Anda di halaman 1dari 30

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Post Partum

2.1.1 Definisi Post Partum

Post Partum adalah masa setelah plasenta lahir dan berakhir

ketika alat-alat kandungan kembali pada keadaan sebelum hamil,

masa postpartum berlangsung selama kira-kira 6 minggu (siti

saleha,2013).

2.1.2 Tahapan Masa Post Partum

1. Immediate postpartum(setelah plasenta lahir 24jam)

Masa segera setelah plasenta lahir sampai 24 jam, Adapun

masalah yang sering terjadi pendarahan karena utonia uteri. Oleh

karena itu perlu melakukan pemeriksaan kontraksi uterus,

pengeluaran lokia, tekanan darah dan suhu.

2. Early Post Partum(24jam-1mg)

Harus dipastikan involusi uteri normal, tidak ada

pendarahan, lokia tidak berbau busuk, tidak demam, Ibu cukup

mendapat makanan dan cairan serta ibu dapat menyusui dengan

baik.
11

3. Late Post Partum (1mg-6mg)

Tetap melakukan perawatan dan pemeriksaan sehari-hari

serta konseling atau pendidikan kesehatan Keluarga

Berencana(KB).

2.1. 3 Kebutuhan Masa Post Partum

1. Nutrisi dan cairan

Nutrisi perlu mendapat perhatian karena dengan nutrisi

yang baik dapat mempercepat penyembuhan ibu dan sangat

mempengaruhi susunan air susu. Kebutuhan gizi ibu saat

menyusui adalah sebagai berikut :

a. Konsumsi tambahan kalori 500 kalori tiap hari

b. Diet berimbang, protein, mineral dan vitamin

c. Minum sedikitnya 2 liter tiap hari(kurang lebih 8gelas)

d. Fe/tablet tambah darah sampai 40 hari pasca persalinan

e. Kapsul vit A 200.000 unit

2. Ambulasi

Ambulasi Dini (early ambulation) Iyalah kebijaksanaan

agar secepatnya tenaga kesehatan membimbing Ibu Post Partum

bangun dari tempat tidur membimbing secepatnya mungkin untuk

berjalan. Ibu Post Partum sudah diperbolehkan bangun dari


12

tempat tidur dalam 24-48 jam Post Partum. Hal ini dilakukan

bertahap. Ambulasi Dini tidak dibenarkan pada ibu Post Partum

dengan penyulit misalnya anemia, penyakit jantung, penyakit

paru-paru, demam dan sebagainya.

Keuntungan dari ambulasi dini:

a. Ibu merasa lebih sehat

b. Fungsi usus dan kandung kemih lebih baik

c. Memungkinkan kita mengajarkan ibu untuk merawat bayinya

d. Tidak ada pengaruh buruk terhadap proses pasca persalinan,

tidak mempengaruhi penyembuhan luka,tidak menyebabkan

pendarahan, tidak memperbesar kemungkinan prolapsus atau

retrotexto uteri.

3. Eliminasi

Setelah 6 jam Post Partum diharapkan ibu dapat berkemih

jika kandung kemih penuh atau lebih dari 8 jam belum berkemih

disarankan melakukan kateterisasi. Hal-hal yang menyebabkan

kesulitan berkemih(retensio urine) pada Post Partum:

a. Berkurangnya tekanan intra abdominal.

b. Otot otot perut masih lemah Edema dan uretra

c. Dinding kandung kemih kurang sensitif

d. Ibu postpartum diharapkan bisa defekasi atau buang air besar

e. Setelah hari kedua Post Partum, jika hari ketiga belum

defekasi bisa diberi obat pencahar oral atau rektal.


13

4. Kebersihan diri

Pada masa postpartum seorang ibu sangat rentan terhadap

infeksi. Oleh karena itu kebersihan tubuh, pakaian, tempat tidur

dan Lingkungan sangat penting untuk tetap terjaga. langkah-

langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut:

a. Anjurkan kebersihan seluruh tubuh terutama perineum

b. Mengajarkan Ibu cara membersihkan alat kelamin dengan

sabun dan air dari depan ke belakang

c. Sarankan Ibu ganti pembalut setidaknya dua kali sehari

d. Membersihkan tangan dengan sabun dan air sebelum dan

sesudah membersihkan alat kelamin

e. Jika Ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi atau luka

jahit pada alat kelamin, menyarankan untuk tidak menyentuh

daerah tersebut

5. Istirahat dan tidur

Menganjurkan Ibu istirahat cukup dan dapat melakukan

kegiatan rumah tangga secara bertahap. kurang istirahat dapat

mengurangi produksi ASI, memperlambat proses involusi dan

depresi pasca persalinan. Selama masa postpartum, alat-alat

internal dan eksternal berangsur-angsur kembali keadaan sebelum

hamil( involusi).
14

2.1. 4 Perubahan Fisiologis

2.1.4.1 Involusi Uterus

Involusi atau pengerutan uterus merupakan suatu proses

yang menyebabkan uterus kembali pada posisi semula seperti

sebelum hamil dengan bobot hanya 60 gram. Involusi uteri

dapat juga dikatakan sebagai proses kembalinya uterus pada

keadaan semula atau keadaan sebelum hamil.

2.1.4.2 Lochea

Lochea adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas.

Lochea berasal dari pengelupasan desidua. Lochea mempunyai

reaksi basa/alkalis yang dapat membuat mikroorganisme

berkembang lebih cepat daripada kondisi asam yang ada pada

vagina normal. Lochea mempunyai bau amis (anyir), meskipun

tidak terlalu menyengat, dan volumenya berbeda-beda pada

setiap wanita. Adapun macam-macam lochea, antara lain:

a. Lochea rubra (cruenta)

Berwarna merah tua berisi darah dari

perobekan/luka pada plasenta dan sisa-sisa selaput

ketuban, sel-sel desidua dan korion, verniks kaseosa,

lanugo, sisa darah , dan mekonium selama 3 hari Post

Partum.
15

b. Lochea sanguinolenta

Berwarna kecoklatan berisi darah dan lendir, hari 4-

7 postpartum.

c. Lochea serosa

Berwarna kuning, berisi cairan lebih sedikit darah

dan lebih banyak serum, juga terdiri dari leukosit dan

robekan laserasi plasenta, pada hari ke 7-14 postpartum.

d. Lochea alba

Cairan putih berisi leukosit, berisi selaput lendir

serviks dan serabut jaringan yang mati setelah 2 minggu

sampai 6 minggu postpartum.

e. Lochea purulenta

Terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau

busuk

f. Lochea stasis

Lochea tidak lancar keluarnya atau tidak tertahan

2.1.4.3 Serviks

Serviks mengalami involusi bersama-sama uterus.

Perubahan-perubahan yang terdapat pada serviks postpartum

adalah bentuk serviks yang akan membuka seperti corong.


16

Bentuk ini disebabkan oleh korpus uteri yang dapat

mengadakan kontraksi, sedangkan serviks tidak berkontraksi,

sehingga seolah-olah pada perbatasan antara korpus dan

serviks uteri terbentuk semacam cincin. Warna serviks sendiri

merah kehitam-hitaman karena penuh pembuluh darah.

2.1.4.4 Vulva dan Vagina

Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan

yang sangat besar selama proses melahirkan bayi dan dalam

beberapa hari pertama sesudah proses tersebut, kedua organ ini

tetap berada dalam keadaan kendur. Setelah 3 minggu vulva

dan vagina kembali kepada keadaan tidak hamil dan rugae

dalam vagina secara berangsur-angsur akan muncul kembali

sementara labia menjadi lebih menonjol.

2.1.4.5 Perineum

Setelah melahirkan, perineum menjadi kendur karena

sebelumnya terenggang oleh tekanan kepala bayi yang

bergerak maju. Pada postnatal hari ke-5, perineum sudah

mendapatkan kembali sebagian besar tonusnya sekalipun tetap

lenih kendur daripada keadaan sebelum melahirkan.

2.1.4.6 Payudara

Laktasi dapat diartikan dengan pembentukan dan

pengeluaran asi yang merupakan makanan pokok terbaik bagi

bayi yang bersifat alamiah. Produksi asi masih sangat


17

dipengaruhi oleh faktor kejiwaan, ibu yang selalu dalam

keadaan tertekan, sedih, kurang percaya diri, dan berbagai

ketegangan emosional akan menurunkan volume asi bahkan

tidak terjadi produksi asi. Ada dua refleks yang sangat

dipengaruhi oleh keadaan jiwa ibu, yaitu:

a. Refleks Prolaktin

Pada waktu bayi menghisap payudara ibu, ibu menerima

rangsangan neurohormonal pada puting dan areola,

rangsangan ini melalui nervus vagus diteruskanke

hypophysa lalu ke lobus anterior. Lobus anterior akan

mengeluarkan hormon prolaktin yang masuk melalui

peredaran darah sampai pada kelenjar-kelenjar pembuat

asi dan merangsang untuk memproduksi asi.

b. Refleks Let Down

Refleks ini mengakibatkan memancarnya asi keluar.

Isapan bayi akan merangsang puting susu dan areola yang

dikirim lobus posterior melalui nervus vagus. Dari

glandula pituitary prosedur dikeluarkan keluar hormon

oxytosin ke dalam peredaran darah yang menyebabkan

adanya konstraksi otot-otot myocpitel dari saluran

2.1.4.7 Perubahan Sistem Pencernaan

Ibu mengalami obstipasi setelah melahirkan anak. Hal ini

disebabkan karena pada waktu melahirkan alat pencernaan


18

mendapat tekanan yang menyebabkan colon menjadi kosong,

pengeluaran cairanyang berlebihan pada waktu persalinan

(dehidrasi), kurang makan, haemorrhoid, dan laserasi jalan

lahir. Buang air besar kembali teratur dapat diberikan diit atau

makanan yang mengandung serat dan pemberian cairan yang

cukup. Apabila usaha ini tidak berhasil dalam waktu 2 atau 3

hari dapat ditolong dengan pemberian huknah atau gliserin

spuit atau diberikan obat laksan yang lain (Ambarwati, 2010).

2.1.4.8 Sistem Muskuloskeletal

Ligamen-ligamen, fasia, dan diafragma pelvis yang

meregang sewaktu kehamilan dan persalinan berangsur-angsur

kembali seperti sedia kala. Ligamen rotundum tidak jarang

mengendur, sehingga uterus jatuh ke belakang. Fasia jaringan

penunjang alat genitalia yang mengendur dapat diatasi dengan

latihan-latihan tertentu. Mobilisasi sendi berkurang dan posisi

lordosis kembali secara perlahan (Saleha, 2009).

2.2 Konsep Air Susu Ibu (ASI)

2.2.1 Definisi ASI

Air susu ibu adalah susu yang diproduksi seorang ibu untuk

konsumsi bayi dan merupakan sumber gizi utama bagi yang belum

bisa mencerna makanan padat ASI diproduksi di dalam alveoli karena

pengaruh hormon prolaktin dan oksitosin setelah kelahiran bayi ASI


19

tersebut dapat mengalir masuk berkat kerja otot-otot halus yang

mengelilingi alveoli titik air susu kemudian mengalir ke saluran yang

lebih besar yang selanjutnya masuk ke dalam jaringan penyimpanan

air susu yang terletak tepat di bawah areola.(maryuami, 2012).

2.2.2 Manfaat ASI

Pemberian ASI secara eksklusif yang tidak memberikan

campuran apapun selama 6 bulan berturut-turut dan ASI memberikan

banyak manfaat antara lain :

1) Kesehatan

Kandungan antibodi dalam ASI paling baik sepanjang

hidup. Bayi yang mendapatkan ASI eksklusif lebih sehat dan

lebih kuat dibanding tidak yang mendapatkan asi asi sendiri

mampu mencegah penyakit pada bayi. Di dalam ASI terdapat

komponen gizi ASI paling lengkap, termasuk protein, lemak,

karbohidrat, mineral, vitamin dan zat-zat penting lainnya.

2) Kecerdasan

Seperti diketahui, Melisa si Otak adalah salah satu proses

pematangan otak agar dapat berfungsi secara optimal. Saat ibu

memberikan ASI, dan terjadi stimulasi yang merangsang

terbentuknya jaringan kerja otak hingga menjadi lebih banyak dan

sempurna. Ini terjadi melalui suara, tatapan mata, detak

jantung,elusan, panahan dan rasa ASI.


20

3) Emosi

Pada saat proses menyusui posisi bayi dalam keadaan di

dekap oleh ibunya, hal ini merangsang terbentuknya emosional

intelegensi. Selain itu proses menyusui merupakan ikatan rasa

kasih sayang yang terjalin antara Ibu dan bayinya.

2.2.3 Cara Pemberian ASI

Perlekatan dan pos menyusui merupakan hal yang menentukan

pemberian ASI yang efektif, apabila posisi dan perlekatan tidak benar

maka akan mempengaruhi kualitas dari proses menyusui tersebut.

Perlekatan yang benar dapat dilihat dari:

a. Chin, dagu menempel pada payudara ibu

b. Areola, sebagian besar areola masuk ke dalam mulut bayi, dapat

dilihatpada bagian bawah mulut bayi bagian areola bawah lebih

sedikit terlihat dibandingkan bagian atas.

c. Lips, bagian bibir atas dan bibir bawah bayi terputar keluar

d. Mouth, mulut menempel pada payudara ibu dan mulut bayi

terbuka lebar.

Posisi cara menyusui yang baik dan benar menurut( Maryuani,

2012) dapat dilakukan sebagai berikut :

a. Ibu dalam posisi yang santai(berbaring/duduk)

b. Badan bayi menempel pada perut ibu.


21

c. Dagu bayi menempel pada perut ibu.

d. Telinga dan lengan bayi berada pada sat ugaris.

e. Memegang payudara dengan 4 jari di bagian bawah dan 1 jari di

bagian atas payudara.

f. Puting susu dan areola sebagian besar masuk ke dalam mulut bayi

g. Memperhatikan kebersihan tangan dan puting susu.

2.2.4 Kandungan Zat Gizi ASI

1. Karbohidrat

Karbohidrat pada ASI berbentuk laktosa (gula susu) yang

sangat tinggi dibandingkan dengan susu formula. Jumlah laktosa

yang lebih banyak terkandung dalam ASI membuat rasa ASI

menjadi lebih manis dibandingkan dengan susu formula. Laktosa

akan difermentasikan menjadi asam laktat dalam pencernaan

bayi,suasana asam memberi beberapa keuntungan bagi

pencernaan bayi,antara lain:

a. Menghambat pertumbuhan bakteri patologis.

b. Memacu pertumbuhan mikroorganisme yang memproduksi

asam organik dan mensitesis protein.

c. Memudahkan terjadinya pengendapan dari Ca-caseinat.

d. Memudahkan absorbsi dari mineral seperti kalsium,

fosfor,dan magnesium.
22

2. Protein

ASI mengandung protein yang lebih rendah dibandingkan

dengan susu formula, namun protein ASI yang diebut “whey” ini

bersifat lebih lembut sehingga mudah dicerna oleh pencernaan

bayi. Protein dalam ASI mengandung alfa-laktalbumin,

sedangkan susu sapi mengandung laktoglobulin dan bovibe serum

albumin yang lebih sering menyebabkan alergi pada bayi.

(Rukiyah Aiyeyeh,dkk,2011).

3. Lemak

Kadar lemak antara ASI dengan susu formula relatif sama,

namun lemak dalam ASI mempunyai beberapa keistimewaan

antara lain:

a. Bentuk emulsi lemak lebih sempurna karena ASI

mengandung enzim lipase yang memecah trigliserida menjadi

digliserida kemudian menjadi monogliserida sehingga lemak

dalam ASI lebih mudah dicerna dalam pencernaan bayi.

b. ASI mengandung asam lemak tak jenuh yaitu omega-3,

omega-6, dan DHA yang dibutuhkan oleh bayi untuk

membentuk jaringan otak.

4. Mineral
23

ASI mengandung mineral yang lengkap dan cukup untuk

memenuhi kebutuhan bayi sampai berusia 6 bulan. Kandungan

mineral dalam ASI adalah konstans, tetapi ada beberapa mineral

spesifik yang kadarnya dipengaruhi oleh diit ibu. Kandungan zat

besi dan kalsium paling stabil dan tidak dipengaruhi oleh diit

ibu.Mineral lain adalah kalium, natrium, tembaga, mangan, dan

fosfor.

5. Vitamin

Vitamin dalam ASI cukup lengkap, vitamin A, D, dan C

cukup, sedangkan golongan vitamin B, kecuali riboflavin dan asam

pantothenik kurang. Vitamin lain yang tidak tekandung dalam ASI

bergantung pada diit ibu.

6. Air

ASI terdiri dari 88% air, air berguna untuk melarutkan zat-

zat yang terkandung dalam ASI. Kandungan air dalam ASI yang

cukup besar juga bisa meredakan rasa haus pada bayi.

2.2.5 Faktor yang Mempengaruhi Pemberian ASI

Dampak bayi yang tidak diberikan ASI akan lebih rentan untuk

terkena penyakit kronis, seperti jantung, hipertensi, dan diabetes

setelah ia dewasa serta dapat menderita kekurangan gizi dan

mengalami obesitas (Arifa Y, dan Shrimarti R.D, 2017).


24

Sementara untuk ibu sendiri akan beresiko mengalami kanker

payudara, mengeluarkan biaya lebih mahal apabila bayi maupun ibu

terkena penyakit , karena memang beresiko rentan terhadap penyakit.

Selain itu untuk biaya susu formula menggantikan ASI pada bayi.

2.3 Konsep Dasar Teknik Marmet

2.3.1 Definisi

Teknik marmet merupakan teknik memerah ASI dengan tangan

meliputi metode message, stroking dan shaking yang di kembangkan

oleh cheele marmet seorang lactation consultant dari California dan

sebagai direktur lactation institute di california, Amerika Serikat.

(maryuani, 2012).

Teknik marmet merupakan kombinasi cara memerah ASI dan

memijat payudara sehingga refleks ASI dapat optimal. Teknik

memerah ASI dengan cara marmet bertujuan untuk mengosongkan

ASI dari sinus laktiferus yang terletak di bawah areola sehingga

diharapkan dengan mengosongkan ASI pada sinus laktiferus akan

merangsang pengeluaran prolaktin. Pengeluaran hormon prolaktin

diharapkan akan merangsang mammary alveoli untuk memproduksi

ASI titik semakin banyak asi dikeluarkan atau dikosongkan dari

payudara akan semakin baik produksi ASI di payudara.

(Widiastuti,dkk 2015).

Teknik marmet merupakan teknik dasar seperti memerah dan

memijat payudara yang dilakukan secara bergantian setelah 24 jam


25

kelahiran bayi yang berguna untuk memberikan refleks keluarnya ASI

secara maksimal (mardiyaningsih, dkk 2011).

2.3.2 Persiapan Memerah ASI

Berikut ini adalah tahapan untuk memerah ASI:

a. Cuci kedua tangan ibu dengan bersih dan benar menggunakan

sabun dan air mengalir

b. Pastikan Ibu rileks dan memilih tempat atau ruangan yang sesuai,

nyaman, tenang untuk memerah ASI

c. Kompres payudara dengan air hangat, gunakan handuk kecil atau

waslap, atau kain lembut lainnya

d. Memulai secara perlahan mengurut payudara dengan langkah-

langkah sebagai berikut :

1. Message

a. Gunakan dua jari, yaitu Telunjuk dan jari tengah

b. Tangan kanan mengurut payudara kiri dan tangan kiri

mengurut payudara kanan

c. Bila payudara besar, dapat menggunakan ke empat jari

nya.

d. Beri tekanan ringan, lakukan gerakan melingkar dari

dasar payudara dengan gerakan spiral kearah puting.


26

2. Stroke

a. Gunakan jari-jari tangan, tekan-tekan lah payudara

secara lembut

b. Dari dasar payudara ke arah puting susu dengan garis

lurus kemudian dilanjutkan secara bertahap ke seluruh

bagian payudara

c. Dengan menggunakan sisir yang bergerigi lebar "

sisirlah" payudara secara lembut, dari dasar payudara ke

arah putih susu

d. Dengan ujung jari, lakukan stroke dari dasar payudara ke

arah susu
27

3. Shake

Dengan postur tubuh condong ke depan, kocok atau

goyangkan payudara dengan lembut, biarkan daya tarik bumi

meningkatkan simulasi pengeluaran ASI

Teknik memerah ASI dengan tangan metode massage,

stroking, dan shaking yang disebut metode marmet

dikembangkan oleh Chele Marmet, seorang lactation

consultant yang menjadi Direktur lactation institute di

California.

4. Memerah ASI Dengan Tangan


28

Teknik memerah ASI dengan tangan metode massage,

stroking, dan shaking yang disebut metode marmet

dikembangkan oleh Chele Marmet, seorang lactation

consultant yang menjadi Direktur lactation institute di

California.

1) Letakkan ibu jari di atas sekarang payudara dan jari

telunjuk serta jari tengah di bawah sekitar 2,5-3,8 cm di

belakang puting susu membentuk huruf C.

2) Anggaplah payudara sebagai jam, maka posisi atau arah

ibu jari berada pada jam 12; dua jari lain Berada di posisi

jam 6
29

3) Ibu jari dan jari telunjuk serta jari tengah saling

berhadapan. Jari-jari diletakkan sedemikian rupa

sehingga "gudang" ASI berada di bawahnya

4) Tekan lembut ke arah dada tanpa memindahkan posisi

jari-jari tadi. Payudara yang besar dianjurkan untuk

diangkat terlebih dahulu. kemudian ditekan ke arah dada

5) Buatlah gerakan menggulung(roll) dengan arah ibu jari

dan jari jari ke depan untuk memerah ASI keluar dari

gudang ASI yang terdapat dibawah kalang payudara di

belakang puting susu. Ibu jari dan jari pada kulit Ibu

diupayakan tidak bergesekan, karena akan menimbulkan

rasa sakit dan nyeri.

6) Ulangi gerakan-gerakan tersebut (1, 2, 3) sampai aliran

ASI berkurang. Kemudian pindahkan lokasi ibu jari ke

arah jam 11 dan jadi jadi ke arah jam 5, tahu kan kembali

gerakan memerah seperti tadi


30

7) Lakukan pada kedua payudara secara bergantian titik

begitu tampak asli memancar dari puting susu, itu berarti

gerakan tersebut sudah benar dan berhasil menekan

gudang asi. Jangan lupa untuk meletakkan cangkir

bermulut lebar yang sudah disterilkan di bawah payudara

yang lebih diperah.

Gambar 2.3 Memerah ASI

Sumber :(maryuani.2012)

8) Seluruh prosedur persiapan dan pemerahan dengan

tangan membutuhkan waktu sekitar 20-30 menit,

meliputi:

a. Massage, stoke, dan shake : perah kedua payudara

selama 5-7 menit tiap payudara

b. Massage, stoke, dan shake : perah kedua payudara

selama 3-7 menit tiap payudara

c. Massage, stoke, dan shake : pernah kedua payudara

selama 2-3 menit tiap payudara


31

d. Waktu yang dibutuhkan untuk memerah ASI di atas

hanya sebagai patokan saja: yang perlu diperhatikan

adalah aliran ASInya.

e. Patokan di atas berlaku hanya bila ASI yang keluar

sedikit atau bahkan belum keluar sama sekali

f. Bila patokan ASI sudah banyak, patokan waktu di

atas bisa diabaikan

5. Manfaat Memerah ASI Dengan Tangan

a. Memerah ASI dengan tangan lebih mudah, tidak merepotkan

ekonomis

b. Pemerahan asi dengan tangan dan pengurutan merangsang

produksi ASI

c. Kunci memerah ASI dengan tangan adalah menemukan

posisi jari-jari yang tepat

2.4 Konsep Asuhan Keperawatan

Menurut Dr. Suyanto (2012: 211) di dalam asuhan keperawatan

digunakan system atau metode proses keperawatan yang dalam

pelaksanaannya dibagi menjadi 5 tahap, yaitu: pengkajian, Diagnosa

medis, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.


32

a. Pengkajian

1. Identitas

Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua),

jeniskelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku

bangsa,tanggal dan jam MRS, nomor register, diagnosa medis.

2. Riwayat Kesehatan

a. Keluhan Utama

Keluhan Utama Menjelaskan keluhan yang paling

dirasakan oleh pasien saat ini

b. Riwayat Kesehatan Sekarang

Menjelaskan uraian kronologis sakit pasien sekarang

sampai pasien dibawa ke RS, ditambah dengan keluhan

pasien saat ini yang diuraikan dalam konsep PQRST)

P: Palitatif /Provokatif

Apakah yang menyebabkan gejala, apa yang dapat

memperberat dan menguranginya.

Q: Qualitatif /Quantitatif

Bagaimana gejala dirasakan, nampak atau terdengar,

sejauh mana merasakannya sekarang.

R: Region

Dimana gejala terasa, apakah menyebar .

S: Skala
33

Seberapakah keparahan dirasakan dengan skala 0 s/d

10.

T: Time

Kapan gejala mulai timbul, berapa sering gejala terasa,

apakah tiba-tiba atau bertahap.

c. Riwayat Kesehatan Dahulu

Mengidentifikasi riwayat kesehatan yang memiliki

hubungan dengan atau memperberat keadaan penyakit yang

sedang diderita pasien saat ini. Termasuk faktor predisposisi

penyakit dan ada waktu proses sembuh.

d. Riwayat Kesehatan Keluarga

Mengidentifikasi apakah di keluarga pasien ada riwayat

penyakit turunan atau riwayat penyakit menular.

e. Pola Aktivitas Sehari-hari


34

Membandingkan pola aktifitas keseharian pasien antara

sebelum sakit dan saat sakit, untuk mengidentifikasi apakah

Pemeriksaan Fisik

1) Data Fokus

Pemeriksaan pada struktur dan perubahan fungsi yang

terjadi dengan teknik yang digunakan head to toe yang

diawali dengan observasi tingkat kesadaran, keadaan

umum, vital sign.Inspeksi: Lihat apakah ada asites, ada

nodul, bentuk simetris, kontur kulit lentur, tidak ada

benjolan/ massa, Palpasi: Apa ada nyeri tekan

2) Data Penunjang

Berisi tentang semua prosedur diagnostic dan laporan

laboratorium yang dijalani pasien, dituliskan hasil

b. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang jelas,

padat dan pasti tentang status dan masalah kesehatan yang dapat

diatasi dengan tindakan keperawatan Dengan demikian diagnosis

keperawatan ditetapkan berdasarkan masalah yang ditemukan.

Diagnosa keperawatan akan memberi gambaran masalah dan status

kesehatan masyarakat baik yang nyata , dan yang mungkin terjadi.

(Huda N dan Hardi K, 2015)


35

c. Intervensi Keperawatan

Intervensi keperawatan adalah suatu proses di dalam

pemecahan masalah yang merupakan keputusan awal tentang

sesuatu apa yang dilakukan, bagaimana dilakukan, kapan dilakukan,

siapa yang melakukan dari semua tindakan keperawatan

(Dermawan, 2012).

d. Implementasi Keperawatan

Implementasi adalah tahap pelaksanaan terhadap rencana

tindakan keperawatan yang telah ditetapkan bersama perawat untuk

pasien. Implementasi dilaksanakan sesuai dengan rencana setelah

dilakukan validasi, disamping itu juga dibutuhkan keterampilan

interpersonal, intelektual, teknik yang dilakukan dengan cermat dan

efisien, pada situasi yang tepat dengan selalu memperhatikan

keamanan fisik dan psikologis. Setelah selesai implementasi,

dilakukan dokumentasi yang meliputi intervensi yang sudah

dilakukan dan bagaimana respon pasien.

e. Evaluasi

Evaluasi merupakan tahap terakhir dari proses

keperawatan.Kegiatan evaluasi ini adalah membandingkan hasil

yang telah dicapai setelah implementasi keperawatan dengan tujuan


36

Yang diharapkan dalam perencanaan. Perawat mempunyai 3

alternatif dalam menentukan sejauh mana tujuan tercapai:

a. Berhasil : perilaku pasien sesuai pertanyaan tujuan dalam

waktutanggal yang ditetapkan tujuan.

b. Tercapai sebagian : pasien menunjukan perilaku tetapi tidak

sebaikyang ditentukan dalam pernyataan tujuan.

c. Belum tercapai : pasien tidak mampu sama sekali

menunjukan perilakuyang diharapkan sesuai dengan

pernyataan tujuan.

Yang diharapkan dalam perencanaan. Perawat mempunyai 3

alternatif dalam menentukan sejauh mana tujuan tercapai:

d. Berhasil : perilaku pasien sesuai pertanyaan tujuan dalam

waktutanggal yang ditetapkan tujuan.

e.Tercapai sebagian : pasien menunjukan perilaku tetapi tidak

sebaikyang ditentukan dalam pernyataan tujuan.

f. Belum tercapai : pasien tidak mampu sama sekali

menunjukan perilakuyang diharapkan sesuai dengan

pernyataan tujuan.
37

2.5 Hasil Penelitian Terkait

Penelitian lain yang sejalan yaitu penelitian tentang pemberian

intervensi teknik marmet terhadap kelancaran ASI pernah dilakukan oleh

mardiyaningsih(2010). Dalam penelitian tersebut dijelaskan ada

perbedaan kelancaran ASI pada kelompok intervensi dibandingkan

dengan kelompok kontrol. Hasil yang ditunjukkan dengan nilai OR 11,5

yang berarti dengan pemberian intervensi dengan teknik marmet mampu

meningkatkan 11,5 kali lebih baik produksi ASI dibandingkan dengan

kelompok kontrol.

Penelitian yang dilakukan oleh Ningrum(2017), p hitung 0,0074

<= 0,05 sehingga yang artinya ada pengaruh pemberian teknik marmet

terhadap produksi ASI pada ibu Post Partum di BPM Wilayah kerja

Sukorame Kota Kediri. Hal ini dapat disebabkan salah satunya melalui

diberikannya rangsangan pada otot-otot payudara agar bekerja lebih ih

efektif melalui pemberian teknik marmet yang dapat merangsang refleks

pengaliran atau let down reflex yang memicu keluarnya ASI. Sehingga

dengan dilakukannya teknik marmet pada ibu Post Partum dapat

membantu meningkatkan kecukupan produksi ASI pada ibu Post Partum.


38
39

Anda mungkin juga menyukai