Disusun Oleh :
TAHUN 2019
LAPORAN PENDAHULUAN
1. DEFINISI.
Hernia adalah keluarnya isi rongga tubuh ( biasa abdomen ) lewat suatu celah pada
dinding yang mengelilinginya, daerah yang lemah biasa disebut dengan locus minoris.
(Smeltzer, Suzanne C. 2002)
Hernia adalah suatu tonjolan dari organ dan sebagian organ intra abdominal keluar
kavum abdomen melalui lakus minoris ( facial defek ) dinding abdomen dan masih
meliputi peritoneum ( Puruhito ; 1993).
Hernia abdominalis biasanya terdiri atas saccusperitonei dan jaringan yang keluar
( biasanya didalam saccus meskipun tidak selalu ) bila demikian dinamakan isi hernia
misalnya usus, omentum dll, saccus atau kantong mempunyai mulut, leher, badan dan
fundus. (Price, Sylvia A)
2. Hernia Paraumbilikus
Terjadi pada orang dewasa dimana kantung hernia melewati dinding abdomen
disebelah sentral tepat di atas umbilikus. Sering disebabkan oleh obesitas,
kelemahan otot abdomen pasca partus. Hernia ini dapat besar sekali.
3. Hiatus Hernia
Kantung hernia memasuki rongga torak dimana bagian proximal lambung bersama
esophagus. Para abdominal dengan sphincter cardiac masuk ( herniasi ) lewat hiatus
esophagealis ke dalam thorak ( sliding ), atau hanya bagian fundus lambung yang
dapat masuk. Penyebabnya peningkatan tekanan abdominal karena obesitas,
pemakainan korset ketat, kelemahan otot diafragma karena menua.
4. Hernia Insisional.
Kantung hernia memasuki celah bekas sayatan operasi. Biasanya luka yang pernah
terkena infeksi.
5. Hernia Inguinalis
Kantung hernia memasuki celah inguinalis. Hernia ini mengikuti funikulus
spermatikus atau ligamentum teres uteri. Hernia dapat dimulai pada cincin
inguinalis interna ( indirect) atau terdorong lewat dinding posterior canalis
inguinalis yang lemah (direct ) Tanda –tandanya Adanya benjolan pada regio
inguinalis.
2. ETIOLOGI
a. Kongenital.
Terjadi akibat prosesus vaginalis pertenium persisten disertai dengan annulus
inguinalis yang cukup lebar.
b. Didapat.
Ditemukan adanya faktor kausal/predisposisi yang berperan untuk timbulnya hernia:
- Prosesus vaginalis yang tetap terbuka.
- Peninggian tekanan intra abdomen:
Pekerjaan mengangkat barang-barang berat.
Batuk karonik : bronchitis kronik, TBC.
Hipertrofi prostat, striktur uretra, konstipasi, asites.
Terjadinya hernia disebabkan oleh dua faktor yang pertama adalah factor
kongenita lyaitu kegagalan penutupan prosesusvaginalis pada waktu kehamilan yang
dapat menyebabkan masuknya isi rongga pertu melalui kanalisinguinalis, faktor yang
kedua adalah faktor yang dapat seperti hamil, batukkronis, pekerjaan mengangkat benda
berat dan factor usia, masuknya isi rongga perut melalui kanalingunalis, jika cukup
panjang maka akan menonjol keluar dari anulusingunalisekstermus. Apabila hernia ini
berlanjut tonjolan akan sampai ke skrotum karena kanalinguinalis berisi tali sperma pada
laki-laki, sehingga menyebakan hernia. Hernia ada yang dapat kembali secara spontan
maupun manual juga ada yang tidak dapat kembali secara spontan ataupun manual akibat
terjadi perlengketan antara isi hernia dengan dinding kantong hernia sehingga isi hernia
tidak dapat dimasukkan kembali. Keadaan ini akan mengakibatkan kesulitan untuk
berjalan atau berpindah sehingga aktivitas akan terganggu. Jika terjadi penekanan
terhadap cincin hernia maka isi hernia akan mencekik sehingga terjadi hernia strangulate
yang akan menimbulkan gejala illeus yaitu gejala abstruksi usus sehingga menyebabkan
peredaran darah terganggu yang akan menyebabkan kurangnya suplai oksigen yang bisa
menyebabkan Iskemik. Isi hernia ini akan menjadi nekrosis. Kalau kantong hernia terdiri
atas usus dapat terjadi perforasi yang akhirnya dapat menimbulkan abses local atau
prioritas jika terjadi hubungan dengan rongga perut. Obstruksi usus juga menyebabkan
penurunan peristaltikusus yang bisa menyebabkan konstipasi. Pada keadaan strangulate
akan timbul gejala illeus yaitu perut kembung, muntah dan obstipasi pada strangulasi
nyeri yang timbul lebih berat dan kontinyu, daerah benjolan menjadi merah.
PATWAY PRE OPERASI
Masuknyaisironggaperutmalaluikanalisinguinalis
Jikacukuppanjangakanmenonjolkeluardarianalusinguinaliseksternus
Tonjolanakansampaikespektrum
hernia
Tidakpapattimbulse Dapattimbulsecaraspontan
caraspontan (manual)
Adanyalukainsisi
Kekurangan Ketidaknyama
volume cairan Nutrisiinade Gangguaninte nan/
kuat gritaskulit keterbatasang
erak
Kebutuhannutrisikuran Aktifitasterganggu
gdarikebutuhantubuh
Imobilitasfisik
Kuranginformasi
Kurangpengetahuan
PATWAY POST OPERASI
Gagal menutup
nyeri
5. MANIFESTASI KLINIS
- Benjolan dilipat paha yang timbul hilang. Muncul saat penderita berdiri, batuk, bersin,
mengedan atau mengangkat barang berat dan menghilang saat penderita berbaring.
- Nyeri disertai muntah timbul bila terjadi inkarserasi atau strangulasi.
6. KOMPLIKASI
Muntah.
Perdarahan.
Shok.
Kembung.
Radang paru.
Retensio urine.
7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Foto Abdomen
Dapat menyatakan adanya kengerasan material pada apendiks (fekalit),ileus
terlokalisis.
2. Urinalisis
Munculnya bakteri yang mengidentifikasi infeksi.
3. Elektrolit
Ketidakseimbangan akan menunggu fungsi organ, misalnya penurunan kalium
akan mempengaruhi kontraktilitan otot jantung, mengarah kepada penurunan curah
jantung.
4. AGD (Analisa Gas Darah)
Mengevaluasi status pernafasan terakhir.
5. ECG (Elektrocardiograf)
Penemuan akan sesuatu yang tidak normal membutuhkan prioritas perhatian
untuk memberikan anestesi.
6. Pemeriksaan Laboratorium.
7. Pemeriksaan darah lengkap.
8. PENATALAKSANAAN
Pada hernia inguinalis lateral reponibilis dan ireponibilis dilakukan tindakan
bedah elektif karena di takutkan terjadinya komplikasi, sebaliknya bila telah terjadi proses
strangulasi tidakan bedah harus dilakukan secepat mungkin sebelum terjadinya nekrosis
usus.
Prinsip terapi operatif pada hernia inguinalis :
Untuk memperoleh keberhasilan maka factor-faktor yang menimbulkan terjadinya
hernia harus dicari dan diperbaiki (batuk kronik, prostat, tumor, asites,dll) dan defek
yang ada di rekonstruksi dan diaproksimasi tanpa tegangan.
Sakus hernia indirek harus diisolasi, dipisahkan dari peritoneum, dan diligasi. Pada
bayi dan anak-anak yang mempunyai anatomi inguinal normal, repair hanya terbatas
pada ligasi tinggi, memisahkan sakus, dan mengecilkan cincin keukuran yang
semestinya, pada lkebanyakan hernia orang dewasa, dasar inguinal juga harus
direkonstuksi.
Hernia rekuran yang terjadi dalam beberapa bulan atau setahun biasanya menunjukan
adanya refair yang tidak adekuat. Sedangkan rekuren yang terjadi setelah dua tahun
atau lebih cenderung di sebabkan oleh timbulnua kelemahan yang progresif pada fasia
pasien.
Tindakan bedah pada hernia adalah herniotimi dan herniorafi. Pada bedah elektif,
kanalis dibuka, isi hernia dimasukkan, kantong diikat, dan dilakukan bassiny plasty atau
teknik yang lain untuk memperkkuat dinding belakang kanalis inguinalis.
Pada bedah darurat, perinsipnya hampir sama dengan bedah elektif. Cincin hernia
langsung dicari dan dipotong. Usus halus dilihat vital atau tidak. Bila vital dikembalikan
kerongga perut, sedangkan bila tidak dilakukan reseksi dan anastomosis end to end.
Untuk fasilitas dan keahlian terbatas, setelah cincin hernia dipotong dan usus dinyatakan
vital langsung tutup kulit dan dirujuk kerumah sakit dengan fasilitas lebih lengkap.
2. DIAGNOSA
3. INTERVENSI
Pertahankan tirah
baring.
Kolaborasi dengan tim
medis untuk - Membantu pasien
Lakukan lavemen.
- Untuk melunakan
dan memudahkan
keluarnya feses
yang keras.
Himbau pasien untuk
Setelah dilakukan tindakan
Gangguan mengurangi makanan - Asam lemak
keperawatan selama 2 x24
eliminasi bowel berlemak. memperlambat
jam BAB pasien akan
konstipasi b.d rangsang
kembali normal dengan
penurunan peristaltik.
kriteria hasil: Anjurkan pasien untuk
peristaltic usus.
banyak minum.
Pasien dapat BAB - Membantu
mendorong
Frekuensi BAB pasien
peristaltik.
sesuai kebiasaan
Himbau pasien untuk
segera menanggapi
- Untuk mencegah
respon bowel.
pengerasan feses
Kolabirasi pemberian
diit tinggi serat.
- Untuk luka cepat
membaik
Carpenito, Lynda Juall. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 8. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC.
Price, Sylvia A dan Lorraine M Wilson. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.
Jakarta : EGC.
Smeltzer, Suzanne C. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Vol 2. Jakarta:
EGC.