Anda di halaman 1dari 22

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan YME, karena atas karuniaNya maka penyusunan Buku
Pedoman Pelayanan Hak Pasien dan Keluarga Rumah Sakit Umum Parindu telah
terselesaikan dengan baik.
Buku Pedoman Rencana Pemulangan Pasien Rumah Sakit Umum Parindu ini
merupakan penduan yang digunakan Rumah Sakit untuk pelaksanaan tugas sehari-hari, agar
tetap fokus pada tugas, tidak menyimpang dari tugas utama, dan tetap berpedoman pada
pelayanan pasien di RS Umum Parindu.
Kami berharap bahwasanya Buku Pedoman Rencana Pemulangan Pasien Rumah
Sakit Umum Parindu ini dapat menjadi landasan pelayanan rumah sakit agar tercipta
lingkungan yang terorganisir dan tidak terjadi misinformasi antara Rumah Sakit Umum
Parindu dengan pengguna layanan rumah sakit.

Parindu, Agustus 2017

Penyusun

1
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Dalam rangka memberikan pelayanan kesehatan yang profesional serta
bermutu dan berkelanjutan di Rumah Sakit Umum Parindu maka perlu dilakukan
discharge planning/ rencana pemulangan terhadap semua pasien yang akan menjalani
perawatan di Rumah Sakit Umum Parindu. Keluarga dan pasien harus segera
mendapatkan informasi dan memahami yang terkait dengan perawatan yang akan
dilakukan terhadap pasien dan keluarga baik selama perawatan dan setelah menjalani
perawatan serta tindak lanjut perawatan di rumah.
Perencanaan pulang (discharge planning) akan menghasilkan sebuah
hubungan yang terintegrasi, yaitu antara perawatan yang diterima pada waktu di
rumah sakit dengan perawatan yang diberikan setelah pasien pulang. Perawatan di
rumah sakit akan bermakna jika dilanjutkan dengan perawatan di rumah. Namun
sampai saat ini, perencanaan pulang bagi pasien yang dirawat di rumah sakit belum
optimal dilaksanakan, dimana peran perawat terbatas pada kegiatan rutinitas saja,
yaitu hanya berupa informasi kontrol ulang. Pasien yang memerlukan perawatan
kesehatan di rumah, konseling kesehatan atau penyuluhan dan pelayanan komunitas
tetapi tidak dibantu dalam upaya memperoleh pelayanan sebelum pemulangan sering
kembali ke ruang kedaruratan dengan masalah minor, dan sering kali diterima
kembali dalam waktu 24 jam sampai 48 jam dan kemudian pulang kembali.
Discharge planning keperawatan merupakan komponen yang terkait dengan
rentang keperawatan. Rentan keperawatan sering pula disebut dengan perawatan
berkelanjutan yang artinya perawatan yang dibutuhkan oleh pasien dimanapun pasien
berada. Kegagalan untuk memberikan dan mendokumentasikan perencanaan pulang
akan berisiko terhadap beratnya penyakit, ancaman hidup, dan disfungsi fisik. Dalam
perencanaan pulang diperlukan komunikasi yang baik terarah sehingga apa yang
disampaikan dapat dimengerti dan berguna untuk proses perawatan di rumah.

2. Ruang Lingkup
Dalam memberikan pelayanan kepada pasien termasuk salah satunya
merencanakan kepulangan pasien maka harus diberlakukan panduan perencanaan
pemulangan pasien untuk menyelaraskan kebutuhan asuhan pasien dengan pelayanan

2
yang tersedia. Untuk meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit maka perlu
pelayanan yang terkoordinir yang melibatkan semua bagian yang terkait salah satunya
merencanakan pemulangan dan tindakan selanjutnya.
Dalam memberikan pelayanan yang efisien kepada pasien, termasuk
memberikan informasi kepada pasien maka keluarga pasien juga perlu dilibatkan dari
awal pasien masuk sampai perencanaan proses pemulangan yang terbaik atau sesuai
kebutuhan pasien.

3. Batasan Operasional
Batasan operasional diperlukan untuk menghindari timbulnya salah pengertian
atau salah penafsiran terhadap istilah-istilah. Oleh karena itu penulis menggunakan
penegasan istilah agar ruang lingkupnya tidak terlalu luas dan terjadi persepsi serta
pemahaman yang jelas.
1. Perencanaan pulang (discharge Planning) keperawatan
merupakan komponen yang terkait dengan rentang keperawatan. Rentang
keperawatan disebut juga perawatan berkelanjutan yang artinya perawatan yang
dibutuhkan oleh pasien dimana pun pasien berada. Discharge planning sebagai
merencanakan kepulangan pasien dan memberikan informasi kepada klien dan
keluarganya tentang hal-hal yang perlu dihindari dan dilakukan sehubungan
dengan kondisi atau penyakitnya (Rondhianto, 2008).
2. Pasien
Pasien adalah orang yang sakit. Pasien jalan / luar / rawat jalan yaitu pasien yang
hanya memperoleh pelayanan kesehatan, biasanya pasien yang sudah sembuh tapi
masih dalam pengobatan.
3. Keluarga pasien
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga
dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di satu atap dalam keadaan saling
ketergantungan. Keluarga terdekat adalah suami istri, ayah dan ibu kandung,
anak-anak kandung, saudara-saudar kandung atau pengampunya.
1) Ayah
Ayah kandung
Termasuk ayah adalah ayah angkat yang di tetapkan berdasarkan pengadilan
atau berdasarkan hukum adat.

3
2) Ibu
Ibu kandung
Termasuk ibu adalah ibu angkat yang di tetapkan berdasarkan pengadilan
atau berdasarkan hukum adat.
3) Suami
Seorang laki-laki dalam ikatan perkawinan dengan seorang perempuan
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
4) Istri
Seorang perempuan yang dalam ikatan perkawinan dengan seorang laki-
laki berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Apabila yang bersangkutan mempunyai lebuh dari satu istri persetujuan
atau penolakan dapat dilakukan oleh salah satu dari mereka.
5) Wali
Adalah orang yang menurut hukum menggantikan orang yang belum
dewasa untuk mewakilinya dalam melakukan perbuatan hukum atau orang
yang menurut hukum menggantikan kedudukan orang tua.
6) Induk semang
Adalah orang yang berkewajiban unutk mengawasi sera ikut bertanggung
jawab terhadap pribadi orang lain, seperti pemimpin asrama dari anak
perantauan atau kepala rumah tangga dari seorang pembantu rumah
tangga yang belum dewasa.
4. Rumah sakit
Adalah gedung tempat menyediakan dan memberikan pelayanan kesehatan yang
meliputi berbagai masalah kesehatan dan memberikan layanan, pengobatan dan
perawatan bagi penderita berbagai penyakit yang di lengkapi dengan
perlengkapan medis yang lengkap dengan dokter dan perawatnya (kamus besar
bahasa indonesia).
5. Rekam Medis
Pasien yang berobat ke Rumah Sakit Umum Parindu akan diberikan nomor rekam
medis dan status medis pasien, dan yang sudah selesai berobat disimpan di bagian
rekam medis serta bila pasien berobat kembali, status medis pasien diminta
kembali ke bagian rekam medis oleh petugas.

4
6. Dokter
Adalah dokter, dokter spesialis, dokter gigi, dokter gigi spesialis lulusan
pendidikan kedokteran atau kedokteran gigi baik di dalam maupun di luar negeri
yang di akui oleh pemerintah republik indonesia sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.

4. Landasan Hukum
1. Undang-undang republik indonesia No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan.
2. Undang-undang republik indonesia No. 44 Tahun 23009 tentang rumah sakit.
3. Undang-undang No. 29 Tahun 2004 tentang praktek kedokteran.
4. Manual persetujuan tindakan kedokteran konsil kedokteran Indonesia tahun 2006
5. Peraturan pemerintahan No. 32 tahun 1996 tentang tenaga kesehatan.
6. Peraturan menteri kesehatan republik indonesia No. 269/ MENKES/III/2008
tentang Rekam medis.
7. Peraturan menteri kesehatan rebuplik indonesia No.290/ MENKES/ PER/ III/
2008 tentang persetujuan tindakan kedokteran.

5
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia

Pola ketenagaan dan kualifikasi SDM Rumah Sakit Umum Parindu adalah :

Kualifikasi
Nomor Nama Jabatan
Formal

1 Dokter Spesialis SP. PD, SP.A, SP.B, SP.OG

2 Dokter Umum Dokter umum


3 Kepala Perawatan DIII Keperawatan
4 Perawat pelaksana DIII Keperawatan

B. Distribusi Ketenagaan
Pola pengaturan ketenagaan rawat inap yaitu :
a. Untuk Dinas Pagi :
yang bertugas sejumlah 3 (dua) orang dengan standar minimal
Kategori :
1 orang Ka Ru
2 orang perawat Pelaksana
b. Untuk Dinas Sore :
yang bertugas sejumlah 2 (dua) orang dengan standar minimal
Kategori :
1 orang Penanggung Jawab Shift
1 orang Pelaksana
c. Untuk Dinas Malam :
yang bertugas sejumlah 2 ( dua ) orang dengan standar minimal
Kategori :
1 orang Penanggung Jawab Shift
1 orang Pelaksana

6
BAB III
STANDAR FASILITAS

A. Standart Ruangan
Ruangan yang digunakan juga mempengaruhi pelayanan disebuah Rumah Sakit,
oleh karena itu fisik bangunan dan denah tata ruang harus menunjang dalam
melakukan tindakan pelayanan medik.
Persyaratan fisik bangunan rawat inap
1. Fisik bangunan
a. Bangunan rawat inap harus terletak pada lokasi yang tenang, aman dan
nyaman, tetapi tetap memiliki kemudahan aksesibiltas atau pencapaian dari
sarana penunjang rawat inap.
b. Bangunan rawat inap terletak jauh dari tempat-tempat pembuangan kotoran,
dan bising dari mesin/generator.
c. Lantai

Lantai harus kuat dan rata, tidak berongga. Bahan penutup lantai dapat terdiri
dari bahan tidak berpori, seperti vinyl yang rata atau keramik dengan nat
yang rapat sehingga debu dari kotoran-kotoran tidak mengumpul, mudah
dibersihkan, tidak mudah terbakar.
Pertemuan dinding dengan lantai disarankan melengkung (hospital plint),
agar memudahkan pembersihan dan tidak menjadi tempat sarang debu dan
kotoran.
d Pintu
a) Pintu masuk ke ruang rawat inap, terdiri dari pintu ganda, masing-masing
dengan lebar 90 cm dan 40 cm. Pada sisi pintu dengan lebar 90 cm,
dilengkapi dengan kaca jendela pengintai (observation glass).
b) Pintu masuk ke kamar mandi umum, minimal lebarnya 85 cm.
c) Pintu masuk ke kamar mandi pasien, untuk setiap kelas, minimal harus
ada 1 kamar mandi berukuran lebar 90 cm, diperuntukkan bagi
penyandang cacat.
d) Pintu kamar mandi pasien, harus membuka ke luar kamar mandi.
Pintu toilet umum untuk penyandang cacat harus terbuka ke luar.

7
B. Standar Fasilitas
Fasilitas kelengkapan ruangan seperti peralatan medis dan obat juga
mempengaruhi kepuasan pelayanan di suatu rumah sakit, adapun standar peralatan di
Rumah sakit sebagai berikut :
1. Peralatan emergency
a. Alat dan obat untuk resusitasi
b. Alat dan obat untuk “life support”
c. Alat dan obat untuk diagnostik
d. Alat keamanan (misalnya: pemadam kebakaran)
e. Monitor jantung
f. EKG
g. Suction

2. Pos Perawat (Nurse Station)


Lokasi Pos perawat sebaiknya tidak jauh dari ruang rawat inap yang dilayaninya,
sehingga pengawasan terhadap pasien menjadi lebih efektif dan efisien.
3. Persyaratan umum Ruang Rawat Inap
a. Pengelompokan ruang berdasarkan kelompok aktivitas yang sejenis hingga
tiap kegiatan tidak bercampur dan tidak membingungkan pemakai bangunan.
b. Perletakan ruangannya terutama secara keseluruhan perlu adanya hubungan
antar ruang dengan skala prioritas yang diharuskan dekat dan sangat
berhubungan/membutuhkan.
c. Akses pencapaian ke setiap blok/ruangan harus dapat dicapai dengan mudah.
d. Kecepatan bergerak merupakan salah satu kunci keberhasilan perancangan,
sehingga blok unit sebaiknya sirkulasinya dibuat secara linier/lurus
(memanjang)
e. Jumlah kebutuhan ruang harus disesuaikan dengan kebutuhan jumlah pasien
yang akan ditampung.
f. Sinar matahari pagi sedapat mungkin masuk ke dalam ruangan.
g. Alur petugas dan pengunjung dipisah.
h. Besaran ruang dan kapasitas ruang harus dapat memenuhi persyaratan
minimal seperti ditunjukkan dalam tabel berikut:

Kebutuhan minimal ruang rawat inap

8
No Nama ruang Luas satuan
1 Ruang perawan

VIP 18 M2/tempat tidur

Kelas 1 12 M2/tempat tidur


Kelas 2 10 M2/tempat tidur

Kelas 3 7,2 M2/tempat tidur


2 Ruang Post rawat 20 M2
3 Ruang Konsultasi 12 M2
4 Ruang Tindakan 24 M2
5 Ruang Dokter 20 M2
7 Ruang perawat 20 M2
8 Ruang ganti/ lokerr 19 M2
9 Ruang kepala ruangan 12 M2
10 Ruang linen bersih 18 M2
11 Ruang linen kotor 9 M2
12 Spoelhoek 9 M2
13 Toilet/kamar mandi 25 M2
14 Gudang 18 M2

BAB IV

9
TATA LAKSANA PELAYANAN

A. Kriteria Discharge Planning


Pemulangan pasien dari Rumah Sakit Umum Parindu dilakukan kepada :
Semua pasien yang telah menjalani perawatan di Rumah Sakit Umum Parindu.
Rencana pemulangan pasien (Discharge Planning) dilakukan oleh dokter dan perawat
baik pada kondisi pasien pulang dalam kondisi sembuh, pulang kondisi kritis, ataupun
pulang atas permintaan sendiri.

B. Tahap – Tahap Discharge Planning


1. Pengkajian
Pengkajian mencakup pengumpulan dan pengorganisasian data tentang klien.
Ketika melakukan pengkajian kepada klien, keluarga merupakan bagian dari unit
perawatan. Klien dan keluarga harus aktif dilibatkan dalam proses discharge
planning agar transisi dari rumah sakit kerumah dapat efektif, baik kepada pasien
yang baru datang pertama kali di rumah sakit maupun persiapan pasien yang akan
pulang sembuh maupun kondisi kritis.
Elemen penting dari pengkajian discharge planning adalah:
a. Data kesehatan.
b. Data pribadi.
c. Pemberi perawatan.
d. Lingkungan.
e. Keuangan dan pelayanan yang dapat mendukung.
2. Diagnosa
Diagnosa keperawatan berdasarkan pada pengkajian discharge planning,
dikembangkan untuk mengetahui kebutuhan klien dan keluarga. Keluarga sebagai
unit perawatan berdampak terhadap anggota keluarga yang membutuhkan
perawatan. Adalah penting untuk menentukanapakah masalah tersebut aktual atau
potensial, serta dapat menentukan apakah klien datang pertama kali akan
menjalani persiapan akan pulang.
3. Perencanaan: Hasil Yang Diharapkan
Menurut Luverne dan Barbara, 1998, perencanaan pemulangan pasien
membutuhkan identifkasi kebutuhan spesifik klien. Kelompok perawat berfokus

10
pada kebutuhan perawatan selanjutnya dengan baik serta untuk mempersiapkan
pemulangan klien, yang disingkat dengan METHOD, yaitu:
a. Medication (obat)
Pasien sebaiknya mengetahui obat yang harus dilanjutkan setelah pulang.
b. Environment (lingkungan)
Lingkungan tempat klien akan pulang dari rumah sakit sebaiknya aman.
Pasien sebaiknya juga memiliki fasilitas pelayanan yang dibutuhkan untuk
kontinuitas perawatanya serta penentuan tanggal kapan klien akan kontrol
dan fasilitas kesehatan yang akan dituju.
c. Treatment (pengobatan)
Perawat harus memastikan bahwa perawatan dan pengobatan di rumah
sakit dapat berjalan baik sesuai dengan kebutuhan klien, serta dapat
melanjutkan perawatan lanjutan dengan baik setelah klien pulang, yang
dilakukan klien atau anggota keluarga. Jika hal ini tidak memungkinkan,
perencanaan harus dibuat sehingga seseorang dapat berkunjung kerumah
untuk memberikan keterampilan perawatan, serta antisipasi terhadap klien
yang harus diketahui oleh keluarga klien, apabila kien mengalami kondisi
kegawatan.
d. Health Teaching (pengajaran kesehatan)
Klien yang akan pulang sebaiknya diberitahu bagaimana mempertahankan
kesehatan. Termasuk tanda dan gejala yang mengindikasikan kebutuhan
perawatan kesehatan tambahan.
e. Outpatient referral
Klien seharusnya mengenal pelayanan dari rumah sakit atau agen
komunitas lain yang dapat meningkatkan perawatan yang kontinu selama
dirawat di rumah sakit serta kaluarga mengetahui kapan klien akan
menjalani kontrol, dimana dan kepada siapa klien akan menjalani kontrol.
f. Diet
Klien sebaiknya diberitahu tentang pembatasan pada dietnya. Sebaiknya
mampu memilih diet yang sesuai untuk dirinya.

4. Implementasi
Implementasi adalah pelaksanaan rencana pemulangan dan refferal. Seluruh
rencana pemulangan yang diberikan harus didokumentasikan pada catatan perawat

11
dan ringkasan pulang (discharge planning). Instruksi tertulis diberikan kepada
klien. Demonstrasi ulang menjadi harus memuaskan. Klien dan pemberi
perawatan harus memiliki keterbukaan dan melakukanya dengan alat yang akan
digunakan di rumah.

5. Evaluasi
Evaluasi terhadap discharge planning adalah penting dalam membuat kerja
discharge planning. Perencanaan dan penyerahan harus diteliti dengan cermat
untuk menjamin kualitas dan pelayanan yang sesuai. Evaluasi berjalan terus –
menerus dan membutuhkan revisi dan juga perubahan.
Evaluasi lanjut dari proses pemulangan biasanya dilakukan seminggu setelah klien
berada di rumah. Ini dapat dilakukan melalui telepon, kuisioner atau kunjungan
rumah (home visite).

C. Penyerahan
Penyerahan home care dibuat sebelum klien pulang. Informasi tentang klien dan
perawatanya diberikan kepada agen tersebut. Seperti informasi tentang jenis
pembedahan, pengibatan, status fisik dan mental klien, faktor sosial yang penting
(misalnya rumah), status fisik dan mental klien, faktor sosial yang penting (misalnya
kurangnya pemberian perawatan, atau tidak ada pemberi perawatan) dan kebutuhan
yang diharapkan oleh klien. Transportasi harus tersedia pada saat ini.

D. Keberhasilan Rencana Pemulangan Tergantung Pada 6 Variabel


1. Derajat penyakit.
2. Hasil yang diharapkan dari perawatan.
3. Durasi perawatan yang dibutuhkan.
4. Jenis – jenis pelayanan yang dibutuhkan.
5. Komplikasi tambahan.
6. Ketersediaan sumber – sumber.

C. PERSIAPAN
Penampilan Petugas:
a. Petugas harus berpenampilan rapi dan menggunakan atribut seragam lengkap
b. Petugas harus ramah dan santun dalam bertutur kata kepada pasien

12
Persiapan Alat :
1) Pasien bayi
a. 1 set pakaian bayi dari orang tua (baju, celana/ popok, diapers, bedong k/p
selimut, topi bayi k/p)
b. Buku catatan medic
c. Kartui dentitas bayi
d. Termometer
e. Alat tulis
f. Obat-obatan pulang ( bila ada )
2) Pasien anak
a. Buku catatan medik (bila ada)
b. Alat tulis
c. Obat-obatan pulang
3) Pasien umum
a. Buku catatan medik (bila ada)
b. Alat tulis
c. Obat-obatan pulang

D. PELAKSANAAN
Rawat Inap

13
BAB V
LOGISTIK

1. Admission
Setiap pasien yang berobat ke IGD RS Bhayangkara Tulungagung selalu
didaftarkan ke bagian admission, dari bagian admisson disiapkan status dan slip
pembayaran pasien, kemudian status dan slip pembayaran diantarkan oleh petugas
admission ke IGD RS Bhayangkara Tulungagung.

2. Rekam Medis
Pasien yang berobat ke IGD Rumah Sakit Bhayangkara Tulungagung akan
diberikan nomor rekam medis dan status medis pasien, dan yang sudah selesai berobat
disimpan di bagian rekam medis serta bila pasien berobat kembali, status medis
pasien diminta kembali ke bagian rekam medis oleh petugas admission (prosedur
permintaan dan penyerahan status ke bagian rekam medis sesuai dengan SPO
terlampir).

3. Instalasi Rawat Jalan (IRJ)


Pasien IGD RS Bhayangkara Tulungagung yang memerlukan tindakan
lanjut/konsul ke dokter spesialis pada jam kerja, perawat akan menghubungi dokter
konsulen dan bila kondisi pasien memungkinkan untuk tindak lanjut di poliklinik,
maka pasien diantar oleh perawat IGD RS Bhayangkara Tulungagung ke bagian IRJ. (
Prosedur konsul pasien IGD ke dokter spesialis yang sedang praktek sesuai SPO
terlampir).

4. Kasir
Pasien yang telah selesai berobat ke IGD RS Bhayangkara Tulungagung akan
diantar ke bagian kasir oleh perawat IGD RS Bhayangkara Tulungagung untuk
menyelesaikan administrasi.

14
5. Farmasi
Pasien yang telah selesai berobat ke IGD RS Bhayangkara Tulungagung akan
diberikan resep dari dokter, lalu diantar perawat ke bagian farmasi untuk mengambil
obat.

15
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

A. Pengertian
Keselamatan Pasien ( Patient Safety )
Adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem
tersebut meliputi :
a. Asesmen resiko
b. Identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien
c. Pelaporan dan analisis insiden
d. Kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya
e. Implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko

Sistem ini mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh :


a. Kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan
b. Tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil

B. Tujuan
a. Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit
b. Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat
c. Menurunkan Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) di rumah sakit
d. Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan
Kejadian Tidak Diharapkan (KTD)

STANDAR KESELAMATAN PASIEN


1. Hak pasien
2. Mendidik pasien dan keluarga
3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
4. Penggunaan metoda-metoda peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan
program peningkatan keselamatan pasien
5. Mendidik staf tentang keselamatan pasien
6. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien
7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien

16
KEJADIAN TIDAK DIHARAPKAN ( KTD )
ADVERSE EVENT :
Adalah suatu kejadian yang tidak diharapkan, yang mengakibatkan cedera pasien akibat
melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil,
dan bukan karena penyakit dasarnya atau kondisi pasien. Cedera dapat diakibatkan oleh
kesalahan medis atau bukan kesalahan medis karena tidak dapat dicegah

KTD yang tidak dapat dicegah


Unpreventable Adverse Event :
Suatu KTD yang terjadi akibat komplikasi yang tidak dapat dicegah dengan pengetahuan
mutakhir

KEJADIAN NYARIS CEDERA ( KNC )


Near Miss :
Adalah suatu kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan (commission) atau tidak
mengambil tindakan yang seharusnya diambil (omission), yang dapat mencederai pasien,
tetapi cedera serius tidak terjadi :
 Karena “ keberuntungan”
 Karena “ pencegahan ”
 Karena “ peringanan ”

KESALAHAN MEDIS
Medical Errors:
Adalah kesalahan yang terjadi dalam proses asuhan medis yang mengakibatkan atau
berpotensi mengakibatkan cedera pada pasien

KEJADIAN SENTINEL
Sentinel Event :
Adalah suatu KTD yang mengakibatkan kematian atau cedera yang serius; biasanya
dipakai untuk kejadian yang sangat tidak diharapkan atau tidak dapat diterima, seperti :
operasi pada bagian tubuh yang salah.
Pemilihan kata “sentinel” terkait dengan keseriusan cedera yang terjadi (seperti, amputasi
pada kaki yang salah) sehingga pencarian fakta terhadap kejadian ini mengungkapkan
adanya masalah yang serius pada kebijakan dan prosedur yang berlaku.

17
C. TATA LAKSANA
a. Memberikan pertolongan pertama sesuai dengan kondisi yang terjadi pada pasien
b. Melaporkan pada dokter jaga
c. Memberikan tindakan sesuai dengan instruksi dokter jaga
d. Mengobservasi keadaan umum pasien
e. Mendokumentasikan kejadian tersebut pada formulir “Pelaporan Insiden
Keselamatan”

18
BAB VII
KESELAMATAN KERJA

Dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 27 ayat (2) di sebutkan bahwa “ setiap
warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Dalam
hal ini yang di maksud pekerjaan adalah pekerjaan yang bersifat manusiawi, yang
memungkinkan pekerja dalam kondisi yang sehat dan selamat, bebas dari kecelakaan di
dalam dan diluar rumah sakit.
Keselamatan dan kesehatan kerja atau K3 merupakan bagian integral dari
perlindungan terhadap pekerja. Dalam hal ini tim PPK dan perlindungan terhadap rumah
sakit. Jaminan keselamatan dan kesehatan kerja akan meningkatkan produktivitas pegawai
dan meningkatkan produktivitas rumah sakit. Undang-undang No. 01 tahun 1970 tentang
keselamatan kerja dimaksudkan untuk menjamin :
a. Agar pegawai dan setiap orang yang berada di tempat kerja selalu berada dalam
kondisi sehat dan selamat
b. Agar faktor-faktor produksi dapat dipakai dan digunakan secara efisien
c. Agar proses produksi dapat berjalan secara lancar tanpa hambatan
Faktor-faktor yang menimbulkan kecelakaan dan penyakit akibat kerja dapat di
golongkan menjadi tiga kelompok, yaitu :
a. Kondisi dan lingkunagn kerja
b. Kesadaran dan kualitas pekerja
c. Peranan dan kualitas manajemen

19
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

a. Pengertian Pengendalian Mutu


Pengendalian mutu adalah semua fungsi atau kegiatan yang harus dilakukan
mencapai sasaran perubahan dalam hal mutu jasa atau barang yang di produksi.
Rumah Sakit adalah salah satu bidang jasa yang bergerak dalam pelayanan kesehatan,
oleh karena itu pengendalian mutu sangat penting agar terciptanya kepuasan pasien
dalam pelayanan kesehatan.

b. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Mutu Rumah Sakit


1) Standar tenaga kerja
2) Standar fasilitas (bangunan dan sarana penunjang kesehatan)
3) Manajemen Rumah Sakit
4) Kebijakan yang diterapkan

Jika faktor–faktor yang mempengaruhi peningkatan mutu tersebut berjalan


dengan baik, maka kepuasan pengguna jasa pelayanan kesehatan juga akan meningkat.
a. Standar Tenaga Kerja Dan Fasilitas Rumah Sakit Umum Parindu
Tenaga kerja Rumah Sakit Umum Parindu Memiliki Tenaga Kerja sebagai
berikut:
1) Dokter umum
2) Dokter spesialis
3) Dokter gigi
4) Perawat
5) Bidan
6) Ahli Gizi
7) Ahli Radiologi
8) Ahli Laboratorium
9) Cleaning servis
10) Satpam
11) Tim IT dan kelistrikan

20
b. Fasilitas
1. Bagunan terdiri dari beberapa ruangan
1) Ruang Rawat Inap Dewasa (Kelas VIP, kelas 1, 2, dan 3 )
2) Ruang Rawat Inap Anak (Kelas 1, 2, dan 3 )
3) Ruang Operasi
4) Ruang Instalasi Gawat Darurat
5) Ruang HCU
6) Ruang Kebidanan
7) Ruang Poli klinik
8) Ruang Apotik
9) Ruang Rotgen
10) Ruang Laboratorium

1) Fasilitas Kelengkapan
 Monitor
 Sterilisator
 Alat resusitasi
 Alat bedah
 Dll

21
BAB IX
PENUTUP

Perencanaan pulang (discharge planning) Adalah suatu proses yang dinamis dan
sitematis agar tim kesehatan mendapatkan kesempatan yang cukup untuk menyiapkan klien
dan keluarga selama perawatan di Rumah Sakit dan melakukan perawatan mandiri di Rumah
Tujuan dari discharge planning ini adalah Terciptanya tertib administrasi
pemulangan pasien, pasien akan mengetahui rencana perawatan selanjutnya. Selain itu, Buku
Pedoman akan bermanfaat bagi seluruh dokter dan perawat RS Bhayangkara Tulungagung
dalam mengimplementasikan dan mengevaluasi kemajuan, perkembangan pelayanan
terhadap pasien yang akan pulang.

22

Anda mungkin juga menyukai