Anda di halaman 1dari 19

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

POLA HIDUP SEHAT PADA LANSIA

Disusun Oleh :
Devwita 181012114201002
Eka Rachmatia Suci 181012114201003

CI Klinik CI Akademik

( Wirman, S.Sos ) ( Ns. Rima Berlian Putri, S.Kep., M.Kep.,


Sp.Kep.Kom )

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KESEHATAN MASYARAKAT
INSTITUT KESEHATAN PRIMA NUSANTARA BUKITTINGGI
2021
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

Pokok bahasan : Hipertensi pada Lansia


Hari / tanggal : Rabu / 22 Desember 2021
Pukul : 13.00 – 13.50 WIB
Waktu : 50 menit
Sasaran : Lansia di Wisma Singgalang
Tempat : Wisma Singgalang

A. Latar Belakang
Semakin meningkatnya jumlah lanjut usia di Indonesia akan
menimbulkan permasalahan yang cukup komplek baik dari masalah fisik
maupun psikososial yang paling banyak terjadi pada lansia seperti,
kesepian, perasaan sedih, depresi dan kecemasan.
Menurut Efendi (2009) menua bukan suatu penyakit, namun
merupakan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang ditandai dengan
penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stres lingkungan.
Sedangkan badan kesehatan dunia (WHO) menetapkan 65 tahun sebagai
usia yang menunjukkan proses penuaan yang berlangsung secara nyata
dan seseorang telah disebut lanjut usia.
Masa tua bagi sebagian masyarakat adalah masa-masa yang
menakutkan oleh karena itu berbagai upaya dilaukan untuk menyiapkan
investasi kesehatan diusia tua. Penuaan adalah sebuah proses alami. Setiap
orang akan mengalami fase yang mengarah kepada penuaan. Seseorang
dianggap berhasil menjalani proses penuaan jika dapat terhindar dari
berbagai penyakit, organ tubuhnya dapat berfungsi dengan baik, serta
kemampuan berfikirnya atau kognitif masih tajam. Para lansia yang
berhasil mempertahankan fungsi gerak dan berfikirnya dianggap berhasil
menghadapi penuaan sehingga dapat bekerja aktif terutama disektor
informal. Mereka biasanya dapat berbagi pengalaman dan telah mencapai
tahap perkembangan psikologis dimana mereka dianggap bijaksana
menyikapi kehidupan dan mendalami kehidupan spiritual (Gunawan,
2001).
Agar tetap aktif sampai tua, sejak muda seseorang perlu melakukan
mempertahankan kemudian pola hidup sehat dengan menkonsumsi
makanan yang bergizi seimbang, melakukan aktifitas fisik atau olahraga
secara benar dan teratur dan tidak merokok. Rencana hidup yang realistis
seharusnya sudah dirancang jauh sebelum memasuki masa lanjut usia,
paling tidak individu sudah punya bayangan aktivitas apa yang akan
dilakukan kelak bila pensiun sesuia dengan kemampuan dan minatnya.
Berdasarkan prinsip tersebut maka lanjut usia merupakan usia yang penuh
kemandirian baik dalam tingkah laku kehidupan sehari-hari, bekerja
maupun berolahraga. Dengan menjaga kesehatan fisik, mental, spiritual,
ekonomi, dan social, seseorang dapat memilih masa tua yang lebih
membahagiakan, terhindar dari banyak masalah kesehatan (Nugroho,
2000).
Pola hidup dan pola makanan juga bisa mempengaruhi terjadinya
proses penuaan. Misalnya pola makanan yang tidak seimbang antara
asupan dengan kebutuhan baik jumlah maupuin jenis makanannya, seperti
makan makanan tinggi lemak, kurang mengkonsumsi sayuran dan buah
dan sebagainya. Selain itu, makanan yang melebihi kebutuhan tubuh yang
bisa menyebabkan obesitas atau kegemukan. Pola hidup juga bisa
mempengaruhi hal tersebut terutama kurangnya aktifitas fisik. Akibatnya,
timbul penyakit yang sering diderita antara lain diabetes militus atau
kencing manis, penyakit jantung, hipertensi, kanker atau keganasan dan
lain-lain. Jika sudah terjadi penyakit tersebut harus diterapi dan
selanjutnya harus menerapkan pola hidup maupun pola makan yang benar,
sehingga kerusakan yang terjadi tidak menjadi lebih berat (Muhammadun,
2009).
B. Tujuan
1. Tujuan Intruksional Umum (TIU)
Tujuan umum dari kegiatan penyuluhan ini adalah agar lansia dapat
mengetahui dan memahami tentang bagaimana pola hidup sehat
pada lansia.
2. Tujuan Intruksional Khusus (TIK)
Adapun tujuan khusus dari kegiatan penyuluhan ini adalah agar
lansia dapat mengetahui dan memahami beberapa poin sebagai
berikut :
a. Mengetahui definisi lansia
b. Mengetahui definisi pola hidup sehat pada lansia
c. Mengetahui faktor yang mempengaruhi pola hidup sehat
pada lansia
d. Mengetahui poin – poin pemenuhan kebutuhan lansia
e. Mengetahui cara mendukung kesehatan lansia

C. Pelaksanaan Kegiatan
1. Topik
Penyuluhan pola hidup sehat pada lansia

2. Sasaran atau target


Lansia yang berada di Wisma Singgalang yang berjumlah 4 orang.

3. Metode
Ceramah dan tanya jawab

4. Media dan alat


Laptop, LCD, Slide PowerPoint, dan leaflet

5. Waktu dan tempat


Lokasi di Wisma Singgalang pada hari Rabu, 22 Desember 2021
pukul 13.00.
6. Setting tempat

Keterangan :
: Moderator
: Presentator atau penyaji
: Peserta penyuluhan (Lansia)

7. Materi
Terlampir

8. Pengorganisasian
Moderator : Devwita
Presentator atau penyaji : Eka Rachmatia Suci

Peran moderator :
a. Membuka dan menutup acara
b. Memperkenalkan diri
c. Menetapkan tata tertib acara penyuluhan
d. Kontrak waktu yang akan digunakan selama penyuluhan
e. Menjaga kelancaran acara
f. Memimpin praktek
g. Bersama fasilitator menjalin kerja sama dalam acara
penyuluhan.

Peran Presentator :
a. Menyampaikan pelaksanaan kegiatan penyuluhan yang akan
dilakukan.

D. Kegiatan Penyuluhan
Kegiatan Kegiatan
No Tahap Waktu
Mahasiswa Peserta
1 Pembukaan 5 menit Mengucapkan salam Menjawab salam
dan memperkenalkan
diri
2 Inti 30 Ceramah mengenai : Mendengarkan,
menit 1. Menjelaskan menyimak dan
definisi lansia memperhatikan
2. Menjelaskan
definisi pola
hidup sehat
pada lansia
3. Menjelaskan
faktor yang
mempengaruhi
pola hidup sehat
pada lansia
4. Menjelaskan
poin – poin
pemenuhan
kebutuhan
lansia
5. Menjelaskan
cara
mendukung
kesehatan lansia

3 Evaluasi 10 1. Memberikan Bertanya


menit kesempatan
kepada peserta
untuk bertanya
2. Mengajukan Menjawab
pertanyaan pertanyaan yang
kepada peserta diajukan
penyuluhan

4 Penutup 3 menit Menyimpulkan materi Menjawab salam


dan mengucapkan
salam

E. Evaluasi
1. Evaluasi struktur
a. Diharapkan struktur pelaksanaan sesuai dengan yang
direncanakan
b. Diharapkan setting tempat sesuai dengan yang telah
direncanakan
c. Diharapkan tempat dan medai sesuai dengan yang
direncanakan
2. Evaluasi proses
a. Diharapkan peran dan tugas mahasiswa sesuai dengan yang
direncanakan
b. Diharapkan waktu sesuai dengan yang direncanakan
c. Diharapkan peserta penyeluhuhan berperan aktif selama
kegiatan penyuluhan berlangsung
3. Evaluasi hasil
a. Diharapkan 70% dari peserta dapat menjelaskan kembali
materi yang telah disampaikan
b. Diharapkan 70% dari peserta dapat menjawab pertanyaan
yang diajukan oleh penyaji
c. Diharapkan semua peserta penyuluhan dapat memahami
materi tentang pola hidup sehat pada lansia
Lampiran 1

POLA HIDUP SEHAT


PADA LANSIA

A. Konsep Lansia
1. Definisi Lansia
Lanjut usia (lansia) bukan suatu penyakit, namun merupakan tahap
lanjut dari suatu proses kehidupan yang ditandai dengan
penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stress
lingkungan. Seseorang dikatakan lanjut usia apabila usianya lebih
dari 65tahun ke atas (Efendi dan Mahfudin 2009).
Lansia merupakan tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan
manusia yang merupakan suatu proses alami yang tidak dapat
dihindari oleh setiap individu. Perubahan-perubahan fisiologis
maupun psikososial, akan berpotensi pada masalah kesehatan baik
secara umum maupun kesehatan jiwa(Maryam dkk 2008).
Lansia merupakan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang
ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi
dengan stres lingkungan. Lansia adalah keadaan yang ditandai oleh
kegagalan seseorang untuk mempertahankan keseimbangan
terhadap kondisi stres fisiologis (Effendi, 2009).
Lansia adalah seseorang yang telah berusia >60 tahun dan tidak
berdaya mencari nafkah sendiri untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya sehari-hari (Ratnawati, 2017).

2. Klasifikasi Lansia
Klasifikasi lansia menurut Burnside dalam Nugroho (2012) :
a. Young old (usia 60-69 tahun)
b. Middle age old (usia 70-79 tahun)
c. Old-old (usia 80-89 tahun)
d. Very old-old (usia 90 tahun ke atas)
3. Karakteristik Lansia
Karakteristik lansia menurut Ratnawati (2017); Darmojo &
Martono (2006) yaitu :
a. Usia
Menurut UU No. 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan
lanjut usia, lansia adalah seseorang yang telah mencapai
usia diatas 60 tahun (Ratnawati, 2017).
b. Jenis kelamin
Data Kemenkes RI (2015), lansia didominasi oleh jenis
kelamin perempuan. Artinya, ini menunjukkan bahwa
harapan hidup yang paling tinggi adalah perempuan
(Ratnawati, 2017).
c. Status pernikahan
Berdasarkan Badan Pusat Statistik RI SUPAS 2015,
penduduk lansia ditilik dari status perkawinannya sebagian
besar berstatus kawin (60 %) dan cerai mati (37 %).
Adapun perinciannya yaitu lansia perempuan yang berstatus
cerai mati sekitar 56,04 % dari keseluruhan yang cerai mati,
dan lansia laki-laki yang berstatus kawin ada 82,84 %. Hal
ini disebabkan usia harapan hidup perempuan lebih tinggi
dibandingkan dengan usia harapan hidup laki-laki, sehingga
presentase lansia perempuan yang berstatus cerai mati lebih
banyak dan lansia laki-laki yang bercerai umumnya kawin
lagi (Ratnawati, 2017).
d. Pekerjaan
Mengacu pada konsep active ageing WHO, lanjut usia
sehat berkualitas adalah proses penuaan yang tetap sehat
secara fisik, sosial dan mental sehingga dapat tetap
sejahtera sepanjang hidup dan tetap berpartisipasi dalam
rangka meningkatkan kualitas hidup sebagai anggota
masyarakat. Berdasarkan data Pusat Data dan Informasi
Kemenkes RI 2016 sumber dana lansia sebagian besar
pekerjaan/usaha (46,7%), pensiun (8,5%) dan (3,8%)
adalah tabungan, saudara atau jaminan sosial (Ratnawati,
2017).
e. Pendidikan terakhir
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Darmojo
menunjukkan bahwa pekerjaan lansia terbanyak sebagai
tenaga terlatih dan sangat sedikit yang bekerja sebagai
tenaga professional. Dengan kemajuan pendidikan
diharapkan akan menjadi lebih baik (Darmojo & Martono,
2006).
f. Kondisi kesehatan
Angka kesakitan, menurut Pusat Data dan Informasi
Kemenkes RI (2016) merupakan salah satu indikator yang
digunakan untuk mengukur derajat kesehatan penduduk.
Semakin rendah angka kesakitan menunjukkan derajat
kesehatan penduduk yang semakin baik.

4. Perubahan pada lanjut usia


Menurut Potter & Perry (2009) proses menua mengakibatkan
terjadinya banyak perubahan pada lansia yang meliputi :
a. Perubahan Fisiologis
Pemahaman kesehatan pada lansia umumnya bergantung
pada persepsi pribadi atas kemampuan fungsi tubuhnya.
Lansia yang memiliki kegiatan harian atau rutin biasanya
menganggap dirinya sehat, sedangkan lansia yang memiliki
gangguan fisik, emosi, atau sosial yang menghambat
kegiatan akan menganggap dirinya sakit.
Perubahan fisiologis pada lansia bebrapa diantaranya, kulit
kering, penipisan rambut, penurunan pendengaran,
penurunan refleks batuk, pengeluaran lender, penurunan
curah jantung dan sebagainya. Perubahan tersebut tidak
bersifat patologis, tetapi dapat membuat lansia lebih rentan
terhadap beberapa penyakit. Perubahan tubuh terus menerus
terjadi seiring bertambahnya usia dan dipengaruhi kondisi
kesehatan, gaya hidup, stressor, dan lingkungan.
b. Perubahan Fungsional
Fungsi pada lansia meliputi bidang fisik, psikososial,
kognitif, dan sosial. Penurunan fungsi yang terjadi pada
lansia biasanya berhubungan dengan penyakit dan tingkat
keparahannya yang akan memengaruhi kemampuan
fungsional dan kesejahteraan seorang lansia.
Status fungsional lansia merujuk pada kemampuan dan
perilaku aman dalam aktivitas harian (ADL). ADL sangat
penting untuk menentukan kemandirian lansia. Perubahan
yang mendadak dalam ADL merupakan tanda penyakit akut
atauperburukan masalah kesehatan.
c. Perubahan Kognitif
Perubahan struktur dan fisiologis otak yang dihubungkan
dengan gangguan kognitif (penurunan jumlah sel dan
perubahan kadar neurotransmiter) terjadi pada lansia yang
mengalami gangguan kognitif maupun tidak mengalami
gangguan kognitif. Gejala gangguan kognitif seperti
disorientasi, kehilangan keterampilan berbahasa dan
berhitung, serta penilaian yang buruk bukan merupakan
proses penuaan yang normal.
d. Perubahan Psikososial
Perubahan psikososial selama proses penuaan akan
melibatkan proses transisi kehidupan dan kehilangan.
Semakin panjang usia seseorang, maka akan semakin
banyak pula transisi dan kehilangan yang harus dihadapi.
Transisi hidup, yang mayoritas disusun oleh pengalaman
kehilangan, meliputi masa pensiun dan perubahan keadaan
finansial, perubahan peran dan hubungan, perubahan
kesehatan, kemampuan fungsional dan perubahan jaringan
sosial.

B. Konsep Pola Hidup Sehat


1. Definisi Pola Hidup Sehat
Pola hidup sehat adalah upaya untuk memberdayakan anggota
rumah tangga agar sadar, mau, serta mampu melakukan perilaku
hidup sehat (Suratno & Rismiati, 2001).
Sedangkan menurut Kotler (2002), pola hidup sehat adalah
gambaran dari aktivitas atau kegiatan seseorang yang di dukung
oleh keinginan dan minat, serta bagaimana pikiran seseorang dalam
menjalaninya dan berinteraksi dengan linkungannya.

2. Pola Hidup Sehat pada Lansia


Pola hidup sangat mempengaruhi penampilan untuk menjadi awet
muda dan panjang umur atau sebaliknya. Mengatur pola makan
setelah berusia 40 tahun keatas, sangatlah penting. Asupan gizi
seimbang sangat diperlukan tubuh jika ingin awet muda dan
berusia lanjut dalam keadaan tetap sehat. Tidak dapat disangkal,
banyak kendala yang dihadapi manusia saat memasuki
pertambahan usia dan mulai menua. Terutama bila sejak muda
tidak menerapakan pola hidup sehat atau sudah terserang beragam
penyakit seperti stroke, hipertensi, jantung, dan sebagainya.
Bahkan ketajaman penglihatan manusia sudah berkurang sejak
berusia 40 tahun. Kemampuan tersebut berkurang terutama untuk
melihat jarak dekat sehingga memerlukan kaca mata berlensa
cembung. Keadaan ini tidak dapat dihindari, namun mudah diatasi
dengan menggunakan kacamata. Penyebabnya bisa bermacam-
macam namun lebih sering karena ketuaan itu sendiri dan akibat
hipertensi (Hanata, 2010).
Masa tua bagi sebagian masyarakat adalah masa-masa yang
menakutkan oleh karena itu berbagai upaya dilaukan untuk
menyiapkan investasi kesehatan diusia tua. Penuaan adalah sebuah
proses alami. Setiap orang akan mengalami fase yang mengarah
kepada penuaan. Seseorang dianggap berhasil menjalani proses
penuaan jika dapat terhindar dari berbagai penyakit, organ
tubuhnya dapat berfungsi dengan baik, serta kemampuan
berfikirnya atau kognitif masih tajam. Para lansia yang berhasil
mempertahankan fungsi gerak dan berfikirnya dianggap berhasil
menghadapi penuaan sehingga dapat bekerja aktif terutama
disektor informal. Mereka biasanya dapat berbagi pengalaman dan
telah mencapai tahap perkembangan psikologis dimana mereka
dianggap bijaksana menyikapi kehidupan dan mendalami
kehidupan spiritual (Gunawan, 2001).
Agar tetap aktif sampai tua, sejak muda seseorang perlu melakukan
mempertahankan kemudian pola hidup sehat dengan menkonsumsi
makanan yang bergizi seimbang, melakukan aktifitas fisik atau
olahraga secara benar dan teratur dan tidak merokok. Rencana
hidup yang realistis seharusnya sudah dirancang jauh sebelum
memasuki masa lanjut usia, paling tidak individu sudah punya
bayangan aktivitas apa yang akan dilakukan kelak bila pensiun
sesuia dengan kemampuan dan minatnya.
Berdasarkan prinsip tersebut maka lanjut usia merupakan usia yang
penuh kemandirian baik dalam tingkah laku kehidupan sehari-hari,
bekerja maupun berolahraga. Dengan menjaga kesehatan fisik,
mental, spiritual, ekonomi, dan social, seseorang dapat memilih
masa tua yang lebih membahagiakan, terhindar dari banyak
masalah kesehatan (Nugroho, 2000).
Pola hidup dan pola makanan juga bisa mempengaruhi terjadinya
proses penuaan. Misalnya pola makanan yang tidak seimbang
antara asupan dengan kebutuhan baik jumlah maupuin jenis
makanannya, seperti makan makanan tinggi lemak, kurang
mengkonsumsi sayuran dan buah dan sebagainya. Selain itu,
makanan yang melebihi kebutuhan tubuh yang bisa menyebabkan
obesitas atau kegemukan. Pola hidup juga bisa mempengaruhi hal
tersebut terutama kurangnya aktifitas fisik. Akibatnya, timbul
penyakit yang sering diderita antara lain diabetes militus atau
kencing manis, penyakit jantung, hipertensi, kanker atau keganasan
dan lain-lain. Jika sudah terjadi penyakit tersebut harus diterapi dan
selanjutnya harus menerapkan pola hidup maupun pola makan
yang benar, sehingga kerusakan yang terjadi tidak menjadi lebih
berat (Muhammadun, 2009).
3. Faktor yang Mempengaruhi Pola Hidup Sehat
Menginjak usia 40 tahun keatas, tidak perlu menghindari pada satu
jenis makanan tertentu. Sepanjang orang tersebut dalm keadaan
sehat atau tidak menderita suatu penyakit, tidak perlu menghindari
terhadap jenis makanan tertentu. Terpenting adalah selalu
menerapakan pola hidup maupun pola makan yang sehat. Menurut
Hanata (2010), faktor-faktor penting yang mempengaruhi pola
hidup sehat pada Lansia antara lain:
a. Faktor Makanan
Usia tua sudah di mulai pada umur 40 tahun, karena
perkembangan fisik akan menurun, tapi perkembangan
mental terus berlangsung. Mulai saat itulah kita harus bisa
menahan diri untuk tidak mengkonsumsi makanan yang
hanya di sukai dan yang memberi kepuasan, karena enak di
mulut. Tapi memikirkan akibatnya dalam tubuh, karena
bukan lagi kesehatan jadi baik, tapi sudah membuat
penyakit di tubuh kita. Bagi lansia sebaiknya
mengkonsumsi makanan seperti sayuran segar yang di cuci
bersih dengan pestisida, buah segar, tahu, tempe yang
berprotein tinggi. Terutama hati yang banyak mengandung
gizi seperti kalsium, fosfor, besi, vitamin A, B1, B2, B12
dan vitamin C.
b. Faktor Istirahat
Istirahat yang cukup sangat di butuhkan dalam tubuh kita.
Orang lansia harus tidur lima sampai enam jam sehari.
Banyak orang kurang tidur jadi lemas, tidak ada semangat,
lekas marah, dan stress. Bila kita kurang tidur hendaknya di
isi dengan ekstra makan. Dan bila tidur terganggu perlu
konsultasi ke dokter. Hobi untuk menonton televise boleh
saja, tapi jangan sampai larut malam.
c. Faktor Olahraga
Olahraga yang teratur apapun itu, baik untuk kesehatan kita
seperti senam, berenang, jalan kaki, yoga, waitangkung,
taichi, dan lain-lain. Berolahraga bersama orang lain lebih
menguntungkan, karena dapat bersosialisasi, berjumpa
dengan teman-teman, dan mendapat kenalan baru,
mengadakan kegiatan lainnya, seperti bisa berwisata dan
makan bersama. Kebanyakan olahraga dilakukan pada pagi
hari setelah subuh. Dimana udara masih bersih. Berolahraga
dapat menurunkan kecemasan dan mengurangi perasaan
depresi dan lowself esteem. Selain fisik sehat jiwa juga
terisi, membuat kita merasa muda dan sehat di usia tua.
d. Faktor Perilaku
Pengertian perilaku dibatasi sebagai keadaan jiwa
(berpendapat, berfikir, bersikap dan sebagainya) untuk
memberikan responsi terhadap situasi di luar subyek
tersebut, yang bersifat pasif (tanpa tindakan) dan dapat juga
bersifat aktif (dengan tindakan dan action) (Notoatmodjo,
2003).
Sebelum seseorang menghadapi perilaku baru dalam diri
orang tersebut terjadi proses yang berurutan sebagai
berikut: Awareness Yaitu orang tersebut menyadari dalam
arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (obyek),
Interest Yaitu orang mulai tertarik terhadap stimulus,
Evaluation Yaitu menimbang-nimbang terhadap baik dan
tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya, Trial Yaitu orang
telah mencoba perilaku baru, Adaption Yaitu orang mulai
berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan
sikapnya terhadap stimulus (Notoadmojo,2003).
1) Perilaku Kesehatan
Perilaku kesehatan pada dasarnya adalah suatu
reaksi seseorang (organisme) terhadap stimulus
yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem
pelayanan kesehatan, makanan serta lingkungan.
Respon atau reaksi manusia dapat bersifat pasif
(pengetahuan, persepsi dan sikap) serta dapat
bersifat aktif (tindakan yang nyata).

2) Perilaku yang dianjurkan pada lansia


a) Mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha
Esa.
b) Mau menerima keadaan, sabar, dan optimis
serta meningkat rasa percaya diri dengan
melakukan kegiatan yang sesuai dengan
kemampuan.
c) Menjalin hubungan yang teratur dengan
keluarga dan sesama.
d) Olahraga ringan tiap hari.
e) Makan sedikit tapi sering, dan pilih makanan
yang sesuai serta banyak minum.
f) Berhenti merokok dan minum minuman
keras.
g) Minum obat sesuai dengan anjuran dokter/
petugas kesehatan yang lain.
h) Mengembangkan hobi sesuai kemampuan.
i) Tetap memelihara dan bergairah dalam
kehidupan sex.
j) Memeriksakan kesehatan dan gigi secara
teratur.

3) Perilaku yang kurang dianjurkan pada lansia


a) Kurang berserah diri.
b) Pemarah, merasa tidak puas, murung, dan
putus asa.
c) Menyendiri.
d) Kurang gerak.
e) Makan yang tidak teratur dan kurang tidur.
f) Melanjutkan kebiasaan merokok dan minum
minuman keras.
g) Minum obat penenang dan penghilang rasa
sakit tanpa aturan.
h) Melakukan kegiatan yang melebihi
kemampuan.
i) Menganggap kehidupan sex tidak diperlukan
lagi dimasa tua.
j) Tidak memeriksakan kesehatan dan gigi
secara teratur

C. Poin – poin pemenuhan Kebutuhan Lansia


1. Asupan nutrisi
2. Aktivitas fisik
3. Pemeriksaan kesehatan secara berkala
4. Komunitas yang saling membangun
5. Belajar hal – hal baru dan mengajarkannya
6. Dukungan spiritualitas
7. Keluarga dan lingkungan yang memberikan cinta kasih

D. Cara Mendukung Kesehatan Lansia


1. Menyadari akan perubahan yang terjadi pada lansia
2. Menghargai hak lansia dalam kelangsungan hidupnya
3. Mengupayakan tempat tinggal yang layak
4. Mendukung fasilitas umum yang ramah lansia
5. Mendorong untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang memadai

Anda mungkin juga menyukai