Anda di halaman 1dari 7

PENOKOHAN

Narator: Fuad Nur Zaman


Zaid bin Haritsah: Faris
Ja’far bin Abi Thalib: Abydzar
Abdullah bin Rawahah: Rizal
Khalid bin Walid: Syahril
Al-Harits bin Umayr: Restu
Syurahbil bin Amr: Juarfa
Istri Zaid bin Haritsah: Fathny
Istri Ja’far bin Abi Thalib: Latifah
Istri Abdullah bin Rawahah: Wanda
Wahb bin Sa’ad: Tufail
Tsabit bin Arqam: Adri
Pengawal: Zain, Rifal
Pasukan Muslim 1:
Pasukan Muslim 2:
Pasukan Romawi 1:
Pasukan Romawi 2:
Istri Khalid:
Istri 1:
Pembaca Pesan Nabi:
Pembaca Puisi Peperangan: Wanda, Fathny, Latifah
Naskah Drama Perang Mu’tah
Scene 1
Perang Mu’tah, bulan Jumaddil Awal tahun 8 Hijriyah, di sebuah desa yang bernama Mu’tah
terletak di sebelah Timur Sungai Jordan 3000 pasukan Muslim menghadapi 100.000 pasukan
Romawi dan 100.000 Nasrani Arab. Tentu saja dengan kekuatan yang tidak seimbang itu,
pasukan Romawi begitu mudahnya menyudutkan pasukan Muslim. Dalam kalkulasi militer,
tidak ada yang bisa menyelamatkan pasukan Muslim dari kehancuran total.
Sekitar dua tahun sebelum terjadinya perang di Mu’tah, sebuah kesepakatan damai tercapai
antara kaum Muslimin dengan Qurays Mekkah, kesepakatan itu tertuang dalam perjanjian
Hudaibiyah, setelah terjadi kesepakatan damai dengan Qurays Mekkah Nabi Muhammad
memulai misinya untuk menyebarkan agama Islam di luar Jazirah Arab. Syam yang saat itu
menjadi daerah jajahan Romawi Timur atau yang dikenal dengan nama Byzantium menjadi
salah satu tujuan penyebaran agama Islam selanjutnya. Nabi Muhammad mengutus Al Harits
bin Umayr Al-Asydi menyampaikan surat kepada gubernur Syam yang isinya ajakan untuk
memeluk agama Islam.
‘Berjalan memasuki kerajaan dengan dikawal oleh 2 penjaga kerajaan, kemudian Al Harits
menyampaikan pesan dari surat Nabi Muhammad kepada Panglima Romawi, Syurahbil bin
Amr Al Ghassany’
Syurahbil: “Apakah kamu utusan Muhammad?”
Al-Harits: (Sambil memberikan surat yang ada di tangannya kepada Syurahbil) Ya,
aku adalah utusan Nabiyullah Muhammad, untuk menyampaikan risalah ajakan masuk
Islam dengan jalan damai.
Syurahbil: Wahai seorang utusan yang malang, yang membawa risalah orang gila.
Jawaban kami dapat engkau lihat dengan kedua mata yang ada di kepalamu itu.
(Sambil merobek-robek surat dari Nabi)
Surat ajakan dari Nabi Muhammad pun ditolak, bangsa Romawi menganggap bangsa Arab
adalah orang-orang rendahan, sehingga ajakannya tak digubris sama sekali. Bukan hanya
penolakan, Syurahbil (Panglima Romawi) juga melakukan tindakan yang melanggar kode
etik diplomasi dengan menyiksa dan membunuh utusan Nabi Muhammad.
Syurahbil: Pengawal!!!, seret orang rendahan ini dan siksa dia!!! (Dengan raut
memerah)
Al-Harits: Aku berlindung kepada Allah dari segala sesuatu yang aku takuti
Syurabil: Penggal dia!! (Sambil tertawa)
Al-Harits: Asyhadu Alla Ilaaha IllaAllah, wa Asyhadu Anna Muhammadan
Rasulullah
Scene 2
Menyikapi hal tersebut, Nabi Muhammad mempersiapkan pasukannya untuk melakukan aksi
militer di Syam. Nabi Muhammad berpesan sebelum memberangkatkan pasukan.
Nabi Muhammad: Pemimpin pasukan Zaid bin Haritsah, jika dia syahid adalah Ja’far
bin Abi Thalib, jika dia syahid penggantinya adalah Abdullah bin Rawahah, dan jika
kalian bertiga syahid, maka kaum muslimin harus mengangkat panglima terbaik dari
sisi kalian. Perangilah mereka dengan menyebut nama Allah, di jalan Allah!
Perangilah mereka yang kufur kepada Allah! Janganlah kalian mengingkari janji, jangan
menipu, jangan membunuh anak-anak, perempuan, dan orang tua yang telah jompo!
Jangan pula membunuh orang-orang yang sedang bersemedi di tempat-tempat ibadah!
Janganlah kalian menebang pohon kurma, pepohonan, dan jangan pula menghancurkan
bangunan!
Zaid bin Haritsah: Allaahu Akbar!!, amanah dan perintah darimu yaa Rasulallah,
merupakan sebuah kebanggan bagiku di hadapan Allah.
Ja’far bin Abi Thalib: Aku dengar dan aku taat yaa Rasuulallah, Allaahu Akbar!!
Abdullah bin Rawahah & Seluruh Pasukan: Allaahu Akbar!!
Setelah amanah dari Nabi Muhammad tersampaikan dan disambut dengan suka cita dan
antusias dari para sahabatnya, ketiga panglima yang ditunjuk oleh Nabi pun berpamitan
kepada sanak keluarga mereka dan memohon doa.
Abdullah bin Rawahah: ‘Menangis hingga sulit untuk berbicara’
Istri Abdullah bin Rawahah: Mengapa engkau menangis wahai sahabat Rasulullah?
Abdullah bin Rawahah: Demi Allah aku menangis bukan karena cinta kepada dunia
dan rindu kepada kalian, aku menangis karena pernah mendengar Rasulullah
membaca sebuah ayat yang didalamnya disebutkan neraka. (Membaca QS. Maryam; 71)
Aku tidak tau apa yang akan terjadi pada diriku setelah aku meninggal nanti?
Istri Abdullah bin Rawahah: (Bermaksud menghibur) Allah tentu menyertai kalian
dengan keselamatan, melindungi kalian dan mengembalikan kalian kepada kami
dalam keadaan baik dan memperoleh harta rampasan.
Scene 3
Setelah berpamitan dengan sanak keluarga dan seluruh kaum muslimin, para pasukan bersiap
untuk berangkat ke Mu’tah. Setibanya di perkemahan Ma’an di dekat Mu’tah, sempat terjadi
sedikit perdebatan dan timbul rasa gentar di hati pasukan muslim. Beruntung ada sosok
Abdullah bin Rawahah yang mengobarkan lagi semangat juang pasukan muslim.
Wahb bin Sa’ad bin Abi Sarh: Wahai pemimpin kami, Telik Sandi telah mengabarkan
bahwa jumlah pasukan Romawi adalah 200.000 pasukan, bukankah ini sebuah
bencana bagi kita yang hanya berjumlah 3000 pasukan? Apakah sebaiknya kita mundur
atau meminta bantuan lagi kepada Rasulullah untuk mengirimkan pasukan tambahan
kepada kita? (Dengan tergesa-gesa dan sedikit takut dan diiringi raut pesimis ditengan
pasukan muslim)
Zaid bin Haritsah: Wahai Wahb putra Sa’ad, apa yang kau sampaikan ada benarnya.
Bagaimana pendapatmu wahai Ja’far dan Abdullah?
Ja’far bin Abi Thalib: Apakah ini warisan yang Rasulullah berikan pada pasukan
Muslimin?
Abdullah bin Rawahah: Wahai semua orang, demi Allah, apa yang tidak kalian sukai
dalam kepergian inisebenarnya justru merupakan sesuatu yang kalian cari, yaitu mati
syahid. Kita tidak berperang dengan manusia karena jumlah atau kekuatannya. Kita
tidak memerangi mereka melainkan karena agama ini, yang dengannya Allah
memuliakan kita. Maka berangkatlah karena di sana hanya ada salah satu dari dua
kebaikan; kemenangan atau mati syahid.
Scene 4
Pasukan Muslim segera bergerak maju mendekati Desa Masyarif al Balqa’ yang menjadi
markas pasukan Heraklius yang lokasinya tak jauh dari Mu’tah, sementara itu pasukan
Heraklius juga bergerak mendekati pasukan Muslim. Hingga akhirnya kedua pasukan
bertemu dan saling berhadap-hadapan.
Zaid bin Haritsah: Apakah ada jalan terbaik yang bisa menghindarkan kita dari
peperangan ini?
Syurahbil bin Amr: Kalaupun engkau mengirimkan 1000 surat kepada kami, 1000 kali
jugalah kami akan merobeknya!!!
Zaid bin Haritsah: (Sambil mundur dan mengomandoi pasukan) Allaahu Akbar!!!
Serbu!!!!
Zaid bertempur dengan penuh semangat. Dia ayunkan pedangnya untuk mengalahkan
musuh. Dia terus bergerak maju menyerang pasukan Romawi. Cukup banyak musuh
yang dia tumbangkan sampai akhirnya sebuah tombak musuh menembus tubuhnya,
mengakhiri perjuangan Zaid. Dia terjerembap ke tanah dan mati syahid.
Kemudian panji perang diambil alih oleh Ja’far bin Abi Thalib.
Ja’far bin Abi Thalib: Lindungi aku wahai kaum muslimin!!!
Ja’far maju menerjang musuh dengan panji di tangan kiri dan pedang di tangan kanan,
hingga lengan kanannya terbabat senjata musuh. Panji digenggam dengan lengan kiri
dan tidak lama kemudian, lengan kirinnya pun terputus. Panji perang direngkuh
dengan pangkal lengan sesudah kedua lengan Ja’far bin Abi Thalib terputus dan darah
mengalir dari kedua pangkal lengannya. Ia terus maju mempertahankan panji Rasulullah
saw, seraya mendendangkan syair.
Ja’far bin Abi Thalib: Betapa indah dan betapa dekat syurga. Dan Romawi telah
mendekati azabnya…
Posisi Ja’far kian terdesak. Darah membasahi sekujur tubuhnya, tetapi dia tak
menyerah dan tetap berusaha mengibarkan panji perang hingga akhirnya dia gugur
setelah dihujani 90 anak panah.
Panji perang tak sempat jatuh karena langsung disambar Abdullah bin Rawahah. Panji
perang itu ia kibarkan setinggi-tingginya untuk memompa semangat pasukan Muslim.
Abdullah bergerak maju sambil menunggang kudanya. Sabetan pedangnya
membunuh banyak pasukan musuh. Ia terus bertempur sampai pada suatu kesempatan,
sebuah tusukan pedang lawan menghujam tubuhnya. Ia pun syahid di medan perang.
Panji perang segera diselamatkan Tsabit bin Arqam. Kemudian ia berteriak lantang
sambil memegang bendera.
Tsabit bin Arqam: Wahai semua orang Muslim, angkatlah seseorang diantara kalian
untuk menjadi pemimpin!
Pasukan Muslim 1: Kami mengangkat Khalid bin Walid!!!
Tsabit bin Arqam: Ambillah bendera ini, wahai Khalid!!
Khalid bin Walid: Engkau lebih berhak wahai Tsabit, engkau adalah orang yang
mengkuti perang badar sedangkan aku saat itu adalah musuh kalian
Tsabit bin Arqam: Wahai Khalid, dalam masalah ini engkau lebih utama daripada
kami semua!
Akhirnya Khalid bersedia menjadi panglima perang dan mengambil panji pasukan
Muslim.
Khalid bin Walid: Beri aku sebilah pedang dan lindungi punggungku!!
Berbekal badan yang kuat dan postur tubuh diatas rata-rata, Khalid bin Walid
bertempur sebagai patriot sejati. Pedang pertama yang digunakan Khalid bin Walid
patah, begitupun dengan pedang-pedang selanjutnya pun juga patah. Ia bertempur
dengan penuh gagah berani menghujam dan mengobrak-abrik backline pasukan
Romawi.
Scene 5
Perang telah berlangsung selama enam hari. Saat malam menjelang, kedua pasukan kembali
ke pos mereka masing-masing untuk beristirahat dan menyusun strategi baru. Khalid bin
Walid berunding bersama pasukannya.
Khalid bin Walid: Sesungguhnya perang ini tidak akan berakhir dengan kemenangan.
Pasukan Muslim 2: Ya, apa yang kau katakan adalah benar wahai pemimpin kami!
Khalid bin Walid: Kita telah membalaskan dendam untuk saudara kita, dan telah
melaksanakan perintah Nabi kita.
Pasukan Muslim 2: Ya, lalu apa pendapatmu sekarang?
Khalid bin Walid: Pasukan akan kita tarik mundur karena sesungguhnya orang
Muslim adalah orang yang berakal, bukan orang yang sembrono.
Pasukan Muslim: Sebaiknya kita musyawarahkan hal ini!
Saat musyawarah, banyak yang setuju untuk menarik diri dari peperangan. Namun, Khalid
tiba-tiba memberikan sebuah ide cerdas.
Khalid bin Walid: Kita akan menarik mundur diri kita, tetapi mereka tidak akan
menyusul kita!
Pasukan Muslim 2: Bagaimana caranya?
Khalid menjelaskan strateginya. Dia membagi pasukan menjadi beberapa bagian. Pasukan
sayap kanan, pasukan sayap kiri, pasukan depan dan pasukan belakang. Khalid kemudian
menyerukan seluruh pasukan untuk menjalankan strateginya.
Khalid bin Walid: Pasukan kanan bertukar dengan pasukan kiri, pasukan depan
bertukar dengan pasukan belakang, supaya musuh menganggap kita mendapatkan
bantuan yang banyak, dan hentakkan langkah kalian ke pasir, sehingga membumbung
tinggi debu itu.
Pasukan Muslim: shap, shap shap!
Di pagi hari, Khalid bin Walid menerapkan strategi baru tersebut. Pasukan yang berada di
barisan belakang dipindah ke bagian depan. Yang berada di sayap kiri dialihkan ke sayap
kanan, begitu pula sebalikanya. Pasukan musuhpun kaget. Mereka tidak percaya dengan apa
yang mereka lihat.
Pasukan Romawi 1: Mereka mendapat bantuan dari Madinah!!! Celakalah bagi kita.
Pasukan Romawi 2: Apakah sebaiknya kita mundur dan lari, aku menyangka bahwa
mereka mendapat bala bantuan dengan jumlah yang besar!
Panglima Romawi: Mundur!!!!!!!
Kedua pasukan hanya saling mengintai, Khalid bin Walid pun menginstruksikan pasukan
Islam untuk mundur secara pelan pelan, sedangkan pasukan Romawi lari dan AFK dari zona
pertempuran karena mengira pasukan muslim mendapat bala bantuan yang besar.
Scene 6
Pasukan Muslim kembali ke Madinah dipimpin Khalid bin Walid. Saat mereka memasuki
perbatasan Madinah, sebuah sambutan tak terduga dilakukan oleh isteri mereka dengan
melempari batu dan berteriak, kaum wanita menduga pasukan muslim sengaja mundur dari
medan perang karena mengalami kekalahan. Mereka kecewa dan tidak mau lagi hidup
bersama suami-suami mereka.
Isteri Khalid: Wahai orang-orang yang lari dari perang! wahai para pengecut!
Isteri Pasukan Muslim 1: Hai orang-orang yang lari dari perang! Apakah kalian lari
dari perjuangan membela agama Allah?
Pasukan Muslim 3: Memang benar kami telah menarik diri dari perang, tetapi
sesungguhnya kami tidaklah menarik diri sebagai pengecut. Itu semua kami lakukan
karena memang tidak ada jalan lain lagi.
Rasulullah pun membenarkan pernyataan pasukan muslim dan menyambut mereka dengan
senyuman dan mengatakan “Mereka bukanlah orang yang melarikan diri dari perang. Namun,
insyaaAllah, mereka adalah orang-orang yang akan berperang kembali’’ Rasulullah kemudian
juga menggelari Khalid dengan gelar “Saifun min syuufillah” salah satu pedang dari pedang-
pedang Allah.
Situasi kemudian menjadi tentang, para kaum wanita pun akhirnya sadar bahwa suami
mereka bukanlah pengecut melainkan para pejuang Allah swt. Mereka pun kemudian kembali
ke Madinah dan berkumpul bersama-sama dengan kaum Muslimin.

Anda mungkin juga menyukai