NAMA : MELLASARI
NIM :KHGC 19 124
Retardasi mental ialah suatu keadaan perkembangan mental yang terhenti atau
tidak lengkap, yang terutama ditandai dengan adanya rendahnya ( impairment)
keterampilan ( kecakapan, skill ) selama masa perkembangan, sehingga berpengaruh
terhadap intelegensia yaitu kemampuan kognitif, bahasa, motorik dan sosial. ICG
( WHO, 1992 )
Menurut Crocker AC 1983, retadarsi mental adalah apabila jelas terdapat fungsi
intelegensi yang rendah, yang disertai adanya kendala dalam penyesuaian perilaku, dan
gejalanya timbul pada masa perkembangan.
Retardasi Mental adalah kelainan fungsi intelektual yang subnormal terjadi pada
masa perkembangan dan berhubungan dengan satu atau lebih gangguan dari:
a. Maturasi
b. Proses belajar
c. Penyesuaian diri secara social
- Etiologi
a. Penyebab Organik
a) Abrupsio plasenta
b) Diabetes maternal
c) Kelahiran premature
d) Kondisi neonatal termasuk meningitis dan perdarahan intracranial
3). Faktor Pasca natal :
a) Cedera kepala
b) Infeksi
c) Gangguan degeneratif
- Manisfestasi Klinik
a. Gangguan kognitif ( pola, proses pikir )
b. Lambatnya ketrampilan ekspresi dan resepsi bahasa
c. Gagal melewati tahap perkembangan yang utama
d. Lingkar kepala diatas atau dibawah normal ( kadang-kadang lebih besar atau lebih
kecil dari ukuran normal )
e. Kemungkinan lambatnya pertumbuhan
f. Kemungkinan tonus otot abnormal ( lebih sering tonus otot lemah )
g. Kemungkinan ciri-ciri dismorfik
h. Terlambatnya perkembangan motoris halus dan kasar
- Patofisiologi
Retardasi mental merujuk pada keterbatasan nyata fungsi hidup sehari-hari.
Retardasi mental ini termasuk kelemahan atau ketidakmampuan kognitif yang muncul
pada masa kanak-kanak ( sebelum usia 18 tahun ) yang ditandai dengan fungsi
kecerdasan di bawah normal ( IQ 70 sampai 75 atau kurang ) dan disertai keterbatasan-
keterbatasan lain pada sedikitnya dua area fungsi adaftif : berbicara dan berbahasa ,
kemampuan/ketrampilan merawat diri, kerumah tanggaan, ketrampilan sosial,
penggunaan sarana-sarana komunitas, pengarahan diri , kesehatan dan keamanan ,
akademik fungsional, bersantai dan bekerja. Penyebab retardasi mental bisa digolongkan
kedalam prenatal, perinatal dan pasca natal. Diagnosis retardasi mental ditetapkan secara
dini pada masa kanak-kanak.
- Klasifikasi
Kelompok retardasi mental berat ini hampir sama dengan retardasi mental
sedang dalam hal gambaran klinis, penyebab organik, dan keadaan-keadaan yang
terkait. Perbedaan utama adalah pada retardasi mental berat ini biasanya
mengalami kerusakan motor yang bermakna atau adanya defisit neurologis.
Kelompok retardasi mental berat ini hampir sama dengan retardasi mental
sedang dalam hal gambaran klinis, penyebab organik, dan keadaan-keadaan yang
terkait. Perbedaan utama adalah pada retardasi mental berat ini biasanya
mengalami kerusakan motor yang bermakna atau adanya defisit neurologis.
Retardasi mental sangat berat berarti secara praktis anak sangat terbatas
kemampuannya dalam mengerti dan menuruti permintaan atau instruksi.
Umumnya anak sangat terbatas dalam hal mobilitas, dan hanya mampu pada
bentuk komunikasi nonverbal yang sangat elementer.
Tabel 1: Klasifikasi retardasi mental dalama setiap usia perkembangan
Beberapa pemeriksaan penunjang perlu dilakukan pada anak yang menderita retardasi
mental, yaitu dengan:
1. Kromosomal Kariotipe
a. Terdapat beberapa kelainan fisik yang tidak khas
b. Anamnesis ibu tercemar zat-zat teratogen
c. Terdapat beberapa kelainan kongenital
d. Genetalia abnormal
2. EEG ( Elektro Ensefalogram)
a. Gejala kejang yang dicurigai
b. Kesulitan mengerti bahasa yang berat
3. CT ( Cranial Computed Tomography) atau MRI ( Magnetic Resonance Imaging)
a. Pembesaran kepala yang progresif
b. Tuberous sklerosis
c. Dicurigai kelainan otak yang luas
d. Kejang lokal
e. Dicurigai adanya tumor intrakranial
4. Titer virus untuk infeksi kongenital
a. Kelainan pendengaran tipe sensorineural
b. Neonatal hepatosplenomegali
c. Petechie pada periode neonatal
d. Chorioretinitis
e. Mikroptalmia
f. Kalsifikasi intrakranial
g. Mikrosefali
5. Serum asam urat ( uric acid serum)
a. Gout
b. Sering mengamuk
6. Laktat dan piruvat darah
a. Asidosis metabolik
b. Kejang mioklonik
Beberapa uji tumbuh kembang:
Uji intelegensi standar ( stanford binet, weschler, Bayley Scales of infant
development )
Uji perkembangan seperti DDST II
Pengukuran fungsi adaftif ( Vineland adaftive behaviour scales, Woodcock-
Johnson Scales of independent Behaviour, School edition of the adaptive
behaviour scales ).
- Pencegahan
1.Pencegahan primer
Dapat dilakukan dengan pendidikan kesehatan pada masyarakat, perbaikan
keadaan-sosio ekonomi, konseling genetik dan tindakan kedokteran (umpamanya
perawatan prenatal yang baik, pertolongan persalinan yang baik, kehamilan pada wanita
adolesen dan diatas 40 tahun dikurangi dan pencegahan peradangan otak pada anak-
anak).
2.Pencegahan sekunder
Meliputi diagnosa dan pengobatan dini peradangan otak, perdarahan subdural,
kraniostenosis (sutura tengkorak menutup terlalu cepat, dapat dibuka dengan kraniotomi;
pada mikrosefali yang kogenital, operasi tidak menolong).
3.Pencegahan tersier
Merupakan pendidikan penderita atau latihan khusus sebaiknya disekolah luar
biasa. Dapat diberi neuroleptika kepada yang gelisah, hiperaktif atau dektrukstif.
Konseling kepada orang tua dilakukan secara fleksibel dan pragmatis dengan tujuan
antara lain membantu mereka dalam mengatasi frustrasi oleh karena mempunyai anak
dengan Retardasi mental.
- Penatalaksanaan
1.) Farmakologi
Anak Retardasi mental biasanya disertai dengan gejala hyperkinetik (selalu
bergerak, konsentrasi kurangdan perhatian mudah dibelokkan). Obat-obat yang
sering digunakan dalam bidang retardasi mental adalah terutama untuk menekan
gejala-gejala hyperkinetik, misalnya :
a. Amphetamin dosis 0,2 - 0,4 mg/kg/hari
b. Imipramin dosis ± 1,5 mg/kg/hariEfek sampingan kedua obat diatas dapat
menimbulkan convulsi
c. Valium, Nobrium, Haloperidol dsb. dapat juga menekan gejala hyperkinetik
Obat-obatan untuk konvulsi :
a. Dilantin dosis 5 - 7 mg/kg/hari (Dilantin dapat juga menurunkan gejala
hyperkinetik, gejalagangguan emosi dan menaikkan fungsi berfikir).
b. Phenobarbital dosis 5 mg/kg/hari (Phenobarbital dapat menaikkan gejala
hyperkinetik).
c. Cofein : baik untuk convulsi dan menurunkan gejala hyperkinetik
Obat-obatan untuk menaikkan kemampuan belajar :
a. Pyrithioxine (Encephabol, Cerebron).
b. Glutamic acid.
c. Gamma amino butyric acid (Gammalon).
d. Pabenol.
e. Nootropil.
f. Amphetamin dsb.
2.) Non Farmakologi
Psikoterapi dapat diberikan baik pada anaknya sendiri maupun pada orang tuanya.
Untuk anak yang terbelakang dapat diberikan psikoterapi individual, psikoterapi
kelompok dan manipulasi lingkungan(merubah lingkungan anak yang tidak
menguntungkan bagi anak tersebut).
Walaupun tak akan dapat menyembuhkan keterbelakangan mental, tetapi dengan
psikoterapi dan obat-obatan dapat diusahakanperubahan sikap, tingkah laku, kemampuan
belajar dan hasil kerjanya. Yang penting adalah adanya ketekunan, kesadaran dan minat
yang sungguh dari pihak terapis (yang mengobati).
Terapis bertindak sebagai pengganti orang tua untuk membuat koreksi-koreksi
terhadaphubungan yang tak baik ini. Dari pihak perawat diperlukan juga ketekunan dan
kesadaran dalam merawatanak-anak dengan retardasi mental serta melaporkan kepada
dokter bila dalam observasi terdapattingkah laku anak maupun orang tua yang negatif,
merugikan bagi anak tersebut maupun lingkungannya(teman-teman disekitarnya).
Social worker (pekerja sosial) melakukan kunjungan rumah untuk melihat
hubungan anak denganorang tua, saudara-saudaranya maupun dengan masyarakat
sekitarnya. Tugasnya utama mencari data-data anak dan orang tua serta hubungan anak
dengan orang-orang disekitarnya. Untuk ibu atau orangtua anak dengan retardasi mental
dapat diberikan family terapi (terapi keluarga) untuk mengubah sikaporang tua atau
saudaranya yang kurang baik terhadap penderita. Dapat diberikan juga terapi kelompok
dengan ibu-ibu.
Anak retardasi mental lainnya, seminggu sekali selama 12 kali. Tujuannya untuk
mengurangi sikaprendah diri, perasaan kecewa dari ibu tersebut karena ternyata banyak
ibu lain yangmengalami nasib serupa, mempunyai anak dengan retardasi mental. Dengan
demikian ibu dapatbersikap lebih realistik dan lebih dapat menerima anaknya serta dapat
merencanakan program yang baikbagi anaknya. Di luar negeri social worker yang
bertugas memberi terapi kelompok untuk ibu-ibu tersebut di atas.
Komplikasi
a. Serebral palcy
b. Gangguan kejang
c. Gangguan kejiwaan
d. Gangguan konsentrasi /hiperaktif
e. Defisit komunikasi
f. Konstipasi
Perencanan Pulang dan Perawatan di Rumah
a) Rujuk anak dan keluarga ke lembaga dan ahki yang dapat memberi bantuan
khusus sehubungan dengan perawatan anak serta perawatan dan hygene gigi
b) Rujuk keluarga ke lembaga-lembaga kemasyarakatan untuk konseling genetik,
bantuan keuangan, peralatan adaptif, dan layanan-layanan pendukung
c) Bekerja sama dengan kelurga dalam membentuk dan mengimplementasikan
renacana perbaikan perilaku
d) Fasilitas pembelajaran keterampilan yang benar dalam hal sosial, kemasyarakatan,
komunikasi, keamamanaan masyarakat, dan menghindari orang asing ,serta
perkembangan minat berhubungan dengan kelompok sebaya dan bersantai dan
berekreasi.
e) Fasilitas keikutsertaan anak dalam program sekolah, program rekreasi, dan
lingkungan masyarakat.
Pengkajian Keperawatan
Kriteria Hasil :
Kriteria Hasil :
Kriteria Hasil :
Intervensi :
1) Kaji tingkat kemampuan anak
2) Pantau anak dalam memenuhi kebutuhannya
3) Libatkan anak dalam memenuhi kebutuhannya
4) Jelaskan secara berulang-ulang tentang perawatan diri
5) Beri dorongan anak untuk merawat dirinya
Rasional :
1) Untuk menentukan intervensi
2) Kebutuhan sehari-hari terpenuhi
3) Meningkatkan kemampuan dan harga diri anak
4) Meningkatkan pemahaman anak ttg perawatan diri
5) Meningkatkan motivasi anak.
- Implementasi Keperawatan
Evaluasi atau hasil penilaian yang dapat di capai setelah tindakan keperawatan antara
lain:
Pengertian
Autisme masa kanak-kanak dini adalah penarikan diri dan kehilangan kontak
dengan realitas atau orang lain. Pada bayi tidak terlihat tanda dan gejala.
(Sacharin, R, M, 1996 : 305)
Autisme Infantil adalah Gangguan kualitatif pada komunikasi verbal dan non
verbal, aktifitas imajinatif dan interaksi sosial timbal balik yang terjadi sebelum
usia 30 bulan. (Behrman, 1999: 120)
Autisme menurut Rutter 1970 adalah Gangguan yang melibatkan kegagalan
untuk mengembangkan hubungan antar pribadi (umur 30 bulan), hambatan dalam
pembicaraan, perkembangan bahasa, fenomena ritualistik dan konvulsif.
(Sacharin, R, M, 1996: 305)
Autisme pada anak merupakan gangguan perkembangan pervasif (DSM IV,
sadock dan sadock 2000)
Epidemiologi
Prevalensi 3-4 per 1000 anak. Perbandingan laki-laki dari wanita 3-4:1. Penyakit
sistemik, infeksi dan neurologi (kejang) dapat menunjukan gejala seperti austik.
Etiologi
Penyebab Autisme diantaranya :
1. Genetik (80% untuk kembar monozigot dan 20% untuk kembar dizigot) terutama
pada keluarga anak austik (abnormalitas kognitif dan kemampuan bicara).
2. Kelainan kromosim (sindrom x yang mudah pecah atau fragil).
3. Neurokimia (katekolamin, serotonin, dopamin belum pasti).
4. Cidera otak, kerentanan utama, aphasia, defisit pengaktif retikulum, keadaan
tidak menguntungkan antara faktor psikogenik dan perkembangan syaraf,
perubahan struktur serebellum, lesi hipokompus otak depan.
5. Penyakit otak organik dengan adanya gangguan komunikasi dan gangguan
sensori serta kejang epilepsi.
6. Lingkungan terutama sikap orang tua, dan kepribadian anak
Pada usia dini mempunyai pergerakan khusus yang dapt menyita perhatiannya
(berlonjak, memutar, tepuk tangan, menggerakan jari tangan). Kegiatan ini ritual dan
menetap pada keaadan yang menyenangkan atau stres. Kelainann lain adalh
destruktif , marah berlebihan dan akurangnya istirahat. Pada masa remaja perilaku
tidak sesuai dan tanpa inhibisi, anak austik dapat menyelidiki kontak seksual pada
orang asing.
Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis yang ditemuai pada penderita Autisme :
1. Penarikan diri, Kemampuan komunukasi verbal (berbicara) dan non verbal yang
tidak atau kurang berkembang mereka tidak tuli karena dapat menirukan lagu-
lagu dan istilah yang didengarnya, serta kurangnya sosialisasi mempersulit
estimasi potensi intelektual kelainan pola bicara, gangguan kemampuan
mempertahankan percakapan, permainan sosial abnormal, tidak adanya empati
dan ketidakmampuan berteman. Dalam tes non verbal yang memiliki
kemampuan bicara cukup bagus namun masih dipengaruhi, dapat memperagakan
kapasitas intelektual yang memadai. Anak austik mungkin terisolasi, berbakat
luar biasa, analog dengan bakat orang dewasa terpelajar yang idiot dan
menghabiskan waktu untuk bermain sendiri.
2. Gerakan tubuh stereotipik, kebutuhan kesamaan yang mencolok, minat yang
sempit, keasyikan dengan bagian-bagian tubuh.
3. Anak biasa duduk pada waktu lama sibuk pada tangannya, menatap pada objek.
Kesibukannya dengan objek berlanjut dan mencolok saat dewasa dimana anak
tercenggang dengan objek mekanik.
4. Perilaku ritualistik dan konvulsif tercermin pada kebutuhan anak untuk
memelihara lingkungan yang tetap (tidak menyukai perubahan), anak menjadi
terikat dan tidak bisa dipisahkan dari suatu objek, dan dapat diramalkan .
5. Ledakan marah menyertai gangguan secara rutin.
6. Kontak mata minimal atau tidak ada.
7. Pengamatan visual terhadap gerakan jari dan tangan, pengunyahan benda, dan
menggosok permukaan menunjukkan penguatan kesadaran dan sensitivitas
terhadap rangsangan, sedangkan hilangnya respon terhadap nyeri dan kurangnya
respon terkejut terhadap suara keras yang mendadak menunjukan menurunnya
sensitivitas pada rangsangan lain.
8. Keterbatasan kognitif, pada tipe defisit pemrosesan kognitif tampak pada
emosional
9. Menunjukan echolalia (mengulangi suatu ungkapan atau kata secara tepat) saat
berbicara, pembalikan kata ganti pronomial, berpuisi yang tidak berujung
pangkal, bentuk bahasa aneh lainnya berbentuk menonjol. Anak umumnya
mampu untuk berbicara pada sekitar umur yang biasa, kehilangan kecakapan
pada umur 2 tahun.
10. Intelegensi dengan uji psikologi konvensional termasuk dalam retardasi secara
fungsional.
11. Sikap dan gerakan yang tidak biasa seperti mengepakan tangan dan mengedipkan
mata, wajah yang menyeringai, melompat, berjalan berjalan berjingkat-jingkat.
Ciri yang khas pada anak yang austik :
1. Defisit keteraturan verbal.
2. Abstraksi, memori rutin dan pertukaran verbal timbal balik.
3. Kekurangan teori berfikir (defisit pemahaman yang dirasakan atau dipikirkan
orang lain).
Menurut Baron dan kohen 1994 ciri utama anak autisme adalah:
1. Interaksi sosial dan perkembangan sossial yang abnormal.
2. Tidak terjadi perkembangan komunikasi yang normal.
3. Minat serta perilakunya terbatas, terpaku, diulang-ulang, tidak fleksibel dan
tidak imajinatif.
4. Ketiga-tiganya muncul bersama sebelum usia 3 tahun.
PENGOBATAN
Orang tua perlu menyesuaikan diri dengan keadaan anaknya, orang tua harus
memeberikan perawatan kepada anak temasuk perawat atau staf residen lainnya.
Orang tua sadar adanaya scottish sosiety for autistik children dan natinal sosiety for
austik children yang dapat membantu dan dapat memmberikan pelayanan pada anak
autis. Anak autis memerlukan penanganan multi disiplin yaitu terapi edukasi, terapi
perilaku, terapi bicara, terapi okupasi, sensori integasi, auditori integration training
(AIT), terapi keluarga dan obat, sehingga memerlukan kerja sama yang baik antara
orang tua, keluarga dan dokter.
Pendekatan terapeutik dapat dilakukan untuk menangani anak austik tapi
keberhasilannya terbatas, pada terapi perilaku dengan pemanfaatan keadaan yang
terjadi dapat meningkatkan kemahiran berbicara. Perilaku destruktif dan agresif
dapat diubah dengan menagement perilaku. Latihan dan pendidikan dengan
menggunakan pendidikan (operant konditioning yaitu dukungan positif (hadiah) dan
hukuman (dukungan negatif). Merupakan metode untuk mengatasi cacat,
mengembangkan ketrampilan sosial dan ketrampilan praktis. Kesabaran diperlukan
karena kemajuan pada anak autis lambat. Neuroleptik dapat digunakan untuk
menangani perilaku mencelakkan diri sendiri yang mengarah pada agresif,
stereotipik dan menarik diri dari pergaulan sosial. Antagonis opiat dapat mengatasi
perilaku, penarikan diri dan stereotipik, selain itu terapi kemampuan bicara dan
model penanganan harian dengan menggunakan permainan latihan antar perorangan
terstruktur dapt digunakan. Masalah perilaku yang biasa seperti bising, gelisah atau
melukai diri sendiri dapat diatasi dengan obat klorpromasin atau tioridasin. Keadaan
tidak dapat tidur dapat memberikan responsedatif seperti kloralhidrat, konvulsi
dikendalikan dengan obat anti konvulsan. Hiperkinesis yang jika menetap dan berat
dapat ditanggulangi dengan diit bebas aditif atau pengawet. Dapat disimpulkan
bahwa terapi pada autisme dengan mendeteksi dini dan tepat waktu serta program
terapi yang menyeluruh dan terpadu.
Penatalaksanaan anak pada autisme bertujuan untuk:
1. Mengurangi masalah perilaku.
2. Meningkatkan kemampuan belajar dan perkembangan terutama bahasa.
3. Anak bisa mandiri.
4. Anak bisa bersosialisasi.
Prognosis
Anak terutama yang mengalami bicara, dapat tumbuh pada kehidupan marjinal,
dapat berdiri sendiri, sekalipun terisolasi, hidup dalam masyarakat, namun pada
beberapa anak penempatan lama pada institusi mrp hasil akhir. Prognosis yang lebih
baik adalah tingakt intelegensi lebih tinggi, kemampuan berbicara fungsional,
kurangnya gejala dan perilaku aneh. Gejala akan berubah dengan pertumbuhan
menjadi tua. kejang-kejang dan kecelakaan diri sendiri semakin terlihat pada
perkembangan usia.
A. Asuhan Keperawatan Pada Anak Autisme
1. Pengkajian
a. Riwayat gangguan psikiatri/jiwa pada keluarga.
b. Riwayat keluarga yang terkena autisme.
c. Riwayat kesehatan ketika anak dalam kandungan.
Sering terpapar zat toksik, seperti timbal.
Cedera otak
d. Status perkembangan anak.
Anak kurang merespon orang lain.
Anak sulit fokus pada objek dan sulit mengenali bagian tubuh.
Anak mengalami kesulitan dalam belajar.
Anak sulit menggunakan ekspresi non verbal.
Keterbatasan Kongnitif.
e. Pemeriksaan fisik
Tidak ada kontak mata pada anak.
Anak tertarik pada sentuhan (menyentuh/disentuh).
Terdapat Ekolalia.
Tidak ada ekspresi non verbal.
Sulit fokus pada objek semula bila anak berpaling ke objek lain.
Anak tertarik pada suara tapi bukan pada makna benda tersebut.
Peka terhadap bau.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Kelemahan interaksi sosial berhubungan dengan ketidakmampuan untuk
percaya pada orang lain.
b. Hambatan komunikasi verbal dan non verbal berhubungan dengan ransangan
sensori tidak adekuat, gangguan keterampilan reseptif dan ketidakmampuan
mengungkapkan perasaan.
c. Risiko tinggi cidera : menyakiti diri berhubungan dengan kurang
pengawasan.
d. Kecemasan pada orang tua behubungan dengan perkembang anak.
3. Intervensi
a. Kelemahan interaksi sosial berhubungan dengan ketidakmampuan untuk
percaya pada orang lain.
Tujuan : Klien mau memulai interaksi dengan pengasuhnya
Intervensi: :
1) Batasi jumlah pengasuh pada anak.
2) Tunjukan rasa kehangatan/keramahan dan penerimaan pada anak.
3) Tingkatkan pemeliharaan dan hubungan kepercayaan.
4) Motivasi anak untuk berhubungan dengan orang lain.
5) Pertahankan kontak mata anak selama berhubungan dengan orang lain.
6) Berikan sentuhan, senyuman, dan pelukan untuk menguatkan sosialisasi.
b. Hambatan komunikasi verbal dan non verbal berhubungan dengan ransangan
sensori tidak adekuat, gangguan keterampilan reseptif dan ketidakmampuan
mengungkapkan perasaan.
Tujuan : Klien dapat berkomunikasi dan mengungkapkan perasaan kepada
orang lain.
Intervensi :
1) Pelihara hubungan saling percaya untuk memahami komunikasi anak.
2) Gunakan kalimat sederhana dan lambang/maping sebagai media.
3) Anjurkan kepada orang tua/pengasuh untuk melakukan tugas secara
konsisten.
4) Pantau pemenuhan kebutuhan komunikasi anaksampai anak menguasai.
5) Kurangi kecemasan anak saat belajar komunikasi.
6) Validasi tingkat pemahaman anak tentang pelajaran yang telah diberikan.
7) Pertahankan kontak mata dalam menyampaikan ungkapan non verbal.
8) Berikan reward pada keberhasilan anak.
9) Bicara secara jelas dan dengan kalimat sederhana.
10) Hindari kebisingan saat berkomunikasi.
c. Risiko tinggi cidera : menyakiti diri berhubungan dengan kurang
pengawasan.
Tujuan : Klien tidak menyakiti diriya.
Intervensi :
1) Bina hubungan saling percaya.
2) Alihkan prilaku menyakiti diri yang terjadi akibat respon dari
peningkatan kecemasan.
3) Alihkan/kurangi penyebab yang menimbulkan kecemasan.
4) Alihkan perhatian dengan hiburan/aktivitas lain untuk menurunkan
tingkat kecemasan.
5) Lindungi anak ketika prilaku menyakiti diri terjadi.
6) Siapkan alat pelindung/proteksi.
7) Pertahankan lingkungan yang aman.
d. Kecemasan pada orang tua behubungan dengan perkembang anak.
Tujuan : Kecemasan berkurang/tidak berlanjut.
Intervensi :
1) Tanamkan pada orang tua bahwa autis bukan aib/penyakit.
2) Anjurkan orang tua untuk membawa anak ke tempat terapi yang
berkwalitas baik serta melakukan secara konsisten.
3) Berikan motivasi kepada orang tua agar dapat menerima kondisi anaknya
yang spesial.
4) Anjurkan orang tua untuk mengikuti perkumpulan orang tua dengan anak
autis, seperti kegiatan Autis Awareness Festifal.
5) Berikan informasi mengenai penanganan anak autis.
6) Beritahukan kepada orang tua tentang pentingnya menjalankan terapi
secara konsisten dan kontinue.
3 . ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN ATTENTION DEFICIT
HYPERACTIVITY DISORDER (ADHD)
1. Pengertian
Sindroma hiperaktivitas merupakan istilah gangguan kekurangan perhatian
menandakan gangguan-gangguan sentral yang terdapat pada anak-anak, yang
sampai saat ini dicap sebagai menderita hiperaktivitas, hiperkinesis, kerusakan
otak minimal atau disfungsi serebral minimal. (Nelson, 1994) Hiperaktif
menunjukkan adanya suatu pola perilaku yang menetap pada seorang anak.
Perilaku ini ditandai dengan sikap tidak mau diam, tidak bisa berkonsentrasi dan
bertindak sekehendak hatinya atau impulsif. (Dr. Seto Mulyadi dalam bukunya
“Mengatasi Problem Anak Sehari-hari“) Hiperaktif adalah gangguan tingkah laku
yang tidak normal, disebabkan disfungsi neurologis dengan gejala utama tidak
mampu memusatkan perhatian. (Sani Budiantini Hermawan, Psi.,)
Jadi yang dimaksud dengan hiperaktif adalah suatu pola perilaku pada
seseorang yang menunjukkan sikap tidak mau diam, tidak terkendali, tidak
menaruh perhatian dan impulsif (bertindak sekehendak hatinya). Anak hiperaktif
selalu bergerak dan tidak pernah merasakan asyiknya permainan atau mainan
yang disukai oleh anak-anak lain seusia mereka, dikarenakan perhatian mereka
suka beralih dari satu fokus ke fokus yang lain. Mereka seakan-akan tanpa henti
mencari sesuatu yang menarik dan mengasikkan namun tidak kunjung datang.
2. Etiologi
a. Faktor neurologik
Insiden hiperaktif yang lebih tinggi didapatkan pada bayi yang lahir
dengan masalah-masalah prenatal seperti lamanya proses persalinan,
distresfetal, persalinan dengan cara ekstraksi forcep, toksimiagravidarum
atau eklamsia dibandingkan dengan kehamilan dan persalinan normal. Di
samping itu faktor-faktor seperti bayi yang lahir dengan berat badan
rendah, ibu yang terlalu muda, ibu yang merokok dan minum alkohol juga
meninggikan insiden hiperaktif. Terjadinya perkembangan otak yang
lambat. Faktor etiologi dalam bidang neuoralogi yang sampai kini banyak
dianut adalah terjadinya disfungsi pada salah satu neurotransmiter di otak
yang bernama dopamin. Dopamin merupakan zat aktif yang berguna untuk
memelihara proses konsentrasi. Beberapa studi menunjukkan terjadinya
gangguan perfusi darah di daerah tertentu pada anak hiperaktif, yaitu di
daerah striatum, daerah orbital-prefrontal, daerah orbital-limbik otak,
khususnya sisi sebelah kanan.
b. Faktor toksik
Beberapa zat makanan seperti salisilat dan bahan-bahan pengawet
memiliki potensi untuk membentuk perilaku hiperaktif pada anak. Di
samping itu, kadar timah (lead) dalam serum darah anak yang meningkat,
ibu yang merokok dan mengkonsumsi alkohol, terkena sinar X pada saat
hamil juga dapat melahirkan calon anak hiperaktif.
c. Faktor genetik
Didapatkan korelasi yang tinggi dari hiperaktif yang terjadi pada keluarga
dengan anak hiperaktif. Kurang lebih sekitar 25-35% dari orang tua dan
saudara yang masa kecilnya hiperaktif akan menurun pada anak. Hal ini
juga terlihat pada anak kembar.
d. Faktor psikososial dan lingkungan
Pada anak hiperaktif sering ditemukan hubungan yang dianggap keliru
antara orang tua dengan anaknya.
3. Epidemiologi
Angka kejadian ADHD di seluruh dunia diperkirakan mencapai hingga lebih
dari 5 %. Dilaporkan lebih banyak terdapat pada laki-laki dibandingkan dengan
wanita. Di Amerika Serikat, penelitian menunjukkan kejadian ADHD mencapai
7%.
4. Patofisiologi
Kurang konsentrasi/gangguan hiperaktivitas ditandai dengan gangguan
konsentrasi, sifat impulsif, dan hiperaktivitas. Tidak terdapat bukti yang
meyakinkan tentang sesuatu mekanisme patofisiologi ataupun gangguan
biokimiawi. Anak pria yang hiperaktiv, yang berusia antara 6 – 9 tahun serta yang
mempunyai IQ yang sedang, yang telah memberikan tanggapan yang baik
terhadap pengobatan–pengobatan stimulan, memperlihatkan derajat perangsangan
yang rendah (a low level of arousal) di dalam susunan syaraf pusat mereka,
sebelum pengobatan tersebut dilaksanakan, sebagaimana yang berhasil diukur
dengan mempergunakan elektroensefalografi, potensial–potensial yang
diakibatkan secara auditorik serta sifat penghantaran kulit. Anak pria ini
mempunyai skor tinggi untuk kegelisahan, mudahnya perhatian mereka dialihkan,
lingkup perhatian mereka yang buruk serta impulsivitas. Dengan 3 minggu
pengobatan serta perawatan, maka angka–angka laboratorik menjadi lebih
mendekati normal serta penilaian yang diberikan oleh para guru mereka
memperlihatkan tingkah laku yang lebih baik.
5. Gejala klinis
Ukuran objektif tidak memperlihatkan bahwa anak yang terkena gangguan ini
memperlihatkan aktifitas fisik yang lebih banyak, jika dibandingkan dengan
anak–anak kontrol yang normal, tetapi gerakan–gerakan yang mereka lakukan
kelihatan lebih kurang bertujuan serta mereka selalu gelisah dan resah. Mereka
mempunyai rentang perhatian yang pendek, mudah dialihkan serta bersifat
impulsif dan mereka cenderung untuk bertindak tanpa mempertimbangkan atau
merenungkan akibat tindakan tersebut. Mereka mempunyai toleransi yang rendah
terhadap perasaan frustasi dan secara emosional mereka adalah orang–orang yang
labil serta mudah terangsang. Suasana perasaan hati mereka cenderung untuk
bersifat netral atau pertenangan, mereka kerap kali berkelompok, tetapi secara
sosial mereka bersikap kaku.
Beberapa orang di antara mereka bersikap bermusuhan dan negatif, tetapi ciri
ini sering terjadi secara sekunder terhadap permasalahan–permasalahan
psikososial yang mereka alami. Beberapa orang lainnya sangat bergantung secara
berlebih–lebihan, namun yang lain lagi bersikap begitu bebas dan merdeka,
sehingga kelihatan sembrono. Kesulitan-kesulitan emosional dan tingkah laku
lazim ditemukan dan biasanya sekunder terhadap pengaruh sosial yang negatif
dari tingkah laku mereka. Anak-anak ini akan menerima celaan dan hukuman dari
orang tua serta guru dan pengasingan sosial oleh orang-orang yang sebaya dengan
mereka. Secara kronik mereka mengalami kegagalan di dalam tugas-tugas
akademik mereka dan banyak diantara mereka tidak cukup terkoordinasi serta
cukup mampu mengendalikan diri sendiri untuk dapat berhasil di dalam bidang
olah raga. Mereka mempunyai gambaran mengenai diri mereka sendiri yang
buruk serta mempunyai rasa harga diri yang rendah dan kerap kali mengalami
depresi. Terdapat angka kejadian tinggi mengenai ketidakmampuan belajar
membaca matematika, mengeja serta tulis tangan. Prestasi akademik mereka
dapat tertinggal 1 – 2 tahun dan lebih sedikit daripada yang sesunguhnya
diharapkan dari kecerdasan mereka yang diukur.
6. Pemeriksaan Penunjang
Tidak ada pemeriksaan laboratorium yang akan menegakkan diagnosis
gangguan kekurangan perhatian. Anak yang mengalami hiperaktivitas dilaporkan
memperlihatkan jumlah gelombang-gelombang lambat yang bertambah banyak
pada elektorensefalogram mereka, tanpa disertai dengan adanya bukti tentang
penyakit neurologik atau epilepsi yang progresif, tetapi penemuan ini mempunyai
makna yang tidak pasti. Suatu EEG yang dianalisis oleh komputer akan dapat
membantu di dalam melakukan penilaian tentangketidakmampuan belajar pada
anak itu.
7. Penatalaksanaan
a. Keperawatan
1) Pengobatan serta perawatan yang harus dilaksanakan pada anak yang
mengalami gangguan hiperaktif ditujukan kepada keadaan sosial
lingkungan rumah dan ruangan kelas penderita serta kepada
kebutuhan-kebutuhan akademik dan psikososial anak yang
bersangkutan, suatu penjelasan yang terang mengenai keadaan anak
tersebut haruslah diberikan kepada kedua orang tuanya dan kepada
anak itu sendiri.
2) Anak tersebut hendaklah mempunyai aturan yang berjalan secara
teratur menurut jadwal yang sudah ditetapkan dan mengikuti
kegiatan rutinnya itu, dan sebaiknya selalu diberikan kata-kata
pujian.
3) Perangsangan yang berlebihan serta keletihan yang sangat hebat
haruslah dihindarakan, anak tersebut akan mempunyai saat-saat
santai setelah bermain terutama sekali setelah ia melakukan
kegiatan fisik yang kuat dan keras
4) Periode sebelum pergi tidur haruslah merupakan masa tenang, dengan
cara menghindarkan acara-acara televisi yang merangsang,
permainan-permainan yang keras dan jungkir balik.
5) Lingkungan di sekitar tempat tidur sebaiknya diatur sedemikian
rupa, barang-barang yang membahayakan dan mudah pecah
dihindarkan.
6) Tehnik-tehnik perbaikan aktif yang lebih formal akan dapat
membantu, dengan memberikan hadiah kepada anak tersebut berupa
bintang atau tanda sehingga mereka dapat mencapai kemajuan dalam
tingkah laku mereka.
b. Medis
1) Terapi farmakologi :
Farmakoterapi kerap kali diberikan kepada anak-anak yang
mengalami gangguan hiperaktif. Farmakologi yang sering
digunakan adalah dekstroamfetamin, metilfenidat, magnesium
pemolin serta fenotiazin. obat tersebut mempunyai pengaruh-
pengaruh sampingan yang lebih sedikit. Cara bekerja obat tersebut
mungkin sekali adalah dengan mengadakan modifikasi di dalam
gangguan-gangguan fundamental pada rentang perhatian,
konsentrasi serta impulsivitas. Oleh karena respon yang akan
mereka berikan terhadap pengobatan tidak dapat diramalkan
sebelumnya, maka biasanya diperlukan suatu masa percobaan
klinik, mungkin akan dibutuhkan waktu 2-3 minggu dengan
pemberian pengobatan setiap hari untuk menentukan apakah akan
terdapat pengaruh obat itu atau tidak.
2) Dosis:
Obat tersebut diberikan setelah makan pagi dan makan siang, agar
hanya memberikan pengaruh yang minimal kepada nafsu makan
dan tidur penderita.
a. Metilfenidat : dosis yang diberikan berbeda-beda sesuai
dengan usia masing-masing anak akan tetapi berat badan
tidak berpengaruh terhadap dosis.pada awalnya mereka
diberikan 5 mg pada saat makan pagi serta pada waktu
makan siang. Jika tidak ada respon yang diberikan maka
dosis di naikan dengan 2,5 mg dengan selang waktu 3-5
hari. Bagi anak-anak yang berusia 8-9 tahun dosis yang
efektif adalah 15-20 mg/24 jam. Sementara itu anak yang
berusia lebuh lanjut akan memerlukan dosis sampai 40
mg/jam. Pengaruh obat ini akan berlangsung selama 2-4
hari. Biasanya anak akan bersifat rewel dan menangis. Jika
pemakaian obat ini sudah berlangsung lama dan dosis yang
diberikan lebih dari 20 mg/jam rata-rata mereka akan
mengalami pengurangan 5 cm dari tinggi yang diharapkan.
b. Dekstroamfetamin : dapat diberikan dalam bentuk yang
dilepaskan (showreleased) secara sedikit demi sedikit.
Dosis awalnya adalah 10 mg dengan masa kerja selama 8-
18 jam sehingga penderita hanya membutuhkan satu dosis
saja setiap hari, pada waktu sarapan pagi. Dosisnya dalah
kira sebesar setengah dosis metilfenidat, berkisar antara 10-
20 mg/jam
c. Magnesium pemolin : dianjurkan untuk memberikan dosis
awal sebesar 18,75 mg, untuk selanjutnya dinaikan dengan
setengah tablet/minggu. Akan dibutuhkan waktu selama 3-
4 minggu untuk menetapkan keefektifan obat tersebut. Efek
samping dari obat tersebut adalah berpengaruh terhadap
fungsi hati, kegugupan serta kejutan otot yang meningkat.
d. Fenotiazin : dapat menurunkan tingkah laku motorik anak
yang bersangkutan, efek samping : perasaan mengantuk,
iritabilitas serta distonia.
Secara umum efek samping dari pemakaian obat-obatan tersebut diatas
adalah anoreksia dan penurunan berat badan, nyeri perut bagian atas serta
sukar tidur, anak akan mudah menangis serta peka terhadap celaan
ataupun hukuman, detak jantung yang meningkat serta penekanan
pertumbuhan. Jika terjadi hal demikian maka pengurangan dosis atau
penghentian pengguanaan obat-obatan perlu dihentikan.
A. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Menurut Hidayat (2005) pengkajian perkembangan anak berdasarkan umur
atau usia anak antara lain :
a. Neonatus (0-28 hari)
1) Apakah ketika lahir neonatus menangis?
2) Bagaimana kemampuan memutar-mutar kepala?
3) Bagaimana kemampuan menghisap?
4) Kapan mulai mengangkat kepala?
5) Bagaimana kemampuan motorik halus anak (misalnya kemampuan
untuk mengikuti garis tengah bila kita memberikan respons
terhadap jari atau tangan)?
6) Bagaimana kemampuan berbahasa anak (menangis, bereaksi
terhadap suara atau bel)?
7) Bagaimana kemampuan anak dalam beradaptasi (misalnya
tersenyum dan mulai menatap muka untuk mengenali seseorang?
b. Masa bayi / Infant (28 hari - 1 tahun)
1) Bayi usia 1-4 bulan.
a) Bagaimana kemampuan motorik kasar anak (misalnya
mengangkat kepala saat tengkurap, mencoba duduk sebentar
dengan ditopang, dapat duduk dengan kepala tegak, jatuh
terduduk dipangkuan ketika didukung pada posisi berdiri,
komtrol kepala sempurna, mengangkat kepala sambil berbaring
terlentang, berguling dari terlentang ke miring, posisi lengan
dan tungkai kurang fleksi danm berusaha untuk merangkan)?
b) Bagaimanan kemampuan motorik halus anak (misalnya
memegang suatu objek, mengikuti objek dari satu sisi ke sisi
lain, mencoba memegang benda dan memaksukkan dalam
mulut, memegang benda tetapi terlepas, memperhatikan tangan
dan kaki, memegang benda dengan kedua tangan, menagan
benda di tangan meskipun hanya sebentar)?
c) Bagimana kemampuan berbahasan anak (kemampuan berbicara
dan tersenyum, dapat berbunyi huruf hidup, berceloteh, mulai
mampu mengucapkan kata ooh / ahh, tertawa dan berteriak,
mengoceh spontan atau berekasi dengan mengoceh)?
d) Bagaimana perkembangan adaptasi sosial anak (misalnya:
mengamati tangannya, tersenyum spontan dan membalas
senyum bila diajak tersenyum, mengenal ibunya dengan
penglihatan, penciuman, pendengaran dan kontak, tersenyum
pada wajah manusia, meskipun tidur dalamsehari lebih sedikit
dari waktu terhaga, membentuk siklus tidur bangun , menangis
menjadi sesuatu yang berbeda, membedakan wajah-wajah yang
dikenal dan tidak dikenal, senang menatap wajah-wajah yang
dikenalnya, diam saja ketika ada orang asing)?
2) Bayi Umur 4-8 bulan
a) Hal ini mungkin sulit dikaji pada anak yang masih kecil,
tetapisecara umum harga diri anak yang mengalami ADHD
adalah rendah.
b) Karena mereka tidak berhasil di sekolah, tidak dapat memiliki
banyak teman, dan mengalami masalah dalam mengerjakan
tugas di rumah, mereka biasanya merasa terkucil sana merasa
diri mereka buruk.
c) Reaksi negatif orang lain yangmuncul karena perilaku mereka
sendiri sebagai orang yang buruk dan bodoh.
8) Peran dan hubungan
2. Diagnosa Keperawatan
a. Harga diri rendah situasional berhubungan dengan koping individu
tidak efektif.
b. Risiko cedera berhubungan dengan hiperaktivitas dan perilaku impulsif.
c. Ketidakefektifankoping individu berhubungan dengankelainan fungsi
darisystem keluarga dan perkembangan ego yang terlambat, serta
penganiayaan dan penelantaran anak.
d. Gangguan pola tidur berhubungan dengan ansietas dan hiperaktif.
e. Ansietas (sedang sampai berat) berhubungan dengan ancaman konsep
diri, rasa takut terhadap kegagalan, disfungsi system keluarga dan
hubungan antara orang tua dan anak yang tidak memuaskan.
f. Koping defensif berhubungan dengan harga diri rendah, kurang umpan
balik atau umpan balik negatif yang berulang yang mengakibatkan
penurunan makna diri.
g. Penurunan koping keluarga berhubungan dengan perasaan bersalah
yang berlebihan, marah atau saling menyalahkan diantara anggota
keluarga tentang perilaku anak, kepenatan orang tua karena menghadapi
anak dengan gangguan dalam jangka waktu yang lama.
h. Defisit pengetahuan tentang kondisi, prognosis, perawatan diri dan
kebutuhan terapi berhubungan dengan kurang sumber informasi,
interpretasi yang salah tentang informasi.
3. Perencanaan
NO DIAGNOSA RENCANA TUJUAN RENCANA TINDAKAN RASIONAL
KEPERAWATAN DAN KRITERIA HASIL
1 Harga diri rendah Tujuan :
situasional Anak memperlihatkan 1. Pastikan bahwa 1. Hal ini penting untuk
berhubungan dengan perasaan-perasaan nilai sasaran-sasaran yang akan pasien untuk mencapai
koping individu tidak diri yang meningkat saat dicapai adalah realistis. sesuatu, maka rencana
efektif pulang, dengan criteria untuk aktivitas-aktivitas di
hasil : 2. Sampaikan perhatian mana kemungkinan untuk
1. Ekspresi verbal dari tanpa persyaratan untuk sukse adalah mungkin dan
aspek-aspek positif tentang pasien. kesuksesan ini dapat
diri, pencapaian masalalu meningkatkan harga diri
dan prospek-prospek masa 3. Sediakan waktu anak.
depan bersama anak, keduanya pada
2. Mampu satu ke satu basis dan pada 2. Komunikasi dari pada
mengungkapkan persepsi aktivitas-aktivitas kelompok. penerimaan Anda terhadap
yang positif tentang diri anak sebagai makhluk
3. Anak berpartisipasi 4. Menemani anak dalam hidup yang berguna dapat
dalam aktivitas-aktivitas mengidentifikasi aspek-aspek meningkatkan harga diri.
baru tanpa positif dari diri anak.
memperlihatkan rasa takut 3. Hal ini untuk
yang ektrim terhadap 5. Bantu anak mengurangi menyampaikan pada anak
kegagalan. penggunaan penyangkalan bahwa Anda merasa bahwa
sebagai suatu mekanisme dia berharga untuk waktu
bersikap membela. Anda.
5. Evaluasi
Hasil yang diharapkan dari pemberian asuhan keperawatan pada anak dengan
hiperaktif antara lain: