingkat Tinggi (DTT) tindakan yang dilakukan untuk
menghilangkan semua microorgamisme kecuali endospora bakteri
dengan cara merebus maupun kimiawi
● Sterilisasi adalah tindakan yang dilakukan untuk menghilangkan
semuaa mikroorganisme termasuk endospora bakteri pada
instrumen
E. Transmisi kuman teknik isolasi, dan tindakan
pencegahan infeksi)

Cara penularan infeksi :


1. Kontak
Langsung, tidak langsung, droplet
2. Udara
Debu, kulit lepas
3. Alat
Darah, makanan, cairan intra vena
4. Vektor / serangga
Nyamuk, lalat
Tindakan pencegahan Infeksi :

1. Cuci tangan
2. Memakai sarung tangan
3. Memakai perlengkapan pelindung
4. Menggunakan tehnik aseptik
5. Memproses alat bekas pakai
6. Menangani peralatan tajam dengan aman
7. Menjaga kebersihan dan kerapihan lingkungan serta
pembuangan sampah secara benar
1. CUCI TANGAN :
aspek yang paling penting
Kapan kita harus mencuci tangan :
 Sebelum dan sesudah melakukan tindakan
 Setelah kontak dengan cairan tubuh
 Setelah memegang alat yang terkontaminasi ( jarum,
cucian )
 Sebelum dan sesudah kontak dengan pasien di ruang
isolasi
 Setelah menggunakan kamar mandi
 Sebelum melayani makan dan minum
 Pada saat akan tugas dan akhir tugas
2&3. PELINDUNG DIRI
1. Cuci tangan
2. Pemakaian sarung tangan
 Sarung tangan steril
 Sarung tangan DTT
 Sarung tangan bersih
 Sarung tangan rumah tangga
3. Pemakaian masker
4. Pemakaian gaun
 Steril kamar bedah
 Non Steril ICU, kamr bayi, KB
 Skort Celemek plastik
5. Pemakaian kacamata pelindung
6. Pemakaian sepatu boot / sepatu tertutup
7. Kap
8. Duk
3. ASEPSIS dan TEKHNIK ASEPTIK
 Istilah umum yang digunakan untuk menggambarkan upaya
kombinasi untuk mencegah masuknya mikroorganisme ke dalam
area tubuh manapun yang sering menyebabkan infeksi
 Tujuan asepsis adalah : membasmi jumlah mikroorganisme pada
permukaan hidup (kulit dan jaringan) dan obyek mati (alat-alat
bedah dan barang-barang yang lain)

 ANTISEPSIS
Proses menurunkan jumlah mikroorganisme pada kulit, selaput lendir
atau jaringan tubuh lainnya dengan menggunakan bahan antimikrobial
(antiseptik)
Contoh larutan antiseptik :
● Alkohol (60%- 90%) ● Kloroksilenol (Para-kloro-metaksilenol atau
● Setrimid/klorheksidin PCMX)
Glukonat (2-4%) Contoh : Dettol tidak bisa digunakan untuk
contoh : Hibiscrub, Hibitane antisepsis vagina karena dapat membuat
● Klorheksidin Glukonat (2%) iritasi pada selaput lendir yang akan
Contoh : Savlon mempercepat pertumbuhan mikroorganisme
● Heksaklorofen (3%) dan tidak boleh digunakan pada bayi baru
Contoh : pHisoHex tidak lahir
boleh digunakan pada selaput ● Iodofor (7,5-10%)
lendir seperti mukosa vagina Contoh : Betadine
● Larutan yang berbahan dasar alkohol
(tingtur) seperti iodin Contoh : Yodium
tinktur
● Triklosan (0,2-2%)
Sterilisasi
 Tindakan yang dilakukan untuk menghilangkan semua
mikroorganisme (bakteri, jamur, parasit dan virus) termasuk
endospora bakteri pada benda mati atau instrumen dengan
cara uap air panas tekanan tinggi (otoklaf), panas kering
(oven), sterilan kimia atau radiasi

DESINFEKSI TINGKAT TINGGI (DTT) :


 Tindakan yang dilakukan untuk menghilangkan semua
mikroorganisme kecuali endospora bakteri pada benda mati
dengan cara merebus, mengukus atau penggunaan desinfektan
kimiawi
DESINFEKTAN :
 Adalah bahan kimia yang membunuh atau
menginaktivasi mikroorganisme
 Contoh larutan desinfektan :
 Klorin pemutih 0,5%
untuk dekontaminasi permukaan yang lebar
 Klorin 0,1%
Untuk DTT kimia
 Glutaraldehida 2%
mahal harganya biasa digunakan untuk DTT kimia
atau sterilisasi kimia
 Fenol, klorin
tidak digunakan untuk peralatan/bahan yang akan dipakaikan
pada bayi baru lahir
DEKONTAMINASI :
 Proses yang membuat objek mati lebih aman ditangani
staf sebelum dibersihkan (menginaktifasi serta
menurunkan HBV, HIV tetapi tidak membasmi)
 Peralatan medis dan permukaan harus di dekontaminasi
segera setelah terpapar darah atau cairan tubuh

PEMBERSIHAN (Mencuci dan membilas) :


 Tindakan yang dilakukan untuk menghilangkan semua
darah, cairan, tubuh, benda asing dari kulit atau
instrumen.
DEKONTAMINASI
Rendam dalam larutan klorin 0,5 % selama 10 menit

CUCI DAN BILAS


Gunakan deterjen dan sikat
Pakai sarung tangan tebal untuk menjaga agar tidak terluka oleh benda tajam

Metode yang dipilih Metode alternatif


Sterilisasi DESINFEKSI TINGKAT TINGGI

OTOKLAF PANAS KERING KIMIAWI REBUS / KUKUS KIMIAWI


106 kPa 170 ˚C Rendam Panci tertutup Rendam
121 ˚C 60 menit 10-24 jam 20 menit 20 menit
30 menit jika
Terbungkus
20 menit jika Tidak terbungkus

DINGINKAN DAN KEMUDIAN SIAP DIGUNAKAN


Peralatan yang sudah diproses bisa disimpan dalam wadah tertutup yang didisinfeksi tingkat tinggi
Sampai satu minggu jika wadahnya tidak dibuka
STERILISASI :
1. STERILISASI UAP
 121 ˚C , tekanan pada 106 kPa
 20 ' untuk alat tidak terbungkus
 30 ' untuk alat yang dibungkus
2. STERILISASI PANAS KERING (OVEN)
 170 ˚C selama 1 jam. Waktu penghitungan dimulai setelah suhu
yang diinginkan tercapai
 160 ˚C untuk alat tajam (gunting, jarum) selama 2 jam
3. STERILISASI KIMIA
 Glutaraldehid 2-4 %(cydex), Direndam sekurang-kurangnya 10 jam
 Formaldehid 8 %, direndam 24 jam
 Bilas dengan air steril sebelum digunakan kembali atau sebelum
disimpan
DESINFEKSI TINGKAT TINGGI (DTT) :
1. DTT dengan merebus
 Mulai menghitung waktu saat air mulai mendidih
 Merebus 20‘ dalam panci tertutup
 Seluruh alat harus terendam
 Jangan menambah alat apapun ke air mendidih
 Pakai alat sesegera mungkin atau simpan wadah tertutup dan
kering yang telah di DTT, maksimal 1 minggu
2. DTT dengan mengukus
 Selalu kukus 20‘ dalam kukusan
 Kecilkan api sehingga air tetap mendidih
 Waktu dihitung mulai saat keluarnya uap
 Jangan pakai lebih dari 3 panci uap
 Keringkan dalam kontainer DTT
3. DTT dengan kimia :

 Desinfektan kimia untuk DTT


 klorin 0,1%, Formaldehid 8%, Glutaraldehid 2%
 Langkah-langkah DTT Kimia :
 DEkontaminasi Cuci+bilas keringkan
 Rendam semua alat dalam larutan desinfektan selama 20‘
 Bilas dengan air yang telah direbus dan dikeringkan di
udara
 Segera dipakai atau disimpan dalam kontainer yang
kering dan telah di DTT
CARA MEMBUAT LARUTAN KLORIN :

● Jumlah bagian (JB) air = % larutan konsentrat – 1


% larutan yang diinginkan

● JB air = 5,0% - 1 = 10 – 1 = 9
0,5%

● Jadi tambahkan 9 bagian air (air tidak perlu dimasak) kedalam 1 bagian
larutan klorin konsentrat
● Terdapat rumus 9 : 1
Air : Klorin
Contoh soal :
1. Buat larutan klorin 0,5% sebanyak 500 cc
2. Buat larutan klorin 0,5% sebanyak 1 liter
Jawab :
1. Air = 9 x 500 cc = 450 cc
10
Klorin = 1 x 500 cc = 50 cc
10 500 cc

2. 1 liter = 1000 cc
Air = 9 x 1000 cc = 900 cc
10
Klorin = 1 x 1000 cc = 100 cc
10 1000 cc
PENANGANAN SAMPAH / LIMBAH
Tujuan :
 Melindungi petugas pembuangan sampah dari perlukaan
 Melindungi penyebaran infeksi terhadap para petugas
kesehatan
 Mencegah penularan infeksi terhadap para petugas
kesehatan
 Mencegah penularan infeksi pada masyarakat
sekitarnya
 Membuang bahanbahan berbahaya (bahan toksik dan
radioaktif) dengan aman
Sampah medis terbagi 2 :
1. Tidak terkontaminasi
 Tidak memberikan resiko infeksi
 Contoh : kertas, kardus, botol, wadah plastik yang
digunakan didalam klinik
 Dapat dibuang ditempat sampah umum
2. Terkontaminasi
 Membawa mikroorganisme yang mempunyai potensi
menularkan infeksi kepada orang yang kontak baik
nakes maupun masyarakat
 Contoh : bekas pembalut luka, sampah dari kamar
operasi (jaringan, darah, nanah,kasa, kapas,dll), dari
laboratorium (darah, tinja, nanah, dahak, dll), alat-alat
yang dapat melukai (jarum suntik, pisau)
3. Sampah lain yang tidak mengandung bahan infeksius
tetapi digolongkan berbahaya karena mempunyai
potensi berbahaya pada lingkungan
 Bahan kimia atau farmasi (misal kaleng atau botol yang
mengandung obat kadaluwarsa, vaksin, reagen
desinfektan)
 Sampah sitotoksik (misal obat-obat untuk kemoterapi)
 Sampah yang mengandung logam berat (misal air raksa
dari termometer yang pecah, bahan bekas gigi,dll)
 Wadah bekas berisi gas dan tidak dapat didaur ulang
(misal kaleng penyembur) yang dapat meledak bila
dibakar.
SAMPAH KERING SAMPAH BASAH
Jarum, kapas, kasa, pembalut Darah, duh tubuh lain,

Pisau skapel, botol obat, dll jaringan plasenta, bagian


janin

DIBAKAR DALAM Dirumah sakit


INSINERATOR dikumpulkan
dalam wadah
terpisah

Abunya (berisi gelas / benda Dibuang dalam lubang


Yang tidak terbakar) ditanam yang dalam dan tertutup
PENGGUNAAN PERAALATAN TAJAM SECARA AMAN
 Hati-hati saat melakukan penjahitan agar tidak tertusuk jarum secara
tidak sengaja
 Jangan menutup kembali, memelengkungkan, mematahkan atau melepaskan
jarum yang akan dibuang
 Buang benda-benda tajam dalam wadah anti bocor dan segel dengan
perekat jika sudah dua pertiga penuh wadah benda tajam tadi harus
dibakar dalam insinerator
 Jika tidak dapat dibakar dalam insinerator maka jarum harus dibilas 3x
dengan larutan klorin 0,5% untuk dekontaminasi. Tutup lagi ujung jarum
dengan penutupnya menggunakan tehnik satu tangan (one hand tehnik) lalu
ditanam dalam tanah.
 Tempat sampah hitam sampah tidak kontaminasi
 Tempat sampah kuning sampah terkontaminasi
Terimaksih…

Anda mungkin juga menyukai