Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

HERNIA INGUINALIS LATERALIS (HILL)


DI RUANG ICU RSUD DR. HARYOTO LUMAJANG

SANTIKA RAHAYU
1824201040

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MAJAPAHIT
MOJOKERTO
2020
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Pendahuluan dengan judul :

LAPORAN PENDAHULUAN
HERNIA INGUINALIS LATERALIS (HILL)
DI RUANG ICU RSUD DR. HARYOTO LUMAJANG

Telah disahkan pada :


Hari : Senin
Tanggal : 16 November 2020

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

(Fitri Wahyu, S. Kep., Ns,.M.Kep) (Zainul Arifin, S. Kep., Ners)


NIK. 220 250 133 NIP. 197301061996031003

Mengetahui,
Kepala Ruangan

(Zainul Arifin, S. Kep., Ners)


NIP. 197301061996031003
LAPORAN PENDAHULUAN
HERNIA INGUINALIS LATERALIS (HIL)

A. Definisi
Hernia adalah kelainan pada dinding abdomen yang memungkinkan isi
abdomen menonjol dari rongga abdomen (Bhesty & Yudha,2016 ).
Hernia adalah hernia yang Hernia inguinalis adalah hernia yang
melalui anulus inguinalis internus yang terletak disebelah lateral vasa
epigastrika inferior, menyusuri kanalis inguinalis dan keluar ke rongga
perut melalui anulus inguinalis eksternus ( Siti Aisyah ,DKK,2013 ).
Hernia adalah benjolan keluarnya orga atau jaringan melalui dinding
rongga dimana organ tersebut seharusnya berada dalam keadaan normal
tertutup (Jitiwiyono& Kristiyanasari.2010).

B. Etiologi
Hernia inguinalis dapat terjadi karena anomaly kongenital.Hernia dapat
dijumoai pada segala usia,dan lebih banyak pada laki laki.Factor-faktor
yang dapat menyebabkan terjadinya hernia inguinalis adalah
1. Kelemahan dinding otot dalam abdomen untuk menahan rongga
abdomen.
2. Adanya peningkatan tekanan intra abdomen
Kelemahan otot yang dibawa sejak lahir (congenital ) merupakan
salah satu faktor utama yang menyebabkan terjadinya hernia,
kelemahan otot tidak dapat dicegah .
3. Kongenital
Faktor resiko yang menyebabkan hernia adalah : kegemukan ,Angkat
berat, karena dapat meningkatkan tekanan intra abdomen (Deden
Darmawan & Titik Rahauningsih,2010 ).
C. Manifestasi Klinis
1. Munculnya benjolan pada sisi mana pun di daerah lipat paha depan.
2. Rasa perih atau nyeri pada benjolan.
3. Bagian selangkangan terasa lemah atau tertekan.
4. Bagian selangkangan terasa berat atau seperti ada yang tertarik
5. Muncul rasa sakit dan pembengkakan pada area sekitar testis karena
sebagian usus menembus masuk kantong skrotum.
6. Nyeri, mual dan muntah mendadak jika bagian usus yang keluar
terjepit pada celah hernia dan tidak bisa kembali ke posisi semula.

D. Patofisiologi
Hernia terdiri dari 3 unsur yaitu kantong hernia yang terdiri dari
peritoneum, isi hernia yang biasnya terdiri dari usus, omentum, kadang
berisi organ intrapeitoneal lain atau organ ekstraperitoneal seperti ovarium,
appendiks diventrikel dan bulu bulu halus. Unsur terakhir adalah struktur
yang menutupi kantong hernia yang dapat berupa kulit (skrotum)
umbilicus atau organ organ lain misalnya paru dan sebagainya. Biasanya
hernia pada orang dewasa ini terjadi karena usia lanjut, karena pada umur
tua otot dinding rongga perut melemah. Sejalan dengan bertambahnya
umur, organ, dan jaringan tubuh mengalami degenerasi. Pada orang
dewasa kanalis tersebut telah menutup, namun karena daerah ini
merupakan locus minoris resistance maka pada keadaan yang
menyebabkan tekanan intra abdominal meningkat seperti batuk kronik,
bersin yang kuat, mengejan,serta mengangkat benda benda berat. Kanal
yang sudah tertutup dapat terbuka lagi dan timbul hernia inguinalis.
Lateralis karena terdorongnya sesuatu jaringan tubuh dan keluar melalui
defek tersebut.(Deden Dermawan & Tutik Rahayuningsih, 2010).
Potensial terjadi komplikasi perlengketan antara inti hernia dengan
dinding kantong hernia sehingga isi hernia tidak dapat dimasukkan
kembali. Terjadi penekanan terhadap cincin hernia akobat semakin
banyaknya usus yang masuk, cincin hernia menjadi sempit dan
menimbulkan perut kembung, muntah, konstipasi. Bila inkarserata
dibiarkan akan menimbulkan edema sehingga terjadi penekanan pembuluh
darah dan terjadi nekrosis. Komplikasi hernia tergantung pada keadaan
yang dialami oleh isi hernia. Antara lain obstruksi usu sederhana hingga
perforasi usus yang akhirnya dapat menimbulkan abses lokalo, peritonitis
(Jitiwiyono dan kristiyanasari,2010).
Pada hernia inguinalis lateralis (indirect) lengkung usus keluar melalui
kanalis inguinalis dan mengikuti kora spermatikus (pria) atau ligament
sekitar (wanita ). Ini diakibatkan karena gagalnya prosesus vaginalis untuk
menutup testis turun kedalam skrotum atau fiksasi ovarium (Mansjoer,dkk,
2009).
Pada pertumbuhan janin (kira kira 3 minggu 0 testis yang mula mula
terletak diatas mengalami penurunan (desensius ) menuju skrotum. Pada
waktu testis melewati inguinal sampai skrum procesus vaginalis peritoneal
yang terbuka dan berhubungan dengan rongga peritoneum mengalami
obliterasi dan setelah testis sampai pada skrotum, prosesus vaginalis
peritoneal seluruhnya menutup (obliterasi). Bila ada gangguan obliterasi
maka seluruh proses vaginalis peritoneal terbuka, terjadilah hernia
inguinalis lateralis. Hernia inguinalis lateralis lebih sering didapatkan pada
sebelah kanan ( kira kira 60 % ). Hal ini disebabkan karena prosesus
desensus dan testis kanan lebih lambat dibandingkan dengan yang kiri
(Jitiwiyono dan kristiyanasari, 2010).
Hernia inguinalis indirect terjadi melalui cincin inguinal dan melewati
korda spermatikus melalui kanalis inguinalis. Ini umumnya terjadi pada
pria dan wanita. Insidennya yang tertinggi pada bayi dan anak kecil.
Hernia dapat menjadi sangat besar dan sering turun keskrotum (Haryono,
2012). Hernia inguinalis direct terjadi melewati dinding abdomen diarea
kelemahan otot,tidak melewati kanal sepertipada hernia inguinalis dan
formalis indirect.Ini lebih umum terjadi pada lansia (Rudi Haryono, 2012).
E. Pathway
Kelemahan dinding abdominal, Prostusi jaringan intra abdominal
tekanan intraabdominal tinggi, melalui kanalis inguinalis
angkat berat dan kegemukan

Hernia Inguinal lateralis

Pre Operasi

Hernia ireponibel Hernia reponibel

Gangguan Pasase Gangguan Prostusi hilang timbul


(inkarserata) vaskularisasi
(strangulate)
Ketidaknyamanan area
inguinalis penggeseran
Obstruksi Gangguan suplai inguinalis
intestinal ileus darah dalam
obstruksi kantong hernia
Gangguan jaringan

Gangguan gastro Iskemik, Gangren


intestinal mual
muntah
Nekrosis
intestinal
Ketidak
seimbangan nutrisi
kurang dari
Respon
kebutuhan tubuh
sensitivitas saraf
lokal

Kurang Pembedahan
pengetahuan
tentang
pembedahan Post bedah Intoleransi aktifitas

Ansietas Iskemik, Gangren Kerusakan jaringan

Resiko infeksi Trauma jaringan Nyeri akut


F. Klasifikasi
Hernia terbagi menjadi 2 kategori, yaitu hernia menurut letaknya dan
hernia menurut sifat atau tingkatanya.
Adapun hernia menurut letaknya adaalah :
1. Hernia Inguinalis Lateralis (indirek)
Hernia ini terjadi melalui anulus inguinalis internus yang terletak di
sebelah lateral vasa epigastrika inferior,menyusuri kanalis inguinalis
dan keluar kerongga perut melalui anulus inguinalis eksternus. Hernia
ini lebih tinggi pada bayi & anak kecil
2. Hernia Inguinalis Medialis (direk)
Hernia ini terjadi melalui dinding inguinal posteromedial dari vasa
epigastrika inferior di daerah yang dibatasi segitiga Haselbach.
3. Hernia femoralis
Terjadi melalui cincin femoral dan lebih umum terjadi pada wanita
dibanding pria. Hernia ini mulai sebagai penyumbat dikanalis
femoralis yang membesar secara bertahap menarik peritonium dan
akibatnya kandung kemih masuk ke dalam kantung.
4. Hernia umbilikalis
Batang usus melewati cincin umbilical. sebagian besar merupakan
kelainan yang didapat. Hernia umbilikalis sering terjadi pada wanita
dan pada pasien yang memliki keadaan peningkatan tekanan intra
abdomen, seperti kehamilan, obesitas, asites, atau distensi abdomen.
Tipe hernia ini terjadi pada insisi bedah sebelumnya yang telah
sembuh secara tidak adekuat karena masalah pasca operasi seperti
infeksi dan nutrisi yang tidak adekuat.
5. Hernia skrotalis
Merupakan hernia inguinalis lateral yang mencapai skrotum.
Menurut sifat atau tingkatannya :
1. Hernia reponibel.
Pada hernia ini isi hernia dapat keluar masuk. Usus akan keluar
jika berdiri atau mengedan dan masuk lagi jika berbaring atau di
dorong masuk. Pada hernia reponibel ini penderita tidak mengeluh
nyeri dan tidak ada gejala obstruksi usus.
2. Hernia ireponibel.
Merupakan kebalikan dari hernia reponibel ( hernia tidak masuk
kembali ) biasanya disebabkan oleh perlekatan isi kantung pada
peritoneum.
3. Hernia inkaserata.
Pada hernia ini isi perut atau usus yang masuk kedalam kantung
hernia tidak dapat kembali disertai dengan gangguan aliran khusus.
Gambaran klinis obstruksi usus dengan gambaran keseimbangan
cairan elektrolit dan asam basa. Keadaan ini hernia bisa terjepit
oleh cincin hernia. Sehingga isi kantung bisa terperangkap dan
tidak dapat kembali ke rongga perut, akibatnya terjadi gangguan
passase dan hernia ini lebih dimaksudkan hernia irreponibel
4. Hernia strangulata 
Pada hernia ini pembuluh darah yang mempengaruhi usus yang
masuk ke dalam kantung hernia terjepit sehingga usus kehilangan
system perdarahannya sehingga mengakibatkan nekrosis pada
usus. Pada pemeriksaan lokal usus tidak dapat dimasukan kembali
di sertai adanya nyeri tekan.

G. Pemeriksaan Penunjang
1. Hasil laboratorium
Leukosit > 10.000 – 18.000 / mm3
Serum elektrolit meningkat
2. Pemeriksaan radiologis
Pemeriksaan Ultrasound pada daerah inguinal dengan pasien dalam
posisi supine dan posisi berdiri dengan manuver valsafa dilaporkan
memiliki sensitifitas dan spesifisitas diagnosis mendekati 90%.
Pemeriksaan ultrasonografi juga berguna untuk membedakan hernia
incarserata dari suatu nodus limfatikus patologis atau penyebab lain
dari suatu massa yang teraba di inguinal. Pada pasien yang sangat
jarang dengan nyeri inguinal tetapi tak ada bukti fisik atau sonografi
yang menunjukkan hernia inguinalis.
3. CT scan dapat digunakan untuk mengevaluasi pelvis untuk mencari
adanya hernia obturator.

H. Diagnosa Banding
1. Keganasan : Limfoma, Retroperineal Sarcoma, Metastasis, Tumor
Testis
2. Penyakit testis primer : Varicocele, Epididimitis, Torsio Testis,
Hidrokel, Testis ectopic, Undescenden Testis
3. Aneurisma artery femoralis
4. Nodus limfatikus
5. Kista sebasea
6. Hidraesinistis
7. Ascites
8. Hematoma

I. Komplikasi
1. Terjadi perlengketan antara isi hernia dengan dinding kantong hernia
sehingga isi hernia tidak dapat di masukan kembali. Keadan ini disebut
hernia inguinalis ireponiblis. pada keadaan ini belum ada gangguan
penyaluran isi usus. Isi hernia yang tersering menyebabkan keadaan
ireponible adalah omentum, karena mudah melekat pada dinding
hernia dan isisnya dapat menjadi besar karena infiltrasi lemak. Usus
besar lebih sering menyebabkan ireponibilis dari pada usu halus
2. Terjadi penekanan terhadap cincin hernia akibat makin banyaknya
usus yang masuk keadaan ini menyebabkan gangguan aliran isi usus
diikuti dengan gangguan vaskuler (proses strangulasi). Keadaan ini
disebut hernia inguinalis strangulata pada keadaan strangulata akan
timbul gejala ileus, yaitu perut kembung, muntah dan obstipasi. Pada
strangulasi nyeri yang timbul akan lebih hebat dan kontinyu, daerah
benjolan menjadi merah, dan pasien menjadi gelisah.

J. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada hernia dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu
konservatif dan pembedahan.
1. Konservatif
Penggunaan alat penyangga dapat dipakai sebagai pengelolaan
sementara, misalnya pemakaian korset. Tapi untuk hernia inguinalis
pamakaian korset tidak dianjurkan karena alat ini dapat melemahkan
otot dinding perut. Pada terapi konservatif dapat pula di berikan obat
anti analgetik yaitu mengurangi nyeri.
2. Pembedahan
Prinsip dasar hernia terdiri dari herniotomy ( memotong hernia ) dan
menjepit kantung hernia ( herniorafi ). Pada bedah elektif, kanalis
dibuka, isi hernia dimasukan, kantong diikat, dan dilakukan bassiny
plasty untuk memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis. Pasien
yang telah dilakukan tindakan pembedahan disarankan untuk tidak
boleh mengendarai kendaran, aktifitas dibatasi, seperti tidak boleh
mengangkat benda berat, mendorong atau menarik benda paling
sedikit 6 minggu.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN
a. Identitas Klien :
Hernia bisa terjadi pada anak, dewasa yang melakukan aktifitas
berlebihan , melakukan pengangkatan benda berat, yang terjadi pada
anak usia 2-5 tahun.
b. Keluhan utama :
Nyeri dan ada benjolan di inguinal.
c. Riwayat penyakit sekarang :
Klien mengeluh nyeri, ada benjolan ,mual muntah.
d. Riwayat penyakit sebelumnya :
Wawancara di tunjukan untuk mengetahui penyakit yang di derita
klien.
e. Riwayat psiko,sosio, dan spiritual :
Klien masih berhubungan dengan temannya dan bermain seperti
biasanya, klien masih dapat berkomunikasi dengan orang tuanya.
Bagaimana dukungan keluarga dalam keperawatan agar membantu
dalam proses penyembuhan.
f. Riwayat tumbuh kembang :
1) Prenatal : Ditanyakan apakah ibu menderita infeksi atau penyakit
kronik lain.
2) Antenatal : Ditanyakan Siapa penolong persalinan karena data ini
akan membantu membedakan persalinan yang bersih / higienis atau
tidak. Alat pemotong tali pusat, tempat persalinan.
3) Postnatal : Ditanyakan apakah setelah lahir langsung diberikan
imunisasi apa tidak.
g. Riwayat imunisasi
Tanyakan pada keluarga apakah anak mendapat imunisasi lengkap.
1) Usia < 7 hari anak mendapat imunisasi hepatitis B         
2) Usia 1 bulan anak mendapat imunisasi BCG dan Polio I
3) Usia 2 bulan anak mendapat imunisasi DPT/HB I dan Polio 2
4) Usia 3 bulan anak mendapat imunisasi DPT/HB II dan Polio 3
5) Usia 4 bulan anak mendapat imunisasi DPT/HB III dan Polio 4
6) Usia 9 bulan anak mendapat imunisasi campak
h. Pola aktivitas sehari-hari
1) Nutrisi.
Klien mengalami mual muntah.
2) Aktivitas/istirahat
Sebelum MRS:
 Pasien sering melakukan aktivitas yang berlebihan, sering
melompat, ataupun terjatuh dari ketinggian.
Sesudah MRS:
 Membutuhkan papan/matras yang keras saat tidur.
 Penurunan rentang gerak dan ekstremitas pada salah satu
bagian  tubuh.
 Tidak mampu melakukan aktivitas yang biasanya dilakukan.
 Atrofi otot pada bagian tubuh yang terkena.
 Gangguan dalam berjalan.
3) Eliminasi.
 Konstipasi, mengalami kesulitan dalam defekasi.
 Adanya retensi urine.
4) Istirahat tidur. : Penurunan kualitas tidur.
5) Personal Higiane : Penurunan kebersihan diri , ketergantungan.
6) Integritas Ego :
Gejala : ketakutan akan timbulnya paralisis, ansietas, masalah
pekerjaan finansial keluarga
Tanda :  tampak cemas, depresi, menghindar dari keluarga/orang
terdekat
7) Kenyamanan
Gejala : nyeri seperti tertusuk pisau, yang akan semakin memburuk
dengan adanya batuk, bersin, defekasi, nyeri yang tidak ada
hentinya, nyeri yang menjalar ke kaki, bokong, bahu/lengan, kaku
pada leher.(Doenges, 1999 : 320-321)

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Pre op
a) Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera biologis.
b) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan faktor biologis.
c) Ansietas berhubungan dengan ancaman pada status terkini.
Post op
a) Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera fisik
b) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan status fisiologis
3. Perencanaan
No DIAGNOSA LUARAN KEPERAWATAN INTERVENSI KEPERAWATAN
KEPERAWATAN
1. Ketidakseimbangan Tujuan : setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1 x 24 Manajemen nutrisi
nutrisi kurang dari jam Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebtuhan Obsevasi
kebtuhan tubuh tubuh teratasi. 1. Identifikasi status nutrisi
Kriteria hasil 2. Observasi apakah pasien ada
1. Status nutrisi: asupan makanan dan cairan alergi terhadap makanan tertentu
Indikator Status
Terapeutik
Asupan makanan secara oral 5
1. Lakukan oral hygiene sebelum
Asupan cairan secara oral 5
makan
Asupan cairan intravena 5
2. Sajikan makanan secara menarik
Asupan nutrisi parenteral 5
3. Berikan makanan dengan
Keterangan:
1. Tidak adekuat kandungan nutrient sesuai
2. Sedikit adekuat kebutuhan.
3. Cukup adekuat Edukasi
4. Sebagian besar adekuat 1. Anjkurkan pasien posisi duduk
5. Sepenuhnya adekuat jika memungkinkan
2. Anjurkan diit yang diprogramkan
Kolaborasi
Dengan ahli gizi dalam menentukan jumlah
kalori dan nutrient yang dibutuhkan.

Nyeri akut Tujuan : Setelah dilakukan Asuhan keperawatan selama Manajamen Nyeri
1 x 24 jam nyeri akut teratasi Observasi
Kriteria Hasil : Kontrol Nyeri 1. Kaji tingkat nyeri meliputi lokasi,
Indikator Status karakteristik, dan onset durasi,
Mengenal faktor 5 frekuensi, kualitas, intensitas/berat.
penyebab
2. Identifikasi skala nyeri dan respon
Mengenal reaksi serangan 5
nyeri nyeri non verbal
Mengenal gejala nyeri 5
3. Identifikasi faktor yang memperberat
Melaporkan nyeri 5
dan memperingan nyeri
terkontrol
Terapeutik
Keterangan : 1. Berikan terapi non farmakologis
1. Tidak pernah menunjukkan 2. Control lingkungan yang
2. Jarang menunjukkan
memperberat rasa nyeri
3. Kadang – kadang menunjukkan
3. Fasilitasi istirahat dan tidur
4. Sering menunjukkan Edukasi
5. Secara konsisten menunjukkan 1. Jelaskan penyebab,periode dan
pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi meredakan nyeri
3. Ajarkan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi nyeri
Kolaborasi
Pemberian analgesic jika perlu
Ansietas Tujuan : setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1 x 24 Reduksi ansietas
jam ansietas teratasi. Observasi
Kriteria hasil 1. Bantu pasien dalam
1. Tingkat kecemasan mengidentifikasi kondisi,waktu,
Indikator S.T
stressor cemas
Perasaan gelisah 5
2. Identifikasi kemapuan mengambil
Tidak bisa mengambil 5
keputusan
keputusan
3. Monitor tanda tanda ansietas
Kesulitan memahami sesuatu 5
(verbal dan Non verbal ).
Kesulitan berkonsentrasi 5
Rasa cemas yang disampaikan 5 Terapeutik
dengan lisan 1. Ciptakanj suasana terapeutik
Keterangan: 2. Dengarkan keluhan dengan penuh
1. Berat perhatian
2. Cukup berat 3. Gunakan pendekatan dengan
3. Sedang
meyakinkan
4. Tingan
Edukasi
5. Tidak ada
1. Jelaskan tentang prosedur atu
sensasi yang yang mungkin akan
dialami
2. Latihan relaksasi
Kolaborasi
Pemberian obat anticemas jika perlu
Intoleransi aktivitas Tujuan : setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1 x 24 Manajemen energi
jam ansietas teratasi. observasi
Kriteria hasil 1. Anjurkan pasien mengungkapkan
1. Toleransi terhadap aktivitas perasaan secara verbal mengenai
Indikator Status
keterbatasan yang dialami
Jarak berjalan 5
2. Monitor kemandirian
Toleransi dalam menaiki 5
3. Identifikasi kebutuhan alat bantu
tangga
Terapeutik
Kekuatan tubuh bagian atas 5
1. Sediakanlingkungan yang
Kekuatan tubuh bagian bawah 5 terapeutik
Kemudahan dalam melakukan 5 2. Siapkan keperluan pribadi
ADL (activity daily living)
3. Fasilitasi kemandirian
Keterangan:
4. Damping dalam melakukan
1. Sangat terganggu
perawatan diri sampai mandiri
2. Banyak terganggu
5. Fasilitasi untuk menerima
3. Cukup terganggu
keadaan ketergantungan
4. Sedikit terganggu
Edukasi
5. Tidak terganggu
1. Anjurkan tirah baring ,melakukan
aktivitas bertahap
2. Ajarkan strategi koping untuk
mengurangi kelelahan.
DAFTAR PUSTAKA
Dongoes, E Marylin. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC. 1992
Mansjoer, Arif dkk. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2. Jakarta : Media Aesculapius.
2000
Sabiston, David C. Buku Ajar Bedah I. Jakarta . EGC. 1992
Amin Huda Nurarif.2015.Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis
dan Nanda Nic-Noc Jilid 2.Jogjakarta : MediAction
Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI),2017.Standar Diagnosa keperawatan
Indonesia (SDKI).jakarta selatan:Dewan Pengurus Pusat PPNI
Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI),2017.Standar Luaran keperawatan
Indonesia (SLKI).jakarta selatan:Dewan Pengurus Pusat PPNI.
Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI),2017.Standar Intervensi keperawatan
Indonesia (SIKI).jakarta selatan:Dewan Pengurus Pusat PPNI.

Anda mungkin juga menyukai