Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

HERNIA INGUINALIS LATERALIS RS PERMATA BUNDA PURWODADI

Disusun untuk Memenuhi Tugas KMB (Keperawatan Medikal Bedah)

Disusun Oleh :

ERWIN ARI PAHARGYO


NIM: 62019040176

PRAKTEK KLINIK KEPERAWATAN

PROFESI NERS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS

TAHUN 2019
LAPORAN PENDAHULUAN

HERNIA INGUINALIS LATERALIS

1. DEFINISI.

Hernia adalah keluarnya isi rongga tubuh ( biasa abdomen ) lewat suatu celah pada
dinding yang mengelilinginya, daerah yang lemah biasa disebut dengan locus minoris.
(Smeltzer, Suzanne C. 2002)

Hernia adalah suatu tonjolan dari organ dan sebagian organ intra abdominal keluar
kavum abdomen melalui lakus minoris ( facial defek ) dinding abdomen dan masih
meliputi peritoneum ( Puruhito ; 1993).

Hernia abdominalis biasanya terdiri atas saccusperitonei dan jaringan yang keluar
( biasanya didalam saccus meskipun tidak selalu ) bila demikian dinamakan isi hernia
misalnya usus, omentum dll, saccus atau kantong mempunyai mulut, leher, badan dan
fundus. (Price, Sylvia A)

Jenis - Jenis Hernia

1. Hernia Umbilikus Konginetal


Kantung hernia keluar melalui umbilical terjadi pada anak-anak karena valsava
yang berlebih, kegagalan pada penyatuan parut umbilicus.

2. Hernia Paraumbilikus
Terjadi pada orang dewasa dimana kantung hernia melewati dinding abdomen
disebelah sentral tepat di atas umbilikus. Sering disebabkan oleh obesitas,
kelemahan otot abdomen pasca partus. Hernia ini dapat besar sekali.

3. Hiatus Hernia
Kantung hernia memasuki rongga torak dimana bagian proximal lambung bersama
esophagus. Para abdominal dengan sphincter cardiac masuk ( herniasi ) lewat hiatus
esophagealis ke dalam thorak ( sliding ), atau hanya bagian fundus lambung yang
dapat masuk. Penyebabnya peningkatan tekanan abdominal karena obesitas,
pemakainan korset ketat, kelemahan otot diafragma karena menua.
4. Hernia Insisional.
Kantung hernia memasuki celah bekas sayatan operasi. Biasanya luka yang pernah
terkena infeksi.

5. Hernia Inguinalis
Kantung hernia memasuki celah inguinalis. Hernia ini mengikuti funikulus
spermatikus atau ligamentum teres uteri. Hernia dapat dimulai pada cincin
inguinalis interna ( indirect) atau terdorong lewat dinding posterior canalis
inguinalis yang lemah (direct ) Tanda –tandanya Adanya benjolan pada regio
inguinalis.

Hernia inguinalis lateralis (indirek) adalah hernia yang melalui analus


inguinalis internus yang terletak disebelah lateral vasa epigastrika inferior,
menyusuri kanalis inguinalis dan keluar kerongga perut melalui analus inguinalis
eksternus ( Henderson ; 1992).

2. ETIOLOGI
a. Kongenital.
Terjadi akibat prosesus vaginalis pertenium persisten disertai dengan annulus
inguinalis yang cukup lebar.
b. Didapat.
Ditemukan adanya faktor kausal/predisposisi yang berperan untuk timbulnya hernia:
- Prosesus vaginalis yang tetap terbuka.
- Peninggian tekanan intra abdomen:
 Pekerjaan mengangkat barang-barang berat.
 Batuk karonik : bronchitis kronik, TBC.
 Hipertrofi prostat, striktur uretra, konstipasi, asites.

3. TANDA DAN GEJALA


 Ada benjolan pada daerah selangkangan / kemaluan / lipat paha.
 Nyeri pada saat mengejan, mengangkat benda.
 Mual dan kembung.
 Tidak flatus / BAB
4. PATOFISIOLOGI

Terjadinya hernia disebabkan oleh dua faktor yang pertama adalah factor
kongenita lyaitu kegagalan penutupan prosesusvaginalis pada waktu kehamilan yang
dapat menyebabkan masuknya isi rongga pertu melalui kanalisinguinalis, faktor yang
kedua adalah faktor yang dapat seperti hamil, batukkronis, pekerjaan mengangkat benda
berat dan factor usia, masuknya isi rongga perut melalui kanalingunalis, jika cukup
panjang maka akan menonjol keluar dari anulusingunalisekstermus. Apabila hernia ini
berlanjut tonjolan akan sampai ke skrotum karena kanalinguinalis berisi tali sperma pada
laki-laki, sehingga menyebakan hernia. Hernia ada yang dapat kembali secara spontan
maupun manual juga ada yang tidak dapat kembali secara spontan ataupun manual akibat
terjadi perlengketan antara isi hernia dengan dinding kantong hernia sehingga isi hernia
tidak dapat dimasukkan kembali. Keadaan ini akan mengakibatkan kesulitan untuk
berjalan atau berpindah sehingga aktivitas akan terganggu. Jika terjadi penekanan
terhadap cincin hernia maka isi hernia akan mencekik sehingga terjadi hernia strangulate
yang akan menimbulkan gejala illeus yaitu gejala abstruksi usus sehingga menyebabkan
peredaran darah terganggu yang akan menyebabkan kurangnya suplai oksigen yang bisa
menyebabkan Iskemik. Isi hernia ini akan menjadi nekrosis. Kalau kantong hernia terdiri
atas usus dapat terjadi perforasi yang akhirnya dapat menimbulkan abses local atau
prioritas jika terjadi hubungan dengan rongga perut. Obstruksi usus juga menyebabkan
penurunan peristaltikusus yang bisa menyebabkan konstipasi. Pada keadaan strangulate
akan timbul gejala illeus yaitu perut kembung, muntah dan obstipasi pada strangulasi
nyeri yang timbul lebih berat dan kontinyu, daerah benjolan menjadi merah.
 PATWAY PRE OPERASI

faktor congenital Faktor di dapat (batukkronis,


(kegagalanpenutpanproses mengejansaatdefekasi,
usvaginalispadawaktukeha
5. pekerjaanmengankatbendaberat)
milan)

Peningkatantekanan intra abdomen

Masuknyaisironggaperutmalaluikanalisinguinalis

Jikacukuppanjangakanmenonjolkeluardarianalusinguinaliseksternus

Tonjolanakansampaikespektrum

hernia

Tidakpapattimbulse Dapattimbulsecaraspontan
caraspontan (manual)

Tindakpembedahan Post operasi hernia

Adanyalukainsisi

System irigasi Penurunanf Perawatanluka


ungsiusus Diskontinuitasj yang kurang
aringan
Keseimbangan
cairan Deficit Resikoinfeksi
cairan nyeri

Kekurangan Ketidaknyama
volume cairan Nutrisiinade Gangguaninte nan/
kuat gritaskulit keterbatasang
erak
Kebutuhannutrisikuran Aktifitasterganggu
gdarikebutuhantubuh

Imobilitasfisik
Kuranginformasi

Kurangpengetahuan
 PATWAY POST OPERASI

Proximal prosesus vaginalis

Gagal menutup

Membentuk kantung hernia

Pembedahan Resiko infeksi

nyeri

5. MANIFESTASI KLINIS
- Benjolan dilipat paha yang timbul hilang. Muncul saat penderita berdiri, batuk, bersin,
mengedan atau mengangkat barang berat dan menghilang saat penderita berbaring.
- Nyeri disertai muntah timbul bila terjadi inkarserasi atau strangulasi.

6. KOMPLIKASI
 Muntah.
 Perdarahan.
 Shok.
 Kembung.
 Radang paru.
 Retensio urine.
7. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Foto Abdomen
Dapat menyatakan adanya kengerasan material pada apendiks (fekalit),ileus
terlokalisis.
2. Urinalisis
Munculnya bakteri yang mengidentifikasi infeksi.
3. Elektrolit
Ketidakseimbangan akan menunggu fungsi organ, misalnya penurunan kalium
akan mempengaruhi kontraktilitan otot jantung, mengarah kepada penurunan curah
jantung.
4. AGD (Analisa Gas Darah)
Mengevaluasi status pernafasan terakhir.
5. ECG (Elektrocardiograf)
Penemuan akan sesuatu yang tidak normal membutuhkan prioritas perhatian
untuk memberikan anestesi.
6. Pemeriksaan Laboratorium.
7. Pemeriksaan darah lengkap.

8. PENATALAKSANAAN
Pada hernia inguinalis lateral reponibilis dan ireponibilis dilakukan tindakan
bedah elektif karena di takutkan terjadinya komplikasi, sebaliknya bila telah terjadi proses
strangulasi tidakan bedah harus dilakukan secepat mungkin sebelum terjadinya nekrosis
usus.
Prinsip terapi operatif pada hernia inguinalis :
 Untuk memperoleh keberhasilan maka factor-faktor yang menimbulkan terjadinya
hernia harus dicari dan diperbaiki (batuk kronik, prostat, tumor, asites,dll) dan defek
yang ada di rekonstruksi dan diaproksimasi tanpa tegangan.
 Sakus hernia indirek harus diisolasi, dipisahkan dari peritoneum, dan diligasi. Pada
bayi dan anak-anak yang mempunyai anatomi inguinal normal, repair hanya terbatas
pada ligasi tinggi, memisahkan sakus, dan mengecilkan cincin keukuran yang
semestinya, pada lkebanyakan hernia orang dewasa, dasar inguinal juga harus
direkonstuksi.
 Hernia rekuran yang terjadi dalam beberapa bulan atau setahun biasanya menunjukan
adanya refair yang tidak adekuat. Sedangkan rekuren yang terjadi setelah dua tahun
atau lebih cenderung di sebabkan oleh timbulnua kelemahan yang progresif pada fasia
pasien.
Tindakan bedah pada hernia adalah herniotimi dan herniorafi. Pada bedah elektif,
kanalis dibuka, isi hernia dimasukkan, kantong diikat, dan dilakukan bassiny plasty atau
teknik yang lain untuk memperkkuat dinding belakang kanalis inguinalis.
Pada bedah darurat, perinsipnya hampir sama dengan bedah elektif. Cincin hernia
langsung dicari dan dipotong. Usus halus dilihat vital atau tidak. Bila vital dikembalikan
kerongga perut, sedangkan bila tidak dilakukan reseksi dan anastomosis end to end.
Untuk fasilitas dan keahlian terbatas, setelah cincin hernia dipotong dan usus dinyatakan
vital langsung tutup kulit dan dirujuk kerumah sakit dengan fasilitas lebih lengkap.

9. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


1. PENGKAJIAN
a. Anamnesa.
1. Biodata : terdiri dari nama lengkap, jenis kelamin, umur, penanggung jawab,
pekerjaan, pendidikan, agama, alamat, suku bangsa.
2. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan utama
2) Riwayat kesehatan sekarang
3) Riwayat kesehatan masa lalu : Penyakit (masa kanak-kanak, penyakit yang
terjadi secara berulang-ulang, operasi yang pernah dialami)
Alergi : Kebiasaan (merokok, minum kopi, dll).
4) riwayat kesehatan keluarga
Orang tua, Saudara kandung, Anggota keluarga lain. Faktor resiko
terhadap kesehatan (kanker hypertensi, DM, penyakit jantung, TBC,
Epilepsi, dll.
5) Keadaan psikologis
Perilaku, Pola emosional, Konsep diri, Penampilan intelektual, Pola
pemecahan masalah, Daya ingat.
b. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan Umum.
2) Tanda-tanda vital : Tekanan Darah, Suhu, Nadi, Respirasi.
3) Sistem Pencernaan
Bentuk bibir, lesi mukosa mulut, kelengkapan gigi, muntah, kemampuan
menelan, mengunyah, bentuk peut, BU, distensi abdomen, dll.
4) Sistem Pernafasan
Kesimetrisan hidung, pernafasan cuping hidung, deformitas, bersin, warna
mukosa, perdarahan, nyeri sinus, bentuk dada, kesimetrisan, nyeri dada,
frekwensi pernafasan, jenis pernafasan, bunyi nafas, dll.
5) Sistem cardiovaskuler
Konjungtiva anemis/tidak, akral dingin/hangat, CRT, JVP, bunyi jantung,
tekanan darah, pembesaran jantung, Cyanosis, dll.
6) Sistem integumen
Warna kulit, turgor kulit, temperatur, luka/lesi, kebersihannya, integritas,
perubahan warna, keringat, eritema, kuku, rambut (kebersihan, warna, dll.)
7) Sistem persyarafan
Tingkat kesadaran, kepala ukuran, kesimetrisan, benjolan, ketajaman mata,
pergerakan bola mata, kesimetrisan, reflek kornea, reflek pupil, nervus 1 s.d.
12, kaku kuduk, dll.
8) Sistem endokrin
Pertumbuhan dan perkembangan fisik, proporsi dan posisi tubuh, ukuran
kepala dan ekstremitas, pembesaran kelaenjar tyroid, tremor ekstremitas, dll.
9) Sistem muskuloskeletal
Rentang gerak sendi, gaya berjalan, posisi berdiri, ROM, kekuatan otot,
deformitas, kekakuan pembesaran tulang, atrofi, dll.
10) Sistem reproduksi
Laki-laki: penis skrotum, testis, dll.
Perempuan: pembengkakan benjolan, nyeri, dll.
11) Sistem perkemihan
Jumlah, warna, bau, frekwensi BAK, urgensi, dysuria, nyeri pinggang,
inkontinensia, retensi urine, dll.
c. Pemeriksaan penunjang
Laboratorium
Rontgen
d. Therapi

2. DIAGNOSA

1. Gangguan rasa nyaman nyeri bd terputusnya jaringan syaraf sekunder tindakan


pembedahan.
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh bd intake makanan inadekuat
3. Gangguan eliminasi bowel konstipasi b.d penurunan peristaltik usus.
4. Resiko infeksi b.d terbukanya jaringan sekunder tindakan pembedahan

3. INTERVENSI

DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL

Gangguan rasa Setelah dilakukan tindakan  Kaji nyeri, catat - Merencanakan


nyaman nyeri b.d keperawatan selama 2x24 jam lokasi, karakteristik, intervensi yang
terputusnya maka nyeri akan berkurang beratnya (skala 1-10), cepat
jaringan syaraf dengan kriteria hasil: selidiki dan laporkan
sekunder perubahan nyeri dg
-Pasien tidak gelisah
tindakan cepat.
pembedahan -Pasien tidak meringis  Ajarkan teknik - Mengurangi rasa
kesakitan relaksasi dan distraksi. nyeri

 Pertahankan tirah
baring.
 Kolaborasi dengan tim
medis untuk - Membantu pasien

pemberian analgetik dalam mengatasi


nyeri
- Mengetahui
 Monitor intake nutrisi. kebutuhan nutrisi.

 Beri PenKes tentang - Agar pasien


Kebutuhan nutrisi akan
Perubahan nutrisi mengerti manfaat
terpenuhi setelah dilakukan pentingnya nutrisi.
kurang dari nutrisi.
tindakan keperawatan selama
kebutuhan tubuh
bd intake 2 x 24 jam dengan kriteria
makanan Hasil:
 Pertahankan oral
inadekuat
-Peningkatan status nutrisi hygien sebelum dan
- Membantu
setelah makan.
-Terjadi peningkatan berat menambah nafsu
 Berikan porsi kecil
badan sesuai batasan makan.
tapi sering.
waktu - Memanbah asupan.
 Sajikan makanan
- Meningkatlkan
secara menarik.
motivasi untuk
 Kolaborasi dengan tim
makan.
gizi untuk pemberian
- Mencukupi
diiet TKTP
kebutuhan nutrisi.

 Lakukan lavemen.

- Untuk melunakan
dan memudahkan
keluarnya feses
yang keras.
 Himbau pasien untuk
Setelah dilakukan tindakan
Gangguan mengurangi makanan - Asam lemak
keperawatan selama 2 x24
eliminasi bowel berlemak. memperlambat
jam BAB pasien akan
konstipasi b.d rangsang
kembali normal dengan
penurunan peristaltik.
kriteria hasil:  Anjurkan pasien untuk
peristaltic usus.
banyak minum.
Pasien dapat BAB - Membantu
mendorong
Frekuensi BAB pasien
peristaltik.
sesuai kebiasaan
 Himbau pasien untuk
segera menanggapi
- Untuk mencegah
respon bowel.
pengerasan feses
 Kolabirasi pemberian
diit tinggi serat.
- Untuk luka cepat
membaik

Setelah dilakukan tindakan  Monitor tanda-tanda


keperawatan selama 2 X 24 infeksi. - Untuk mengatasi
Resiko infeksi
jam diharapkan tidak timbul secara dini jika
b.d terbukanya
infeksi dengan kriteria hasil: terjadi infeksi.
jaringan.  Lakukan perawatan
- Untuk
Tidak muncul pus pada luka.
penyembuhan luka.
luka  Pertahankan antiseptik
- Menghindari
saat ganti balut.
Terbebas dari infeksi masuknya
 Anjurkan pasien untuk
nosokomial mikroorganisme.
tidak menyentuh
daerah luka.
 Kolaborasi dengan tim
medis dalam - Mematikan
pemberian antibiotik. mikroba parasit.
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 8. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC.

Doenges, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk Perencanaan


dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta: EGC.

McFarland, Gertrude K et al. 1995. Diagnosa Keperawatan. Jakarta: EGC.

Price, Sylvia A dan Lorraine M Wilson. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.
Jakarta : EGC.

Smeltzer, Suzanne C. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Vol 2. Jakarta:
EGC.

Anda mungkin juga menyukai