Anda di halaman 1dari 25

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan YME, karena atas karuniaNya maka penyusunan
Buku Pedoman Pelayanan Hak Pasien dan Keluarga RS Bhayangkara Tulungagung
telah terselesaikan dengan baik.
Buku Pedoman Rencana Pemulangan Pasien RS Bhayangkara Tulungagung
ini merupakan penduan yang digunakan Rumah Sakit untuk pelaksanaan tugas
sehari-hari, agar tetap fokus pada tugas, tidak menyimpang dari tugas utama, dan
tetap berpedoman pada pelayanan pasien di RS Bhayangkara Tulungagung.
Kami berharap bahwasanya Buku Pedoman Rencana Pemulangan Pasien
Rumah Sakit Bhayangkara Tulungagung ini dapat menjadi landasan pelayanan
rumah sakit agar tercipta lingkungan yang terorganisir dan tidak terjadi misinformasi
antara RS Bhayangkara Tulungagung dengan pengguna layanan rumah sakit.

Tulungagung, Januari 2016

Penyusun

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam rangka memberikan pelayanan kesehatan yang profesional
serta bermutu dan berkelanjutan di Rumah Sakit Bhayangkara Tulungagung
maka perlu dilakukan discharge planning / rencana pemulangan terhadap
semua pasien yang akan menjalani perawatan di Rumah Sakit Bhayangkara
Tulungagung. Keluarga dan pasien harus segera mendapatkan informasi dan
memahami yang terkait dengan perawatan yang akan dilakukan terhadap
pasien dan keluarga baik selama perawatan dan setelah menjalani perawatan
serta tindak lanjut perawatan di rumah.
Perencanaan pulang (discharge planning) akan menghasilkan sebuah
hubungan yang terintegrasi, yaitu antara perawatan yang diterima pada waktu
di rumah sakit dengan perawatan yang diberikan setelah pasien pulang.
Perawatan di rumah sakit akan bermakna jika dilanjutkan dengan perawatan
di rumah. Namun sampai saat ini, perencanaan pulang bagi pasien yang
dirawat di rumah sakit belum optimal dilaksanakan, dimana peran perawat
terbatas pada kegiatan rutinitas saja, yaitu hanya berupa informasi kontrol
ulang. Pasien yang memerlukan perawatan kesehatan di rumah, konseling
kesehatan atau penyuluhan dan pelayanan komunitas tetapi tidak dibantu
dalam upaya memperoleh pelayanan sebelum pemulangan sering kembali ke
ruang kedaruratan dengan masalah minor, dan sering kali diterima kembali
dalam waktu 24 jam sampai 48 jam dan kemudian pulang kembali.
Discharge planning keperawatan merupakan komponen yang terkait
dengan rentang keperawatan. Rentan keperawatan sering pula disebut
dengan perawatan berkelanjutan yang artinya perawatan yang dibutuhkan
oleh pasien dimanapun pasien berada. Kegagalan untuk memberikan dan
mendokumentasikan akan berisiko terhadap beratnya penyakit, ancaman
hidup, dan disfungsi fisik. Dalam perencanaan pulang diperlukan komunikasi
yang baik terarah sehingga apa yang disampaikan dapat dimengerti dan
berguna untuk proses perawatan di rumah.

2
B. Ruang Lingkup
Dalam memberikan pelayanan kepada pasien termasuk salah satunya
merencanakan kepulangan pasien maka harus diberlakukan panduan
perencanaan pemulangan pasien untuk menyelaraskan kebutuhan asuhan
pasien dengan pelayanan yang tersedia. Untuk meningkatkan mutu
pelayanan rumah sakit maka perlu pelayanan yang terkoordinir yang
melibatkan semua bagian yang terkait salah satunya merencanakan
pemulangan dan tindakan selanjutnya.
Dalam memberikan pelayanan yang efisien kepada pasien, termasuk
memberikan informasi kepada pasien maka keluarga pasien juga perlu
dilibatkan dari awal pasien masuk sampai perencanaan proses pemulangan
yang terbaik atau sesuai kebutuhan pasien.
Pemulangan pasien di rawat jalan IGD RS Bhayangkara Tulungagung
1. Rawat Jalan IGD RS Bhayangkara Tulungagung

C. Batasan Operasional
Batasan operasional diperlukan untuk menghindari timbulnya salah
pengertian atau salah penafsiran terhadap istilah-istilah. Oleh karena itu
penulis menggunakan penegasan istilah agar ruang lingkupnya tidak terlalu
luas dan terjadi persepsi serta pemahaman yang jelas.
1. Perencanaan pulang (discharge Planning) keperawatan
merupakan komponen yang terkait dengan rentang keperawatan. Rentang
keperawatan disebut juga perawatan berkelanjutan yang artinya
perawatan yang dibutuhkan oleh pasien dimana pun pasien berada.
Discharge planning sebagai merencanakan kepulangan pasien dan
memberikan informasi kepada klien dan keluarganya tentang hal-hal yang
perlu dihindari dan dilakukan sehubungan dengan kondisi atau
penyakitnya (Rondhianto, 2008).
2. Pasien
Pasien adalah orang yang sakit. Pasien jalan / luar / rawat jalan yaitu
pasien yang hanya memperoleh pelayanan kesehatan, biasanya pasien
yang sudah sembuh tapi masih dalam pengobatan.

3
3. Keluarga pasien
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala
keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di satu atap
dalam keadaan saling ketergantungan. Keluarga terdekat adalah suami
istri, ayah dan ibu kandung, ank-anak kandung, saudara-saudar kandung
atau pengampunya.
Ayah
- Ayah kandung
- Termasuk ayah adalah ayah angkat yang di tetapkan berdasarkan
pengadilan atau berdasarkan hukum adat.
Ibu
- Ibu kandung
- Termasuk ibu adalah ibu angkat yang di tetapkan berdasarkan
pengadilan atau berdasarkan hukum adat.
Suami
- Seorang laki-laki dalam ikatan perkawinan dengan seorang perempuan
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Istri
- Seorang perempuan yang dalam ikatan perkawinan dengan seorang
laki-laki berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
- Apabila yang bersangkutan mempunyai lebuh dari satu istri
persetujuan atau penolakan dapat dilakukan oleh salah satu dari
mereka.
Wali
- Adalah orang yang menurut hukum menggantikan orang yang belum
dewasa untuk mewakilinya dalam melakukan perbuatan hukum atau
orang yang menurut hukum menggantikan kedudukan orang tua.
Induk semang
- Adalah orang yang berkewajiban unutk mengawasi sera ikut
bertanggung jawab terhadap pribadi orang lain, seperti pemimpin
asrama dari anak perantauan atau kepala rumah tangga dari seorang
pembantu rumah tangga yang belum dewasa.

4
4. Rumah sakit
Adalah gedung tempat menyediakan dan memberikan pelayanan
kesehatan yang meliputi berbagai masalah kesehatan dan memberikan
layanan, pengobatan dan perawatan bagi penderita berbagai penyakit
yang di lengkapi dengan perlengkapan medis yang lengkap dengan dokter
dan perawatnya ( kamus besar bahasa indonesia ).
5. Rekam Medis
Pasien yang berobat ke IGD Rumah Sakit Bhayangkara akan diberikan
nomor rekam medis dan status medis pasien, dan yang sudah selesai
berobat disimpan di bagian rekam medis serta bila pasien berobat
kembali, status medis pasien diminta kembali ke bagian rekam medis oleh
petugas
6. Dokter
Adalah dokter, dokter spesialis, dokter gigi, dokter gigi spesialis lulusan
pendidikan kedokteran atau kedokteran gigi baik di dalam maupun di luar
negeri yang di akui oleh pemerintah republik indonesia sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.

D. Landasan Hukum
1. Undang-undang republik indonesia No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan.
2. Undang-undang republik indonesia No. 44 Tahun 23009 tentang rumah
sakit.
3. Undang-undang No. 29 Tahun 2004 tentang praktek kedokteran.
4. Manual persetujuan tindakan kedokteran konsil kedokteran Indonesia
tahun 2006
5. Peraturan pemerintahan No. 32 tahun 1996 tentang tenaga kesehatan.
6. Peraturan menteri kesehatan republik indonesia No. 269/
MENKES/III/2008 tentang Rekam medis.
7. Peraturan menteri kesehatan rebuplik indonesia No.290 / MENKES /
PER / III / 2008 tentang persetujuan tindakan kedokteran.

5
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia

Pola ketenagaan dan kualifikasi SDM IGD Rumah Sakit Bhayangkara


Tulungagung adalah :

Kualifikasi
Nomor Nama Jabatan Keterangan
Formal
SI Bersertifikat
1 Ka Ru IGD
Keperawatan BLS/BTCLS/PPGD

2 Ka Instalasi Gawat Darurat Dokter Umum Bersertifikat ACLS/ATLS

D III Bersertifikat
3 Perawat Pelaksana IGD
Keperawatan BLS/BTCLS/PPGD

4 Dokter IGD Dokter Umum Bersertifikat ACLS/ATLS

B. Distribusi Ketenagaan
Pola pengaturan ketenagaan Instalasi Gawat Darurat yaitu :
a. Untuk Dinas Pagi :
yang bertugas sejumlah 3 ( dua ) orang dengan standar minimal bersertifikat
BLS
Kategori :
1 orang Ka Ru
2 orang Pelaksana

6
b. Untuk Dinas Sore :
yang bertugas sejumlah 2 ( dua ) orang dengan standar minimal bersertifikat
BLS
Kategori :
1 orang Penanggung Jawab Shift
1 orang Pelaksana

c. Untuk Dinas Malam :


yang bertugas sejumlah 2 ( dua ) orang dengan standar minimal bersertifikat
BLS
Kategori :
1 orang Penanggung Jawab Shift
1 orang Pelaksana

7
BAB III
STANDAR FASILITAS

A. Standart Ruangan
Ruangan yang digunakan juga mempengaruhi pelayanan disebuah
Rumah Sakit, oleh karena itu fisik bangunan dan denah tata ruang harus
menunjang dalam melakukan tindakan pelayanan medik.
Persyaratan fisik bangunan Instalasi Gawat Darurat
1. Fisik bangunan
 Luas IGD disesuaikan denga beban kerja RS dengan
memperhitungkan kemungkinan penanganan
korban massal/bencana
 Lokasi gedung harus berada dibagian depan RS, mudah dijangkau
oleh masyarakat dengan tanda-tanda yang jelas dari dalam dan
luar rumah sakit
 Harus mempunyai pintu masuk dan keluar yang berbeda denagn
pintu utama
 Ambulans / kendaraan yang membawa pasien dapat
sampai didepan pintu yang areanya terlindung dari panas dan
hujan( untuk lantai IGD yang tidaksama tinggi dengan jalan
ambulans harus membuat ramp)
 Pintu IGD harus dapat dilalui oleh brangkar
 Memiliki area khusus parkir ambulans yang bisa menampung
lebih dari duaambulans(sesuai dengan beban RS)
 Susunan ruang harus sedemikian rupa sehinggaarus pasien dapat
lancar dan
 tidak ada “cross infection”, dapat menampung korban bencana
sesuai dengan
 kemampuan RS, mudah dibersihkan dan memudahkan kontrol oleh
perawat kepala jaga
 Area dekontaminasi ditempatkan didepan/diluar IGD atau terpisah
dengan IGD
 Ruang triase harus dapat memuat minimal 2(dua)  brankar

8
 Mempunyai ruang tunggu untuk keluarga pasien
 Apotik 24 jam tersedia dekat IGD
  Memiliki ruang untuk istirahat (petugas dokter dan perawat)

2. Standar ruangan dan peralatan


Menurut buku pedoman pelayanan gawat darurat, Depkes RI luas
minimalyang dibutuhkan unit gawat darurat rumah sakit kelas C adalah
400m2, menurutputsep 1000m2 per 100 pasien per hari, menurut rex
8600 nsf/60000kunjungan/tahun.Pembagian ruang menurut depkes
sebagai berikut:
 Ruang tunggu
 Ruang administrasi
 Ruang triase
 Ruang resusitasi
 Ruang tindakan
 Ruang pemeriksaan
 Ruang observasi
 Ruang infeksi
 Gudang.

B. Standar Fasilitas
Fasilitas kelengkapan ruangan seperti peralatan medis dan obat juga
mempengaruhi kepuasan pelayana di suatu rumah sakit , adapun standar
peralatan di Rumah sakit sebagai berikut :
1. Peralatan emergency
  Alat dan obat untuk resusitasi
  Alat dan obat untuk “life support” 
  Alat dan obat untuk diagnostik
 alat keamanan (misalnya: pemadam kebakaran)
 Monitor jantung
 EKG
 Suction

9
2. Peralatan Bedah
 Bedah set
 Lampu penerangan
 Obat dan alat untuk anastesi
 Benang jahit
 Seterilisator

10
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

A. Kriteria Discharge Planning


Pemulangan pasien dari Rumah Sakit Bhayangkara Tulungagung
dilakukan kepada :
Semua pasien yang telah menjalani perawatan di IGD Rumah Sakit
Bhayangkara Tulungagung
Rencana pemulangan pasien (Discharge Planning) dilakukan oleh dokter
dan perawat baik pada kondisi pasien pulang dalam kondisi sembuh, pulang
kondisi kritis, ataupun pulang atas permintaan sendiri.

B. Tahap – Tahap Discharge Planning


1. Pengkajian
Pengkajian mencakup pengumpulan dan pengorganisasian data tentang
klien. Ketika melakukan pengkajian kepada klien, keluarga merupakan
bagian dari unit perawatan. Klien dan keluarga harus aktif dilibatkan dalam
proses discharge planning agar transisi dari rumah sakit kerumah dapat
efektif, baik kepada pasien yang baru datang pertama kali di rumah sakit
maupun persiapan pasien yang akan pulang sembuh maupun kondisi
kritis.
Elemen penting dari pengkajian discharge planning adalah :
a. Data kesehatan.
b. Data pribadi.
c. Pemberi perawatan.
d. Lingkungan.
e. Keuangan dan pelayanan yang dapat mendukung.

2. Diagnosa
Diagnosa keperawatan berdasarkan pada pengkajian discharge planning,
dikembangkan untuk mengetahui kebutuhan klien dan keluarga. Keluarga
sebagai unit perawatan berdampak terhadap anggota keluarga yang
membutuhkan perawatan. Adalah penting untuk menentukanapakah

11
masalah tersebut aktual atau potensial, serta dapat menentukan apakah
klien datang pertama kali akan menjalani persiapan akan pulang.

3. Perencanaan : Hasil Yang Diharapkan


Menurut Luverne dan Barbara, 1998, perencanaan pemulangan pasien
membutuhkan identifkasi kebutuhan spesifik klien. Kelompok perawat
berfokus pada kebutuhan perawatan selanjutnya dengan baik serta untuk
mempersiapkan pemulangan klien, yang disingkat dengan METHOD,
yaitu:
a. Medication (obat)
Pasien sebaiknya mengetahui obat yang harus dilanjutkan setelah
pulang.
b. Environment (lingkungan)
Lingkungan tempat klien akan pulang dari rumah sakit sebaiknya
aman. Pasien sebaiknya juga memiliki fasilitas pelayanan yang
dibutuhkan untuk kontinuitas perawatanya serta penentuan tanggal
kapan klien akan kontrol dan fasilitas kesehatan yang akan dituju.
c. Treatment (pengobatan)
Perawat harus memastikan bahwa perawatan dan pengobatan di
rumah sakit dapat berjalan baik sesuai dengan kebutuhan klien,
serta dapat melanjutkan perawatan lanjutan dengan baik setelah
klien pulang, yang dilakukan klien atau anggota keluarga. Jika hal
ini tidak memungkinkan, perencanaan harus dibuat sehingga
seseorang dapat berkunjung kerumah untuk memberikan
keterampilan perawatan, serta antisipasi terhadap klien yang harus
diketahui oleh keluarga klien, apabila kien mengalami kondisi
kegawatan.
d. Health Teaching (pengajaran kesehatan)
Klien yang akan pulang sebaiknya diberitahu bagaimana
mempertahankan kesehatan. Termasuk tanda dan gejala yang
mengindikasikan kebutuhan perawatan kesehatan tambahan.
e. Outpatient referral
Klien seharusnya mengenal pelayanan dari rumah sakit atau agen
komunitas lain yang dapat meningkatkan perawatan yang kontinu

12
selama dirawat di rumah sakit serta kaluarga mengetahui kapan
klien akan menjalani kontrol, dimana dan kepada siapa klien akan
menjalani kontrol.
f. Diet
Klien sebaiknya diberitahu tentang pembatasan pada dietnya.
Sebaiknya mampu memilih diet yang sesuai untuk dirinya.

4. Implementasi
Implementasi adalah pelaksanaan rencana pemulangan dan refferal.
Seluruh rencana pemulangan yang diberikan harus didokumentasikan
pada catatan perawat dan ringkasan pulang (discharge planning). Instruksi
tertulis diberikan kepada klien. Demonstrasi ulang menjadi harus
memuaskan. Klien dan pemberi perawatan harus memiliki keterbukaan
dan melakukanya dengan alat yang akan digunakan di rumah.

5. Evaluasi
Evaluasi terhadap discharge planning adalah penting dalam membuat
kerja discharge planning. Perencanaan dan penyerahan harus diteliti
dengan cermat untuk menjamin kualitas dan pelayanan yang sesuai.
Evaluasi berjalan terus – menerus dan membutuhkan revisi dan juga
perubahan.
Evaluasi lanjut dari proses pemulangan biasanya dilakukan seminggu
setelah klien berada di rumah. Ini dapat dilakukan melalui telepon,
kuisioner atau kunjungan rumah (home visite).

C. Penyerahan
Penyerahan home care dibuat sebelum klien pulang. Informasi tentang klien
dan perawatanya diberikan kepada agen tersebut. Seperti informasi tentang
jenis pembedahan, pengibatan, status fisik dan mental klien, faktor sosial
yang penting (misalnya rumah), status fisik dan mental klien, faktor sosial
yang penting (misalnya kurangnya pemberian perawatan, atau tidak ada
pemberi perawatan) dan kebutuhan yang diharapkan oleh klien. Transportasi
harus tersedia pada saat ini.

13
D. Keberhasilan Rencana Pemulangan Tergantung Pada 6 Variabel
1. Derajat penyakit.
2. Hasil yang diharapkan dari perawatan.
3. Durasi perawatan yang dibutuhkan.
4. Jenis – jenis pelayanan yang dibutuhkan.
5. Komplikasi tambahan.
6. Ketersediaan sumber – sumber.

C. PERSIAPAN
Penampilan Petugas :
a. Petugas harus berpenampilan rapi dan menggunakan atribut seragam
lengkap
b. Petugas harus ramah dan santun dalam bertutur kata kepada pasien

Persiapan Alat :
1) Pasien bayi
a. 1 set pakaian bayi dari orang tua ( baju, celana/ popok, diapers,
bedong k/p selimut, topi bayi k/p)
b. Buku catatan medic
c. Kartui dentitas bayi
d. Termometer
e. Alat tulis
f. Obat-obatan pulang ( bila ada )

2) Pasien anak
a. Buku catatan medik (bila ada)
b. Alat tulis
c. Obat-obatan pulang

3) Pasien umum
a. Buku catatan medik (bila ada)
b. Alat tulis
c. Obat-obatan pulang

14
D. PELAKSANAAN
Rawat Jalan
1. Setelah pasien selesai diperiksa dan dijelaskan oleh dokter di UGD,
perawat memberikan buku kesehatan pasien dan resep sambil
menjelaskan:

“Bapak/ Ibu…ini ada resep,silakan ke farmasi kemudian ke kasir,


semoga lekas sembuh”

2. Apabila pasien mendapat surat pengantar pemeriksaan penunjang


misalnya ke Laboratorium atau ke Radiologi, perawat menjelaskan :

“Bapak/ Ibu…ini ada pengantar untuk pemeriksaan penunjang…


silakan Bapak/ Ibu…kebagian penunjang, setelah ada hasil Bapak/ Ibu
kembali kepada kami...Apabila dokter masih ditempat bisa bertemu lagi
dan dijelaskan hasil, apabila dokter sudah pulang, akan kami
sambungkan pertelepon dan dokter akan menjelaskan pertelepon
kepada Bapak/ Ibu”.

3. Setelah pasien dijelaskan pertelepon oleh dokter, perawat mencatat


program terapi dokter dalam catatan terintegrasi kemudian perawat
memintakan penulisan resepnya kepada dokter yang ada saat itu dan
resep diberikan kepada pasien dan dijelaskan sesuai no. 1

15
BAB V
LOGISTIK

1. Admission
Setiap pasien yang berobat ke IGD RS Bhayangkara Tulungagung
selalu didaftarkan ke bagian admission, dari bagian admisson disiapkan
status dan slip pembayaran pasien, kemudian status dan slip pembayaran
diantarkan oleh petugas admission ke IGD RS Bhayangkara Tulungagung.

2. Rekam Medis
Pasien yang berobat ke IGD Rumah Sakit Bhayangkara Tulungagung
akan diberikan nomor rekam medis dan status medis pasien, dan yang sudah
selesai berobat disimpan di bagian rekam medis serta bila pasien berobat
kembali, status medis pasien diminta kembali ke bagian rekam medis oleh
petugas admission (prosedur permintaan dan penyerahan status ke bagian
rekam medis sesuai dengan SPO terlampir).

3. Instalasi Rawat Jalan (IRJ)


Pasien IGD RS Bhayangkara Tulungagung yang memerlukan
tindakan lanjut/konsul ke dokter spesialis pada jam kerja, perawat akan
menghubungi dokter konsulen dan bila kondisi pasien memungkinkan untuk
tindak lanjut di poliklinik, maka pasien diantar oleh perawat IGD RS
Bhayangkara Tulungagung ke bagian IRJ. ( Prosedur konsul pasien IGD ke
dokter spesialis yang sedang praktek sesuai SPO terlampir).

4. Kasir
Pasien yang telah selesai berobat ke IGD RS Bhayangkara
Tulungagung akan diantar ke bagian kasir oleh perawat IGD RS Bhayangkara
Tulungagung untuk menyelesaikan administrasi.

16
5. Farmasi
Pasien yang telah selesai berobat ke IGD RS Bhayangkara
Tulungagung akan diberikan resep dari dokter, lalu diantar perawat ke bagian
farmasi untuk mengambil obat.

17
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

A. Pengertian
Keselamatan Pasien ( Patient Safety )
Adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman.
Sistem tersebut meliputi :
 Asesmen resiko
 Identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien
 Pelaporan dan analisis insiden
 Kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya
 Implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko

Sistem ini mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh :


 Kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan
 Tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil

B. Tujuan
 Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit
 Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat
 Menurunkan Kejadian Tidak Diharapkan ( KTD ) di rumah sakit
 Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi
pengulangan Kejadian Tidak Diharapkan ( KTD )

STANDAR KESELAMATAN PASIEN


1. Hak pasien
2. Mendidik pasien dan keluarga
3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
4. Penggunaan metoda-metoda peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi
dan program peningkatan keselamatan pasien
5. Mendidik staf tentang keselamatan pasien
6. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien
7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien

18
KEJADIAN TIDAK DIHARAPKAN ( KTD )
ADVERSE EVENT :
Adalah suatu kejadian yang tidak diharapkan, yang mengakibatkan cedera
pasien akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang
seharusnya diambil, dan bukan karena penyakit dasarnya atau kondisi pasien.
Cedera dapat diakibatkan oleh kesalahan medis atau bukan kesalahan medis
karena tidak dapat dicegah

KTD yang tidak dapat dicegah


Unpreventable Adverse Event :
Suatu KTD yang terjadi akibat komplikasi yang tidak dapat dicegah dengan
pengetahuan mutakhir

KEJADIAN NYARIS CEDERA ( KNC )


Near Miss :
Adalah suatu kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan ( commission )
atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil (omission ), yang dapat
mencederai pasien, tetapi cedera serius tidak terjadi :
 Karena “ keberuntungan”
 Karena “ pencegahan ”
 Karena “ peringanan ”

KESALAHAN MEDIS
Medical Errors:
Adalah kesalahan yang terjadi dalam proses asuhan medis yang mengakibatkan
atau berpotensi mengakibatkan cedera pada pasien

KEJADIAN SENTINEL
Sentinel Event :
Adalah suatu KTD yang mengakibatkan kematian atau cedera yang serius;
biasanya dipakai untuk kejadian yang sangat tidak diharapkan atau tidak dapat
diterima, seperti : operasi pada bagian tubuh yang salah.
Pemilihan kata “sentinel” terkait dengan keseriusan cedera yang terjadi ( seperti,
amputasi pada kaki yang salah ) sehingga pencarian fakta terhadap kejadian ini

19
mengungkapkan adanya masalah yang serius pada kebijakan dan prosedur yang
berlaku.

C. TATA LAKSANA
a. Memberikan pertolongan pertama sesuai dengan kondisi yang terjadi
pada pasien
b. Melaporkan pada dokter jaga IGD
c. Memberikan tindakan sesuai dengan instruksi dokter jaga
d. Mengobservasi keadaan umum pasien
e. Mendokumentasikan kejadian tersebut pada formulir “ Pelaporan Insiden
Keselamatan”

20
BAB VII
KESELAMATAN KERJA

Dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 27 ayat (2) di sebutkan bahwa “


setiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi
kemanusiaan. Dalam hal ini yang di maksud pekerjaan adalah pekerjaan yang
bersifat manusiawi, yang memungkinkan pekerja dalam kondisi yang sehat dan
selamat, bebas dari kecelakaan di dalam dan diluar rumah sakit.
Keselamatan dan kesehatan kerja atau K3 merupakan bagian integral dari
perlindungan terhadap pekerja. Dalam hal ini tim PPK dan perlindungan terhadap
rumah sakit. Jaminan keselamatan dan kesehatan kerja akan meningkatkan
produktivitas pegawai dan meningkatkan produktivitas rumah sakit. Undang-undang
No. 01 tahun 1970 tentang keselamatan kerja dimaksudkan untuk menjamin :
a. Agar pegawai dan setiap orang yang berada di tempat kerja selalu berada
dalam kondisi sehat dan selamat
b. Agar faktor-faktor produksi dapat dipakai dan digunakan secara efisien
c. Agar proses produksi dapat berjalan secara lancar tanpa hambatan
Faktor-faktor yang menimbulkan kecelakaan dan penyakit akibat kerja dapat di
golongkan menjadi tiga kelompok, yaitu :
a. Kondisi dan lingkunagn kerja
b. Kesadaran dan kualitas pekerja
c. Peranan dan kualitas manajemen

21
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

a. Pengertian Pengendalian Mutu


Pengendalian mutu adalah semua fungsi atau kegiatan yang harus
dilakukan mencapai sasaran perubahan dalam hal mutu jasa atau barang
yang di produksi. Rumah Sakit adalah salah satu bidang jasa yang bergerak
dalam pelayanan kesehatan, oleh karena itu pengendalian mutu sangat
penting agar terciptanya kepuasan pasien dalam pelayanan kesehatan.

b. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Mutu Rumah Sakit


1) Standar tenaga kerja
2) Standar fasilitas ( bangunan dan sarana penunjang kesehatan )
3) Manajemen Rumah Sakit
4) Kebijakan yang diterapkan

Jika faktor – faktor yang mempengaruhi peningkatan mutu tersebut


berjalan dengan baik, maka kepuasan pengguna jasa pelayanan kesehatan juga
akan meningkat.
a. Standar Tenaga Kerja Dan Fasilitas Rumah Sakit Bhayangkara
Tulungagung

Tenaga kerja Rumah Sakit Bhayangkara Tulungagung Memiliki


Tenaga Kerja sebagai berikut:

1) Dokter umum
2) Dokter spesialis
3) Dokter gigi
4) Perawat
5) Bidan
6) Ahli Gizi
7) Ahli Radiologi
8) Ahli Laboratorium
9) Cleaning servis
10) Satpam

22
11) Tim aiti dan kelistrikan

b. Fasilitas
1) Bagunan terdiri dari beberapa ruangan
 Ruang Rawat Inap Dewasa (Kelas VVIP, VIP, utama,1, 2, dan 3 )
 Ruang Rawat Inap Anak (Kelas VIP, 1, 2, dan 3 )
 Ruang Operasi
 Ruang Instalasi Gawat Darurat
 Ruang ICU
 Ruang Kebidanan
 Ruang Poli klinik
 Ruang Apotik
 Ruang Rongsen dan CT-Scan
 Ruang Laboratorium
 Ruang Perinatologi

2) Fasilitas Kelengkapan
 Monitor
 Sterilisator
 Alat resusitasi
 Alat bedah
 Dll

23
BAB IX
PENUTUP

Perencanaan pulang (discharge planning) Adalah suatu proses yang dinamis


dan sitematis agar tim kesehatan mendapatkan kesempatan yang cukup untuk
menyiapkan klien dan keluarga selama perawatan di Rumah Sakit dan melakukan
perawatan mandiri di Rumah
Tujuan dari discharge planning ini adalah Terciptanya tertib administrasi
pemulangan pasien, pasien akan mengetahui rencana perawatan selanjutnya.
Selain itu, Buku Pedoman akan bermanfaat bagi seluruh dokter dan perawat RS
Bhayangkara Tulungagung dalam mengimplementasikan dan mengevaluasi
kemajuan, perkembangan pelayanan terhadap pasien yang akan pulang.

24
25

Anda mungkin juga menyukai