Anda di halaman 1dari 50

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH III

SISTEM SARAF (KASUS MENINGITIS)

Dosen Pengampu: Ns. Fiora Ladestiva, M. Kep, Sp. Kep. MB

Disusun Oleh:

Tutor G Keperawatan Medikal Bedah (KMB III)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN “VETERAN” JAKARTA

2019
Anatomi dan Fisiologi

Lies Rahmayanti 1710711041

Sistem saraf manusia mempunyai struktur yang kompleks dengan berbagai funsi yang
berbeda dan saling mempengaruhi. Satu fungsi saraf terganggu secara fisiologi akan
berpengaruh terhadap fungsi tubuh yang lain.

Sistem saraf dikelompokkan menjadi dua bagian besar yaitu Susunan Saraf Pusat/
Central Nervous Sytem (CNS) dan Susunan Saraf Perifer/ Peripheral Nervous System
(PNS). Susunan saraf pusat terdiri dari otak dan medua spinalis, sedangkan saraf
perifer terdiri atas saraf- saraf yang keluar dari otak (12 pasang) dan saraf- saraf yang
keluar dari medula spinalis (31 pasang). Menurut fungsinya saraf perifer dibagi atas
saraf Afferent (sensorik) dan Efferent (motorik). Saraf Aferent ( sensorik)
menghantarkan informasi dari reseptor- reseptor khusus yang berbeda pada organ
permukaan atau bagian dalam ke otak. Saraf Eferen (motorik) menyampaikan
informasi dari otak dan medula spinal ke organ- organ tubuh seperti otot rangka, otot
jantung, otot- otot bagian dalam dan kelenjar- kelenjar. Saraf motorik kemudian dibagi
menjadi dua sistem yaitu sistem saraf somatik dan sistem saraf otonomik. Sistem
saraf somatik berperan dalam interaksi antara tubuh dengan lingkungan luar. Serabut
sarafnya berada pada sel- sel otot rangka. Sistem saraf otonomik dibagi atas simpatis
dan parasimpatis yang erperan dalaminteraksi dengan lingkungan internal seperti
pada otot jantung kelenjar, dll.

Sistem Saraf Pusat

Sistem saraf pusat (SSP) terdiri dari atas otak dan medula spinalis. Berdasarkan
fungsinya sistem saraf pusat dibagi atas tiga bagian besar yaitu: otak bagian atas atau
korteks serebri, otak bagian bawah (basal ganglia, thalamus hypothalamus, batang
otak, medula oblongata, cerebelum) dan medula spinalis.

Otak

Otak berada pada ruang kranial dan dilindungi oleh tulang- tulang tengkorak yang
disebut kranium.

Tulang- tulang Kranium


Otak terletak dalam ruang tertutup oleh kranium, tulang- tulang penyusun kranium
disebut tengkorak yang berfungsi melindungi organ- organ vital. Ada sembilan tulang
yang membentuk kranium yaitu tulang frontal, oksipital, sfenoid, etmoid, temporal 2
buah, parietal 2 buah. Tulang- tulang tengkorak dihubungkan oleh sutura.

Gambar Tulang – tulang Tengkorak

Meningen

Meningen adalah jaringan membran penghubung yang melapisi otak dan medulu
spinalis. Ada tiga lapisan meningen yaitu: durameter, arachnoid dan piameter.
Durameter adalah lapisan luar meninges, merupakan lapisan yang liat, kasar dan
mempunyai dua lapisan membran. Arachnoid adalah membran bagian tengah, tipis
dan berbentuk seperti laba- laba. Sedangan piameter merupakan lapisan paling
dalam, tipis, merupakan membran vaskuler yang membungkus seluruh permukaan
otak. Antara lapisan satu dengan yang lainnya terdapat ruang meningeal yaitu: Ruang
epidural merupakan ruang antara lapisan dalam durameter dengan membran
arachnoid, ruang subarachnoid yaitu ruang antara arachnoid dengan piameter. Pada
ruang subarachoid ini terdapat cairan serebrospinalis (CSF).
Gambar Lapisan Meningen Otak

Korteks Serebri

Merupakan lapisan bagian atas dari cerebrum yang tebalnya 2-5 mm dan tersusun
sebagian besar oleh gray matter dan hampir 75% sel bodi saraf dan dendrit berada
pada korteks serebri. Semua aktivitas tubuh dikendalikan oleh korteks serebri sesuai
dengan areanya. Pada korteks serebri terdapat area- area tertentu yang dipetakan
menggunakan angka oleh Brodmann (1909). Menurut Brodmann permukaan korteks
dapat dibagi menjadi sebagian besar daerah- daerah artitektural sel- sel. Masing-
masing area mempunyai arti fungsional yang jelas dan spesifik. Misalnya area 4
merupakan area korteks motorik, area 5 dan 7 merupakan area asosiasi
somatosensorik, area 6 korteks area premotorik.

Gambar Area Brodmann Korteks Serebri


Cerebrum

Cerebrum adalah bagian otak yang paling besar, kira-kira 80% dari berat
otak.Cerebrum mempunyai dua hemisfer yang dihubungkan oleh korpus kallosum
yaitu hemisfer kanan dan hemisfer kiri. Baik hemisfer kanan dan kiri menginterpretasi
data sensori yang masuk, menyimpan memori, belajar. Namun kemudian masing-
masing hemisfer mempunyai dominasi tertentu, seperti pada hemisfer kanan lebih
dominan dalam mengasimilasi pengalaman sensori seperti visual, informasi, aktivitas
musik, seni, menari. Pada hemisfer kiri lebih domain pada kemampuan analisis,
bahasa, bicara, matematik, dan berpikir abstrak. Setiap hemisfer terbagi atas empat
lobus yaitu lobus frontal, parietal, temporal dan oksipital.

Lobus frontal berfungsi sebagai aktivitas motorik, fungsi intelektual, emosi dan fungsi
fisik. Pada bagian frontal bagian kiri terdapat areabroca (area 44 dan 45) yang
berfungsi sebagai pusat motorik bahasa. Kerusakan area broca dapat mengakibatkan
aphasia motorik (ekspresif) yang ditandai ketidakmampuan pasien untuk
mengungkapkan pikiran- pikiran yang dapat dimengerti dalam bentuk bicara.

Lobus parietal terdapat sensori primer dan korteks, berfungsi sebagai proses input
sensori, sensori posisi, sensasi raba, tekan dan perubahan suhu ringan. Pada lobus
parietal terdapat area Brodmann 1,2 dan 3 yang merupakan area korteks
somatosensori. Area ini menerima impuls- impuls sensori spesifik dari hypotalamus.
Jika terjadi kerusakan unilateral pada area ini maka pasien tidak dapat mengenali dan
menilai rangsangan raba ringan, diskriminasi dan menentukan lokasi rasa raba.

Lokasi temporal mengandung area auditorius, tempat tujuan sensasi yang datang dari
telinga. Berfungsi sebagai input perasa pendengaran, pengecap, penciuman dan
proses memori. Pada lobus temporal terdapat area Brodmann 41 dan 43 yang
merupakan korteks area pendengaran primer dan area Brodmann 22 yang merupakan
area korteks asosiasi pendengaran. Kerusakan pada area ini dapat mengakibatkan
gangguan bicara atau menulis karena ketidakmampuan menangkap suara dari luar.
Pada lobus temporal bagian medial terdapat hipocampus yang berperan dalam proses
memori.

Lobus oksipital mengandung area visual otak, berfungsi sebagai penerima informasi
dan menafsirkan warna, reflek visual. Pada lobus ini terdapat korteks area
pengliahatan primer (area Brodmann 17). Impuls penglihatan akan dihantarkan ke
area 17 kemudian akan dihantarkan ke area Brodmann 18 dan 19 yang merupakan
koteks area asosiasi penglihatan untuk diasosiasikan.

Dienchepalon

Diancephalon terletak di atas batang otak dan terdiri atas thalamus, hypothalamus,
epithalamus, dan subthalamus.

Thalamus adalah massa sel saraf besar yang berbentuk telor, terletak pada substansi
alba. Thalamus berfungsi sebagai stasiun relay dan integrasi dari medula spinalis ke
korteks serebri dan bagian lain dari otak.

Hypothalamus terletak dibawah thalamus, berfungsi dala mempertahankan


hoemostatis seperti pengaturan suhu tubuh, rasa haus, lapar, respon sistem saraf
outonom dan kontrol terhadap sekresi hormon dalm kelenjar pituitari.

Epithhalamus dipercaya berperan dalam pertumbuhan fisik dan perkembangan


seksual.

Batang Otak

Batang otak terdiri atas otak tengah (mesencephalon), pons dan medula oblongata.
Batang otak berfungsi pengaturan refleks untuk fungsi vital tubuh. Otak tengah
mempunyai fungsi utama sebagai relay stimulus pergerakan otot dari dan ke otak.
Misalnya kontrol refleks pergerakan mata akibat adanya stimulus pada nerves kranial
III dan IV. Pons menghubungan otak tengah dengan medula oblongata, berfungsi
sebagai pusat- pusat refleks pernapasan dan mempengaruhi tingkat karbon dioksida,
aktivitas vasomotor. Medula oblongata didalamnya terdapat pusat refleks
pernapasan, bersin, menelan, batuk, muntah, sekresi saliva dan vasokontriksi. Saraf
kranial IX, X, XI dan XII keluar dari medula oblongata. Pada batang otak terdapat juga
sistem retikularis yaitu sistem sel saraf dan serat penghubungnya dalam otak yang
menghubungkan semua traktus ascendens dan decendes dengan semua bagian lain
dari sistem saraf pusat. Sistem ini berfungsi sebagai integrator seluruh sistem saraf
seperti terlihat dalam tidur, kesadaran, regulasi suhu, respirasi dan metabolisme.

Retikular Formation

Merupakan tempat kumpulan jaringan kompleks dari gray matter, yang meliputi jalur
asending dan desending retikular yang menghubungkan jalur medula spinalis, ke
diencephalon, basal ganglia, cerebrum dan serebelum. Retikular Formation berperan
dalam membantu pengaturan pergerakan otot rangka dan refleks spinal. Salah satu
komponen retikular formation adalah retikular activiting system yang berperan dalam
pengaturan tidur dan tingkat kesadaran.

Cerebellum

Cerebellum besarnya kira- kira seperampat dari cerebrum. Antara cerebellum dan
cerebrum dibatasi oleh tentorium serebri. Tersusun atas subtansia abu- abu dan putih.
Fungsi utama cerebellum adalah koordinasi aktivitas muskular, kontrol tonus otot,
mempertahankan postur dan keseimbangan.

Gambar Komponen dari otak

Sistem Ventrikular

Sistem ventrikular adalah rongga dalam otak yang saling berhubungan dengan
rongga yang lain. Didalamnya terdapat banyak sel- sel ependymal dan menyimpan
cairan serebrospinalis. Ventrikel yang ada dalam otak adalah lateral ventricle, third
ventricle dan fourth ventricle. Lateral ventrikel berhubungan dengan third ventricle
melalui foramen monroe dan third ventricle berhubungan dengan fourth ventricle
berhubungan dengan fourth ventricle melalui aquaeduct of sylvius.

Cairan serebrospinalis banyak ditemukan dalam ventrikel, di saluran sentral medula


spinalis dan di ruang subarachnoid. Cairan ini merupakan hasil penyaringan dari
darah yang masuk ke Flexus Choroid yang terdapat pada ventrikel.

Cairan serebrospinalis berupa plasma yang tidak berwarna, jernih dan normalnya
mengandung protein dan glukosa. Pada orang dewasa rata- rata cairan
serebrospinalis diproduksi sebanyak 400-600 ml/hari. Pada bagian otak kira- kira
terdapat 100- 150ml. Normalnya tekanan cairan serebrospinalis 60-180 mmH2O atau
0-15 mmHg. Setelah bersirkulasi di otak dan medula spinalis, cairan serebrospinalis
kemudian kembali ke otak dan diabsorpsi di vili arachnoid, selanjutnya cairan masuk
ke sistem vena melalui vena jugularis ke vena cava superior dan akhirnya masuk ke
sirkulasi sistemik. CSF berfungsi untuk mempertahankan fungsi normal saraf seperti
untuk nutrisi dan pengaturan ingkungan kimia susunan saraf pusat.

Gambar Sirkulasi dan Reabsorpsi CSF, CSF diproduksi di pleksus choroid dan
beredar melalui rongga arachnoid dan kembali diabsorpsi melalui granulasi
arachnoid pada sinus sagital superior.

Tabel komponen dan nilai normal cairan serebrospinalis


Test Laboratorium Nilai Normal (Dewasa)
 Penampilan Putih jernih, tidak berwarna
 Tekanan 0-15 mmHg
 Protein 15-45 mg/100ml
 Glukosa 50-75 mg/100ml

 Elektrolit
- Sodium - s.d 141.0 mEq/L

- Potasium - s.d 3.3 mEq/L

- Chlorida 120-130 mEq/L

 PH 7.32-7.35

 Kandungan Sel
- Sel darah merah Tidak ada

- Sel darah putih 0-5 mm³


Tidak ada organisme
 Kultur

Peredaran Darah Otak

Suplay darah ke otak bersifat konstan untuk kebutuhan normal otak seperti nutrisi dan
metabolisme. Hampir 1/3 kardiak output dan 20% oksigen dipergunakan untuk otak.
Otak memerlukan suplay darah kira- kira 750ml/menit. Kekurangan suplay darah ke
otak akan menimbukan kerusakan jaringan otak yang menetap

Otak secara umum di perdarahi oleh dua arteri utama yaitu arteri vetebra dan arteri
karotis interna. Kedua arteri ini membentuk jaringan pembuluh darah kolateral yang
disebut Circle Willis. Arteri vettebra memenuhi kebutuhan darah otak bagian posterior,
diensafalon, batang otak, serebelum dan oksipital. Arteri karotis bagian interna untuk
memenuhi sebagian besar hemisfer kecuali oksipital, basal ganglia dan 2/3 diatas
encephalon.
Gambar Peredaran darah otak

Tabel suplay darah arteri otak


Arteri Organ Sasaran Gangguan jika terjadi
sumbatan
Cerebral Anterior Basal ganglia, corpus, Hemiplegia kontra lateral
kallosum, lobus, parietal

Cerebral Medial Lobus frontal, parietal, Aphasia


temporal.
Cerebral Posterior Sebagian dari Hemiplegia kontralateral,
diencephalon dan pada bagian wajah,
temporal, oksipital ektremitas bagian bawah,
kehilangan sensori dan
visual.

Nadia Syaripah Hanum 1710711027

BARIER DARAH OTAK

Barier darah otak (sawar otak) adalah sekat yang sangat selektif terhadap
keadaan lingkungan internal di otak dan berfungsi sebagai pengatur substansi yang
masuk dari ruang ekstrasel otak. Sawar otak secara fisiologis membantu
mempertahankan dan menjaga keseimbangan konsentrasi ion di lingkungan otak. Ia
sangat peka terhadap elektrolit seperti sodium, potassium dan klorida. Sawar otak
juga sangat peka terhadap air,carbon dioksida, oksigen dan substansi larutan lemak
seperti alcohol dan molekul-molekul kecil dan selektif terhadap obat-obatan tertentu,
racun, plasma protein dan molekul-molekul besar.

KEBUTUHAN METABOLISME OTAK

Untuk mempertahankan status normal, sel saraf memerlukan energy yang


tinggi, karena cadangan energy yang disediakan otak sangat terbatas. Kebutuhan
utama otak adalah okseigen dan glukosa.pada keadaan meningkatnya kebutuhan
jaringan otk atas oksigen dan glukosa namun suplainya tidak adekuat mka beresiko
terjadi gangguan metabolism dan berkibat terjadinya isjemia, injuri atau nekrosis
jaringan otak. Misalnya pada keadaan demam, maka kebutuhan metabolisme aka
meningkat 10% untuk setiap 1℉. Meningkatnya ternyata bukan hanya meningkatkan
kebutuhan oksigen dan glukosa tetapi meningkatkan produksi karbondioksida dan
hydrogen (Dolan’s, 1996)

VOLUME DARAH OTAK

Volume darah merupakan jumlah darah yang diterima oleh otak. Normalnya
volume darah adalah 10% dari ruang intracranial. Volume darah otak tergantung dari
aliran darah ke otak yang dikontrol oleh mekanisme autoregulasi aliran darah serebral
misalnya adanya respons vasodilatasi dan vasokontriksi.

ALIRAN DARAH OTAK

Aliran darah ke otak sangat dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan oksigen


dan glukosa yang berguna dalam memelihara fungsi normal saraf. Otak
membutuhkan aliran darah sekitar 55ml/100gram otak permenit atau sekitar 750
sampai 800ml permenit darah masuk ke otak. Meskipun berat otak hanya 2% tetapi
otak menerima 15 sampai 20% dari krdiak output dan menggunakan 20% kebutuhan
oksigen tubuh.

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ALIRAN DARAH


OTAK

a) Metabolisme seperti konsentrasi karbondioksida, oksigen dan hydrogen.


Tiga faktor metabolik diatas mempunyai efek pada aliran pembuluh
darah. Pada keadaan hiperkapnia, hipoksia dan asidosis
mengakibatkan aliran darah ke otak meningkatkan sebagai upaya
kompensasi kompensasi terhadap pemenuhan kebutuhan otak.

b) Glukosa
Normalnya keadaan glukosa harus dipertahankan 70-100mg/100ml.
menurunnya kadar glukosa dibawah 70mg/100ml akan berkibat
meningkatnya aliran darah.
c) Suhu tubuh
Meningkatnya aktivitas metabolic seperti pada peningkatan suhu tubuh
akan meningkatnya aliran darah otak, hal ini disebabkan kebutuhan
oksigen dan glukosa yang meningkat.
d) Faktor hemodinamik
Adanya autoregulasi untuk mempertahankan fungsi otak diperlukan
pengaturan suplay dan kebutuhan, sehingga tetap stabil hal ini sangat
terkait juga dengan tekanan arteri rata-rata.
e) Pengaturan oleh system saraf automatis
Saraf simpatis dan parasimpatis merupakan cabang dari system saraf
autonomy, di dalamnya jug terdapat reseptor khusus seperti
barroreseptor dan chemireseptor yang berfungsi mempertahankan
kestabilan aliran darah otak. Ketika tekanan darah sistemik menurun
dan kadar karbon dioksida, hydrogen meningkat, reseptor-reseptor ini
secara cepat menstimuus reflex pernapasan dan pusat vasomotor
dalam medulla untuk melakukan kompensasi. Jika terjadi penurunan
tekanan darah sistemik yang sudah berat yang dapat menimbulkan
iskemia serebral maka medulla akan berespon melalui peningkatan
simpatis jantung untuk untuk meningkatkan kontraktilitas dan kardiak
output.

Rangkuman faktor-faktor yang mempengaruhi aliran arah serebral

Faktor Deskripsi
Metabolik
Kadar CO2  CO2 menstimulus terjadinya vasodilatasi otak,
(PaCO2) peningkatan PaCO2 > 45 mmHg mengakibatkan
vasodilatasi untuk meningkatkan aliran darah otak.
 Peningkatan CO2 dapat mengakibatkan peningkatan
tekanan intracranial, idelanya PaCO2 < 30 mmHg.
 Vasodilatasi otak terjadi apabila kadar O2 kurang dari 60
Kadar O2 (PaO2) mmHg.
 Untuk mempertahankan kadar O2, PaO2 dipertahankan
Konsentrasi ion > 80mmHg.
H  Meningkatnya ion hydrogen mengakibatkan pH menurun
dan akan merangsang dilatasi.
Kadar Glukosa  Untuk memenuhi kebutuhan metabolis otak, kaar glukosa
harus dipertahankan 70-100 mg/100ml. keadaan
hipoglikemia tidak meningkatkan aliran darah otak tetapi
Osmolaritas sangat berpengaruhi terhadap metabolism jaringan otak.
Suhu Tubuh  Osmolaritas serum harus dipertahankan 285-295
mOsm/kg.
 Setiap peningkatan suhu tubuh, kebutuhan metabolism
Aktivitas kejang jaringan saraf akan meningkat.
 Suhu tubuh harus dipertahankan 37c
Faktor  Kejang meningkatkan metabolism rate dan
hemodinamik meningkatkan kebutuhan oksigen dan glukosa.
Tekanan sistemik
darah arteri
Kontaktilitas  Pastikan tekanan perfusi serebral > 60 mmHg, tekanan
jantung, arteri rata0rata dipertahankan s/d 100mmHg.
viskositas darah  Cardiac output dipertahankan secara adekuat
 Meningkatnya viskositas darah akan memperlambat
Faktor system aliran darah
saraf autonom
Saraf simpatis
Saraf
Parasimpatis
Baroreseptor  Efek simpatis adalah vasokontriksi pembuluh darah otak
 Saraf parasimpatis mempunyai efek vasodilatasi
chemoreseptor pembuluh darah otak
 Sensitif terhadap regangan/tekanan, terletak di sinus
carotid dan aortic arch
 Sensitif terhadap perubahan kadar oksigen,
karbondioksida dan pH

TEKANAN INTRAKRANIAL

Tekanan intracranial (TIK) adalah tekanan yang terjadi dalam ruang atau
rongga tengkorak. Rongga otak merupkan ruang tertutup yang terdiri atas darah dan
pembuluh darah, cairan cerebrospinal dan jaringan otak.
Kira-kira volume otak sebagai berikut:

Darah : 2 – 10 %

Cerebrospinal : 9 – 11 %

Jaringan : s/d 88 %

Ketiga komponen tersebut merupakan unsur utama dinamik tekanan


intracranial/intracranial pressure (ICP). Volume dari maisng-masing komponen
tersebut relative konstan. Sehingga perubahan volme salah satu komponen akan
mempengaruhi tekanan intrakaranial. Tekanan intrakarnial sama dengan volume
jaringan otak ditambah volume darah dan volume cairan serebrospinalis.

Tekanan intracranial : volume jaringan otak + volume darah + volume cairan


serebrospinalis.

Tekanan intakranial normalnya 0-15 mmHg pada keadaan berbaring. Posisi


berdiri dapat menurunkan tekanan intakranial. Aktivitas bersin, batuk intracous
seksual dan valsava maneuver dapat meningkatkan tekanan intracranial.

Karena ekspansi otak terbatas , maka mekanisme kompensasi untuk


memperthnkan perfusi yang normal dengan menguraangi produksi atau meningktkan
reabsorbsi cairan srebrospinal yang berada dalam ventrikel atau ruang subarachoid.

MEDULA SPINALIS

Medulla spinalis menerima dan menghubungkan impuls yang datang diterima


oleh reseptor dan yang menuju efektor. Medulla spinalis mendistribusikan respons
yang diterima daro otak ke system saraf perifer.

VERTEBRA SPINALIS

Kolumna vertebralis tersusun atas 33 vertebra yang terbagi atas 7 vertebra


servikalis, 12 thorakalis, 5 sakralis dan 4 koksigis. Masing- masing vertebra
dihubungkan oleh lgamen-ligamen dan interveterbra sehingga lebih kuat dan
fleksibel/lentur.
SPINAL CORD

Spinal cord atau medulla spinalis berada pada ruang kanalis vertebralis berbentuk
solinder memanjng sepnjang korpus lumblais II dan pada ujungnya disebut kauda
equina.

Spinal cord mengandung gray matter berbentuk seperti huruf H dan dikelilingi
oleh white matter. White matter dibagi ke dalam kolumna posterior, lateral dan
enterior. Sedangkan bagian gray matter terbagi atas bagian posterior,
intermediolateral dan anterior. Pada bagian posterior gray matter merupakan tempat
penerimaan sensori dan jalur asceden sensorik.

JALUR ASENDEN DAN DESENDEN

Jalur asenden atau sensori membawa informasi sensori dari spnal cord ke otak.
Misalnya jalur informasi dari spinal cord ke thalamus yang disebut spinothalamus,
setelah melalui sinap di thalamus kemudian inpuls diteruskan ke otak. Jalur desenden
menghantarkan informasi dari otak ke spinal atau disebut atau disebut cortecospina.
Jalur ini juga disebut Uper Motor Newron yaotu jalur neuron dari obus frontal korteks
serebri ke spinal.

PEREDARAN DARAH SPiNAL CORD

Suplay darah spinal cord berasal dari tiga arteri yaitu arteri spinal anterior
berasal dari percbangan arteri vertebrata dan dua arteri posterior spinal berasal dari
posterior inferior arteri cerebral.

SEL SARAF

Jaringan saraf terdiri dari neuroglia bertangung jawab terhadap support dari
kegiatan neuron dari kegiatan neuron sedangkan neuoron betanggung jawab
terhadap penghantaran impuls saraf.

SEL NEUROGLIA

Tipe sel Fungsi


Astroglia Memberikan makanan pada struktur neuron,
pembentukan kerangka dan kapiler neuron, bagian dari
Oligodendroglia sawar pembuluh darah otak
Ependymal Membentuk myelin dalam CNS
Berfungsi sebagai produksi cairan serebro spinalis,
Microglia banyak terdapat pada pleksus choroid dan system
ventrikel
Terdapat banyak white matter, fagosit.

Siti Alifah Nadia Putri 1710711

NEURON

Neuron atau sel saraf mempunyai bentuk yang berbeda-beda, berfungsi


sebagai penerus stimulus atau respon.
Struktur neuron dibagi menjadi tiga bagian besar yaitu cell body, dendrit dan
akson. Denrit dan axon disebut serabut saraf.

Dendrit adalah serat pendek seperti sikat yang melekat paa bagian sel luar.
Mempunyai cabang-cabang serat yang pendek dan banyak. Informasi pertama kali
diterima oleh dendrit yang kemudian dilanjutkan ke sel body saraf dan ke akson.
Badan sel berisikan organel-organel seperti nukleus, mitokondria, apartus golgi,
lisosom. Axon adalah satu percabangan dari sel saraf yang keluar dari badan sel
berfungsi sebagai penghantar informasi dari badan sel ke axon terminal. Axon dilpisi
oleh lapisan tipis lipid-protein yang disebut myelin. Myelin tidak seleruhnya melapisi
axon, tetapi mengalami interupsi pada tempat-tempat tertentu membentuk nodus
ranvier.

Fungsi utama myelin adalah menghantarkan impuls-ilmpuls saraf sepanjang


axon. Penghantaran ini terjadi secara langsung antara dua nodus ranvier sehingga
terjadi konduksi meloncat. Dengan system hantaran ini maka konduksi impuls saraf
menjadi lebih bagus.

Neuron dan bagian-bagiannya

Ada beberapa tipe neuron yaitu :


a. Unipolar, ditemukan hanya pada masa perkembangan sel saraf
b. Bipolar, terjadi dua proses penerimaan impuls dari dendrit ke akson, yang
banyak ditemukan pada saraf sensori primer, saraf cranial khususnya yang
bersifat sensori seperti CN I, II, VIII
c. Multipolar, sel bodi saraf besar yang dikelilingi oleh dendrit, memiliki akson
yang memanjang untuk mengirimkan impuls dari system saraf pusat ke
kelenjar, otot dan efektor lain. Sel bodi ini berada dalam otak dan medulla
spinalis
d. Pseudo-unipolar, ditemukan pada semua saraf kranial kecuali CN I, II, dan VIII

SINAPSIS

Sinapsis adalah tempat pertemuan antara neuron satu dengan neuron lainnya.
Ada 3 jenis sinapsis berdasarkan hubungan antara sel yaitu :

a. Sinapsis interneural, hubungan fungsional antara dua neuron


b. Sinapsis neuromuskuler, hubungan antara sel saraf dengan sel otot
c. Sinapsis neuroglandular, hubungan antara sel saraf dengan sel kelenjar

Struktur dari sinapsis terdiri atas presinapsis yaitu pada bagian axon terminal
sebelum sinapsis, celah sinapsis yaitu ruang diantara pre dan post sinapsis, dan post
sinapsis pada bagian dendrit. Pada celah sinapsis terdapat senyawa kimia yang
berfungsi untuk mengirimkan impuls yang disebut neurotransmitter. Neurotransmitter
dibentuk di dalam presinap yang bersifat eksitasi (meningkatkan impuls). Proses
dimana impuls saraf dihantarkan oleh sinpasis disebut tranmisi sinapsis.
Neurotransmitter dan sifat kerjanya

Substansi Tempat Fungsi Sifat Kerja


Transmitter
Asetilkolin Otak, batang otak, Transmisi saraf Eksitasi, kadang-
basal ganglia, dan otot, saraf kadang inhibisi
system saraf simpatis dan
otonom parasimpatis
Gamma Otak, batang otak, Transmisi saraf Inhibisi
Aminobutic Acid basal ganglia, dan otot
(GABA) medulla spinalis,
cerebelum
Histamin Otak, medulla Belum diketahui Masih
spinalis, system dipertanyakan
saraf perifer
Serotonin Batang otak Berhubungan Inhibisi
tengah, keadaan tidur,
hypothalamus, control perasaan,
medulla spinalis menghambat nyeri
Dopamin Substansia nigra, Pergerakan Inhibisi
basal ganglia kompleks,
pengatur emosi,
perhatian
Norepinefrin Hipothalamus, Menjaga Eksitasi
batang otak, kesadaran,
cerebellum, saraf pengaturan rasa
simpatik
Aspartic Acid Otak, interneuron Sensasi Eksitasi
medulla spinalis
Glutamic Acid Saraf sensori Sensasi Eksitasi
Glisin Interneuron Kontrol otot Inhibisi
medulla spinalis
Substance P Otak, medulla Transmisi nyeri Eksitasi
spinalis
Endorphine Thalamus, Rasa senang, Eksitasi
hypothalamus, analgesia
medulla spinalis,
pituitari

Impuls Saraf

Serat saraf dan jaringan otot merupakan jaringan eksitabel yang mampu
mengantarkan signal kimia dan listrik dalam tubuh. Kemampuan hantaran tergantung
pada keutuhan lingkungan intra dan ekstra sel saraf. Dalam keadaan istirahat sel saraf
mempunyai keseimbangan gradien konsentrasi ion pada intrasel bermuatan negative
(-) dan ekstrasel bermuatan positif (+). Elektrolit tersebut berupa Kalium (K+) dan
Natrium (Na+). Adanya pompa K+ dan Na+ menimbulkan perbedaan konsentrasi sel
saraf. Perbedaan ion pada membrane neuron disebut potensial membrane istirahat
yang besarnya -70mV, dijantung dan sel skeletal -90mV.

Pada keadaan istirahat sel saraf tidak menghantarkan impuls. Membran sel
yang mempunyai muatan listrik/impuls saraf disebut potensial aksi. Jika terjadi
stimulus/rangsangan pada membrane neuron setempat akan mengakibatkan
perubahan permeabilitas membrane sehingga membuka jalan ion-ion natrium untuk
masuk ke dalam sel. Masuknya ion natrium bermuatan positif dalam sel menyebabkan
terjadi peningkatan muatan positif dari -70mV menjadi +30mV, keadaan ini disebut
depolarisasi yang terjadi disepanjang serat saraf. Setelah depolarisasi gerakan ion
natrium kembali seperti semula, dan terciptalah keseimbangan muatan intrasel dan
ekstrasel disebut repolarisasi.

Sistem Saraf Perifer

Sistem saraf perifer (SSP) merupakan saraf-saraf selain otak dan medulla spinalis.
SSP terdiri dari saraf-saraf yang keluar dari otak/saraf kranial (12 pasang) dan saraf-
saraf yang keluar dari medulla spinalis (31 pasang)

 Saraf Kranial
Ada 12 pasang saraf yang keluar dari otak yang masing-masing
mempunyai nama dan fungsi berbeda. Saraf-saraf tersebut ada yang bersifat
sensori, motoric, atau keduanya
Sifat dan fungsi saraf kranial
 Saraf Spinal
Sebanyak 31 pasang saraf spinal berasal dari segmen yang berbeda ari
spinal cord, yang terdiri dari 8 pasang dari servikasl, 12 pasang bagian torakal,
5 pasang lumbal, 5 pasang sacral, dan 1 pasang bagian kogsigeal.
Setiap nervus spinalis terbentuk dari penggabungan radiks dorsalis dan radiks
ventralis yang berhubungan pada segmen medulla spinalis. Pada radiks
ventralis terdiri atas serat-serat eferen somatic dan visseral sedangkan radiks
dorsalis terdiri atas serat-serat aferen somatic dan visseral.
Inerversi saraf-saraf aferen spinal yang berasal dari satu radiks dorasalis
beserta ganglionnya disebut dermatome. Dermatoma menggambarkan area
permukaan kulit yang dipersarafi oleh nervus tertentu.
Dermatoma, inervasi kulit tubuh

Sistem Saraf Otonom (SSO)

Sistem saraf otonom merupakan bagian dari system saraf perifer yang
bekerja secara involunter, yang mensarafi organ-organ bagian dalam untuk
mempertahankan keseimbangan lingkungan internal. Sistem saraf ototnom
dikontrol dari otak dan medulla spinalis melalui mekanisme reflex.

Sistem saraf otonom dibagi menjadi dua yaitu :


 Sistem Saraf Simpatetik
Pada system saraf simpatik serabut preganglionic keluar dari segmen
thorakal sampai pada diatas lumbal dua. Mempunyai 5 tipe reseptor yaitu
alpha1, alpha2, beta1, beta2, dan beta3.
 Sistem Saraf Parasimpatetik
Serabut preganglionic pada system saraf parasimpatik keluar dari otak
melalui saraf kranial dan medulla spinalis segmen skralis (S-4) disebut
kraniosakral. Hampir 75% saraf parasimpatik berasal dari nervus vagus (NC
X). Sistem saraf ini mempunyai 2 reseptor yaitu muscarine dan nicotinic.

Indah Cahyasari 1710711116


Penatalaksanan Medis gangguan Sistem Neurologi

1. Kejang

Obat-obatan yang digunakan untuk mengontrol kejang adalah obat-


obatan antipilektik yang tersedia saat ini bekerja terutama dengan memblok
insiasi atau penyebaran kejang. Fenitoin, fosfenitoin sodium (Cerebyx),
karbamazepin, asam valproat dan lamotrigin menghambat potensial aksi
bergantung natrium, memblokir peledakan dan pelepasan implus neuron.
Fenitoin juga berfungsi menekan penyebaran kejang melalui inhibisi dari knal
kalsium berpintu voltase khusus.

Penatalaksanaan awal dimulai dengan obat tunggal hingga kontrol


kejang tercapai atau efek samping yang tidak dapat diterima mulai muncul.
Dosis yang lebih besar dari obat antipilektik (AED) tunggal sering kali lebih
berguna daripada dosis lebih kecil dari beberapa obat. Jika efek samping tidak
dapat ditoleransi sebelum kejang dapat dikontrol, maka obat kedua
ditambahkan. Mengkombinasikan obat membawa risiko terjadinya interaksi
obat, yang dapat menurunkan efektivitas obat.

Jalan napas dipelihara dan aspirasi dicegah dengan menempatkan klien


pada posisi miring, melakukan pengisapan pada jalan napas dan memberikan
oksigen. oksigen tidak membantu pada klien dengan apnea, sehingga intubasi
mungkin diperlukan untuk memberikan ventilasi oksigen ke klien.

2. Tumor otak

Pendekatan pembedahan konvesional memerlukan insisi tulang


(kraniotomi). Istilah kraniotomi berarti membuat sebuah bukaan ke dalam
tengkorak secara pembedahan. Kraniotomi (pengambilan sebagian kranium)
dapat dilakukan untuk dekompresi. Saat operasi, klien dapat diposisikan dalam
berbagai cara untuk membantu visualisasi. Posisi tersebut serta rangka
penyangga kepala memiliki potensi menyebabkan tekanan kulit dikepala,
edema wajah, dan nyeri otot, terutama di leher. Terdapat banyak metode untuk
mengambil tumor bergantung pada tipe tumor dan luasnya tumor yang diambil.
Pendekatan ini digunakan umum untuk mengobati pasien meningioma,
neuromaakustik, aastrositoma kistik pada serebelum, kista koloid pada
ventrikal ketiga, tumor kongenital seperti kista dermatoid dan beberapa
glanuloma. Untuk pasien dengan glioma malignan, pengangkatan tumor
secara menyeluruh, dan pengobatan tidak mungkin, tetapi dapat masuk akal
dengan tindakan yang mencakup pengurangan tekanan intracranial (TIK),
mengangkat jaringan nekrotik dan mengurangi bagian yang besar dari tumor,
yang secara teori menggalkan sedikit sel yang tetinggal atau menjadi resisten
trhadap radiasi atau kemoterapi.

Pendekatan stereotaktik, meliputi penggunaan kerangka tiga dimensi


yang mengikuti lokasi tumor yang sangat tepat, kerangka stereotaktik dan studi
pencitraan multiple (sinar-x, CT) yang lengkap digunakan untuk menentukan
lokasi tumor dan memeriksa posisinya. Laser atau radiasi dapat dilepaskan
dengan pendekatan stereotaktik.

3. Abses otak

Sasaran penatalaksanaan adalah untuk menghilangkan abses. Abses


otak diobati dengan terapi antimikroba dan irisan pembedahan dan
aspirasi.pengobatan antimikroba diberikan untuk menghilangkan organisme
sebagi penyebab atau menurunkan perkembangan virus. Dosis besar melalui
intravena biasanya ditentukan praoperatif untuk menembus jaringan otak dan
abses otak. Terapi diteruskan pascaoprasi. Kortikosteroid dapat diberikan
untuk menolong menurunkan radang edema serebral jika pasien
memperlihatkan adanya peningkatan deficit neurologic
Obat-obat antikonvulsan (fenitoin fenobarbtal) dapat diberikan sebagai
profilaksis mencegah terjadinya kejang. Setelah pengobatan abses otak, deficit
neurologic dapat terjadi berupa hemiparesis, kejang, gangguan penglihatan
dan kelumpuhan saraf kranial karena kemungkinan adanya gangguan jaringan
otak.

4. Sakit kepala

Terapi untuk sakit kepala migren dibagi dalam pendekatan abortif


(simpatomatik) dan pencegahan.pendekatan simtomatik atau abortif sangat
baik dilakukan pada pasien yang sering mengurangi atau membatasi serangan
sakit kepala atau terjadinya keadaan ini. pendekatan pencegahan digunakan
untuk pasien yang sering mengalami serangan teratur atau interval yang dapat
diramalkan dan terapi abortif digunakan dalam menghindari keadaan medis ini.
Penatalaksanaan serangan akut.
Sumatriptan (imitrex) adalah obat yang digunakan untuk mengobati
migren akut dan sakit kepala klaster pada satu sisi. Selama serangan akut,
pasien dapat mengalami perbedaan dengan berbaring diam dalam ruangan
gelap dengan kepala sedikit dinaikkan. Minum kopi itam juga dapat menolong
beberapa pasien.
Pencegahan. Propranolol (Inderal) banyak digunakan dan penting
dalam pengobatan untuk pencegahan. Mertisergid (sansert) adalah agens-
agens profilaksis yang efektif di dalam mencegah seringnya dan bertambahnya
serangan migren.

5. Meningitis
Penatalaksanaan yang berhasil bergantung pada pemberian antibiotic
yang melewati darah-barier otak ke dalam ruang subarachnoid dalam
konsentrasi yang cukup untuk menghentikan perkembangbiakan bakteri.
Cairan serebrospinal (CSS) dan darah perlu dikultur dan terapi antimikroba
dimulai segera. Dapat digunakan penisilin, ampisilin dan khloramfenikol, atau
satu jenis dari sefalosporins. Antibiotic lain digunakan jika diketahui
streinbakteri resisten.
Dehidrasi atau syok diobati dengan pemberian tambahan volume cairan.
Kejang dapat terjadi pada awal penyakit, dikontrol dengan mengunakan
diazepam atau fenitoin. Diuretic osmotic (seperti manitol) dapat digunakan
untuk mengobati edema serebral.

Riska Hidayattullah 1710711044

Pengertian Meningitis

Meningitis adalah inflamasi lapisan di sekeliling otak dan medulla spinalis yang
disebabkan oleh bakteri atau vius. Meningitis diklasifikasikan sebagai meningitis
septic atau aseptic. Bentuk aseptic mungkin meupakan dampak primer atau sekunder
dari limfoma, leukemia, atau HIV. Bentuk septic disebabkan oleh bakteri seperti
Streptococcus pneumomiae dan Neisseria meningitides.

Pada Negara berkembang insiden meningitis berkisar sekitar 5 per 100.000 orang dan
banyak terjadi pada usia antara 12 sampai 29 tahun (Smeltzer,2004)

1. Meningitis Bakteri

Meningitis bakteri disebut juga meningitis purulenta atau meningitis septic,


penyebabnya adalah bakteri. Bakteri infeksi masuk ke susunan saraf pusat melalui
peredaran darah atau langsung dari luar misalnya pada fraktur atau luka terbuka.
Bakteri-bakteri yag sering menibulkan meningitis diantaranya meningococus,
pneumococus dan haemophilus influenza. Bakteri-bakteri ini banyak terdapat pada
nasopharing.

Ketika organisme pathogen masuk ke ruang subarachnoid, maka reaksi peradangan


terjadi dan mengakibatkan :

a. bendungan cairan serebrospinalis

b. penumpukan eksudat

c. perubahan arteri pada subarachnoid, pembesaran pembuluh darah rupture dan


thrombosis

d. perubahan jaringan di sekitarnya

Factor predisposisi pada meningitis bakteri di antaranya:

a. Trauma kepala

b. Infeksi sistemik/sepsis

c. Infeksi post pembedahan

d. Penyakit sistemik

e. Hygiene yang jelek

d. Malnutrisi

Manifestasi klinis pada meningitis bakteri di antaranya :

a. Demam, merupakan gejala awal


b. Nyeri kepala

c. Mual dan muntah

d. Kejang umum

e. Fotofobia

f. Pada keadaan lebih lanjut dapat mengakibatkan penurunan kesadaran sampai


dengan koma

g. Adanya tanda-tanda iritasi meningeal seperti :

 Kaku kuduk (nuchal rigidity), pasien mengalami kekakuan pada leher sehingga
terdapat kesulitan dalam merefleksikan leher karena adanya spasme otot-otot
leher.
 Tanda Kernig positif, ketika paha pasien dalam keadaan fleksi ke arah
abdomen, kaki tidak dapat di ekstensikan sempurna atau lebih dari 135 derajat
karena nyeri.
 Tanda Brudzinski positif, bila leher pasien difleksikan maka dihasilkan fleksi
lutut dan pinggul. Bila dilakukan fleksi pasif pada ekstremitas bawah pada salah
satu sisi maka gerakan yang sama terlihat pada sisi ekstremitas yang
berlawanan.
Untuk memastikan meningitis, selain tanda dan gejala maka perlu dilakukan
pemeriksaan cairan serebrospinalis. Pada kultur cairan didapatkan 70%-80%
kasus didapatkan adanya mikroorganisme. Pbila ditemukan kuman H.
Influenza biasanya didaptkan :
a. Warna CSF keruh
b. Adanya peningkatan tekanan CSF
c. Adanya peningkatan kadar protein dalam CSF (lebih dari 100 mg/dll)
d. Menurunnya glukosa CSF
e. Meningkatnya sel darah putih

Cairan serebrospinalis pada meningitis yang disebabkan tuberkulosa


didapatkan: a. Warna : jernih atau santokrome
b. Sel : jumlah sel meningkat
c. Kadar protein meningkat
d. Kadar glukosa menurun
e. Terdapat kuman tuberkulosa
(Ronny Yos dalam Harsono, 2003)

2. Meningitis Virus

Virus penyebab infeksi pda meningitis masuk melalui sisem respirasi, mulut, genetalia
atau melalui gigitan binatang. Jenis penyakit virus yang dapat menyebabkan
meningitis adalah measles, mumps, herpes simplex dan herpes zoster. Virus lain yang
sering menyebabkan meningitis adalah virus HIV.

Manifestasi klinis yang menyertai seperti nyeri kepala, nyeri ketika membuka mata,
photofobia dan adanya kaku kuduk. Adanya kelemahan, rash, dan nyeri pada
ekstremitas. Demam dan tanda-tanda iritasi meningial juga dapat dijumpai seperti
kaku kuduk, tanda brudzinski dan kernig. Pada meningitis virus tetapi yang utama
adalah menghilangkan gejala (asimtomatik), bedrest pada masa akut, mengurangi
rasa nyeri kepala, control demam dan menghindari kejang.

Pada pemeriksaan cairan serebrospinalis dijumpai peningkatan sel darah putih,


peningkatan protein dan glukosa yang normal.

Referensi
Tarwoto. 2013. Keperawatan Medikal Bedah Gangguan Sistem Persarafan. Jakarta :
Sagung Seto

Mujahidatul Hasanah 1710711005

Hillalia Nurseha 1710711046

Etiologi

Meningitis dapat disebabkan berbagai organisasi seperti virus, bakteri, ataupun jamur
yang menyebar masuk ke dalam darah dan menembus ke dalam cairan otak.

a. Virus
Jenis virus yang sering sebagai etiologi meningoesfasilitis antara lain : enterovirus
(poliovirus, coxsackievirus A dan B, echo virus), mumps virus, lymphocytic virus.
Disebut yang tersering yaitu echo virus dan coxsackievirus.

b. Bakteri

Menurut Center for Disease (1990) terbanyak adalah Haemophilus influemzae (45%),
Streptococcus pneumoniae (18%), dan Neisseria meningitidis (14%). Insiden dari tipe
bakteri penyebab bervariasi menurut umur pasien. Pada neonatal (0-2 bulan) bakteri
penyebab meningitis adalah Streptococcus group B, E. Coli, Staphylococcus aureus,
Enterobacter, dan pseudomonas. Pada anak-anak sering disebabkan oleh H.
Influenza, N. Meningitidis, dan S. Pneumoniae. Pada dewasa muda (6-20 tahun) yaitu
N. Meningitidis, S. Pneumoniae, dan H. Influenzae. Sedangkan pada dewasa(>20
tahun) adalah S. Pneumoniae, N. Meningitidis, Streptococcus, dan Staphylococcus.

c. Protozoa : Toksoplasmosis, malaria

d. Mikosis : Blastomikosis, dll

e. Riketsia

Faktor Resiko

Berikut ini delapan faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang terserang
meningitis :

1. Genetika

Beberapa orang mungkin mewarisi kecenderungan untuk terkena meningitis. Jika


mereka berhubungan dengan organisme yang dapat menyebabkan infeksi, mereka
akan mudah terinfeksi.

2. Pria

Lebih banyak pria yang terkena meningitis daripada wanita.

3. Kondisi hidup yang penuh sesak

Orang-orang di kampung-kampung, tempat penitipan anak, sekolah, dan asrama


perguruan tinggi lebih mungkin untuk mendapatkan meningitis.

4. Terekspos serangga atau hewan pengerat


Orang-orang yang tinggal atau mengunjungi daerah tempat serangga atau tikus
membawa kuman akan mudah terserang penyakit ini.

5. Tidak mendapatkan imunisasi

Orang-orang yang tidak mendapatkan suntikan untuk gondok, penyakit Hib, atau
infeksi pneumokokus sebelum usia 2 tahun lebih mungkin untuk mendapatkan
meningitis.

6. Orang yang berusia lanjut

Orang yang berusia lanjut dan belum juga mendapatkan vaksin pneumokokus lebih
mungkin terserang meningitis.

7. Tidak memiliki limpa

Limpa merupakan bagian sistem kekebalan tubuh, dan yang bekerja dengan baik,
membuat seseorang rentan terhadap meningitis.

8. Perjalanan ke daerah tempat meningitis umum terjadi

Misalnya, orang yang bepergian ke sabuk meningitis di sub-Sahara, Afrika, harus


mendapatkan suntikan meningokokus.

Sumber :

dr. Moch. Bahrudin. Sp. S. 2017. Neurologis Klinis. Malang : UMM Press

https://pemkomedan.go.id

Parida Pebruanti 1710711042


Nir Ashmah 1710711122
Manifestasi Klinis Meningitis
a. Lemas
Dalam dunia medis sendiri, badan lemas kerap disebut sebagai asthenia.
Kondisi ini terjadi ketika kekuatan tubuh berkurang, sehingga Anda harus
mengeluarkan tenaga ekstra untuk bergerak.
b. Sakit Kepala
adalah rasa sakit atau nyeri di kepala, yang bisa muncul secara bertahap atau
mendadak. Nyeri bisa muncul di salah satu sisi kepala, atau di seluruh bagian
kepala. Sakit kepala bisa terasa ringan hingga berat, dan dapat berlangsung
beberapa jam hingga berhari-hari.
c. Mual muntah
Mual adalah rasa seperti ingin muntah dan tidak nyaman pada perut.
Sedangkan muntah adalah suatu refleks yang tidak dapat dikontrol untuk
mengeluarkan isi lambung dengan paksa melalui mulut.
e. Takikardi
adalah keadaan di mana detak jantung melebihi 100 kali per menit. Dalam
keadaan normal, jantung berdetak sebanyak 60 hingga 100 kali per menit.
f. Menggigil
Menggigil adalah respons alami tubuh terhadap berbagai kondisi yang
menyebabkan otot tubuh berkontraksi secara cepat dan berulang untuk
meningkatkan suhu tubuh.
g. Gelisah
Gejala ini diakibatkan karena kondisi kurangnya pasokan oksigen di sel dan
jaringan tubuh untuk menjalankan fungsi normalnya
h. Stupor
Merupakan kondisi penurunan kesadaran yang mengakibatkan seseorang
tidak dapat merespons, misalnya terhadap percakapan. Seseorang yang
mengalami stupor dapat dianggap sudah tidak sadar, namun masih dapat
memberikan respons dengan rangsangan nyeri, misalnya.
i. Kaku kudu
Kaku kuduk adalah perasaan kaku yang terjadi pada bagian leher, hal ini dapat
menyebabkan sensasi pegal yang sangat menyiksa bagi pengidap kaku kuduk.

Daftar Pustaka

Black, Joyce M & Hawks, Jane Hokanson. (2014). Keperawatan medical Bedah Edisi
8 buku 3. Singapura: Elsevier

Isfia Aunillah Rahma Soleha 1710711031


Patofisiologi Meningitis Bakteri

Infeksi bakteri dapat mencapai selaput otak melalui aliran darah (hematogen)
atau perluasan langsung dari infeksi yang disebabkan oleh infeksi dari sinus
paranasalis, mastoid, abses otak dan sinus kavernosus. Bakteri penyebab meningitis
pada umumnya berkolonisasi di saluran pernapasan bagian atas dengan melekatkan
diri pada epitel mukosa nasofaring host. Selanjutnya setelah terhindar dari sistem
komplemen host dan berhasil menginvasi ke dalam ruang intravaskular, bakteri
kemudian melewati SDO dan masuk ke dalam CSS lalu memperbanyak diri karena
mekanisme pertahanan CSS yang rendah. Dalam upaya untuk mempertahankan diri
terhadap invasi bakteri maka kaskade inflamasi akan teraktivasi sebagai mekanisme
pertahanan tubuh (Mace, 2008). Bakteri penyebab meningitis memiliki sifat yang
dapat meningkatkan virulensi kuman itu sendiri. Bakteri H. influenzae, N. meningitidis
dan S. pneumonia menghasilkan imunoglobulin A protease.

Bakteri-bakteri ini menginaktifkan immunoglobulin A host dengan


menghancurkan antibodi sehingga memungkinkan terjadinya perlekatan bakteri pada
mukosa nasofaring dan terjadinya kolonisasi. Perlekatan pada mukosa epitel
nasofaring host oleh N. meningitidis terjadi melalui fimbria atau silia. Dikatakan
kerusakan silia ini akibat adanya infeksi saluran pernapasan bagian atas dan juga
kebiasaan merokok dapat mengurangi kemampuan fimbria atau silia dalam
mencegah perlekatan bakteri pada mukosa nasofaring. Bakteri kemudian akan
memasuki ruang intravaskular melalui berbagai mekanisme. Bakteri meningokokus
memasuki ruang intravaskular melalui proses endositosis melintasi endotelium di
jaringan ikatvakuola. Sedangkan bakteri H. influenzae memisahkan tight junction
apikal antara sel epitel untuk menginvasi mukosa dan mendapatkan akses ke ruang
intravaskular (Mace, 2008). 10 Bakteri berkapsul (S. pneumonia, H. influenzae dan N.
meningitidis) mencegah kerusakan oleh host setelah berada dalam aliran
darah,karena kapsul polisakarida bakteri menghambat fagositosis dan aktivitas
komplemen bakterisida.

Setelah bakteri berada dalam aliran darah, bakteri akan beradhesi ke SDO
tergantung kualitas struktural dari bakteri seperti fimbria pada beberapa strain E. coli,
dan silia dan fimbria pada N. meningitidis (Mace, 2008). Sistem pertahanan CSS host
yang rendah menyebabkan bakteri akan cepat berkembang biak setelah memasuki
CSS. Beberapa faktor host yang berpengaruh terhadap mekanisme pertahanan
dalam CSS yang rendah adalah : kadar komplemen yang rendah, tingkat
immunoglobulin rendah, dan penurunan aktivitas opsonic, dimana menyebabkan
ketidakmampuan host dalam menghancurkan bakteri melalui mekanisme fagositosis.
Di dalam subarakhnoid, komponen bakteri dalam CSS akan memicu kaskade
inflamasi pada host. Komponen sitokin proinflamasi seperti interleukin 1 (IL 1), Tumor
NecrosisFacto r(TNF) dan berbagai sel lainnya termasuk makrofag, mikroglia, sel
meningeal, dan sel-sel endotel. Sitokin mengaktivasi migrasi neutrofil ke CSS melalui
beberapa mekanisme.

Sitokin meningkatkan afinitas pengikatan leukosit sel endotel, dan menginduksi


adhesi molekul yang berinteraksi dengan reseptor leukosit (Mace, 2008). Selain itu
neutrofil CSS melepaskan substansi prostaglandin, metabolit toksin oksigen, matrix
metalloproteinases (MMP) yang meningkatkan permeabilitas pembuluh darah dan
secara langsung dapat juga menyebabkan neurotoksisitas. Kaskade inflamasi ini
menyebabkan kelainan pada aliran darah otak (ADO) dan terjadi edema serebral.
Edema serebral yang timbul dapat berupa edema vasogenik akibat dari peningkatan
permeabilitas SDO atau edema sitotoksik yang disebabkan oleh peningkatan cairan
intraseluler diikuti perubahan dari membran sel dan hilangnya homeostasis seluler.
Sekresi hormon antidiuretik turut berkontribusi pada terjadinya edema 11 sitotoksik
dengan membuat cairan ekstrasel hipotonik dan meningkatkan permeabilitas otak.

Edema interstitial disebabkan oleh meningkatnya volume CSS, baik oleh karena
peningkatan produksi CSS melalui meningkatnya aliran darah pada pleksus koroid
atau menurunnya reabsorpsi sehingga terjadi peningkatan resistensi aliran CSS.
Selain itu peradangan pembuluh darah lokal atau trombosis dapat menyebabkan
hipoperfusi serebral fokal sehingga mengganggu autoregulasi aliran darah, dimana
dapat terjadi peningkatan tekanan intrakranial (TIK) yang dapat menyebabkan
herniasi otak dan kematian (van de Beek et al., 2006; Mace, 2008).

Penatalaksanaan Medis Meningitis

Nur Aulia Fikri 1710711039

Priskillia Marisa Rory. 1710711047

TERAPI

Meningitis viral diatasi dengan terapi suportif/simtomatis (misalnya, analgesik)


dan bed rest. Meningitis viral akut yang disebabkan oleh HSV-1 atau HSV-2 dapat
diatasi dengan acylovir, famciclovir, atau valacyclovir. Meningoensefalitis HIV-1 akut
berespon dengan kombinasi terapi antiretroviral (zidovudine), reverse transcription
inhibitor lainnya, dan inhibitor protease. Meningitis akibat Enterovirus berespon
terhadap pleconaril.

Meningitis bakterial diatasi dengan terapi antibiotik. Antibiotik diberikan


berdasarkan pertimbangan; indikasi, kondisi sosial ekonomi penderita, efek samping,
interaksi dengan obat lain, kehamilan, menyusui, dsb. Interaksi antibiotik perlu
diwaspadai saat diberikan bersamaan dengan siklosporin, takrolimus, sirolimus, dan
warfarin. Beberapa antimikroba seperti kloramfenikol, siprofloksasin, norfloksasin
(kuinolon), klofazimin, furazolidon, dan metronidazol juga dikontraindikasikan pada
laktasi. Adapun vaksin kompatibel dengan laktasi.

Untuk kasus meningitis yang didapat dari rumah sakit (hospital acquired
meningitis), meningitis pasca traumatik atau pasca bedah saraf, penderita
neutropenia, dan penderita dengan gangguan/kelemahan imun, maka dapat
dipertimbangkan pemberian ampisilin dan ceftazidime atau meropenem dan
vancomycin.

Prediksi durasi terapi tergantung penyebabnya. Untuk meningitis bakterial tak


spsifik perlu waktu 10-14 hari. Untuk meningitis pneumokokus perlu waktu 10-14 hari.
Untuk meningitis meningokokus perlu waktu 5-7 hari. Untuk meningitis Hib perlu waktu
7-14 hari. Untuk Listeria meningitis perlu waktu 21 hari. Untuk meningitis akibat
Pseudomonas dan basil gram-negatif perlu waktu 21-28 hari.

PENCEGAHAN

Kiat pencegahan kasus sekunder meningitis meliputi pelaporan semua kasus


yang diduga meningitis ke dinas kesehatan/pihak berwenang, komoprofilaksis,
vaksinasi. Kemmoprofilaksis, untuk mencegah terjadinya penularan pada orang yang
serumah dengan pasien dengan meningitis meningokokal misalnya diberikan
rifampisin atau siprofloksasin. Vaksinasi, terbukti efektif dalam pencegahan meningitis
terutama pada meningitis Haemophilus influenza.

Advisory Committee on Imunization Practices pada Centers for Diseas Control


and Prevention (CDC) (2008) merekomendasikan agar vaksin terkonjugasi
meningokokal diberikan kepada remaja yang akan memasuki sekolah menegah atas
dan kepada mahasiswa baru yang tinggal di asrama. Vaksinasi juga harus
dipertimbangkan sebagai terapi pelengkap untuk kemoprofilaksis antibiotik bagi setiap
orang yang tinggal bersama pengidap infeksi meningokokal. Vaksinasi terhadap
H.Influenza dan S.Pneumoniae harus dianjurkan untuk anak-anak dan orang dewasa
yang beresiko.

Individu yang berdekatan dengan pasien penderita meningitis meningokokal


harus diterapi dengan kemoprofilaksis antimikroba menggunakan rifampin (Rifadin),
siprofloksasin hidroklorida (Cipro), atau natrium seftriakson (Rocephin). Terapi harus
dimulai dalam 24 jam setelah pajanan karena keterlambatan dalam memulai terapi
akan membatasi efektivitas profilaksis.

PENATALAKSANAAN MEDIS
Vankomisin Hidroklorida dikombinasikan dengan salah satu sefalosporin
(misalnya, natrium seftriakson, natrium sefotaksim) diberikan melalui injeksi intravena
(IV). Deksametason (Decadron) telah terbukti bermanfaat sebagai terapi pelengkap
pada terapi meningitis bakterial akut dan meningitis pneumokokal.

Dehidrasi dan syok ditangani dengan pengembang volume cairan.Kejang,


yang dapat terjadi di awal perjalanan penyakit, dikontrol dengan menggunakan
fenitoin (Dilantin). Peningkatan ICP ditangani sebagaimana mestinya.

PENATALAKSAAN KEPERAWATAN

Prognosis sangat bergantung pada asuhan suportif yang diberikan. Intervensi


keperawatan yang terkait mencakup:

 Kaji status neurologis dan tanda-tanda vital secara kontinu. Tentukan


oksigenasi dari nilai gas darah arteri dan oksimetri denyut nadi.
 Masukan slang endotrakhea bermanset (atau trakeostomi), dan posisikan
pasien pada ventilasi mekanis sesuai program
 Kaji tekanan darah (biasanya dipantau dengan menggunakan slang arterial)
untuk mendeteksi syock insipien, yang terjadi sebelum gagal jantung atau
pernafasan.
 Penggantian cepat cairan IV dapat diprogramkan, tetapi hati-hati jangan
sampai menghidrasi pasien secara berlebihan karena pasien berisiko
mengalami edema serebral.
 Turunkan demam yang tinggi untuk mengurangi beban kebutuhan oksigen
pada jantung dan otak.
 Lindungi pasien dari cedera sekunder akibat aktivitas kejang atau perubahan
tingkat kesadaran (LOC).
 Pantau berat badan setiap hari, elektrolit serum; dan volume, berat jenis, dan
osmolalitas urine, terutama jika pasien diduga mengalami sindrom
ketidaktepatan hormon antideuretik (SIADH).
 Cegah komplikasi yang disebabkan oleh imobilitas seperti ulkus tekan dan
pneumonia.
 Lakukan upaya pengendalian infeksi sampai 24 jam setelah dimulainyaterapi
antibiotik (rabas oral dan nasal dianggap menular).
 Informasikan keluarga mengenai kondisi pasien dan izinkan keluarga melihat
pasien pada interval waktu yang tepat.

PENATALAKSANAAN FARMAKOLOGI

Memberikan antibiotik sesegera mungkin untuk memperbaiki hasil akhir


meningitis bakterial:

 Penicilin G
 Ceftriaxone
 Cefotaxime
 Vancomycin ditambah ceftriaxone atau cefotaxime
 Ceftazidime
 Infeksi jamur biasanya diobati dengan:
 Amphotericin B
 Fluconazole
 Flucytosine
 Memberikan kortikosteroid untuk menurunkan inflamasi pada infeksi
pneumococcal:
 Dexamethasone
 Memberikan diuretik osmotik untuk edema otak:
 Mannitol
 Memberikan analgesik untuk sakit kepala jika perlu:
 Acetaminophen
 Memberika antikonvulsan jika perlu:
 Phenytoin
 Phenobarbital
 Istirahat total sampai iritasi neurologis

Daftar Pustaka
DiGiulio, Mary. 2014. Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta: Rapha Publishing

Smeltzer, Susan C. 2014. Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddarth. Jakarta:


EGC

Tarwoto. 2013. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: CV Sagung Seto

Anurogo, Dito. 2014. 45 Penyakit dan Gangguan Saraf Deteksi Dini & Atasi 45
penyakit dan Gangguan Saraf. Yogyakarta: Rapha Publishing

Dwi Arini 1710711034

Rifah Miladdina 1710711040

Pemeriksaan Penunjang

1. Laboratorium
 Darah : Pemeriksaan darah lengkap, peningkatan sel darah putih
(10.000 - 40.000/mm3) , pemeriksaan koagulasi, kultur adanya
mikroorganisme patogen.
 Urine : Albumin, sel darah merah, sel darah putih ada dalam urine.
2. Radiografi : untuk menentukan adanya sumber infeksi misalnya Rongen dada
untuk menemukan adanya penyakit paru seperti TBC paru, pneumonia, abses
paru. Scan otak untuk menentukan kelainan otak.
3. Pemeriksaan lumbal pungsi : untuk membandingkan keadaan CSF normal dengan
meningitis.

Karakteristik cairan serebrospinalis pada meningitis

Karakteristik CSF Normal Meningitis


Bakteri Virus
Tekanan 80-100 mmH2O 200-500 mmH2O Normal/meningkat
Warna cairan Bening Keruh/purulen Bening
Leukosit 0-8 /mm3 500-10.000/mm3 10-500/mm3
Tipe sel Neutrofil Limposit
Protein 15-45 mg Meningkat Meningkat
Glukosa 45-75/100 ml Menurun Normal
Kultur Negatif Positif bakteri Negatif bakteri

Daftar Pustaka

Tarwoto. 2013. Keperawatan Medikal Bedah Gangguan Sistem Persarafan Edisi 2.


Jakarta:Sagung Seto

Desiana Rachmawati 1710711038


Refa Refiana Rusmawan 1710711065
 Komplikasi
1) Hidrosefalus
Gangguan keseimbangan produksi dan absorbsi CSS didalam ventrikel Otak.
Setiap gangguan produksi dan absorbsi CSS akumulasi CSS dalam ventrikel
meningkat. Ventrikel mengalami dilatasi dan menekan substansi otak ke tulang
kranial (neonatus) akan menyebabkan pembesaran otak. ( Muttaqin,2010 )
2) Hipertermi
Suatu keadaan dimana seseorang mengalami atau berisiko untuk mengalami
kenaikan suhu tubuh secara terus-menerus lebih tinggi dari 370C (peroral) atau
38.80C (perrektal) karena peningkatan kerentanan terhadap faktor-faktor
eksternal. ( Muttaqin,2010)
3) Kejang atau Konvulsi
Suatu kondisi medis saat otot tubuh mengalami fluktuasi konstraksi dan
peregangan dengan sangat cepat sehingga menyebabkan gerakan yang tidak
terkendali. Kejang secara umum dapat diklasifikasikan menjadi 2 berdasarkan
etiologinya yakni Kejang Primer/idiopatik yang terjadi tanpa ada sebab yang
jelas ataupun penyakit yang mendasarinya. Kejang Sekunder/simptomatis
yang timbul sebagai suatu gejala dari penyakit yang diderita oleh pasien
tersebut. Contohnya penyakit infeksi ensefalitis. ( Muttaqin,2010 )
4) Edema serebral
Adalah kondisi di mana terjadi peningkatan jumlah air yang terkandung di
dalam otak. Umumnya, edema serebral terjadi akibat reaksi inflamasi di
otak.Edema serebral merupakan kondisi yang dapat mengancam jiwa. Kepala
merupakan organ yang memiliki bentuk yang tetap karena adanya tulang
tengkorak, sehingga saat terjadi pembengkakan maka tekanan di dalam kepala
akan meningkat. Tekanan yang meningkat menyebabkan dorongan pada
jaringan otak dan dapat menyebabkan herniasi otak. ( Muttaqin,2010 )
5) Herniasi otak
Adalah jaringan otak yang terdorong dan masuk ke lokasi yang salah akibat
perbedaan tekanan di dalam kepala.
6) Kebutaan
Terjadi karena kelainan saraf cranial II tetapi dapat juga disebabkan karena
infark yang luas di kortek serebri, sehingga terjadi buta kortikal
7) DIC (Dissemination Intravscular Coagulation)
Adalah suatu keadaan dimana bekuan-bekuan darah kecil tersebar di seluruh
aliran darah, menyebabkan penyumbatan pada pembuluh darah kecil dan
berkurangnya faktor pembekuan yang diperlukan untuk mengendalikan
perdarahan. DIC masuk ke ginjal,lalu terakumulasi pada nefron ginjal. Nefron
tidak berfungsi dengan baik sehingga protein dan darah lolos dari proses filtrasi
sehingga juga terjadi Albuminura dan Hematuria
8) Peningkat TIK (Tekanan Intrakranial)
Yang menyebabkan penurunan kesadaran. Penurunan aliran darah otak yang
disebabkan karena penyumbatan pembuluh darah otak oleh trombus dan
adanya penurunan autoregulasi.
ASUHAN KEPERAWATAN MENINGITIS

o Windi Setiyani 1710711035


o Nurhidayah Perwaningsih 1710711113

KASUS

Seorang pasien dirawat diruangan perawatan umum untuk pasien gangguan


neurologi dengan kapasitas 24 pasien.Klien dirawat dengan keluhan sudah 3 hari
tidak bisa bangun dari tempat tidur, lemas, nyeri kepala, demam disertai menggigil,
mual dan muntah. Saat pengkajian ditemukan suhu 390C, kaku kuduk +, Kernig’s sign
+. Pemeriksaan lumbal fungsi menunjukkan hasil kultur + bakteri Neisseria
meningitidis grup B. Pasien didiagnosa meningitis akut. Keluarga bertanya pada
perawat bagaimana pasien bisa terkena penyakit ini. Pasien mendapatkan terapi
panadol 500 mg tid, cefotaxime 2x 1 gram bd, dexamethasone 0,15 mg/kg setiap 6
jam. Dokter, perawat, ahli gizi dan tim kesehatan lainnya melakukan perawatan secara
terintegrasi untuk menghindari/ mengurangi resiko komplikasi lebih lanjut seperti
hydrocephalus.

ANALISA DATA

DATA MASALAH ETIOLOGI


KEPERAWATAN
DS: Risiko Penyebaran Penyakit Kronis
• Sudah 3 hari lemas dan Infeksi (mikroorganisme di
tidak bisa bangun dari selaput otak)
tempat tidur
• Keluarga mengatakan
pasien mual dan muntah
• Klien mengeluh nyeri di
kepala
DO:
• Pemeriksaan lumbal fungsi
didapatkan hasil kultur (+)
bakteri Neisseria
meningitidis grup B.
• Suhu 39oC

Ds : Nyeri Akut Proses infeksi,


 Klien mengeluh 3 hari tidak bisa toksin, dan sirkulasi
bangun dari tempat tidur,
lemas,dan nyeri kepala.
Do :
 Suhu : 39°C
 Kaku kuduk +
 Kernig’s sign +
 Hasil kultur + bakteri Neisseria
meningitis grup B

Ds : Hipertermia Infeksi dan


 Klien mengatakan sudah 3 hari gangguan regulasi
lemas temperature pada
 Klien mengatakan sudah 3 hari hipotalamus karena
demam dan menggigil peningkatan TIK
 Pasien mengatakan sudah 3
hari tidak bisa bangun dari
tempat tidur
Do :
 Saat Pengkajian ditemukan
suhu 39 derajat celcius
 Tanda-tanda vital
TD : 120/80 mmHg
Suhu : 39o C
Nadi : 115x / menit
Rr : 21x / menit
INTERVENSI KEPERAWATAN

No. Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi


Rasional
DX Keperawatan Hasil Keperawatan
1 Risiko Infeksi d.d Setelah dilakukan • Observasi suhu • Untuk memantau
Penyakit Kronis askep selama 3x24 pasien status kondisi
(mikroorganisme jam masalah risiko • Monitor tanda pasien.
di selaput otak) infeksi dapat dan gejala • Untuk mengetahui
teratasi dengan infeksi sistemik keadaan dari dalam
kriteria hasil: dan lokal tubuh pasien.
 Mencegah • Lakukan • Untuk menurunkan
penyebaran pemeriksaan ct panas dan infeksi
infeksi. san dan lab yang lebih parah.
 Demam • Kolaborasi: • Untuk mengetahui
turun (suhu pemberian obat adanya
tubuh dbn) penurun panas peningkatan atau
 Hasil CT dan antibiotik. penurunan pada
Scan tidak • Monitor hitung infeksi.
ada infeksi granulosit dan

 Hasil Lab WBC.


normal
(lekosit dbn)

2 Nyeri akut b. d Setelah dilakukan Manajemen nyeri  Mengetahui tingkat nyeri


proses infeksi, tindakan  Lakukan pengkajian yang dirasakan sehingga
toksin, dan keperawatan nyeri memudahkan pemberian
sirkulasi selama 3x24 jam  Kendalikan factor intervensi
masalah nyeri akut lingkungan yang  Menurunkan reaksi
berkurang atau dapat memprngaruhi terhadap rangsangan
terkontrol dengan respon pasien eksternal
kriteria hasil : terhadap  Untuk mengurangi rasa
 Menggunakan ketidaknyamanan nyeri pasien
tindakan
pengurangan  Ajarkan prinsip-  Mungkin diperlukan
rasa nyeri prinsip manajemen untuk menurunkan rasa
 Pasien dapat nyeri sakit
tidur dengan  Kolaborasi dengan
nyaman tim kesehatan
Melaporkan nyeri lainnya untuk
yang terkontrol pemberian analgesic Dapat menyebabkan
Aplikasi panas dingin vasokontriksi pembuluh
 Gunakan kain darah otak
lembab sebelah kulit
untuk meningkatkan
sensasi dingin atau
panas disaat yang
tepat
Dapat kompres
dingin (es) pada
kepala
3 Hipertermia Setelah dilakukan  Pantau suhu dan  Pantau suhu klient untuk
berhubungan tindakan Tanda-Tanda Vital memantau apakah
dengan Infeksi keperawatan lainnya pasien sudah menurun
dan gangguan selama 3x24 jam,  Tutup Tubuh pasien suhu tubuhnya dan
regulasi diharapkan suhu dengan selimut dan pantau TTV disinii
temperature tubuh klien turun pakaian ringan adalah Tensi
pada dengan hasil yang tergantung fase Darah,Suhu, RR, HR )
hipotalamus diharapkan : demam
karena  Suhu tubuh  Mandikan Pasien  memberikan selimut
peningkatan TIK klient 36 derajat dengan spons hangat untuk fase dingin
celcius hangan dengan hati- seperti menggigil dan
 Tidak hati menyediakan pakaian
merasakan  Fasilitas Isitirahat, atau linen tempat tidur
menggigil terapkan untuk membuat nyaman
pembatasan aktivitas klient
 Tidak  Monitor suhu  Berikan pasien dengan
merasakan paling tidak setiap suhu yang sangat tinggi
merinding 2jam (39 derjat celcius) untuk
 Bisa menghangatkan tubuh
melaporkan  Kolaborasi dengan pasien ketika menggigil
kenyamanan dokter dalam
suhu pemberian obat atau  Memfasiltasi klient untuk
(Buku Noc halaman cairan IV( Antipiretik, istirahat bertujuan untuk
252 &564) agen antibakteri, dan meningkatkan rasa
agen anti menggigil) nyaman klient dan
memberikan obat pembatasan aktivitas
melalui cairan agar klien terhindar
Intravena supaya
klien dapat dilakukan  :Agar demam pada klient
curing untuk menjadi menurun dan
menurunkan rasa reda
menggigil dan
menghilangkan  Agar klient terhindar dari
bakteri Neisseria kejang
meningitis

 Turunkan demam
yang tinggi untuk
mengurangi beban
kebutuhan oksigen
pada jantung dan
otak

 Lindungi pasien dari


cedera sekunder
akibat aktivitas
kejang atau
perubahan tingkat
kesadaran (LOC)

Daftar Pustaka :

Doengoes. M.E. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC, 2006.

Suriadi, Rita Yuliani. Asuhan keperawatan pada Anak Ed.2.Jakarta:Percetakan Penebar

S, 2006.

Anda mungkin juga menyukai