Anda di halaman 1dari 7

ANALISA JURNAL KEPERAWATAN

ASUHAN KEPERAWATAN HIPERTERMI PADA An. H DENGAN


DEMAM THYPOID DI BANGSAL ANGGREK
RSUD dr. SOEHADI PRIJONEGORO
SRAGEN

Di susun oleh :

1. Ahmad Mujib
2. Ariyanta
3. Suciatun
4. Tatit Ratnawati
5. Nur Sopiyatun

PROGRAM STUDI NERS

STIKES MUHAMMADIYAH KUDUS

2018

1
ANALISA JURNAL KEPERAWATAN

A. JUDUL JURNAL
Asuhan Keperawatan Hipertermi Pada An. H Dengan Demam Thypoid Di
Bangsal Anggrek Rsud Dr. Soehadi Prijonegoro Sragen

B. PENELITI
DIMAS WAHARDIKAN PUTRA (2013)

C. PENDAHULUAN
Demam tifoid merupakan infeksi sistemik yang disebabkan oleh
Salmonella enterica serovar typhi (S typhi) (Nelwan, 2012).Menurut
Inawati (2017) Demam tifoid adalah penyakit infeksi bakteri, yang
disebabkan oleh Salmonella typhi.Berdasarkan keterangan tersebut maka
tifoid adalah seseorang yang terinfeksi bakteri yang disebut bakteri
Salmonella enterica serovar typhi (S typhi) yang berdampak kepada tubuh
seseorang secara menyeluruh ditandai dengan adanya demam. Penyakit ini
ditularkan melalui konsumsi makanan atau minuman yang terkontaminasi
oleh tinja atau urin orang yang terinfeksi. Gejala biasanya muncul 1-3
minggu setelah terkena, dan gejala meliputi demam tinggi, malaise, sakit
kepala, mual, kehilangan nafsu makan ,sembelit atau diare, bintik-bintik
merah muda di dada (Rose spots), dan pembesaran limpa dan hati
(Inawati, 2017).
Penyakit menular ini masih merupakan masalah kesehatan
masyarakat dengan jumlah kasus sebanyak 22 juta per tahun di dunia dan
menyebabkan 216.000–600.000 kematian. Studi yang dilakukan di daerah
urban di beberapa negara Asia pada anak usia 5–15 tahun menunjukkan
bahwa insidensi dengan biakan darah positif mencapai 180 –194 per
100.000 anak, di Asia Selatan pada usia 5–15 tahun sebesar 400–500 per
100.000 penduduk, di Asia Tenggara 100–200 per 100.000 penduduk, dan
di Asia Timur Laut kurang dari 100 kasus per 100.000 penduduk.
Komplikasi serius dapat terjadi hingga 10%, khususnya pada individu
yang menderita tifoid lebih dari 2 minggu dan tidak mendapat pengobatan
2
yang adekuat. Case Fatality Rate(CFR) diperkirakan 1–4% dengan rasio
10 kali lebih tinggi pada anak usia lebih tua (4%) dibandingkan anak usia
≤4 tahun (0,4%). Pada kasus yang tidak mendapatkan pengobatan, CFR
dapat meningkat hingga 20%(Purba, dkk, 2017).
Kasus tertinggi demam tifoid di Jawa Tengah dilaporkan
tertinggidi Kota Semarang yaitu sebesar 4.973 kasus (48,33%) dibanding
dengan jumlah keseluruhan kasus demam typoid di kabupaten atau kota
lain di Jawa Tengah. Dibandingkan jumlah kasus keseluruhan PTM lain di
Kota Semarang sebesar 3,19%. Sedangkan kasus tertinggi kedua adalah
Kabupaten Sukoharjo yaitu 3.164 kasus (14,25%) dan apabila
dibandingkan dengan jumlah keseluruhan PTM lain di Kabupaten
Sukoharjo adalah sebesar 10,99%. Kasus ini paling sedikit dijumpai di
Kabupaten Semarang yaitu 4 kasus (0,01%). Rata-rata kasus Demam
tifoiddi Jawa Tengah adalah 635,60 kasus (Dinkes Jateng, 2014).
Sedangkan kasus Demam Tifoid di Kabupaten Kebumen melalui Data
kasus demam tifoid di RSUD Dr. Soedirman Kebumen dari tahun 2015 –
2016 sebanyak 817 kasus,dan di bangsal Dahlia sendiri sebanyak 370
kasus (Data laporan RSUD Dr. Soedirman Kebumen, 2016).
Salah satu masalah yang timbul pada pasien demam tIfoid yaitu
hipertermia. Hipertermi adalah suatu Keadaan dimana seorang individu
mengalami peningkatan suhu tubuh di atas 37,0C peroral atau 38,0C
perrektal karena factor eksternal (Nurrofiq, 2012)
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk
melakukan penelitian yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Pasien
Thypoid Dengan Masalah Utama Hipertermi Berhubungan Dengan
Penyakit Thypoid Di Ruang Barokah Rsu Pku Muhammadiyah
Gombong”.

D. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut di atas maka dapat dirumuskan
permasalahan pada penulisan studi kasus ini yaitu “Bagaimana Asuhan

3
Keperawatan Hipertermi Pada An. H Dengan Demam Thypoid Di Bangsal
Anggrek Rsud Dr. Soehadi Prijonegoro Sragen”.
E. TINJAUAN TEORI
Terlampir pada jurnal (naskah)

F. METODE PENULISAN
1. Pendekatan
Penyusunan karya tulis ilmiah ini penlis menggnakan metode deskriftif
analitik dengan subyek studi kasus 2 orang pasien yang mengalami
gangguan kebutuhan Termoregulasi: Hipertermi. dengan pendekatan
studi kasus yaitu metode ilmiah yang bersifat mengumpulkan data,
menganalisis data dan menarik kesimpulan data.
2. Tempat dan waktu
Kasus karya ilmiah ini adalah Di Ruang Barokah Rsu Pku
Muhammadiyah Gombong” pada tanggal 24 April – 26 april 2013.
3. Teknik pengumpulan data
Agar dapat terkumpul dengan baik dan terarah, dilakukan pengmpulan
data dengan metode antara lain : wawancara (interview), pengamatan
(observasi), pemeriksaan fisik (Thermometer) dan studi dokumentasi.

G. ANALISIS DATA
Data penulis karya tulis ini penulis menganalisa data dengan
menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber, yaitu
wawancara (interview), pengamatan (observasi), pemeriksaan fisik
(Thermometer) dan juga pemeriksaan penunjang, maka langkah
berikutnya adalah dengan melakukan reduksi data dari hasil pengkajian
yang kemudian akan ada pada Asuhan Keperawatan Pada Pasien Thypoid
Dengan Masalah Utama Hipertermi Berhubungan Dengan Penyakit
Thypoid Di Ruang Barokah Rsu Pku Muhammadiyah Gombong”.

H. KEABSAHAN DATA

4
Untuk menghindari kesalahan atau kekeliruan data yang telah terkumpul,
perlu dilakukan pengecekan keesahan data. Pengecekan keabsahan data
didasarkan pada kriteria derajat kepercayaan (crebility) dengan teknik
trianggulasi, ketekunan pengamatan, pengecekan teman sejawat.

I. GAMBARAN KASUS
Gambaran kasus pada bab ini penulis akan melaporkan hasil
pengelolaan Penanganan Hipertermia Pada Anak Dengan Demam Tifoid
Di Ruang Barokah Rsu Pku Muhammadiyah Gombong pada tanggal 24
April 2013.
Pada pengkajian awal, penulis mendapatkan atau menemukan data
skunder yaitu dari keluarga, catatan medis, status klien dan pemeriksaan
fisik klien.
Keluhan utama klien adalah, ibu pasien mengatakan An. H panas
krang lebih mulai 4 hari sebelum masuk RSUD dr. SOEHADI
PRIJONEGORO SRAGEN ( 20 April 2013), dan badan terasa lemas.
Kemudian dari pihak kelarga pasien pada tanggal 24 April 2013 pasien
dibawa ke IGD RSUD dr. SOEHADI PRIJONEGORO SRAGEN. Di IGD
an. H dicek darah, dan dokter mendiagnosa bahwa An. H menderita gejala
typoid.
Pemeriksaan fisik yang dilakukan penulis pada An. H adalah, pada
pemeriksaan fisik yang di lakukan penulis pada tanggal 24 April 2013
yaitu keadaan umum pasien lemah. Pengkuran : berat badan 18 kg.
Pengukuran TTV : Suhu 38,50C, pernafasan 24 x/menit, nadi 88 x/menit.
Rambut: warna hitam, bersih, sedikit lembab, kepala : simetris,
mesochepal, mata : simetris kanan kiri, sklera tidak ikterik, konjungtiva
tidak anemis, pupil isokor, telinga bersih, tidak ada serumen, fngsi
pendengaran baik, tidak ada gangguan pendengaran, simetris, hidung:
simetris, bersih, tidak ada sekret, tidak ada polip, tidak ada epitaksis, mulut
: bibir simetris. Tidak ada sianosis, tidak ada stomatitis, mukosa bibir
kering, warna gigi : putih, tekstur lidah : terlihat putih kotor, leher :
simetris, tidak ada terdapat pembesaran kelenjar tiroid, teraba arteri

5
carotis, tidak terdapat kaku kuduk, kulit : kulit elastis, teraba hangat, dada :
tampak terdapat retraksi dad, simetris, paru – paru : Inspeksi : ekspansi
dada, simetris kanan kiri, palpasi: vocal fremitus kanan kiri sama, perkusi:
sonor, Auskltasi: bunyi nafas vesikuler tidak ada suara tambahan, jantung :
inspeksi ic tidak tampak, palpasi:IC teraba kuat di SIC V, perkusi: suara
pekak dengan batas ; kanan di SIC IV garis sternum kanan;kiri di SIC IV
garis sternum kiri di SIC V midclavikula kiri, di axila anterior kiri dan mid
axila kiri. Auskultasi : bunti jantung 1-bnyi jantung II mrni, tidak ada
bising, Abdomen: inspeksi pert datar, umbilikus tidak meonjol, tidak ada
bekas luka, Auskultasi: bising usus 12 kali per menit, palpasi: tidak ada
nyeri tekan, perksi:tympani di kadaran I, III, IV dan pekak di kuadran II.
Genetalia An. H berjenis kelamin laki-laki, An. H belum sirkmsisi, tidak
ada terdapat gangguan pada genetalia. Ekstremitas atas: tangan kiri
terpasang infus, kedua tangan tidak terjadi oedema, akral hangat, capilary
revil <3 detik. Bawah : tidak terjadi oedema pada kedua kaki, akral hangat,
capilalary revil <3 detik.
Pemeriksaan penunjang pada tanggal 24 April 2013 yaitu: HGB
12,2 gram/dl ( nilai normal 11,5-15,5), eritrosit 4,46 juta/ul(nilai normal
4,0-4,2), hematokrit 35,5 %( nilai normal 35-45), MCV 70,7 fl (normal
80-96), MCH 27,4 pg (normal 28-33), MCHC 34,4 gram/dl (normal 33-
37), leukosit 3,40 103/ul (normal 4,5-14,5), trombosit 174 103/ul (normal
150-450).
Dari hasil widal pada tanggal 24 April 2013 yaitu: salmonella thypi
O didapatkan hasil posistif 1/160 dengan normal (negatif), S. Parathypi
AO posistif 1/320 normal (negatif).
Program terapi yang didapatkan oleh An. H pada tanggal 24 April
2013 yaitu infuse Ringer laktat 14 tpm makro, lagofox 300 mg/8 jam,
norages 200 mg/8jam, ranitidin 20 g/8jam. Tanggal 25 April : infuse
ringer laktat 14 tpm makro, lagofox 300 mg/8 jam, norages 200 mg/8jam,
ranitidin 20 g/8jam.
J. PEMBAHASAN
Diagnosa keperawatan

6
Berdasarkan dengan data tersebut dapat ditegakakn prioritas diagnosa
keperawatan hipertermi berhubungan proses terjadinya penyakit :thypoid.
Diagnosa tersebut ditegakkan dengan alasan, karena pada saat dilakukan
pengkajian didapatkan data subjektif ibu pasien mengatakan anaknya
panas. Data yang dapat di observasi atau data objektinya yaitu kulit teraba
hangat, suhu 38,50c, tugor kulit cukup, mukosa bibir kering, pasien tampak
lemah.

K. EVALUASI
Evalasi merupakan tahap akhir proses keperawatan yang dapat digunakan
sebagai alat ukur keberhasilan suatu keperawatan yang dibuat. Evaluasi
dilakukan pada tanggal 26 April 2013 keluarga pasien mengatakan suhu
tubuh pasien sudah menurun, suhunya 36,80C, kulit teraba dingin, mukosa
bibir lembab. Masalah hipertermi teratasi, perencanaan pasien sudah
diperbolehkan pulang, intervensi yang selanjutnya adalah menganjurkan
untuk perawatan dirumah dengan cara pasien harus istirahat total dirumah
agar tidak kambuh.

Anda mungkin juga menyukai