Anda di halaman 1dari 14

1.

Pengertian patient safety

Menurut Supari tahun 2005, patient safety adalah bebas dari cidera aksidental atau menghindarkan
cidera pada pasien akibat perawatan medis dan kesalahan pengobatan. Patient safety (keselamatan
pasien) rumah sakit adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman.
Hal ini termasuk : assesment resiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan
risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insident dan tindak lanjutnya
serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya resiko. Sistem ini mencegah terjadinya
cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil
tindakan yang seharusnya dilakukan (DepKes RI,2006).

Menurut Kohn, Corrigan & Donaldson tahun 2000, patient safety adalah tidak adanya kesalahan atau
bebas dari cedera karena kecelakaan. Keselamatan pasien (patient safety) adalah suatu sistem
dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman, mencegah terjadinya cidera yang
disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang
seharusnya diambil. Sistem tersebut meliputi pengenalan resiko, identifikasi dan pengelolaan hal
yang berhubungan dengan resiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari
insiden, tindak lanjut dan implementasi solusi untuk meminimalkan resiko.Meliputi: assessment
risiko, identifikasi dan pengelolaan hal berhubungan dengan risiko pasien,pelaporan dan analisis
insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya, implementasi solusi untuk
meminimalkan timbulnya resiko

2. Tujuan patient safety

1. Terciptanya budaya keselamatan pasien di Rumah sakit

2. Meningkatnya akuntabilitas Rumah Sakit terhadap pasien dan masyarakat

3. Menurunnya KTD (kejadian tidak diharapkan)di Rumah sakit

4. Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi penanggulangan KTD


(kejadian tidak diharapkan)

Sedangkan tujuan keselamatan pasien secara internasional adalah:

1. Identify patients correctly (mengidentifikasi pasien secara benar)

2. Improve effective communication (meningkatkan komunikasi yang efektif)

3. Improve the safety of high-alert medications (meningkatkan keamanan dari pengobatan resiko
tinggi)

4. Eliminate wrong-site, wrong-patient, wrong procedure surgery (mengeliminasi kesalahan


penempatan, kesalahan pengenalan pasien, kesalahan prosedur operasi)

5. Reduce the risk of health care-associated infections (mengurangi risiko infeksi yang berhubungan
dengan pelayanan kesehatan)

6. Reduce the risk of patient harm from falls (mengurangi risiko pasien terluka karena jatuh)
3. Urgensi Patient Safety

Tujuan utama rumah sakit adalah merawat pasien yang sakit dengan tujuan agar pasien segera
sembuh dari sakitnya dan sehat kembali, sehingga tidak dapat ditoleransi bila dalam perawatan di
rumah sakit pasien menjadi lebih menderita akibat dari terjadinya risiko yang sebenarnya dapat
dicegah, dengan kata lain pasien harus dijaga keselamatannya dari akibat yang timbul karena error.
Bila program keselamatan pasien tidak dilakukan akan berdampak pada terjadinya tuntutan
sehingga meningkatkan biaya urusan hukum, menurunkan efisisiensi, dll.

4.Istilah-istilah dalam patient safety

1. Keselamatan pasien rumah sakit adalah suatu system dimana rumah sakit membuat asuhan
pasien lebih aman yang meliputi asesmen risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan
dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak
lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko dan mencegah terjadinya
cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil
tindakan yang seharusnya diambil.

2. Insiden keselamatan pasien yang selanjutnya disebut insiden adalah setiap kejadian yang tidak
disengaja dan kondisi yang mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan cedera yang dapat
dicegah pada pasien, terdiri dari Kejadian Tidak Diharapkan, Kejadian Nyaris Cedera, Kejadian Tidak
Cedera dan Kejadian Potensial Cedera.

3.Kejadian Tidak Diharapkan, selanjutnya disingkat KTD adalah insiden yang mengakibatkan cedera
pada pasien.

4. Kejadian Nyaris Cedera, selanjutnya disingkat KNC adalah terjadinya insiden yang belum sampai
terpapar kepasien.

5. Kejadian Tidak Cedera, selanjutnya disingkat KTC adalah insiden yang sudah terpapar ke pasien,
tetapi tidak timbulcedera.
6. Kondisi Potensial Cedera, selanjutnya disingkat KPC adalah kondisi yang sangat berpotensi untuk
menimbulkan cedera, tetapi belum terjadiinsiden.

7. Kejadian sentinel adalah suatu KTD yang mengakibatkan kematian atau cedera yang serius.

8. Pelaporan insiden keselamatan pasien yang selanjutnya disebut pelaporan insiden adalah suatu
sistem untuk mendokumentasikan laporan insiden

5.Indikasi

Menghindari kekeliruan mengidentifikasi pasien terutama pada keadaan:


1. pasien masih dibius
2. pindah tempat tidur
3. pindah kamar
4. pindah lokasi di dalam rumah sakit
5. pasien memiliki cacat indra

Salah satu kriteria JCI adalah International Patient Safety Goal (IPSG) yang secara umum

bertujuan untuk keselamatan pasien dalam akreditasi rumah sakit ( 2011 ) yaitu:

1.   Melakukan identifikasi pasien secara tepat

Untuk mengadakan identifikasi kita memerlukan 3 hal :

1. Mengenali secara fisik

            a. Melihat wajah/fisik seseorang secara umum.

            b. Membandingkan seseorang dengan gambar/foto

2. Memperoleh keterangan pribadi

            Yang dimaksud dengan keterangan pribadi antara lain

            a. Nama

            b. Alamat

            c. Agama

            d. Tempat/Tanggal lahir

            e. Tanda tangan

            f.  Nama orang tua/Suami/Istri dsb

3. Mengadakan penggabungan antara pengenalan fisik dengan keteranga pribadi, dari


penggabungan tersebut biasanya yang paling dapat dipercaya berupa : KTP, Pasport, SIM
dsb.
Tujuan Identifikasi

·         Mengidentifikasi dengan benar pasien tertentu yang akan diberi layanan atau pengobatan
tertentu.

·         Mencocokkan layanan atau perawatan dengan individu tersebut.

·         Mendeskripsikan prosedur untuk memastikan tidak terjadinya kesalahan dalam identifikasi


pasien selama perawatan di rumah sakit.

·         Mengurangi kejadian / kesalahan yang berhubungan dengan salah identifikasi. Kesalahan


ini dapat berupa: salah pasien, kesalahan prosedur, kesalahan medikasi, kesalahan
transfusi, dan kesalahan pemeriksaan diagnostik.

Identifikasi pasien wajib dilakukan sebelum :

a)      Pemberian obat

b)      Pemberian darah/ produk darah

c)      Pengambilan darah dan specimen lain untuk pemeriksaan klinis

d)     Sebelum memberikan pengobatan

e)      Sebelum memberikan tindakan

Warna pada Gelang Pengenal

a)      Kepada seluruh pasien yang tidak memiliki alergi, gunakan gelang pengenal sesuai dengan


jenis kelaminnya, biru untuk pria dan merah jambu untuk wanita

b)      Jika pasien memiliki alergi, diberikan gelang pengenal berwarna merah. Tulis dengan jelas


alergi pada gelang tersebut

c)      Untuk pasien dengan risiko jatuh, diberikan gelang dengan warna kuning.

d)     Untuk pasien yang tidak sadarkan diri, berikan gelang dengan warna ungu.
Prosedur Pemakaian Gelang Pengenal

a)      Semua pasien harus diidentifikasi dengan benar sebelum pemberian obat, darah, atau


produk darah; pengambilan darah dan spesimen lain untuk pemeriksaan klinis; atau
pemberian pengobatan atau tindakan lain.

b)      Pakaikan gelang pengenal di pergelangan tangan pasien yang dominan, jelaskan dan


pastikan gelang tepasang dengan baik dan nyaman untuk pasien.

c)      Pada pasien dengan fistula arterio-vena (pasien hemodialisis), gelang pengenal tidak boleh


dipasang di sisi lengan yang terdapat fistula.
d)     Jika tidak dapat dipakaikan di pergelangan tangan, pakaikan di pergelangan kaki. Pada
situasi di mana tidak dapat dipasang di pergelangan kaki, gelang pengenal dapat dipakaikan
di baju pasien di area yang jelas terlihat. Hal ini harus dicatat di rekam medis
pasien. Gelang pengenal harus dipasang ulang jika baju pasien diganti dan harus selalu
menyertai pasien sepanjang waktu.

e)      Pada kondisi tidak memakai baju, gelang pengenal harus menempel pada badan pasien


dengan menggunakan perekat transparan/tembus pandang. Hal ini harus dicatat di rekam
medis pasien.

f)       Gelang pengenal hanya boleh dilepas saat pasien keluar/pulang dari rumah sakit.

g)      Gelang pengenal pasien sebaiknya mencakup 3 detail wajib yang dapat mengidentifikasi


pasien, yaitu:

i.    Nama pasien dengan minimal 2 suku kata

ii.   Tanggal lahir pasien (tanggal/bulan/tahun)

iii.  Nomor rekam medis pasien

h)      Detail lainnya adalah warna gelang pengenal sesuai jenis kelamin pasien.

i)        Nama tidak boleh disingkat. Nama harus sesuai dengan yang tertulis di rekam medis.

j)        Jangan pernah mencoret dan menulis ulang di gelang pengenal. Ganti gelang pengenal


jika terdapat kesalahan penulisan data.

k)      Jika gelang pengenal terlepas, segera berikan gelang pengenal yang baru.

l)        Gelang pengenal harus dipakai oleh semua pasien selama perawatan di rumah sakit.

m)    Jelaskan prosedur identifikasi dan tujuannya kepada pasien.

n)      Periksa ulang 3 detail data di gelang pengenal sebelum dipakaikan ke pasien.

o)      Saat menanyakan identitas pasien, selalu gunakan pertanyaan terbuka, misalnya: ‘Siapa


nama Anda?’ (jangan menggunakan pertanyaan tertutup seperti ‘Apakah
nama anda Ibu Susi?’)

p)      Jika pasien tidak mampu memberitahukan namanya (misalnya pada pasien tidak sadar,


bayi, disfasia, gangguan jiwa), verifikasi identitas pasien
kepada keluarga / pengantarnya. Jika mungkin, gelang pengenal jangan dijadikan satu-
satunya bentuk identifikasi sebelum dilakukan suatu intervensi.
Tanya ulang nama dan tanggal lahir pasien, kemudian bandingkan jawaban pasien
dengan data yang tertulis di gelang pengenalnya.
q)      Semua pasien rawat inap dan yang akan menjalani prosedur menggunakan 1 gelang
pengenal. Untuk pasien anak dan neonatus, gunakan 2 gelang pengenal
pada ekstremitas yang berbeda.

r)       Pengecekan gelang pengenal dilakukan tiap kali pergantian jaga perawat.

s)       Sebelum pasien ditransfer ke unit lain, lakukan identifikasi dengan benar dan


pastikan gelang pengenal terpasang dengan baik.

t)       Unit yang menerima transfer pasien harus menanyakan ulang identitas pasien dan

membandingkan data yang diperoleh dengan yang tercantum di gelang pengenal.

2. Meningkatkan komunikasi yang efektif.

Faktor yang dapat mendukung komunikasi efektif :

a.  Dalam profesi keperawatan komunikasi menjadi lebih bermakna karena merupakan metoda

utama dalam mengimplementasikan proses keperawatan.

b.  Komunikator merupakan peran sentral dari semua peran perawat yang ada.

c.  Kualitas komunikasi adalah faktor kritis dalam memenuhi kebutuhan klien.

     

Adapun aspek yang harus dibangun dalam komunikasi efektif adalah :

a.       Kejelasan

Dalam komunikasi harus menggunakan bahasa secara jelas, sehingga mudah diterima

dan dipahami oleh komunikan.

b.       Ketepatan

Ketepatan atau akurasi ini menyangkut penggunaan bahasa yang benar dan kebenaran

informasi yang disampaikan.

c.       Konteks
Maksudnya bahwa bahasa dan informasi yang disampaikan harus sesuai dengan

keadaan dan lingkungan dimana komunikasi itu terjadi.

d.       Alur

Bahasa dan informasi yang akan disajikan harus disusun dengan alur atau sistematika

yang jelas, sehingga pihak yang menerima informasi cepat tanggap.

e.       Budaya

Aspek ini tidak saja menyangkut bahasa dan informasi, tetapi juga berkaitan dengan tata

krama dan etika.Artinya dalam berkomunikasi harus menyesuaikan dengan budaya orang

yang diajak berkomunikasi, baik dalam penggunaan bahasa verbal maupun nonverbal, agar

tidak menimbulkan kesalahan persepsi.

3. Meningkatkan keamanan dari obat yang harus di waspadai ( high alert medication ).

High-Alert Medication atau obat dengan kewaspadaan tinggi adalah obat-obat yang


secara signifikan berisiko membahayakan pasien bila digunakan dengan salah atau
pengelolaan yang kurang tepat.

Obat-Obatan yang perlu diwaspadai

q  Elektrolit pekat terdiri dari :   KCl 7,46%

                                                MgSO4 > 50%

                                                Ca Gluconas

                                                Na Bicarbonat 8,4%

                                                Na Cl 3%

q  Heparin

q  Obat Kanker

q  Obat LASA/NORUM

LASA (Look Alike Sound Alike) merupakan sebuah peringatan (warning) untuk
keselamatan pasien (patient safety) : obat-obatan yang bentuk / rupanya mirip
dan  pengucapannya / namanya mirip TIDAK BOLEH diletakkan berdekatan. Walaupun
terletak pada kelompok abjad yang sama harus diselingi dengan minimal 2 (dua) obat
dengan kategori LASA diantara atau ditengahnya. Biasakan mengeja nama obat dengan
kategori LASA saat memberi/menerima instruksi

Lokasi penyimpanan obat yang perlu diwaspadai berada di logistik farmasi dan
pelayanan farmasi, khusus untuk elektrolit konsentrasi tinggi terdapat juga di unit pelayanan,
yaitu ICU dan kamar bersalin dalam jumlah yang terbatas. Obat disimpan sesuai dengan
kriteria penyimpanan perbekalan farmasi, utamanya dengan memperhatikan jenis sediaan
obat (rak/kotak penyimpanan, lemari pendingin)

   

Pemberian Obat High Alert Kepada Pasien

v        Sebelum Perawat memberikan obat high alert kepada

pasien, Perawat lain harus melakukan pemeriksaan kembali

secara independen (double check):

- kesesuaian antara obat dengan rekam medik/ instruksi dokter dan dengan kardeks.

- ketepatan perhitungan dosis obat

- identitas pasien

v   Obat high alert infus harus dipastikan:

- Ketepatan kecepatan infus.

- Jika obat lebih dari satu, tempelkan label nama obat pada  syringe pump dan di setiap
ujung jalur slang

v   Setiap kali pasien pindah ruang rawat, Perawat pengantar menjelaskan kepada Perawat
penerima pasien, bahwa pasien mendapatkan obat high alert.

4. Memastikan benar tepat lokasi, tepat prosedur, dan tepat pasien operasi.

Tujuan utama dari WHO surgical safety checklist-dan manualnya-untuk membantu


mendukung bahwa tim secara konsisten mengikuti beberapa langkah keselamatan yang
kritis dan meminimalkan hal yang umum dan risiko yang membahayakan dan dapat dihindari
dari pasien bedah. Checklist ini juga memandu interaksi verbal antar tim sebagai arti
konfirmasi bahwa standar perawatan yang tepat dipastikan untuk setiap pasien.Untuk
mengimplementasikan checklist selama pembedahan, seorang harus bertanggungjawab
untuk melakukan pengecekan checklist. Hal ini diperlukan seorang checklist koordinator
biasanya perawat sirkuler tapi dapat berarti setiap klinisi yang berpartisipasi dalam operasi.

Berikut merupakan teknik yang dilakukan dalam penandaan lokasi operasi:

a.    Pasien diberitanda saat informed concent telah dilakukan

b.    Penandaan dilakukan sebelum pasien berada di kamar operasi

c.    Pasien harus dalam keadaan sadar saat dilakukan penandaan lokasi operasi

d.   Tanda yang digunakan dapat berupa : tanda panah/tanda ceklist

e.    Penandaan dilakukan sedekat mungkin dengan lokasi operasi

f.     Penandaan dilakukan dengan spidol hitam (anti luntur, anti air) dan tetap terlihat walau
sudah diberi desinfektan

5. Mengurangi resiko infeksi terkait dengan pelayanan kesehatan (infeksi nosokomial)

Nosokomial diambil dari bahasa Yunani yaitu nosos yang berarti penyakit


dan komeo yang berarti perawat. Jadi, nosokomeo berarti tempat untuk merawat atau
rumah sakit. Infeksi Nosokomial itu sendiri dapat diartikan sebagai infeksi yang terjadi di RS
dan menyerang penderita yang sedang dalam proses perawatan. Infeksi Nosokomial adalah
mikroba pathogen yang berasal dari unsure – unsure sebagai berikut :

1.         Penderita lain yang juga sedang dalam proses keperawatan

2.         Petugas pelaksana seperti dokter, perawat, dll.

3.         Peralatan medis yang digunakan

4.         Tempat ( ruangan, bangsal, atau kamar) yang digunakan oleh pasien

5.    Tempat atau kamar dimana penderita menjalani tindakan medis akut seperti kamar operasi,
kamar bersalin.

6.         Makanan dan minuman yang disajikan

7.         Lingkungan RS secara umum.

Infeksi Nosokomial juga dapat diartikan sebagai suatu infeksi yang diperoleh atau
dialami pasien selama dia dirawat di rumah sakit dan infeksi itu tidak ditemukan pada saat
pasien masuk ke rumah sakit. Infeksi nosokomial dapat terjadi karena tindakan
instrumenisasi ataupun intervensi pada saat di rawat di rumah sakit, misalnya pemasangan
kateter, infuse, tindakan operatif lainnya.

Ciri – ciri Infeksi Nosokomial

            Suatu infeksi pada penderita baru bisa dinyatakan sebagai infeksi nosokomial bila
memenuhi beberapa criteria atau batasan tertentu:

1.      Pada waktu penderita mulai dirawat di RS ridak didapatkan tanda – tanda klinik dari infeksi
tersebut.

2.      Pada waktu penderita mulai di rawat di RS tidak sedang dalam masa inkubasi infeksi
tersebut.

3.      Tanda – tanda klinik infeksi tersebut, timbul sekurang – kurangnya setelah 3 x 24 jam sejak
mulai perawatan.

4.      Infeksi tersebut bukan merupakan sisa (resudial) dari infeksi sebelumnya.

5.      Bila saat mulai dirawat di RS sudah ada tanda – tanda infeksi dan terbukti infeksi tersebut
didapat penderita ketika dirawat di RS yang sama pada waktu yang lalu, atau belum pernah
dilaporkan infeksi nosokomial.

Pencegahan Infeksi Nosokomial

Pencegahan dari infeksi nosokomial ini diperlukan suatu rencanan yang terintegrasi,
monitoring dan program yang termasuk:

·      Membatasi transmisi organisme dari atau antar pasien dengan cara mencuci tangan dan
penggunaan sarung tangan, tindakan dan aseptic, strerilisasi dan desinfektan.

·      Mengontrol resiko penularan dari lingkungan

·      Melindungi pasien dengan penggunaan antibiotika yang adekuat, nutrisi yang cukup dan
vaksinasi.

·      Membatasi resiko infeksi endogen dengan meminimalkan prosedur invasive.

·      Pengawasan infeksi, identifikasi penyakit dan mengontrol penyebarannya.

Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Infeksi Nosokomial


Secara umum di bagi dua :

1.      Faktor endogen antara lain umur, jenis kelamin, penyakit penyerta, daya tahan tubuh, dan
kondisi-kondisi lokal.

2.      Faktor eksogen antara lain lama penderita dirawat, kelompok yang merawat, alat medis,
serta lingkunga

6.      Mengurangi resiko pasien jatuh.

Resiko jatuh adalah pasien yang berisiko untuk jatuh yang umumnya disebabkan
oleh faktor lingkungan dan faktor fisiologis yang dapat berakibat cedera.

Faktor resiko jatuh dapat dikelompokkan menjadi 2 kategori:

1.    Intrinsik: berhubungan dengan kondisi pasien, termasuk kondisi psikologis

2.    Ekstrinsik: berhubungan dengan lingkungan

Selain itu, faktor risiko juga dapat dikelompokkan menjadi kategori dapat


diperkirakan (anticipated) dan tidak dapat diperkirakan (unanticipated).Faktor tersebut
adalah:

1.      Dapat diperkirakan :

a.       Intrinsik (berhubungan dengan kondisi pasien):


-          Riwayat jatuh sebelumnya

-          Inkontinensia

-          Gangguan kognitif/psikologis

-          Gangguan keseimbangan/mobilitas

-          Usia > 65 tahun

-          Osteoporosis

-          Status kesehatan yang buruk

-          Gangguan moskuloskeletal

b.      Ekstrinsik (berhubungan dengan lingkungan)

-          Lantai basah/silau, ruang berantakan, pencahayaan kurang, kabel longgar/lepas.

-          Alas kaki tidak pas.

-          Dudukan toilet yang rendah.

-          Kursi atau tempat tifur beroda

-          Rawat inap berkepanjangan.

-          Peralatan yang tidak aman.

-          Peralatan rusak.

-          Tempat tidur ditinggalkan dalam posisi tinggi.

2.      Tidak dapat diperkirakan

a.       Intrinsik (berhubungan dengan kondisi pasien)

-          Kejang

-          Aritmia jantung

-          Stroke atau serangan iskemik sementara (transient ischaemic attack-TIA).

-          Pingsan

-          Serangan jantung (drop attack).


-          Penyakit kronis

b.      Ekstrinsik ( berhubungan dengan lingkungan )

-       Reaksi individu terhadap obat-obatan.

Kemenkes RI. 2015. Panduan Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit (Patient
Safety): Utamakan Keselamatan Pasien. Jakarta: Depkes RI.
http://www.rsmatasmec.com/wp-content/uploads/sites/2/2019/04/PEDOMAN-
NASIONAL-KESELAMATAN-PASIEN-RS-EDISI-III-2015.pdf Diakses 3 januari 2020.
http://merita.staff.umy.ac.id/2020/01/02/keselamatan-pasien-patient-safety-
incident-dan-klasifikasinya/#:~:text=Menurut%20Kemenkes%20RI
%20(2015)%2C,pada%20pasien%20jauh%20lebih%20aman.

http://fillyfikriyatiazki18.blogspot.com/2017/03/patient-safety.html

Anda mungkin juga menyukai