1At-Thabari Muhammad bin Jarir, Tarikh ar-Rasul wa al Muluk jilid 3..., hlm. 280-282.
kecerdikan, ketangkasan dan kekuatan yang tidak tertandingi oleh pasukan musuh
sekalipun hingga akhirnya Allah memenangkan mereka. Pada perang ini, kaum
muslimin berhasil mendapatkan harta rampasan perang yang banyak, sementara
sebagian dari tentara Ajam berhasil melarikan diri ke suatu tempat yang bernama
Khanafis. Abu Laila bin Fadaki as-Sa'di berjalan mengejar mereka. Mendengar itu
akhirnya mereka melarikan diri menuju al-Mushayyakh. Di tempat ini seluruh
pasukan musuh yang terdiri dari orang Ajam dan Arab berkumpul.
Lalu Khalid segera berjalan menuju mereka dengan membawa pasukannya.
Ia membagi tentaranya menjadi tiga bagian. Di antaranya pasukannya adalah
pasukan dipimpin oleh Qa’qa bin Amr dan saudaranya Ashim bin Amr. Pada
malam hari secara tiba-tiba mereka menyerang tentara musuh yang sedang tidur.
Khalid benar-benar membuat para penyembah api ini tidur selamanya. Tidak ada
yang selamat kecuali sedikit sekali. Allah benar-benar menempatkan Khalid
sebagai pedang-Nya yang terhunus terhadap kaum musyrikin bersama Qa’qa bin
Amr.
2At-Thabari Muhammad bin Jarir, Tarikh ar-Rasul wa al Muluk jilid 4..., hlm. 50-52.
Pasukan ini dibawah pimpinan Iyadh bin Ghanm. Dengan demikian, berangkatlah
dua pasukan ini dari Kufah untuk membantu Abu Ubaidah. Bahkan Umar sendiri
turut serta berangkat dari Madinah untuk membantu Abu Ubaidah, hingga dia
sampai di Jabiyah atau ada yang mengatakan hanya sampai di Sargh.
Taktik yang dijalankan oleh Umar ini pun sangat jitu membantu pasukan
kaum muslimin dalam membebaskan Abu Ubaidah dari kepungan tentara Romawi
dan penduduk Jazirah Arab yang membantunya. Maka wilayah penduduk Jazirah
Arab yang membantu pengepungan itu dikepung pula oleh pasukan Iyadh bin
Ghanm, sehingga ketika pasukan Jazirah Arab yang ikut mengepung pasukan Abu
Ubaidah itu mengetahuinya, maka mereka pun berbalik mengundurkan diri dari
Horns menuju negeri mereka dan meninggalkan tentara Romawi. Bukan hanya
itu, ketika tentara Romawi mendengar berita bahwa Amirul Mukminin Umar bin
Khattab datang langsung untuk membantu Abu Ubaidah, seketika semangat
mereka kendor dan menjadi lemah.
Khallid yang mengetahui posisi itu, segera menyarankan Abu Ubaidah
untuk segera keluar benteng menyerbu pasukan Romawi. Maka dengan segera
Abu Ubaidah mengikuti saran Khalid setelah melihat situasinya berubah hingga
akhirnya Allah memenangkan mereka. Tentara Romawi pun dapat dihancurkan.
Peristiwa kekalahan ini terjadi tiga malam sebelum tibanya pasukan bantuan yang
dipimpin oleh Qa’qa menolong mereka. Segera Abu Ubaidah mengirim berita
gembira kepada Umar ra. atas kemenangan mereka, sementara bala bantuan baru
datang tiga hari setelah kemenangan mereka. Setelah tiba, mereka pun bertanya
padanya apakah pasukan bala bantuan itu juga mendapatkan hasil dari peperangan
mereka?
Umar r.a pun mengirim surat untuk memutuskan perkara tersebut. Umar
memerintahkan kepada Abu Ubaidah agar mengikutkan mereka dalam pembagian
harta rampasan perang yang mereka dapatkan. Hal ini mengingat, melemahnya
pasukan musuh serta berbaliknya sebagian dari mereka dikarenakan mendengar
berita tentang kedatangan bala bantuan kaum muslimin, maka Abu Ubaidah
mengikut sertakan mereka dalam pembagian harta tersebut. Di akhir suratnya,
Umar berkata, "Semoga Allah memberikan ganjaran yang terbaik kepada
penduduk Kufah, mereka berhasil menjaga wilayah mereka dan dapat membantu
penduduk kota yang lainnya”.
5. Jalannya Peperangan
Ketika takbir ketiga dikumandangkan maka seluruh pasukan menyerbu
musuh. Sementara panji yang dikibarkan an-Nu'man berkibar-kibar di atas
kudanya menunjukkan bahwa dirinya adalah pemimpin pasukan dan tidak pernah
takut dengan musuh yang begitu banyak. Ketika kedua pasukan ini bertemu,
gemerincing pedang yang beradu tak dapat dihindari lagi. Pertempuran berkobar
hebat di mana At-Thabari menggambarkan suasana pertempuran tersebut sebagai
pertempuran yang belum pernah terdengar seperti itu sebelumnya.
Hasilnya langsung bisa disaksikan. At-Thabari mengisahkan bahwa tidak
menunggu waktu lama, mayat-mayat musuh pun bergelimpangan antara
tergelincirnya matahari hingga malam hari datang. Kondisi ini ternyata membuat
tanah dalam medan pertempuran itu menjadi licin. Banyak kuda-kuda yang
tergelicir karenanya. Bahkan, kuda pangliman tertinggi an-Nu'man bin al-
Muqarrin pun ikut tergelincir. Hal ini membuat dirinya jatuh terlempar dari
kudanya. Ketika itulah salah satu anak panah musuh berhasil menembus
lambungnya hingga membuatnya bertemu dengan syahid sebagaimana yang
menjadi keinginannya sebelum perang. Namun wafatnya panglima kaum
muslimin tersebut tidak ada yang mengetahui kecuali saudaranya, Suwaid.
Suwaid menutupi wajahnya dan menyembunyikan jenazahnya. Selanjutnya
ia menyerahkan panji kepemimpinan kepada Huzaifah bin al-Yaman untuk
menggantikan posisinya. Sembari menyerahkan panji kepemimpinan, ia
menyuruh Huzaifah agar berita kematian an-Nu'man dirahasiakan hingga
peperangan usai. Tujuannya, agar tidak mempengaruhi semangat bertempur
pasukan kaum muslimin.
Pertempuran pun terus berlangsung dengan sengit. Pasukan kaum muslimin
berperang dengan penuh kesabaran dan keberanian luar biasa. Kesabaran dan
kekuatan yang ditunjukkan pasukan kaum muslimin membuat pasukan Persia
lama kelamaan menjadi putus asa dan pada akhirnya mereka melarikan diri secara
kocar-kacir. Petaka bagi puluhan ribu pasukan Persia yang dirantai, karena ketika
melarikan diri, mereka justru membuat dirinya sendiri dalam bahaya. Apalagi
sebelum beperang, mereka telah menggali parit sebagai pertahan mereka. Pada
akhirnya, parit yang mereka gali menjadi kuburan bagi mereka sendiri. Karena
ketika pasukan berantai ini satu terjatuh, akan menarik lainnya untuk ikut terjatuh
ke dalamnya sehingga pasukan kaum muslimin dengan mudah menghabisinya.
Pasukan kaum muslimin berhasil memenangkan pertempuran ini. Jumlah
pasukan Persia yang terbunuh pada malam tersebut berjumlah sekitar 100.000
orang. Sedangkan sisanya selamat dengan melarikan diri. Lalu bagaimana dengan
komandan pasukan, al-Fairuzan? Komandan Persia tersebut berhasil melarikan
diri ke Hamazand. Qa’qa bin Amr mengetahui hal itu dan langsung melakukan
pengejaran ke sana. Al-Fiaruzan langsung menuju pegunungan di Hamazand.
Kebetulan di tempat tersebut banyak kuda dan keledai yang membawa madu yang
menghalangi jalan. Al-Fairuzan tidak sanggup lagi untuk mendaki dataran tinggi
ini disebabkan luka-lukanya yang sangat parah. Akhirya terpaksa al-Fairuzan
berjalan kaki dan bergantung di gunung itu. Sementara al-Qa'qa' terus mengejar
dan akhirnya berhasil membunuhnya.
Salah seorang pasukan kaum muslimin memberikan komentarnya tentang
peristiwa tersebut. "Sesungguhnya Allah memiliki para tentara dari madu,
akhirnya mereka berhasil mendapatkan seluruh madu-madu berikut barang-barang
yang dibawa kuda-kuda maupun keledai-keledai tersebut hingga tempat ini."
Tempat ini kelak dinamai dengan lembah madu.
Setelah itu Qa'qa' bergerak mengejar pasukan musuh yang berlari ke
Hamazdan. Sesampainya di sana, dia mulai mengadakan pengepungan dari
seluruh penjuru, hingga akhirnya penguasa Hamadzan menawarkan untuk
berdamai dan Qa'qa menerima tawarannya. Setelah itu Qa'qa' beserta pasukannya
segera kembali kepada Huzaifah setelah mereka berhasil menaklukkan Nahawand
dengan peperangan. Itulah peran hebat seorang Qa’qa bin Amr sebagai salah satu
singa-singa pahlawan peperangan Nahawand. Pertempuran Nahawand ini oleh
beberapa sejarawan Islam disebut sebagai pertempuran “Futhul Futuh” atau
pembuka berbagai kemenangan. Buktinya, setelah pertempuran hebat Nahawand
ini, pasukan kaum muslimin semakin mudah dalam menakhlukkan wilayah-
wilayah Persia dan membuat kerajaan itu hilang sama sekali seperti Sabda nabi
saw.