Anda di halaman 1dari 2

Pengobar Semangat Jihad Posted in Cerita Islami by admin on 11 January 2014 Tags: Cerita

Islami, Islam, Jihad, Kisah Islami, Pengobar, Semangat


Pengobar Semangat Jihad

Siang itu dua pasukan sedang berhadapan dalam pertempuran penentuan antara Haq dan Bathil.
Sengatan mentari yang membuat keringat meleleh tiada henti tak menggeser secuilpun niat kedua
belah pihak untuk mundur. Debu padang pasir yang menari nari seolah menjadi jamuan resmi
tentang pesta bersimbah darah yang sebentar lagi akan digelar. Teriknya matahari yang silau
bertambah kemilau ketika ribuan pedang telah terhunus lepas dari sarungnya. Makin mencekam
ketika sejumlah pasukan menutupi wajahnya dengan selendang dan dibalut dengan tali ikatan
yang sangat kencang. Inilah simbol keberanian yang hanya akan ditukar dengan kemenangan atau
kematian.

Disebelah kanan sejumlah besar pasukan muslim dibawah komando Khalid bin Walid r.a dengan
telinga sudah gatal mendengar teriakan “Allahu Akbar” dari sang Jenderal. Sementara disebelah
kiri pasukan murtad pimpinan Musailamah Al AKadzab sudah siap dengan semua barisan
pertahanan terbaik yang mereka miliki. Kini medan laga Yamamah akan menjadi saksi salah satu
pertempuran sengit yang pernah ditulis dalam tarikh Islam.Dibarisan depan pasukan muslimin
ada sosok yang sudah tidak tahan memacu kudanya untuk menerjang pasukan musuh. Tapi
karena makmum harus taat kepada amir maka ia masih juga memaksa menahan semangat jihad
yang sudah menyala nyala. Dia adalah Barra bin Malik r.a

Telinga Barra bin Malik r.a sudah sangat kesal dengan kebohongan dan fitnah yang diciptakan
oleh Musailamah Si Pembohong. Kini matanya lincah mencari tempat yang paling cocok untuk
menghabisi pasukan murtad. Tangan kirinya sudah terkunci mati memegang tali kekang kuda
sedangkan tangan kanannya sudah menunjuk keatas dengan ditemani pedang kecintaannya. Tak
ada yang bisa menyurutkan semangat jihad yang kini sudah ia ada di dalam gelanggang
pertarungan itu. Ia hanya mencari satu kata yaitu syahid. Ia sudah rindu dengan temannya di
Badar dan Uhud.

Kepahlawanan Barra’ di medan perang Yamamah wajar dan cocok dengan watak serta tabiatnya.
Wajar untuk seorang pahlawan yang sampai-sampai Amirul Mukminin Umar bin Khattab r.a
berpesan agar ia jangan jadi komandan pasukan, disebabkan keberaniannya yang luar biasa,
keperwiraan dan ketetapan hatinya menghadang maut.Semua sifatnya itu akan menyebabkan
kepemimpinannya dalam pasukan membahayakan anak buahnya dan dapat membawa
kebinasaan.

Kini pertempuran telah pecah. Pedang bertemu pedang. Tombak bertemu tombak. Dan anak
panah terus beterbangan diatas padang pasir menembus debu yang pekat.Suara ringkikan kuda
makin menambah hiruk pikuk suasana medan Yamamah. Diawal pasukan islam berhasil
memukul mundur pasukan murtad dan beberapa tokoh mereka berhasil dijatuhkan oleh pedang
kaum muslimin. Tapi pasukan murtad Musailamah adalah pasukan elite yang terlatih bertempur
dan biasa memenangkan pertempuran sehingga beberapa kali pasukan murtad berhasil mengecoh
pasukan muslimin. Keadaan makin genting ketika semangat tempur kaum muslimin mulai
kendur. Serangan yang bertubi tubi mereka lancarkan kepada kaum murtad bisa dipatahkan.

Melihat gelagat akan kekalahan pasukannya maka Panglima Khalid bin Walid mencari ide.
Ditengah berkecamuknya perang yang melelahkan itu ia melihat sosok Barra bin Malik r.a yang
tetap menunjukkan semangat juang tak kenal mati. Kini Panglima Khalid tahu betul apa yang
harus ia lakukan. Segera ia memacu kudanya kearah Barra bin Malik dan memerintahkan ia
supaya mengobarkan semangat juang yang nampak telah kendur.
Maka Barra bin Malik pun menyerukan kata-kata yang penuh gemblengan semangat dan
kepahlawanan full power “Wahai penduduk Madinah !! Tak ada Madinah bagi kalian sekarang.
Yang ada hanya Allah dan surga… !”

Ucapan itu menunjukkan jiwa pembicaranya, dan menjelaskan watak akhlaqnya. Benarlah , yang
tinggal hanyalah Allah dan surga! Karena di dalam suasana dan tempat seperti ini, tidaklah wajar
ada fikiran-fikiran kepada yang lain walau kota Madinah, ibu kota Negara Islam, tempat rumah
tangga, isteri dan anak-anak mereka! Sekarang tidak patut mereka berfikir ke sana! Sebab bila
mereka sampai dikalahkan, maka tak ada artinya kota Madinah lagi… !

Kata kata ini bagai kayu bakar yang kembali menyulut api yang hampir padam. Pasukan Islam
kembali menekan pasukan murtad dan terus melakukan serangan ke jantung pertahanan musuh.
Pasukan murtad mundur ke belakang dan mencari tempat perlindungan.

Pasukan kaum muslimin terus mendesak dan melakukan tekanan. Kobaran semangat terus Barra
bin Malik suarakan. Deru pacu kuda makin kencang dilakukan. Dan ayunan pedang makin cepat
menangkap korban. Kaum murtad pun kalah telak dalam pertempuran penentuan bagi kekalahan
Musailamah dan antek anteknya

Anda mungkin juga menyukai