Anda di halaman 1dari 7

Nama : said ahmad farid rahman

Nim : P07220419041
Prodi : STR KEP TK. 2
Mata kuliah : Keselamatan Pasien dan K3 dalam Keperawatan
Dosen : Ns. Aryawina, SST, M.Kes

1. Istilah Patient safety dan arti


Patient Safety atau keselamatan pasien adalah suatu system yang membuat asuhan pasien
di rumah sakit menjadi lebih aman. Sistem ini mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh
kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya
diambil. Keperawatan kesehatan primer berasal dari penelitian tentang kesalahan dan kejadian
yang dilaporkan, termasuk penelitian yang telah mencoba mengembangkan taksonomi untuk
mengklasifikasikan jenis kesalahan dan insiden yang terjadi dalam setting ini (Australian
Commision on Safety and Quality in Health Care, 2010). Jenis penelitian ini umumnya
didasarkan pada laporan pribadi anonim atau rahasia sukarela, dan sampai saat ini terbatas pada
praktik umum.

. Australia telah menjadi salah satu pelopor pelaporan kejadian dalam praktik umum, dan
studi oleh Badan Ancaman terhadap Keselamatan Pasien Australia (Threats to Australian
Patient Safety / TAPS) adalah salah satu analisis insiden keselamatan pasien yang paling
komprehensif di dunia internasional (Australian Commision on Safety and Quality in Health
Care, 2010).

TAPS dua jenis insiden keselamatan pasien yang luas:

1. Insiden terkait dengan proses perawatan, termasuk proses administrasi, investigasi, perawatan,
komunikasi dan pembayaran. Ini adalah jenis kejadian umum yang dilaporkan (berkisar antara
70% -90% tergantung pada penelitian).

2. Insiden terkait dengan pengetahuan atau keterampilan praktisi, termasuk diagnosis


yang tidak terjawab atau tertunda, perlakuan salah dan kesalahan dalam pelaksanaan
tugas. Sumber: Baldwin, M. (2006), Cartoonstock.com

Adapun istilah insiden keselamatan pasien yang telah dikenal secara luas berikut
definisinya yaitu:
1. Insiden Keselamatan Pasien (IKP) / Patient Safety Incident adalah setiap kejadian atau situasi
yang dapat mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan harm (penyakit, cedera, cacat,
kematian dan lain-lain) yang tidak seharusnya terjadi.

2. Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) / Adverse Event adalah suatu kejadian yang
mengakibatkan cedera yang tidak diharapkan pada pasien karena suatu tindakan (“commission”)
atau karena tidak bertindak (“omission”), bukan karena “underlying disease” atau kondisi pasien.

3. Kejadian Nyaris Cedera (KNC) / Near Miss adalah suatu insiden yang belum sampai terpapar
ke pasien sehingga tidak menyebabkan cedera pada pasien.

4. Kejadian Tidak Cedera (KTC) adalah insiden yang sudah terpapar ke pasien, tetapi tidak
menimbulkan cedera, dapat terjadi karena “keberuntungan” (misal: pasien terima suatu obat
kontra indikasi tetapi tidak timbul reaksi obat), atau “peringanan” (suatu obat dengan reaksi
alergi diberikan , diketahui secara dini lalu diberikan antidotumnya).

5. Kondisi Potensial Cedera (KPC) / “reportable circumstance” adalah kondisi yang sangat
berpotensi untuk menimbukan cedera, tetapi belum terjadi insiden.

6. Kejadian Sentinel (Sentinel Event) yaitu suatu KTD yang mengakibatkan kematian atau cedera
yang diharapkan atau tidak dapat diterima seperti: operasi pada bagian tubuh yang salah.
Pemilihan kata “sentinel” terkait dengan keseriusan cedera yang terjadi (misalnya Amputasi
pada kaki yang salah, dan sebagainya) sehingga pencarian fakta terhadap kejadian ini
mengungkapkan adanya masalah yang serius pada kebijakan dan

2. Standar Keselamatan Pasien


solusi keselamatan Pasien di RS (WHO Collaborating Centre for Patient Safety, 2 May 2007),
yaitu:
1. Perhatikan nama obat, rupa dan ucapan mirip (look-alike, sound-alike medication names)
2. Pastikan identifikasi pasien
3. Komunikasi secara benar saat serah terima pasien
4. Pastikan tindakan yang benar pada sisi tubuh yang benar
5. Pastikan akurasi pemberian obat pada pengalihan pelayanan
6. Hindari salah kateter dan salah sambung slang
7. Gunakan alat injeksi sekali pakai
8. Tingkatkan kebersihan tangan untuk pencegahan infeksi nosokomial.

3. Sasaran Keselamatan Pasien


Di Indonesia secara nasional untuk seluruh Fasilitas pelayanan Kesehatan,diberlakukan Sasaran
Keselamatan Pasien Nasional yang terdiri dari :
SKP.1 Mengidentifikasi Pasien Dengan Benar
SKP.2 Meningkatkan Komunikasi Yang Efektif
SKP.3 Meningkatkan Keamanan Obat-obatan Yang Harus Diwaspadai
SKP.4 Memastikan Lokasi Pembedahan Yang Benar, Prosedur Yang Benar,Pembedahan Pada
Pasien Yang Benar
SKP.5 Mengurangi Risiko Infeksi Akibat Perawatan Kesehatan
SKP.6 Mengurangi Risiko Cedera Pasien Akibat Terjatuh

4. Ringkasan dari video youtube


a. https://www.youtube.com/watch?v=8FWgMT-GETc
b. https://www.youtube.com/watch?v=NrbEGtbQMVg)
Jawab:
kesimpulan dari 2 video diatas adalah

1. KETEPATAN IDENTIFIKASI PASIEN.

2. PENINGKATAN KOMUNIKASI EFEKTIF

3. PENINGKATAN KEAMANAN OBAT ATAU HIGH ALERT YANG HARUS DIWASPADAI

4. KEPASTIAN TERHADAP LOKASI, PROSEDUR DAN PASIEN OPERASI.

5. PENGURANGAN TERHADAP RISIKO INFEKSI SETELAH MENGGUNAKAN PELAYANAN


KESEHATAN

6. PENGURANGAN RISIKO JATUH

c. https://www.youtube.com/watch?v=UvBPPV6mSDc

Jawab:
kesimpulan dari 1 video diatas adalah

Banyak upaya yang telah dilakukan oleh rumah sakit dalam mengurangi atau mencegah kejadian
pasien jatuh. Pencegahan pasien jatuh adalah masalah yang kompleks, yang melintasi batas-batas
kesehatan, pelayanan sosial, kesehatan masyarakat dan pencegahan kecelakaan. 

upaya upaya untuk mengurangi terjadinya kejadian pasien terjatuh di rumah sakit, yaitu:

1. Membiasakan pasien dengan lingkungan sekitarnya.


2. Menunjukkan pada pasien alat bantu panggilan darurat.
3. Posisikan alat bantu panggil darurat dalam jangkauan.
4. Posisikan barang-barang pribadi dalam jangkauan pasien.
5. Menyediakan pegangan tangan yang kokoh di kamar mandi, kamar dan lorong.
6. Posisikan sandaran tempat tidur rumah sakit di posisi rendah ketika pasien sedang
beristirahat, dan posisikan sandaran tempat tidur yang nyaman ketika pasien tidak tidur.
7. Posisikan rem tempat tidur terkunci pada saat berada di bangsal rumah sakit.
8. Menjaga roda kursi roda di posisi terkunci ketika stasioner.
9. Gunakan alas kaki yang nyaman, baik, dan tepat pada pasien.
10. Gunakan lampu malam hari atau pencahayaan tambahan.
11. Kondisikan permukaan lantai bersih dan kering. Bersihkan semua tumpahan.
12. Kondisikan daerah perawatan pasien rapi.
13. Ikuti praktek yang aman ketika membantu pasien pada saat akan ke tempat tidur dan
meninggalkan tempat tidur.

d https://www.youtube.com/watch?v=Td99SWUA060

e. https://www.youtube.com/watch?v=zVYHNeo6MBk)
Jawab:
kesimpulan dari 2 video diatas adalah

Tindakan bedah dan prosedur invasif memuat semua prosedur investigasi dan atau memeriksa
penyakit serta kelainan dari tubuh manusia melalui mengiris, mengangkat, memindahkan,
mengubah atau memasukkan alat laparaskopi/ endoskopi ke dalam tubuh untuk keperluan
diagnostik dan terapeutik.
Rumah sakit harus menentukan area-area di dalam rumah sakit yang melakukan tindakan bedah
dan prosedur invasif. Sebagai contoh, kateterisasi jantung, radiologi intervensi, laparaskopi,
endoskopi, pemeriksaan laboratorium, dan lainnya.Ketentuan rumah sakit tentang Tepat-Lokasi,
Tepat-Prosedur, dan Tepat-Pasien berlaku di semua area rumah sakit di lokasi tindakan bedah
dan invasif dilakukan.
Rumah sakit diminta untuk menetapkan prosedur yang seragam sebagai berikut:
1. beri tanda di tempat operasi;
2. dilakukan verifikasi praoperasi;
3. melakukan Time Out sebelum insisi kulit dimulai.
Pemberian tanda di tempat dilakukan operasi atau prosedur invasif melibatkan pasien dan
dilakukan dengan tanda yang tepat serta dapat dikenali. Tanda yang dipakai harus konsisten
digunakan di semua tempat di rumah sakit, harus dilakukan oleh individu yang melakukan
prosedur operasi, saat melakukan pasien sadar dan terjaga jika mungkin, serta harus masih
terlihat jelas setelah pasien sadar. Pada semua kasus, lokasi tempat  operasi harus diberi tanda,
termasuk pada sisilateral (laterality), daerah struktur multipel (multiple structure), jari tangan,
jari kaki, lesi, atau tulang belakang.
Tujuan proses verifikasi praoperasi adalah
1. memastikan ketepatan tempat, prosedur, dan pasien;
2. memastikan bahwa semua dokumen yang terkait, foto (imajing), dan hasil pemeriksaan
yang relevan diberi label dengan benar dantersaji;
3. memastikan  tersedia peralatan medik khusus dan atau implan yang dibutuhkan.
Beberapa elemen proses verifikasi praoperasi dapat dilakukan sebelum pasien tiba di tempat
praoperasi, seperti memastikan dokumen, imajing, hasil pemeriksaaan, dokumen lain diberi label
yang benar, dan memberi tanda di tempat (lokasi) operasi.

Time-Out yang dilakukan sebelum dimulainya insisi kulit dengan semua anggota tim hadir dan
memberi kesempatan untuk menyelesaikan pertanyaan yang belum terjawab atau ada hal yang
meragukan yang perlu diselesaikan. Time-Out dilakukan di lokasi tempat dilakukan operasi
sesaat sebelum prosedur dimulai dan melibatkan semua anggota tim bedah. Rumah sakit harus
menetapkan prosedur bagaimana proses Time-Out berlangsung.

Salah-lokasi, salah-prosedur, dan salah-pasien operasi adalah kejadian yang mengkhawatirkan


dan dapat terjadi di rumah sakit. Kesalahan ini adalah akibat komunikasi yang tidak efektif atau
tidak adekuat antara anggota tim bedah, kurang/ tidak melibatkan pasien di dalam penandaan
lokasi (site marking), dan tidak ada prosedur untuk memverifikasi lokasi operasi. Di samping itu,
juga asesmen pasien yang tidak adekuat, penelaahan ulang catatan medis tidak adekuat, budaya
yang tidak mendukung komunikasi terbuka antar anggota tim bedah, permasalahan yang
berhubungan dengan resep yang tidak terbaca(illegiblehandwriting), dan pemakaian singkatan
adalah merupakan faktor-faktor kontribusi yang sering terjadi.

Rumah sakit perlu untuk secara kolaboratif mengembangkan suatu kebijakan dan/atau prosedur
yang efektif di dalam meminimalkan risiko ini. Kebijakan termasuk definisi operasi yang
memasukkan sekurang-kurangnya prosedur yang menginvestigasi dan atau mengobati penyakit
serta kelainan/disorder pada tubuh manusia.

Anda mungkin juga menyukai