A. Analisa Situasi
Penuaan sering dilihat sebagai suatu kelemahan dan kecacatan. Meskipun demikian,
perubahan fungsional terkait usia pada lansia sangat bervariasi, dan mereka mungkin
memiliki kebutuhan diet dan gizi yang berbeda5 . Perubahan yang biasa dialami lansia adalah
perubahan fisiologis, perubahan perilaku psikososial, dan perubahan kognitif3 . Populasi
dunia kini kian menua, dan semakin banyak lansia mengalami kekurangan gizi terkait faktor
usia, termasuk kekurangan beberapa zat gizi mikro. Untuk membantu lansia mempertahankan
kemandiriannya dan mencegah penurunan status kesehatannya, asupan gizi yang cukup
sangatlah penting. Malnutrisi pada lansia menjadi kondisi yang serius ketika kebutuhan nutrisi
lansia tidak sesuai dengan asupan makanannya. Kondisi ini juga bisa disebut dengan
malnutrisi atau gizi tidak seimbang pada lansia, yang dapat menyebabkan dua kondisi berikut:
malnutrisi (tidak mendapatkan gizi yang cukup) dan kelebihan nutrisi (mendapatkan gizi lebih
dari yang dibutuhkan)8 . Jika seorang lansia memiliki pendapatan yang kurang atau rendah;
akses yang lebih sedikit ke makanan yang sesuai, aman, dan bergizi; keterbatasan fungsional;
makan makanan yang tidak aman; menggunakan metode penyesuaian untuk "meregangkan"
pola makannya; atau memiliki sejumlah penyakit kronis, mereka akan lebih mungkin untuk
menderita malnutrisi. Lansia dengan berbagai penyakit kronis dan baru dirawat di rumah sakit
memiliki risiko mengalami gizi buruk7 . Tujuan dari review ini adalah untuk meninjau secara
luas berbagai masalah mikronutrien dan dampak kesehatan pada lansia di beberapa negara
B . Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan Gizi pda lansia, diharapkan lansia dapat
memahami tentang gizi lansia.
2. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan Gizi lansia, diharapkan masyarakat mampu:
a. Menjelaskan kembali tentang pengertian gizi lansia dengan benar
b. Menyebutkan tujuan gizi pada lansia dengan benar
c. Menjelaskan kembali hal-hal yang perlu pada pemenuhan gizi lansia dengan
benar
d. Menyebutkan kembali asupan makanan pada lansia dengan benar
e. Menyebutkan masalah gizi pada lansia dengan benar
f. Menjelaskan perencanaan makanan untuk lansia dengan benar
H. Evaluasi
1. Evaluasi Struktural
a) Sasaran hadir di tempat penyuluhan sesuai waktu yang dijadwalkan
b) Ruang kondusif untuk kegiatan
c) Peralatan memadai dan berfungsi
d) Media dan materi tersedia dan memadai
e) Undangan/ peserta sesuai
f) SDM memadai
2. Evaluasi Proses
a) Sasaran antusias terhadap materi penyuluhan
b) Tidak ada sasaran yang meninggalkan tempat penyuluhan sampai acara berakhir
c) Sasaran mengajukan pertanyaan dan dapat menyimpulkan hasil
penyuluhan
d) Ketepatan waktu
3. Evaluasi Hasil
Terkait dengan tujuan yang ingin dicapai dilakukan tes lisan. Penyuluh mengajukan
beberapa pertanyaan secara langsung kepada peserta tentang materi penyuluhan
yang dijelaskan. Bila peserta dapat menjawab lebih dari 75% dari pertanyaan yang
diajukan, maka penyuluhan dikatakan berhasil.
Respons
No. Evaluasi Lisan Audiens Nilai
Sumber Pustaka :
Pedoman tata laksana gizi usia lanjut untuk tenaga kesehatan. 2003. Direktorat gizi
masyarakat DJBKM. Depkes RI
Nugroho, Wahjudi. 2000. Keperawatan Gerontik. Jakarta : EGC.
Sunita Al Matsier, 2001. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
NUTRISI LANSIA
Menurut World Health Organisation (WHO), lansia adalah seseorang yang telah memasuki
usia 60 tahun keatas. Lansia merupakan kelompok umur pada manusia yang telah
memasuki tahapan akhir dari fase kehidupannya. Kelompok yang di kategorikan lansia ini
akan mengalami suatu proses penuaan.
Berdasarkan definisi diatas, gizi lansia adalah nutrisi yang di peruntukan pada pada
seseorang yang usianya telah beranjak 60 tahun ke atas. Lansia bukan suatu penyakit,
namun merupakan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang ditandai dengan
penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stres lingkungan.
a. Karbohidrat
Karbohidrat merupakan senyawa yang terbentuk dari molekul karbon, hidrogen, dan
oksigen. Sebagai salah satu zat gizi, fungsi utama karbohidrat adalah penghasil energi di
dalam tubuh. Seiring dengan bertambahnya usia, gangguan-gangguan fungsional tubuh
pada lansia sangat mempengaruhi aktivitas sel tubuh. Hal ini tentunya akan mempengaruhi
sistem pencernaan dan metabolisme pada lansia dapat berupa kekurangan bahkan kelebihan
gizi. Munculnya gangguan-gangguan ini dapat menimbulkan penyakit tertentu atau sebagai
akibat dari adanya suatu penyakit tertentu (Fatmah, 2010).
b. Protein
Protein adalah suatu substansi kimia dalam makanan yang terbentuk dari serangkaian atau
rantai-rantai asam amino. Protein dalam makanan di dalam tubuh akan berubah menjadi
asam amino yang sangat berguna bagi tubuh yaitu untuk membangun dan memelihara sel,
seperti otot, tulang,enzim, dan sel darah merah. Selain fungsinya sebagai pembangun dan
pemelihara sel, protein juga dapat berfungsi sebagai sumber energi dengan menyediakan 4
kalori per gram, namun sumber energi bukan merupakan fungsi utama protein. Pemilihan
protein yang baik untuk lansia sangat penting mengingat sintesis protein di dalam tubuh
tidak sebaik saat masih muda, dan banyak terjadi kerusakan sel yang harus segera diganti.
Kebutuhan protein untuk usia 40 tahun masih tetap sama seperti usia sebelumnya. Pakar
gizi menganjurkan kebutuhan protein lansia dipenuhi dari yang bernilai biologis tinggi
seperti telur, ikan, dan protein hewani lainnya karena kebutuhan asam amino esensial
meningkat pada usia lanjut. Akan tetapi, harus diingat bahwa konsumsi protein yang
berlebihan akan memberatkan kerja ginjal dan hati (Fatmah,2010).
c. Lemak
Lemak adalah penyumbang energi terbesar per gramnya dibandingkan penghasil energi
yang lain (karbohidrat dan protein). Satu gram lemak menghasilkan 9 kilokalori, sedangkan
satu gram protein dan karbohidrat masing-masing menghasilkan 4 kilokalori. Fungsi lain
dari lemak adalah sebagai pelarut vitamin A, D, E, dan K untuk keperluan tubuh (Fatmah,
2010). Lemak jenuh adalah lemak yang dalam struktur kimianya mengandung asam lemak
jenuh. Konsumsi lemak jenis ini dalam jumlah berlebihan dapat meningkatkan kolesterol
dalam darah. Lemak jenis ini cenderung meningkatkan kadar kolesterol dan trigliserida
yang merupakan komponenkomponen lemak di dalam darah yang berbahaya bagi
kesehatan (Fatmah,2010). Lemak tak jenuh merupakan lemak yang memiliki ikatan
rangkap yang terdapat di dalam minyak (lemak cair) dan dapat berada dalam dua bentuk
yaitu isomer cis dan trans. Asam lemak tak jenuh alami biasanya berada sebagai asam
lemak cis,hanya sedikit yang berada dalam bentuk trans. Jumlah asam lemak trans (trans-
fatty acid-TFA) dapat meningkatdi dalam makanan berlemak terutama margarin akibat
proses pengolahan yang diterapkan (Fatmah, 2010). Karena kebutuhan energi telah
menurun saat seseorang berada di atas usia 40 tahun, maka dianjurkan untuk mengurangi
konsumsi makanan berlemak terutama lemak hewani yang kaya akan asam lemak jenuh
dan kolesterol. Lemak nabati umumnya tidak berbahaya karena banyak mengandung asam
lemak tak jenuh dan tidak mengandung kolesterol (Fatmah, 2010).
a. Kehilangan gigi Usia tua merusak gigi dan gusi sehingga menimbulkan kurangnya
kenyamanan atau munculnya rasa sakit saat mengunyah makanan (Fatmah, 2010)
b. Kehilangan indera perasa dan penciuman Hilangnya indera perasa dan penciuman akan
menurunkan nafsu makan. Selain itu, sensitivitas rasa manis dan asin berkurang
(Fatmah, 2010)
c. Berkurangnya cairan saluran cerna (sekresi pepsin), dan enzim-enzim pencernaan
proteolitik. Pengurangan ini mengakibatkan penyerapan protein tidak berjalan efisien
(Fatmah, 2010)
d. Berkurangnya sekresi saliva Kurangnya saliva dapat menimbulkan kesulitan dalam
menelan dan dapat mempercepat terjadinya proses kerusakan pada gigi (Fatmah, 2010)
e. Penurunan motilitas usus Terjadinya penurunan motilitas usus yang memperpanjang
waktu singgah (transit time) dalam saluran gastrointestinal mengakibatkan pembesaran
perut dan konstipasi (Fatmah, 2010)