Anda di halaman 1dari 15

2.1.

1Pengertian

American Association on Mental Deficiency(AAMD)membuat definisi


retardasi mental yang kemudian direvisi oleh Rick Heber (1961) sebagai suatu
penurunan fungsi intelektual secara menyeluruh yang terjadi pada masa
perkembangan dan dihubungkan dengan gangguan adaptasi sosial. Ada 3 hal
penting yang merupakan kata kunci dalam definisi ini yaitu penurunan fungsi
intelektual, adaptasi sosial, dan masa perkembangan.

Retardasi mental ialah suatu keadaan perkembangan mental yang terhenti


atau tidak lengkap, yang terutama ditandai dengan adanya rendahnya
( impairment) keterampilan ( kecakapan, skill ) selama masa perkembangan,
sehingga berpengaruh terhadap intelegensia yaitu kemampuan kognitif, bahasa,
motorik dan sosial. ICG ( WHO, 1992 )

Menurut Crocker AC 1983, retadarsi mental adalah apabila jelas terdapat


fungsi intelegensi yang rendah, yang disertai adanya kendala dalam penyesuaian
perilaku, dan gejalanya timbul pada masa perkembangan.

Retardasi Mental adalah kelainan fungsi intelektual yang subnormal terjadi


pada masa perkembangan dan berhubungan dengan satu atau lebih gangguan dari:

a. Maturasi
b. Proses belajar
c. Penyesuaian diri secara social

2.1.2 Etiologi

Kelainan ini dapat digolongkan menjadi :

a. Penyebab Organik

1). Faktor prenatal :

a) Penyakit kromosom ( Trisomi 21 ( Sindrom Down)


b) Kelainan genetik/herediter
c) Intoksikasi
d) Gangguan metabolisme sejak lahir ( Fenilketonuria )
2). Faktor Perinatal :

a) Abrupsio plasenta
b) Diabetes maternal
c) Kelahiran premature
d) Kondisi neonatal termasuk meningitis dan perdarahan intracranial
3). Faktor Pasca natal :

a) Cedera kepala
b) Infeksi
c) Gangguan degeneratif

b. Penyebab non organik


a) Kemiskinan dan keluarga tidak harmonis
b) Sosial cultural
c) Interaksi anak kurang
d) Penelantaran anak

c. Penyebablain :
Keturunan,pengaruh lingkungan dan kelainan mental lain
Retardasi mental dapat juga disebabkan oleh gangguan psikiatris berat
dengan deviasi psikososial atau lingkungan ( Ilmu Kesehatan Anak
FKUI, Jakarta )

2.1.3. Manisfestasi Klinik

a. Gangguankognitif ( pola, proses pikir )


b. Lambatnya ketrampilan ekspresi dan resepsi bahasa
c. Gagal melewati tahap perkembangan yang utama
d. Lingkar kepala diatas atau dibawah normal ( kadang-kadang lebih besar
atau lebih kecil dari ukuran normal )
e. Kemungkinan lambatnya pertumbuhan
f. Kemungkinan tonus otot abnormal ( lebih sering tonus otot lemah )
g. Kemungkinanciri-ciridismorfik
h. Terlambatnya perkembangan motoris halus dan kasar

2.1.4 Patofisiologi
Retardasi mental merujuk pada keterbatasan nyata fungsi hidup sehari-
hari. Retardasi mental ini termasuk kelemahan atau ketidakmampuan kognitif
yang muncul pada masa kanak-kanak ( sebelum usia 18 tahun ) yang ditandai
dengan fungsi kecerdasan di bawah normal ( IQ 70 sampai 75 atau kurang ) dan
disertai keterbatasan-keterbatasan lain pada sedikitnya dua area fungsi adaftif :
berbicara dan berbahasa , kemampuan/ketrampilan merawat diri, kerumah
tanggaan, ketrampilan sosial, penggunaan sarana-sarana komunitas, pengarahan
diri , kesehatan dan keamanan , akademik fungsional, bersantai dan bekerja.
Penyebab retardasi mental bisa digolongkan kedalam prenatal, perinatal dan pasca
natal. Diagnosis retardasi mental ditetapkan secara dini pada masa kanak-kanak.

2.1.5Klasifikasi

Berdasarkan The ICD-10 Classification of Mental and Behavioural


Disorders , WHO, Geneva tahun 1994 retardasi mental dibagi menjadi 4 golongan
yaitu :

a. Mild retardation (retardasi mental ringan), IQ 50-69


Retardasi mental ringan dikategorikan sebagai retardasi mental dapat
dididik (educable). Anak mengalami gangguan berbahasa tetapi masih mampu
menguasainya untuk keperluan bicara sehari-hari dan untuk wawancara klinik.
Umumnya mereka juga mampu mengurus diri sendiri secara independen
(makan,mencuci, memakai baju,mengontrol saluran cerna dan kandung
kemih),meskipun tingkat perkembangannya sedikit lebih lambat dari ukuran
normal. Kesulitan utama biasanya terlihat pada pekerjaan akademik sekolah, dan
banyak yang bermasalah dalam membaca dan menulis. Dalam konteks
sosiokultural yang memerlukan sedikit kemampuan akademik, mereka tidak
ada masalah. Tetapi jika ternyata timbul masalah emosionaldan sosial, akan
terlihat bahwa mereka mengalami gangguan,misal tidak mampu menguasai
masalah perkawinan atau mengasuh anak, atau kesulitan menyesuaikan diri
dengan tradisi budaya.
a. Moderate retardation (retardasi mental sedang), IQ 35-49
Retardasi mental sedang dikategorikan sebagai retardasi mental dapat dilatih
(trainable). Pada kelompok ini anak mengalami keterlambatan perkembangan
pemahaman dan penggunaan bahasa, serta pencapaian akhirnya terbatas.
Pencapaian kemampuan mengurus diri sendiri dan ketrampilan motorik juga
mengalami keterlambatan, dan beberapa diantaranya mem-butuhkan pengawasan
sepanjang hidupnya. Kemajuan di sekolah terbatas, sebagian masih ssbisa belajar
dasar- dasar membaca, menulis dan berhitung.

b. Severe retardation (retardasi mental berat), IQ 20-34

Kelompok retardasi mental berat ini hampir sama dengan retardasi mental
sedang dalam hal gambaran klinis, penyebab organik,dan keadaan-keadaan yang
terkait.Perbedaan utama adalah pada retardasi mental berat ini biasanya
mengalami kerusakan motor yang bermakna atau adanya
defisitneurologis.Kelompok retardasi mental berat ini hampir sama dengan
retardasi mental sedang dalam hal gambaran klinis,penyebab organik,dan
keadaan-keadaan yang terkait.Perbedaan utama adalah pada retardasi mental berat
ini biasanya mengalami kerusakan motor yang bermakna atau adanya defisit
neurologis.

c. Profound retardation (retardasi mental sangat berat), IQ <20

Retardasi mental sangat berat berarti secara praktis anak sangat terbatas
kemampuannya dalam mengerti dan menuruti permintaan atau
instruksi.Umumnya anak sangat terbatas dalam hal mobilitas, dan hanya mampu
pada bentuk komunikasi nonverbal yang sangat elementer
Tabel 1: Klasifikasi retardasi mental dalama setiap usia perkembangan

RM IQ Usia Usia Sekolah Usia Dewasa


Prasekolah (0-21 tahun) (>21 tahun)
(0-5 tahun)
Sangat <20 Retradasi jelas Beberapa Perkembangan
berat Perkembangan motorik motorik dan
dapat berespon namun bicara sangat
terbatas terbatas

Perkembangan Dapat bicara atau Dapat berperan


Berat 20- motorik yang berkomunikasi namun sebagian dalam
23 miskin latihan kejujuran tidak pemeliharaan
bermanfaat diri sendiri
dibawah
pengawasan
ketat

Dapat Latihan dalam Dapat bekerja


berbicara atau keterampilan social dan sendiri tanpa
Sedang 35- belajar pekerjaan dapat dilatih namun
49 berkomunikasi bermanfaat, dapat pergi perlu
, ditangani sendiri ketempat yang pengawasan
dengan telah dikenal terutama jika
pengawasan berada dalam
sedang stress

Dapat Dapat belajar Biasanya dapat


mengembangk keterampilan akademik mencapai
Ringan 50- an sampai ± kelas 6 SD keterampilan
69 keterampilan social dan
social dan kejujuran namun
komunikasi, perlu bantuan
retradasi terutama bila
minimal stress

2.1.6 Pemeriksaan Penunjang


Beberapa pemeriksaan penunjang perlu dilakukan pada anak yang menderita
retardasi mental, yaitu dengan:
1.      Kromosomal Kariotipe
a.       Terdapat beberapa kelainan fisik yang tidak khas
b.      Anamnesis ibu tercemar zat-zat teratogen
c.       Terdapat beberapa kelainan kongenital
d.      Genetalia abnormal
2.      EEG ( Elektro Ensefalogram)
a.       Gejala kejang yang dicurigai
b.      Kesulitan mengerti bahasa yang berat
3.      CT ( Cranial Computed Tomography) atau MRI ( Magnetic Resonance
Imaging)
a.       Pembesaran kepala yang progresif
b.      Tuberous sklerosis
c.       Dicurigai kelainan otak yang luas
d.      Kejang lokal
e.       Dicurigai adanya tumor intrakranial
4.      Titer virus untuk infeksi kongenital
a.       Kelainan pendengaran tipe sensorineural
b.      Neonatal hepatosplenomegali
c.       Petechie pada periode neonatal
d.      Chorioretinitis
e.       Mikroptalmia
f.       Kalsifikasi intrakranial
g.      Mikrosefali
5.      Serum asam urat ( uric acid serum)
a.       Gout
b.      Sering mengamuk
6.      Laktat dan piruvat darah
a.       Asidosis metabolik
b.      Kejang mioklonik
Beberapa uji tumbuh kembang:
 Uji intelegensi standar ( stanford binet, weschler, Bayley Scales of infant
development )
 Uji perkembangan seperti DDST II
 Pengukuran fungsi adaftif ( Vineland adaftive behaviour scales,
Woodcock-Johnson Scales of independent Behaviour, School edition of
the adaptive behaviour scales ).

2.1.7 Pencegahan

1.Pencegahan primer
Dapat dilakukan dengan pendidikan kesehatan pada masyarakat, perbaikan
keadaan-sosio ekonomi, konseling genetik dan tindakan kedokteran (umpamanya
perawatan prenatal yang baik, pertolongan persalinan yang baik, kehamilan pada
wanita adolesen dan diatas 40 tahun dikurangi dan pencegahan peradangan otak
pada anak-anak).
2.Pencegahan sekunder
Meliputi diagnosa dan pengobatan dini peradangan otak, perdarahan
subdural, kraniostenosis (sutu rateng korak menutup terlalu cepat, dapat dibuka
dengankraniotomi; padamikrosefali yang kogenital, operasi tidak menolong).
3.Pencegahantersier
Merupakan pendidikan penderita atau latihan khusus sebaiknya disekolah
luar biasa. Dapat diberi neuro leptika kepada yang gelisah, hiperaktif atau
dektrukstif. Konseling kepada orang tua dilakukan secara fleksibel dan pragmatis
dengan tujuan antara lain membantu mereka dalam mengatasi frustrasi oleh
karena mempunyai anak dengan Retardasi mental.
2.1.8 Penatalaksanaan
1.) Farmakologi
Anak Retardasi mental biasanya disertai dengan gejala hyperkinetik (selalu
bergerak, konsentrasi kurangdan perhatian mudah dibelokkan). Obat-obat
yang sering digunakan dalam bidang retardasi mentaladalah terutama untuk
menekan gejala-gejala hyperkinetik, misalnya :
a. Amphetamin dosis 0,2 - 0,4 mg/kg/hari
b. Imipramin dosis ± 1,5 mg/kg/hariEfek sampingan kedua obat diatas dapat
menimbulkan convulsi
c. Valium, Nobrium, Haloperidol dsb. dapat juga menekan gejala
hyperkinetik
Obat-obatan untuk konvulsi :
a. Dilantin dosis 5 - 7 mg/kg/hari (Dilantin dapat juga menurunkan gejala
hyperkinetik, gejalagangguan emosi dan menaikkan fungsi berfikir).
b. Phenobarbital dosis 5 mg/kg/hari (Phenobarbital dapat menaikkan gejala
hyperkinetik).
c. Cofein : baik untuk convulsi dan menurunkan gejala hyperkinetik
Obat-obatan untuk menaikkan kemampuan belajar :
a. Pyrithioxine (Encephabol, Cerebron).
b. Glutamic acid.
c. Gamma amino butyric acid (Gammalon).
d. Pabenol.
e. Nootropil.
f. Amphetamin dsb.

2.) Non Farmakologi


Psikoterapi dapat diberikan baik pada anaknya sendiri maupun pada orang
tuanya. Untuk anakyang terbelakang dapat diberikan psikoterapi individual,
psikoterapi kelompok dan manipulasi lingkungan(merubah lingkungan anak yang
tidak menguntungkan bagi anak tersebut).
Walaupun tak akan dapatmenyembuhkan keterbelakangan mental, tetapi
dengan psikoterapi dan obat-obatan dapat diusahakanperubahan sikap, tingkah
laku, kemampuan belajar dan hasil kerjanya. Yang penting adalah
adanyaketekunan, kesadaran dan minat yang sungguh dari pihak terapis (yang
mengobati).
Terapis bertindak sebagai pengganti orang tua untuk membuat koreksi-
koreksi terhadaphubungan yang tak baik ini. Dari pihak perawat diperlukan juga
ketekunan dan kesadaran dalam merawatanak-anak dengan retardasi mental serta
melaporkan kepada dokter bila dalam observasi terdapattingkah laku anak
maupun orang tua yang negatif, merugikan bagi anak tersebut maupun
lingkungannya(teman-teman disekitarnya).
Social worker (pekerja sosial) melakukan kunjungan rumah untuk melihat
hubungan anak denganorang tua, saudara-saudaranya maupun dengan masyarakat
sekitarnya. Tugasnya utama mencari data-data anak dan orang tua serta hubungan
anak dengan orang-orang disekitarnya. Untuk ibu atau orangtua anak dengan
retardasi mental dapat diberikan family terapi (terapi keluarga) untuk mengubah
sikaporang tua atau saudaranya yang kurang baik terhadap penderita. Dapat
diberikan juga terapi kelompok dengan ibu-ibu.
Anak retardasi mental lainnya, seminggu sekali selama 12 kali. Tujuannya
untuk mengurangi sikaprendah diri, perasaan kecewa dari ibu tersebut karena
ternyata banyak ibu lain yangmengalami nasib serupa, mempunyai anak dengan
retardasi mental. Dengan demikian ibu dapatbersikap lebih realistik dan lebih
dapat menerima anaknya serta dapat merencanakan program yang baikbagi
anaknya. Di luar negeri social worker yang bertugas memberi terapi kelompok
untuk ibu-ibu tersebut di atas.

2.1.9 Komplikasi
a. Serebral palcy
b. Gangguan kejang
c. Gangguan kejiwaan
d. Gangguan konsentrasi /hiperaktif
e. Defisit komunikasi
f. Konstipasi
2.1.10 Perencanan Pulang dan Perawatan di Rumah
a) Rujuk anak dan keluarga ke lembaga dan ahki yang dapat memberi
bantuan khusus sehubungan dengan perawatan anak serta perawatan dan
hygene gigi
b) Rujuk keluarga ke lembaga-lembaga kemasyarakatan untuk konseling
genetik, bantuan keuangan, peralatan adaptif, dan layanan-layanan
pendukung
c) Bekerja sama dengan kelurga dalam membentuk dan
mengimplementasikan renacana perbaikan perilaku
d) Fasilitas pembelajaran keterampilan yang benar dalam hal sosial,
kemasyarakatan, komunikasi, keamamanaan masyarakat, dan menghindari
orang asing ,serta perkembangan minat berhubungan dengan kelompok
sebaya dan bersantai dan berekreasi.
e) Fasilitas keikutsertaan anak dalam program sekolah, program rekreasi, dan
lingkungan masyarakat.

2.2. KONSEP DASAR KEPERAWATAN

2.2.1 Pengkajian Keperawatan

Pengkajian terdiri atas evaluasi komprehensif mengenai kekurangan dan


kekuatan yang berhubungan dengan ketrampilan adaptif ; komunikasi, perawatan
diri, interaksi sosial, penggunaan sarana-sarana di masyarakat pengarahan diri,
pemeliharaan kesehatan dan keamanan, akademik fungsional, pembentukan
ketrampilan rekreasi dan ketenangan dan bekerja.

1.) RiwayatKesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
Pasien menunjukkan Gangguan kognitif( pola, proses pikir ), Lambatnya
ketrampilan ekspresi dan resepsi bahasa, Gagal melewati tahap perkembangan
yang utama, Lingkar kepala diatas atau dibawah normal ( kadang-kadang lebih
besar atau lebih kecil dari ukuran normal ), lambatnya pertumbuhan, tonus otot
abnormal ( lebih sering tonus otot lemah ), ciri-ciri dismorfik, dan terlambatnya
perkembangan motoris halus dan kasar.

b.  Riwayatkesehatandahulu
Kemungkinan besar pasien pernah mengalami Penyakit kromosom ( Trisomi 21
( Sindrom Down), Sindrom Fragile X, Gangguan Sindrom ( distrofiotot
Duchene ), neurofibromatosis ( tipe 1), Gangguan metabolisme sejak lahir ( Fenil
ketonuria ), Abrupsioplasenta, Diabetes maternal, Kelahiran premature, Kondisi
neonatal termasuk meningitis dan perdarahan intracranial, Cederakepala, Infeksi,
Gangguan degenerative.

c.  Riwayat kesehatan keluarga


Ada kemungkinan besar keluarga pernah mengalami penyakit yang serupa atau
penyakit yang dapat memicu terjadinya retardasi mental, terutama dari ibu
tersebut.

2.)Pemeriksaan fisik
a. Kepala            : Mikro/makrosepali, plagiosepali (btk kepala tdk simetris)
b. Rambut        : Pusar ganda, rambut jarang/tdk ada, halus, mudah putus
Dan Cepat berubah

c. Mata               : mikroftalmia, juling, nistagmus, dll


d. Hidung           : jembatan/punggung hidung mendatar, ukuran kecil,
cuping Melengkung ke atas, dll
e. Mulut            : bentuk “V” yang terbalik dari bibir atas, langit-langit
Lebar/ melengkung tinggi
f. Geligi              : odontogenesis yang tdk normal
g. Telinga          : keduanya letak rendah; dll
h. Muka               : panjang filtrum yang bertambah, hipoplasia
i. Leher              : pendek; tdk mempunyai kemampuan gerak sempurna
j. Tangan          : jari pendek dan tegap atau panjang kecil meruncing,
Ibu jari Gemuk dan lebar,klinodaktil,dll
k. Dada & Abdomen : tdp beberapa putting, buncit, dll
l. Genitalia       : mikropenis, testis tidakturun, dll
m. Kaki              : jari kaki saling tumpang tindih, panjang &
tegap/panjang kecil meruncing
diujungnya,
2.2.2 Diagnosa Keperawatan

1) Gangguan pertumbuhan dan perkembangan b.d. kelainan fungsi kognitif


2) Gangguan komunikasi verbal b.d. kelainan fungsi kognitif
3) Risiko cedera b.d. perilaku agresif ketidakseimbangan mobilitas fisik
4) Gangguan interaksi social b.d. kesulitan bicara/ kesulitan adaptasi sosial
5) Gangguan proses keluarga b.d. memiliki anak retardasi mental
6) Deficit perawatan diri b.d. perubahan mobilitas fisik /kurangnya
kematangan perkembangan.

2.2.3 Intervensi Keperawatan


1. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan b.d. kelainan fungsi
kognitif
Tujuan : Tidak mengalami kegagalan tumbang

Kriteria Hasil :

-Tak ada kemunduran mental

-Anak mampu melakukan kegiatan sesuai kemampuan secara optimal


Intervensi :

1. Kaji tingkat perkembangan anak


2. Dorong / libatkan anak dalam melakukan aktivitas
3. Berikan aktivitas sesuai dengan kemampuan anak
4. Ajarkan hal-hal yang perlu diketahui anak (aktivitas dasar)
5. Pantau tingkat perkembangan anak
Rasional :

1. Informasi data dlm menentukan intervensi


2. Melatih kemampuan meningkatkan harga diri
3. Menstimulasi kemampuan fisik, kognitif anak
4. Meningkatkan kemampuan
5. Mengetahui kemajuan / perkembangan anak

2. Gangguan interaksi social b.d. kesulitan bicara/ kesulitan adaptasi


sosial
Tujuan : Anak mampu berinteraksi social

Kriteria Hasil :

-Anak tidak mengisolasi diri


-Anak mapu bergaul dengan lingkungan
Intervensi :
1) Kaji factor penyebab gangguan perkembangan dan isolasi sosial
2) Tingkatkan komunikasi verbal
3) Dorong anak melakukan sosialisasi dengan kelompok
4) Beri reinforcement yang positif atas hasil yang dicapai anak
5) Ajarkan anak untuk bermain bersama teman kelompoknya
Rasional :

1) Informasi data dlm menentukan intervensi


2) Melatih anak dalam berkomunikasi
3) Meningkatkan kemampuan dalam bersosialisasi
4) Meningkatkan harga diri anak
5) Meningkatkan kemampuan dalam bersosialisasi

3. Deficit perawatan diri b.d. perubahan mobilitas fisik /kurangnya


kematangan perkembangan.
Tujuan : Perawatan diri terpenuhi

Kriteria Hasil :

-Anak tampak bersih


-Anak mampu berperan dalam perawatan dirinya
Intervensi :
1) Kaji tingkat kemampuan anak
2) Pantau anak dalam memenuhi kebutuhannya
3) Libatkan anak dalam memenuhi kebutuhannya
4) Jelaskan secara berulang-ulang tentang perawatan diri
5) Beri dorongan anak untuk merawat dirinya
Rasional :
1) Untuk menentukan intervensi
2) Kebutuhan sehari-hari terpenuhi
3) Meningkatkan kemampuan dan harga diri anak
4) Meningkatkan pemahaman anak ttg perawatan diri
5) Meningkatkan motivasi anak.

DAFTAR PUSTAKA

Soetjiningsih.1995.Tumbuh Kembang Anak. Jakarta : EGC

Nelson. 1994. Ilmu kesehatan anak, Jilid I. Jakarta: EGC

Betz and Sowden. 2002. Buku saku keperawatan pediatri. Jakarta : EGC

Marlynn E. Doenges, Mary Frances

Moorhouse.1999.Rencanaasuhankeperawatan.Jakarta :EGC

http://haerulanwar6.blogspot.com/2014/04/asuhan-keperawatan-anak-

dengan.html Diakses pada 29 April 2019

http://stikesaisyiyahsurakarta-kepanak.blogspot.com/p/retardasi-

mental.html Diakses pada 29 April


http://www.slideshare.net/yabniellitjingga/lp-rm Diakses pada 29 April

2019

http://saripediatri.idai.or.id/pdfile/2-3-8.pdf Diakses pada 29 April 2019

Anda mungkin juga menyukai