Anda di halaman 1dari 27

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Rumah sakit seharusnya mempertimbangkan bahwa pelayanan di rumah
sakit merupakan bagian dari suatu pelayanan yang terintegrasi dengan para
profesional dibidang pelayanan kesehatan dan tingkat pelayanan yang akan
membangun suatu kontinuitas pelayanan. Maksud dan tujuannya adalah
menyelaraskan kebutuhan pasien dibidang pelayanan kesehatan dengan
pelayanan yang tersedia di rumah sakit, mengkoordinasikan pelayanan,
kemudian merencanakan pemulangan dan tindakan selanjutnya. Hasilnya
adalah meningkatkan mutu pelayanan pasien dan efisiensi penggunaan sumber
daya yang tersedia di rumah sakit. Informasi diperlukan untuk membuat
keputusan yang benar tentang : kebutuhan pasien yang mana yang dapat
dilayani rumah sakit, pemberian pelayanan yang efisien kepada pasien serta
transfer dan pemulangan pasien yang tepat ke rumah atau ke pelayanan lain.
Skrining bukan mendiagnosa penyakit, bagi yang dianggap positif hasil
skrining akan dilakukan pemeriksaan yang lebih intensif untuk menentukan
apakah benar-benar sakit atau tidak, dan bagi yang terdiagnosa positif sakit
akan diobati secara intensif agar tidak membahayakan diri ataupun
lingkungannya.
Salah satu skrining pada populasi tertentu adalah skrining yang dapat
dilakukan di rumah sakit dimana meliputi 3 aspek yaitu :
1) pasien rumah sakit secara umum baik yang poliklinik atau rawat inap
terutama pasien yang mempunyai resiko tinggi,
2) pasien yang datang dengan keluhan tidak jelas yang biasanya memerlukan
pemeriksaan laboratorium atau penunjang lain,
3) pasien yang direncanakan untuk rawat inap.
1.2 Tujuan
1) Mengetahui apakah masalah kesehatan penderita yang datang dapat
diselesaikan di Rumah Sakit.
2) Mampu menganalisa penderita secara visual / pengamatan, didukung
pemeriksakaan penunjang.
3) Menentukan kebutuhan masalah kesehatan pasien yang dilayani di Rumah
Sakit.
4) Menentukan apakah pasien dapat dilayani rawat jalan, diputuskan untuk
rawat inap atau dilakukan rujukan.

1.3 Pengertian
Menurut CCI ( Conference on Preventive Aspect of Chronic Disease, pada
tahun 1951), definisi skrining secara umum adalah suatu strategi yang
digunakan dalam suatu populasi untuk mendeteksi penyakit pada individu
tanpa tanda-tanda atau gejala penyakit itu, atau suatu usaha secara aktif untuk
mendeteksi atau mencari penderita penyakit tertentu yang tampak gejala atau
tidak tampak, dalam suatu masyarakat atau kelompok tertentu melalui suatu
tes atau pemeriksaan atau prosedur lainnya yang dapat dilakukan secara
singkat dan sederhana yang selanjutnya diproses melalui diagnosis dan
pengobatan.
Skrining dapat didefinisikan sebagai pelaksanaan prosedur sederhana dan
cepat untuk mengidentifikasikan dan memisahkan orang yang tampaknya
sehat tetapi kemungkinan beresiko terkena penyakit, dari mereka yang
mungkin tidak terkena penyakit tersebut. Skrining diakukan untuk
mengidentifikasi mereka yang diduga mengidap penyakit sehingga mereka
dapat dikirim untuk menjalani pemeriksaan medis dan studi diagnostik yang
lebih pasti.
Tes skrining dapat dilakukan melalui : pertanyaan, pemeriksaan fisik,
pemeriksaan laboratorium, diagnostik imaging.
Skrining di Rumah Sakit Claire Medika terbagi dua yaitu skrining
didalam rumah sakit yakni pada unit emergency yang dilaksanakan melalui
kriteria triase, evaluasi visual atau pengamatan, pemeriksaan fisik atau hasil
dari pemeriksaan fisik, psikologik, laboratorium klinik atau diagnostic
imaging sebelumnya. Skrining didalam Rumah Sakit juga dapat dilakukan
pada pasien rawat jalan di bagian admisi pasien, melalui evaluasi visual atau
pengamatan, pertanyaan hasil laboratorium klinik atau diagnostic imaging
sebelumnya. Skrining diluar rumah sakit dilaksanakan jika pasien dari luar
Rumah Sakit harus mendapatkan pelayanan penjemputan dengan ambulans.
BAB 2

TATA LAKSANA

2.1 Proses Skrining


1. Skrining didalam Rumah Sakit
Skrining didalam rumah sakit merupakan suatu proses deteksi dini
atau usaha untuk mengidentifikasi penyakit atau kelainan. Skrining dapat
dilaksanakan melalui kriteria triase, evaluasi visual atau
pengamatan,pertanyaan, pemeriksaan fisik atau hasil dari pemeriksaan
fisik, psikologik, laboratorium klinik atau diagnostik imajing pasien.
Kebutuhan pasien akan pelayanan preventif, paliatif, kuratif dan
rehabilitatif di prioritaskan berdasarkan kondisi pada waktu proses admisi
sebagai pasien rawat inap. Hal tersebut terdapat pada proses assesmen awal
pasien yang dilakukan petugas, adapun penjelasan dari pelayanan preventif,
paliatif, kuratif dan rehabilitasi sbb :

a) Pelayanan Preventif
Adalah sebuah usaha yang dilakukan individu dalam mencegah
terjadinya sesuatu yang tidak diinginkan. Prevensi secara etimologi
berasal dari bahasa latin, pravenire yang artinya datang sebelum atau
antisipasi atau mencegah untuk tidak terjadi sesuatu. Dalam pengertian
yang sangat luas, prevensi diartikan sebagai upaya secara sengaja
dilakukan untuk mencegah terjadinya gangguan, kerusakan, atau kerugian
bagi seseorang atau masyaraka.t

Upaya preventif bertujuan untuk mencegah terjadinya penyakit dan


gangguan kesehatan individu, keluarga,  kelompok dan masyarakat.
Usaha-usaha yang dilakukan, yaitu :
a. Pemeriksaan kesehatan secara berkala (balita, bumil, remaja, dll)
b. Pemberian Vitamin A, Yodium
c. Pemeriksaan dan pemeliharaan kehamilan, nifas dan menyusui
d. Deteksi dini kasus dan factor resiko (maternal, balita, penyakit).

e. Imunisasi terhadap bayi dan anak balita serta ibu hamil


b) Pelayanan Paliatif
Pelayanan paliatif adalah pelayanan interdisipliner yang berfokus
pada pasien penyakit serius atau mengancam jiwa. Tujuan pelayanan
paliatif adalah mengurangi beban penyakit, meringankan penderitaan, dan
mempertahankan kualitas hidup dari saat setelah diagnosis. Tujuan ini
dicapai melalui intervensi yang mempertahankan kesejahteraan fisik,
psikologis, sosial dan spiritual, meningkatkan komunikasi dan koordinasi
pelayanan, memastikan pelayanan yang layak secara budaya dan konsisten
dengan nilai-nilai dan preferensi pasien, memberi bantuan konkrit jika
diperlukan dan meningkatkan kemungkinan bahwa pasien meninggal
dengan penderitaan minimal.
c) Pelayanan Kuratif
Kuratif bertujuan untuk merawat dan mengobati anggota keluarga,
kelompok yang menderita penyakit atau masalah kesehatan. Usaha-usaha
yang dilakukan, yaitu :
a. Dukungan penyembuhan, perawatan, contohnya : dukungan psikis
penderita TB
b. Perawatan orang sakit sebagai tindak lanjut perawatan dari puskesmas
dan rumah sakit.
c. Perawatan ibu hamil dengan kondisi patologis dirumah, ibu bersalin
dan nifas
d. Perawatan payudara
e. Perawatan tali pusat bayi baru lahir
f. Pemberian obat : Fe, Vitamin A, oralit.
d) Pelayanan Rehabilitatif
Merupakan upaya pemulihan kesehatan bagi penderita-penderita
yang dirawat dirumah, maupun terhadap kelompok-kelompok tertentu
yang menderita penyakit yang sama. Usaha yang dilakukan, yaitu:
a. Latihan fisik bagi yang mengalami gangguan fisik seperti, patah tulang,
kelainan bawaan
b. Latihan fisik tertentu bagi penderita penyakit tertentu misalnya, TBC
(latihan nafas dan batuk), Stroke (fisioterapi).

Dalam pelaksanaannya skrining didalam rumah sakit Claire


Medika dilaksanakan melalui tahapan berikut :
a. Tatalaksana Skrining di Tempat Penerimaan Pasien :
1. Pasien datang dengan rujukan atau surat pengantar
1) Dilakukan proses pendaftaran penerimaan pasien
2) Petugas membaca diagnosa dalam surat pengantar
3) Dilakukan pemeriksaan secara visual / pengamatan dan
pemeriksaan fisik keadaan pasien
4) Bila didapatkan penderita dalam keadaan gawat, penderita
dialihkan ke IGD untuk proses triage
5) Apabila tidak didapatkan proses kegawatan setelah proses
pendaftaran penderita dapat menunggu di ruang tunggu poli rawat
jalan
2. Pasien datang tanpa membawa rujukan atau surat pengantar
b. Tatalaksana Skrining di Instalasi Rawat Jalan
1. Dilakukan pendaftaran sesuai kebutuhan penderita
2. Pemeriksaan dilakukan oleh dokter umum atau dokter spesialis
3. Dilakukan pemeriksaan penunjang sesuai kebutuhan atau masalah
penderita
4. Diputuskan suatu diagnosa
5. Ditetapkan penderita untuk rawat jalan, diterima sebagai rawat inap
atau dilakukan rujukan
c. Tatalaksana Skrining di Instalasi Gawat Darurat :
1. Dilakukan sistem Advance Triage
2. Pemeriksaan oleh dokter jaga Instalasi Gawat Darurat
4. Dilakukan pemeriksaan penunjang sesuai kebutuhan atau masalah
penderita
5. Diputuskan suatu diagnosa
6. Melakukan konsultasi dengan Dokter Penanggung Jawab Pelayanan
(DPJP)
7. Ditetapkan penderita untuk : rawat jalan, diterima sebagai rawat
inap atau dilakukan rujukan
2. Skrining diluar Rumah Sakit

Skrining diluar rumah sakit merupakan suatu proses deteksi dini atau
usaha untuk mengidentifikasi keadaan pasien yang dilakukan sebelum
pasien masuk ke rumah sakit atau menggunakan jasa pelayanan ambulan.
Skrining dapat dilaksanakan dengan komunikasi melalui telepon. Dalam
pelaksanaannya skrining dilaksanakan melalui tahapan berikut :
1) Menanyakan nama jelas dan alamat lengkap
2) Menanyakan kondisi penderita
3) Mempersiapkan sarana transportasi, mengirimkan tenaga keperawatan
4) Melakukan skrining dengan pemeriksaan secara visual tentang keadaan
pasien
5) Melakukan pemeriksaan fisik tanda – tanda vital ( tekanan darah , laju
pernafasan , laju nadi , saturasi O2 , GCS )
6) Melakukan koordinasi dengan unit terkait ( dokter jaga IGD )
7) Menetapkan assesment keperawatan dan menetapkan apakah masalah
pasien dapat diterima di RS Claire Medika
8) Bila pasien dapat diterima segera mengirim penderita ke rumah sakit
9) Apabila masalah penderita tidak dapat diterima di RS Claire Medika
maka dilakukan rujukan ke tingkat yang lebih tinggi.

2.2 Indikasi Rawat Inap


Indikasi Pasien dilakukan Rawat Inap didasarkan pada keadaan :
1. Kriteria Umum :
1) Keadaan Umum
(1) Tidak sadar
(2) Disorientasi
(3) Delirium
(4) Kehilangan fungsi motorik dari bagian tubuh manapun
(5) Kehilangan sensasi dari bagian tubuh manapun
(6) Restriksi sendi berat dan disfungsi somatik
(7) Kejang tak terkontrol dengan obat
2. Tanda-tanda vital
1) Suhu :
Lebih dari 38,3 C
Hipotermia dengan suhu kurang 35 C
2) Nadi
(1) Dewasa : Kurang dari 50 x/menit ( dengan simptom, jika irama
sinus ) atau lebih dari 120 x/menit.
(2) Geriatrik : Kurang dari 50 x/menit ( dengan simptom, jika irama
sinus ) atau lebih dari 100 x/menit.
(3) Anak :
 Kurang dari 6 minggu : Kurang dari 80 x/menit atau lebih dari
200 x/menit.
 6 minggu sampai 1 tahun : Kurang dari 70 x/menit atau lebih
dari 180 x/menit
 Lebih dari 1 tahun : Kurang dari 70 x/menit atau lebih dari 180
x/menit
3) Respirasi
(1) Dewasa atau geriatrik : Kurang dari 10 x/menit atau lebih dari 30
x/menit.
(2) Anak :
 0 hari – 12 hari : Bertahan lama lebih dari 60 x/menit atau PaO2
kurang dari 50 mmHg pada udara kamar dengan SaO2 kurang
dari 90%
 12 hari – 1 tahun : Kurang dari 25 x/menit atau lebih dari
x/menit
 Lebih dari 1 tahun : Kurang dari 15 x/menit atau lebih dari 40
x/menit.
4) Tekanan Darah
Tingkat Usia Sistolik Distolik
Dewasa Kurang dari 80mmhg atau Kurang dari 80mmhg atau
lebih dari 200 mmhg lebih dari 200 mmhg

Geriatrik Kurang dari 100 mmHg Kurang 120 mmHg dengan


atau lebih dari 180 mmhg simptom
Anak – anak :
Lahir-1 tahun Kurang dari 65 mmhg atau Kurang dari 30 mmhg atau
lebih dari 100 mmhg lebih dari 65 mmhg

Lebih dari 1 tahun Kurang dari 75 mmhg atau Kurang dari 45 mmhg atau
sampai 3 tahun lebih dari 110 mmhg lebih dari 75 mmhg

Lebih dari 3 tahun Kurang dari 80 mmhg atau Kurang dari 50 mmhg atau
sampai 6 tahun lebih dari 115 mmhg lebih dari 80 mmhg

Lebih dari 6 tahun Kurang dari 80 mmhg atau Kurang dari 50 mmhg atau
sampai 12 tahun lebih dari 130 mmhg lebih dari 90 mmhg
Lebih dari 12 Kurang dari 80 mmhg atau Kurang dari 50 mmhg atau
tahun sampai 17 lebih dari 170 mmhg lebih dari 100 mmhg
tahun

3. Temuan fisik
1) Terdapat atau potensial depresi respirasi
2) Trauma kepala yang memerlukan observasi
3) Vomiting dan atau diare dengan dehidrasi
Tanda-tanda klinis dehidrasi meliputi dua atau lebih dari berikut ini :
(1) Perubahan status mental, lethargy, kepala terasa ringan, sinkop,
turgor kulit turun, membran mukosa kering, takikardia, hipotensi
ortostatik
(2) Anak : simptom lain dehidrasi meliputi sunken eyes atau
fontanela-fontanela, BB turun lebih dari 5 persen atau urin output
turun ( kurang 1ml/kg/jam )
4) Syok atau potensial syok
5) Oedema seluruh tubuh
6) Curiga atau diketahui menelan substansi toxic dengan potensial efek
samping yang serius
7) Pediatrik :
(1) Curiga kekerasan pada anak atau penolakan
(2) Curiga atau diketahui menelan benda asing
(3) Curiga apnea lebih dari 20 detik ( umur nol sampai 1 tahun )
8) Oklusi akut pembuluh darah
9) Perdarahan aktif tidak terkontrol
10) Nyeri abdomen yang sangat
11) Perdarahan dalam sendi , viskus , otak , atau retroperineum
4. Laboratorium Darah
1) Hb 10 g/dl atau kurang dengan perdarahan aktif, atau Hb turun 3 g/dl dari
Hb awal
2) Hb kurang dari 9 g/dl atau lebih 2g/dl dengan tanda tanda kekurangan
cairan
3) Lekosit kurang dari 3000 atau lebih dari 16000 dengan simptomatik
4) Hematokrit kurang dari 24 persen atau lebih dari 55 persen
5) 5.Trombosit kurang dari 40.000 atau lebih dari 1 juta jika pasien
simptomatik ( Petechie atau Echimosis pada anak-anak )
6) PPT lebih dari 18 detik dengan perdarahan pada pasien tanpa antikoagulan
7) Serum sodium (Na) kurang dari 130 mEq/L atau lebih dari 150 mEq/L
8) Serum potasium (K) :
 Dewasa : kurang dari 3 mEq/L atau lebih dari 6 mEq/L
 Anak : kurang dari 2,5 mEq/L atau lebih dari 5,5 mEq/L
9) Serum Bilirubin :
 Dewasa : lebih dari 2,5 mg/dl
 Anak : lebih dari 15 mg/dl ( indirek / bilirubin total )
10) Kultur darah positif
5. Lain – lain :
1) Rawat inap untuk prosedur operasi yang memerlukan rawat inap.
2) Rawat inap untuk prosedur operasi One Day Care ( ODC ) dan pasien
memiliki gagal jantung grade III atau grade IV, atau status fisik tidak
stabil.
3) Kelainan congenital yang akan dilakukan tindakan bedah dan memerlukan
rawat inap
4) Keganasan pro dilakukan tindakan terapi yang memerlukan rawat inap
6. Kardiovaskular
1) Elektrokardiografi
(1) EKG menegakkan atau kemungkinan Infark Miokard Akut atau
Iskemia Miokarda Akut
(2) Fibrilasi kurang dari 24 jam atau kontrol frekuensi jantung buruk
(3) Flutter kurang dari 24 jam atau kontrol frekuensi jantung buruk
(4) Bradikardia ( kurang dari 50 kali permenit atau kurang dari 45 kali
permenit pada pasien dengan beta bloker )
(5) Takikardia ( lebih dari 120 kali permenit )
(6) Dysrythmia dengan lebih dari 120 kali permenit
(7) Onset baru irama jungsional , berapapun frekuensinya
2) Radiologi
(1) Aneurisma pembuluh darah besar, jika simptomatik dan atau lebih
dari 5 cm
(2) Gambaran radiologi pembesaran jantung masif atau aneurisma atau
efusi perikardial
(3) Gambaran radiologi edema pulmo atau redistribusi vaskular pulmo
3) Temuan Fisik
(1) Nyeri akut yang berkaitan dengan jantung
(2) Dispneu akut atau respiratory rate lebih dari 30 kali permenit
(3) Tidak terabanya denyut nadi axilla , radialis , cubiti , femoralis ,
poplitea atau ankle
(4) Curiga emboli pulmonalis, dengan riwayat ( didokumentasi oleh
dokter )
(5) Oklusi pembuluh darah akut
(6) Oedema pretibial
(7) Stenosis arteri karotis, penyempitan, atau penyakit karotis ( mis :
gangguan bicara sementara, disarthria, gangguan berjalan, amaurosis
fugax, hemiparese sementara)
(8) Oedema seluruh tubuh
(9) Syncope
(10) Orthopnea

4) Lain – lain
Gagal jantung kongestif akut atau eksaserbasi gagal jantung kronik, yang
digambarkan dengan salah satu dari : S3 , gallop , oedema pulmo atau
efusi pleura, peregangan vena jugularis, penggunaan otot-otot bantu,
simptom persisten dispnea atau lemah, oedema yang tidak respon dengan
penanganan rawat jalan.

9. Sistem Saraf Pusat / Kepala


1) Radiologi
(1) Patah tulang kepala yang masih baru
(2) Proses desak ruang
(3) Infark dan perdarahan otak yang ditegakkan dengan CT Scan atau
MRI, atau Stenosis dan oklusi pembuluh darah yang ditegakkan dalam
angiogram atau USG
(4) Herniasi discus intervertebralis akut dengan nyeri hebat dan gejala
neurologis
(5) Konfirmasi kompresi corda spinalis dengan penemuan klinis
2) Temuan Fisik
Mencurigakan peningkatan tekanan intrakranial, perdarahan, atau
deformitas struktural yang ditunjukkan oleh :
(1) Discharge cairan spinal dari hidung atau telinga
(2) Unequal atau fixed pupil
(3) Papileedema
(4) Onset kejang yang baru atau peningkatan aktifitas kejang yang
mengakibatkan kondisi tidak stabil
(5) Vomiting
(6) Peningkatan tekanan darah
(7) Perubahan tingkat kesadaran dan perubahan kebiasaan yang akut
(8) Syncope
(9) Aritmia jantung
(10) Disfungsi bahasa
(11) Gangguan penglihatan ( penglihatan kabur atau diplopia )
(12) Defisit sensoris, motoris, personalitas, dan mentalitas
(13) Ataxia akut ( dengan atau tanpa vertigo, nausea atau vomiting )
(14) Episode kehilangan kesadaran mendadak
(15) Nyeri kepala hebat yang akut dengan perubahan mental
(16) Peningkatan atau penurunan tonus otot atau kelemahan fokal
(17) Bulging fontanela ( fontanela cembung )
(18) Kelemahan otot akut atau semi akut, dengan atau tanpa nyeri dan
parestesia (Myastenia Gravis, Guillain Barre Syndrome, Kelainan
neurologis kongenital )
(19) Retensi urin akut
(20) Onset akut confusion dan lethargi serta progresif

3) Penderita anak
seperti dari yang disebut diatas dengan atau :
(1) Peningkatan ukuran kepala yang cepat
(2) Terdapat temuan neurologis fokal di manapun (misalnya : defisit
gerakan ekstra okular )
(3) Penutupan sutura tulang kepala prematur
(4) Pelebaran sutura tulang kepala

10. Telinga Hidung Dan Tenggorokan


1) Temuan Fisik
Trauma akut yang memerlukan bedah rekonsruksi
2) Telinga :
(1) Vertigo berat
(2) Drainage purulen dan atau post pembengkakan telinga dengan bukti
gagal penanganan rawat jalan
(3) Pembengkakan ekstrim dan akut saluran telinga luar dan daun telinga
yang tidak membaik dengan terapi rawat jalan
(4) Kehilangan pendengaran sensorineural akut dan mendadak
3) Hidung :
Epistaksis dengan perdarahan terus-menerus, yang tidak membaik dengan
rawat jalan

4) Tenggorokan :
Trauma akut leher dan tenggorokan ( meliputi luka bakar wajah ),
membutuhkan observasi untuk kemungkinan gangguan saluran nafas.
Obstruksi akut larynx dan pharynx ( misal : peritonsiler abses )
5) Lain-lain
Pembengkakan jaringan lunak dengan ancaman terhadap airway (misal :
selulitis wajah dan leher, abses leher dalam, Parotiditis akut). Orbital
Oedema atau ophtalmoplegia akut.
6) Radiologi
Gambaran neurologis mastoiditis akut

11. Endokrin/Metabolik
1) Laboratorium Darah
(1) Serum aseton (+) dan pH urine < 7,35
(2) Serum kortisol > 3 kali laboratorium normal atau kurang dari normal
(3) Gula Darah Sesaat :
 Dewasa :
 Gula darah > 500 mg/dL dengan paling sedikit satu dari berikut
ini:
a. BUN>45 mg/dL dan atau kreatinin>3,0 mg
b. Perubahan status mental, atau
 Gula darah > 250 mg/dL berkaitan dengan :
a. pH darah arteri < 7,35 dan HCO3 < 18 mEq/L dan
b. ketonuria, atau
 Gula darah < 50 mg/dL dengan :
a. Perubahan status mental, dan
b. Tidak respon terhadap glukosa 40% bolus dan dalam
pengobatan insulin, atau
c. Dalam pengobatan dengan agen oral, tidak tergantung respon
terhadap bolus glukosa

 Pediatrik :
 Gula darah > 250 mg/dL dengan paling sedikit satu dari berikut
ini :
a. Ketonuria
b. pH arterial < 7,5
c. HCO3 < 15 mEq/L, atau
 Gula darah < 50 mg/dL dan tidak respon terhadap glukosa 40%
bolus
4) HbA1C > 12% dengan bukti kegagalan terapi rawat jalan
5) T4 < 2 atau > 16 mg/dL dengan simptom yang serius dan bermakna
6) PaO2 < 60 mmHg
7) Hiper atau hipo-osmolaritas ( serum sodium/Na < 130 mEq/L atau >
150 mEq/L )
2) Temuan Fisik
1) Pendesakan trakea oleh massa tiroid
2) Krisis tiroid
3) Tetani
4) Exophtalmus maligna
5) Obesitas dengan sianosis, edema, lethargy, dan atau sleep apnea
6) Hipertensi
Usia Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)
Dewasa Lebih dari 200 Lebih dari 120
Pediatrik
Lahir – 1 tahun Kurang dari 65 atau lebih dari Kurang dari 30 atau lebih dari
100 65
Lebih dari 1 – 3 Kurang dari 75 atau lebih dari Kurang dari 45 atau lebih dari
tahun 110 75
Lebih dari 3 – 6 Kurang dari 80 atau lebih dari Kurang dari 50 atau lebih dari
tahun 115 80
Lebih dari 6 – 12 Kurang dari 80 atau lebih dari Kurang dari 50 atau lebih dari
tahun 130 90
Lebih dari 12– Kurang dari 80 atau lebih dari Kurang dari 50 atau lebih dari
17 tahun 170 100

12. Mata
1) Temuan Fisik
(1) Kehilangan akut lapangan pandang
(2) Pendataran bilik mata anterior
(3) Glaukoma sudut sempit akut dengan catatan riwayat kegagalan terapi
rawat jalam
(4) Penetrasi atau laserasi bola mata
(5) Ulkus kornea berat dengan catatan riwayat kegagalan terapi rawat
jalan
(6) Endophtalmitis
(7) Nyeri okular berat
(8) Ablasio Retinal atau ancaman ablasio
(9) Adanya benda asing intraocular atau intraorbita
(10)Gonorrheal conjunctivitis
(11)Fracture orbita
(12)Pembengkakan akut bola mata
(13)Luka bakar kimia akut
(14)Cellulitis orbita atau periorbita
2) Anak :
(1) Conjunctivitis purulent berat pada anak umur nol sampai 3 bulan
(2) Evaluasi tumor intraocular atau extraocular
(3) Tindakan berkaitan retinopathy pada prematuritas
3) Lain – lain :
Rawat inap untuk ekstraksi katarak, operasi glaukoma, atau bedah
iridectomy, dimana salah satu dibawah ini terdokumentasi :
(1) Legally blind ( kurang dari 20/200 atau lebih dari 20 derajat visual
field ) pada mata yang tidak dioperasi
(2) Riwayat komplikasi post operasi ( endophtalmitis, acute glaucoma,
massive intraocular hemorrhage ) sustained in the past in the eye
undergoing subsequent intraoculer surgery
13. Reproduksi Wanita
1) Diagnosa pregnancy / kehamilan dengan salah satu dari berikut ini :
(1) Kontraksi uterus setiap 3 menit atau lebih sering
(2) Vaginal bleeding atau perdarahan vaginal
(3) Peningkatan tekanan darah diastolik sampai lebih dari 15 mmHg dari
catatan normal atau lebih dari 140/90 mmHg
(4) Protein urine positive
(5) Ketegangan dan kekakuan abdomen
(6) Cairan amnion kurang
(7) Protrusion atau keluarnya bagian janin dari cervix
(8) Fetal distress
(9) Post maturity (lebih dari 1 minggu dari tanggal perkiraan)
(10) Rawat inap untuk Sectio Cesarea
(11) Vomiting tidak terkontrol dengan catatan riwayat kegagalan terapi
rawat jalan
(12) Kematian intrauterine
(13) Kelahiran premature
(14) Gula Darah Puasa lebih dari 120 mg/dL
(15) Gula Darah lebih dari 200 mg/dl 2 jam dalam 3 jam tes toleransi
glukosa
(16) Gula Darah lebih dari 200 mg/dl satu jam setelah mendapat 50 gram
glukosa
(17) Diketahui diabetes atau gestational diabetes dengan insulin yang mana
tidak mampu mempertahankan kadar glukosa darah dalam range yang
dapat diterima, dengan catatan riwayat terapi rawat jalan gagal
(18) Rawat inap untuk transfusi tukar intrauterine karena inkompatibilitas
faktor Rhesus
(19) Rawat inap untuk induksi kelahiran karena indikasi medis
(20) Dehidrasi Maternal
(21) Kehamilan Aterm + Primigravida dengan letak sungsang
(22) Kehamilan Aterm dengan bekas Sectio Cesaria
(23) Ketuban Pecah Dini
(24) Kehamilan dengan anemia

2) Temuan Fisik
(1) Perdarahan vagina profuse dengan hemodinamik tidak stabil
(2) Perdarahan postmenopause
(3) Inflamasi pelvis persisten dengan catatan riwayat kegagalan
penanganan rawat jalan
(4) Postpartum hemorrage
(5) Febris postpartum atau endometritis membutuhkan antibiotika intra
vena
(6) Rectovaginal fistula, rawat inap untuk repair
3) Nyeri pelvis berkaitan dengan satu dari elemen berikut :
(1) Massa di pelvis
(2) Muntah
(3) Temperature > 101 F ( 38,3 C )
(4) Teraba massa ekstrauterine
(5) Gangguan berkemih
(6) Obstruksi saluran kencing
4) Lain – lain :
(1) Persalinan dalam perjalanan ke rumah sakit
(2) Peritonitis
(3) Mastitis post partum yang tidak respon dengan terapi rawat jalan

14. Gastrointestinal/Abdomen
1) Laboratorium darah
(1) Serum bilirubin lebih dari 2,5 mg/dL ( kecuali abnormal dalam waktu
lama atau kronis)
(2) Serum amylase diatas nilai normal
2) Radiologi
(1) Studi Imaging curiga massa, obstruksi, perforasi, abscess, atau proses
akut lainnya
(2) Kegagalan passage bahan kontras
3) Temuan Fisik
(1) Darah dalam muntahan atau aspirat lambung
(2) Darah dalam peritoneal lavage atau aspiration
(3) Teraba massa abdomen yang tidak dapat dijelaskan
(4) Kekakuan dinding abdomen
(5) Rebound tenderness
(6) Disfagia akut atau subakut yang progresif
(7) Perdarahan gastrointestinal bagian bawah dengan Hematocrit (Hct)
< 30% atau penurunan tekanan darah sistolik 10 mmHg dari
biasanya
(8) Onset akut (dalam 24 jam) encephalopathy atau perubahan status
mental
(9) Hernia incarcerata
(10) Ileus
(11) Curiga ruptur organ
(12) Obstruksi Esophagus
(13) Asterixis (liver flap)
(14) Ascites
(15) Nyeri abdomen akut yang tak tertahankan ( hebat ) (NPO, non
ambulatory)
4) Riwayat 48 jam vomiting, diarrhea, dan salah satu dari element-
element di bawah ini :
(1) Serum sodium > 150 mEq/L
(2) Hematocrit (Hct) > 55%
(3) Hemoglobin (Hb) > 20 g/dL
(4) Urine specific gravity > 1,026
(5) BUN > 30 mg/dL, kecuali pasien –pasien dengan chronic renal
disease
(6) Creatinine > 1,5 mg/dL, kecuali pasien –pasien dengan chronic renal
disease

5) Anak :
Dehidrasi dengan salah satu simptom dibawah ini : sunken eyes, sunken
fontanels, penurunan turgor kulit atau keringnya membran mukosa
diikuti oleh lethargy dan atau kehilangan berat badan > 5%, urine
output<1 ml/kg/jam

15. Reproduksi Pria


1) Temuan Fisik
(1) Onset akut nyeri testis berat
(2) Massa testicular yang tak dapat dijelaskan
(3) Painful sustained erection
(4) Trauma tumpul terhadap genitalia eksterna dan kehilangan akut
sebagian genitalia eksterna
2) Pediatrik :
Torsio testis

16. Musculoskeletal/spine
1) Temuan Radiologi abnormal
(1) Fraktur femur atau pelvis
(2) Fraktur sternum
(3) Dislokasi sendi lutut atau sendi panggul
(4) Fraktur atau dislokasi yang memerlukan open reduction
(5) Fraktur berkaitan dengan injuri jaringan lunak bermakna
(6) Fraktur yang memerlukan obat-obat nyeri parenteral post-reduction
(7) Closed reduction terhadap fraktur apapun atau dislokasi dengan
catatan adanya atau curiga neurologic atau vascular compromise.
(8) Fraktur pelvis yang memerlukan enforced bed rest dan obat-obat
nyeri
2) Temuan Fisik
(1) Proses infeksi atau invasif akut pada tulang atau sendi (mis : tumor
maligna, osteomyelitis)
(2) Cedera akut dengan adanya benda asing
(3) Nyeri otot/spasme/edema yang berat
(4) Pembengkakan atau nyeri sendi berat dan akut yang tak tertahankan
memerlukan obat-obat parenteral (misal : analgesia, steroids)
(5) Rawat inap untuk angkat prostesis internal
(6) Trauma, injuri jaringan lunak, lacerasi, crush injury, atau prosedur
bedah elektif apapun yang membutuhkan observasi terhadap
neurologic atau vascular compromise
(7) Perdarahan aktif ke dalam sendi
3) Pediatrik :
 Deformitas Kongenital Orthopedi memerlukan repair bedah pada anak
< 12 bulan.
 Catatan dokter harus menjabarkan perlunya monitoring, terapi, dan
atau observasi setelah tindakan > 24 jam

17. Newborn / Premature


1) Lahir di rumah sakit
2) Unattended birth outside of hospital
3) Pemeriksaan fisik
(1) Berat lahir < = 2500 gram
(2) Sepsis dengan satu atau lenih simptom berikut ini : hipotensi,
temperature tidak stabil, acidosis metabolik, apnea, bradikardia,
temuat laboratorium positif, lekosit<10000 u/l atau >35000 u/l atau
maternal fever>101 F ( 38,3 C)
(3) Kejang atau hiperaktifitas, hipotonia, lethargy, coma
(4) Distress pernafasan atau depresi nafas pada neonatal
(5) Sianosis sentral persisten
(6) Refleks menghisap dan minum yang buruk
(7) Abnormalitas kongenital menyebabkan gangguan fungsi
(8) Perfusi jaringan buruk yang ditunjukkan oleh capillary refill > 3 detik
(9) Tidak mampu minum
(10)Sindroma aspirasi mekonium
(11)Adanya dehidrasi dengan simptom-simptom berikut ini : sunken eyes,
sunken fontanels, turgor kulit turun atau membran mukosa kering
disertai dengan lethargy dan atau penurunan berat badan lebih dari 5
persen dan atau urine output lebih dari 1 ml/kg/jam
(12)Perdarahan spontan
(13)Anuria atau oliguria (<1ml/kg/jam) setelah 24 jam pertama kehidupan
4) Laboratorium
(1) Total bilirubin > 15 mg/dL pada bayi (indirek atau total) pada bayi
( indirek atau total )
(2) Hipoglikemia  gula darah < 40 mg/dL
(3) pH darah < 7,30 dengan PaCO2 < 40 mmHg (48 jam pertama
kehidupan)
(4) pH darah < 7,35 dengan PaCO2 > 45 mmHg ( umur lebih dari 48 jam )
(5) PaO2 < 70 mmHg pada udara kamar
(6) CO2 > 45 mmHg pada udara kamar
(7) Trombositopenia < 100.000/mm3 atau jumlah trombosit > 100.000
dengan perdarahan aktif
*Bayi didefinisikan sebagai awal saat lahir dan berlagsung sampai 28 hari
setelah kelahiran

18. Respirasi / Dada


1) Radiologi
(1) Pneumothorax
(2) Fluidopneumothorax
(3) Hemothorax  konsul Bedah
(4) Udara dalam mediastinum
(5) Benda asing dalam saluran respirasi  Refer RS Dokter Soetomo
Surabaya
(6) Oedema paru
Temuan Radiologis – untuk kriteria elemen 6-11, harus setidaknya
terdapat satu temuan fisik, lihat elemen temuan fisik
(7) Efusi pleura
(8) Abses paru
(9) Infiltrat
(10) Diafragma tinggi unilateral
(11) Kavitasi
(12) Mediastinum bergeser dan atau melebar
2) Temuan Fisik ( dalam minimal 24 jam )
(1) Dyspnea dengan stridor yang bermakna
(2) Penggunaan otot-otot bantu untuk bernafas, Pediatric : grunting
flaring, retraksi
(3) Nyeri dada, tipe pleuritic
(4) RR ( frekuensi nafas ) > 30 per minute atau < 10 per minute
(5) Hemoptysis
(6) Restriksi gerakan costovertebral dan costochondral menurunkan
kapasitas inhalasi dan ekshalasi
(7) Perubahan tingkat kesadaran pada pasien dengan COPD
(8) Cyanosis
(9) Wheezing berat
(10) Batuk berat
(11) Orthopnea
3) Pediatrik :
(1) Curiga apnea ( lebih dari 20 detik pada bayi 0 – 1 tahun)
(2) Cyanosis sentral
(3) Hypoventilation
1) Laboratory findings
(1) PaO2 < 70 - 80 mmHg
(2) PaO2 < 70 mmHg on supplemental oxygen
(3) SaO2 < 90 -95 %
(4) SaO2 < 85 % in patients with COPD on supplemental oxygen
(5) PaCO2 > 50 mmHg ( associated with a pH of < 7,3 ) atau PaCO2 <
30 mmHg
(6) pH Adult < 7,30 atau > 7,55
(7) Pediatrik < 7,30 atau > 7,50
2) Lain – lain
(1) Catatan dokter terdapat “bertambah buruknya hypoxemia dan
hypercapnia” dengan tanda – tanda ( dyspnea, penurunan aktifitas )
dan tercatat riwayat kegagalan pengobatan rawat jalan
(2) 2.Penutupan pada drainage saluran pleura
(3) 3.Luka bakar inhalasi dengan saturasi O2 kurang dari 93 %

19. Kulit / Jaringan Ikat


1) Temuan Fisik
(1) Proses infeksi akut infasive, seperti : cellulitis atau lymphadenitis
(2) Kehilangan atau kerusakan kulit lebih dari 10 persen dari permukaan
tubuh ( diagnosis baru dalam 24 jam yang lalu )
(3) Nekrosis kulit atau jaringan subkutan ( teridentifikasi dalam akhir 24
jam )
(4) Ulcus decubitus ( a atau b )
a. Kronis – ada catatan terapi rawat jalan tidak berhasil Konsul
Bedah
b. Ulcus necrotic mencakup otot bagian dalam dan tulang ( derajat 3
atau 4 ) atau ulkus terinfeksi
(5) Kontraktur, keterbatasan fungsi dan dirawat inap untuk pelepasan
(release) dengan bedah  Konsul Bedah
(6) Luka bakar derajat 1 :
Anak : luka bakar derajat 1 mengenai 25% luas tubuh
(7) Luka bakar derajat 3 :
 Dewasa : luka bakar derajat 3 dimanapun, mengenai lebih dari
10% luas permukaan tubuh atau luka bakar derajat 3 pada
perineum, manus, hidung, mulut, facial, atau pedis.
 Anak : Luka bakar derajat 3 dimanapun mengenai 5 % atau lebih
permukaan tubuh, atau mengenai airway
2) Reaksi Kusta

20. Urinary / Renal System


1) Laboratorium darah
Peningkatan akut urea nitrogen darah ( BUN ) > 40 mg/dL dan kreatinin >
1,8 mg/dL
2) Temuan Fisik
(1) Urinary output
 Dewasa : < 20 ml/jam atau < 400 ml/24 jam
 Anak : anuria atau oliguria < 1ml/kg/jam atau polyuria > 9
ml/kg/jam
(2) Hematuria persisten, tak dapat dijelaskan, atau gross hematuri
(3) Dicurigai atau terbukti ada batu atau obstruksi dengan satu dari
gejala berikut ini :
 Nyeri yang nyata
 Nausea dan atau vomiting
 Perdarahan
(4) Onset akut obstruksi dengan hidronefrosis
(5) Ketidakmampuan akut untuk menahan kencing atau obstruksi saluran
kencing akut
(6) Urine bocor ke vagina, rectum , atau colon
(7) Ekstravasasi ke dalam cavitas peritoneal, pelvis, atau
retroperitoneum
(8) Luka tembus atau trauma lain terhadap sistem saluran kencing
(9) Infeksi saluran kencing dengan gejala-gejala sistemik ( mis :
vomiting, menggigil, panas, nyeri, atau pyuria walaupun sudah terapi
antibiotik selama 3 hari )
3) Radiologi
(1) Bendungan ureter atau pelvis renalis
(2) Baru terdiagnosa tumor atau dirawat inap untuk terapi definitif tumor
yang terdiagnosa sebelumnya
(3) Massa ginjal ( kecuali kista yang asimtomatik )
(4) Obstruksi atau ginjal tidak tampak
4) Lain – lain
(1) Chronic renal failure dengan perdarahan ( misal : nasal,
gastrointestinal )
(2) Penyakit ginjal terminal, patient dirawat inap untuk rangkaian awal
dialisis

2.3 Tatalaksana Khusus


1) Setelah proses skrining dapat dilakukan suatu pemindahan / rujuk ( sesuai
SPO transfer pasien dari unit ke RS lain )
2) Pemindahan atau Rujuk dapat dilakukan sebelum hasil pemeriksaan
penunjang tersedia
3) Proses ini berdasarkan permintaan pasien karena keterbatasan biaya atau
karena jaminan asuransi, dan keterbatasan fasilitas rumah sakit

Anda mungkin juga menyukai