Anda di halaman 1dari 4

Biografi Khalid bin Walid

Khalid bin Walid adalah seorang panglima perang yang termahsyur dan ditakuti di medan
perang, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam memberinya gelar "Saifullah" yakni pedang Allah
yang terhunus. Dia adalah salah satu dari panglima-panglima perang penting yang tidak
terkalahkan sepanjang kariernya. Shahabat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam ini masuk
Islam pada tahun kedelapan hijriyah dan telah terjun dalam puluhan peperangan.

Khalid bin Walid adalah komando pasukan kaum muslimin pada perang yang masyhur yaitu
perang Yamamah dan Yarmuk, dan beliau telah melintasi perbatasan negeri Iraq menuju ke
Syam dalam lima malam bersama para tentara yang mengikutinya. Inilah salah satu keajaiban
komandan perang ini.

Kelahiran
Khalid bin Walid dilahirkan kira-kira 17 tahun sebelum masa pembangunan Islam. Dia anggota
suku Banu Makhzum, suatu cabang dari suku Quraisy. Ayahnya bernama Walid dan ibunya
Lababah. Khalid termasuk di antara keluarga Nabi yang sangat dekat. Maimunah binti Al-Harits
radhiallahu ‘anhu, bibi dari Khalid, adalah isteri Nabi. Dengan Umar sendiri pun Khalid ada
hubungan keluarga, yakni saudara sepupunya.

Khalid bin Walid Masuk Islam


Dahulu sebelum masuk Islam Nama Khalid bin Walid sangat termashur sebagai panglima
Tentara Kaum Kafir Quraisy yang tak terkalahkan. Begitu gagah dan perkasanya Khalid baik di
Medan perang maupun ahli dalam menyusun strategi perang.

Khalid bin Walid masuk islam setelah pertempuran Uhud yang banyak merenggut para pejuang
muslim. Dalam perang itu Khalid bin Walid menjadi panglima Tentara Kaum Kafir Quraisy. Ia
masuk islam setelah mendengar lantunan ayat suci Al Qur'an surat al hujarat ( Qs 49:13 ) yang
dibacakan oleh Bilal, seorang budak hitam dan buta hurup. Setelah itu, Nabi memberi gelar
kepadanya dengan nama “Syaifulloh yang artinya “pedang Alloh yang terhunus. Setelah
bergabungnya Khalid bin walid kedalam Islam, bertambah kuatlah pasukan Muslim hingga bisa
menaklukan kota Mekkah dan Pasukan Kafir Quraiy.

Peran Khalid bin Walid dalam perang Mu'tah 


Saat terjadi pertempuran Mu'tah. jumlah tentara kaum muslimin pada saat itu sekitar tiga ribu
personil sementara bangsa Romawi memilki dua ratus ribu personil, melihat tidak adanya
keseimbangan jumlah tentara kaum muslimin di banding musuh mereka, terkuaklah sikap
kesatria dan kepahlawanan kaum muslimin pada peperangan ini. Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam telah memerintahkan agar pasukan dipimpin oleh Zaid bin Haritsah, dan jika dia terbunuh
maka kepeminpinan berpindah kepada Ja’far bin Abi Thalib, dan jika terbunuh maka
kepeminpinan digantikan oleh Abdullah bin Rawahah.

Semua pemimpin di atas mati syahid pada peperangan ini, lalu bendera diambil alih oleh Tsabit
bin Aqrom, dan dia berkata kepada kaum muslimin: Pilihlah seorang lelaki sebagai pemimpin
kalian, maka mereka memilih Khalid bin Walid, maka pada peristiwa inilah tampak jelas
keberanian dan kejeniusannya. Dia kembali mengatur para pasukan, maka dia merubah strategi
dengan menjadikan pasukan sayap kanan berpindah ke sayap kiri dan sebaliknya pasukan sayap
kiri berpindah ke sebelah kanan, kemudian sebagian pasukan diposisikan agak mundur, setelah
beberapa saat mereka datang seakan pasukan batuan  yang baru datang, hal ini guna melemahkan
semangat berperang musuh kemudian kesatuan tentara kaum muslimin terlihat menjadi besar
atas pasukan kaum Romawi sehingga menyebabkan mereka mundur dan semangat mereka
melemah. Pada perang Mu'tah, hanya beberapa kaumm muslimin yang menjadi korban,
sedangkan di pihak kaum kafir banyak sekali. (baca cerita lengkapnya di: "Pertempuran
Mu'tah")

Pertempuran lainnya
Khalid juga ikut serta dalam peperangan melawan kaum yang murtad, beliau juga ikut berperang
menuju Iraq, dan para ulama berbeda pendapat tentang  sebab dipecatnya Khalid sebagai
komando perang di Syam, dan semoga yang benar adalah apa yang dikatakan oleh Umar bin
Khattab radhiallahu ‘anhu: Tidak, aku akan memecat Khalid sehingga masyarakat mengetahui
bahwa sesungguhnya Allah membela agamanya tidak dengan Khalid.

Di antara ungkapannya yang agung adalah tidaklah sebuah malam di mana aku bersama seorang
pengantin yang aku cintai lebih aku sukai dari sebuah malam yang dingin lagi bersalju dalam
sebuah pasukan kaum muhajirin guna menyerang musuh.

Dia pernah menulis sebuah surat kepada kaisar Persia yang mengatakan, “Sungguh aku telah
telah datang kepada kalian dengan pasukan yang lebih mencintai kematian sebagaimana orang-
orang Persia menyenangi minum khamr.”

Qais bin Hazim berkata,  “Aku telah mendengar Khalid berkata, ‘Berjihad telah menghalangiku
mempelajari Al-Qur’anul Karim.’”

Wafat
Meski Beliau sering aktif dalam banyak peperangan  menegakkan agama Allah, namun ia tidak
gugur dalam pertempuran.

Abu Zannad berkata, “Pada saat Khalid akan meninggal dunia dia menangis dan berkata, ‘Aku
telah mengikuti perang ini dan perang ini bersama pasukan, dan tidak ada satu jengkalpun dari
bagian tubuhku kecuali padanya terdapat bekas pukulan pedang atau lemparan panah atau
tikaman tombak dan sekarang aku mati di atas ranjangku terjelembab sebagaimana matinya
seekor unta. Janganlah mata ini terpejam seperti mata para pengecut. ‘“

Dari Sahl bin Abi Umamah bin Hanif dari bapaknya dari kakeknya dari Nabi Shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang meminta kepada Allah mati syahid dengan sebenarnya
maka Allah akan menyampaikannya kepada derajat orang-orang yang mati syahid sekalipun
dirinya mati di atas ranjangnya.”

Lalu pada saat wafat, dia tidak meninggalkan kecuali kuda, senjata dan budaknya yang
dijadikannya sebagai sedekah dijalan Allah, pada saat berita kematian tersebut sampai kepada
Amirul Mu’minin, Umar bin Al-Kattab dia berkata, “Semoga Allah meberikan rahmatnya
kepada Abu Sulaiman, sesungguhnya dia seperti apa yang kami perkirakan.”

Dan disebutkan  di dalam hadits riwayat Umar bin Al-Khattab tentang zakat bahwa Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Adapun Khalid maka dia telah menyimpan baju besinya
dan perlengkapan berperangnya di jalan Allah.”

Abu Bakar adalah orang yang bijaksana. Ketika ia tidak ridha dengan dilepaskannya Khalid bin
Walid, ia berkata:

‫وهللا ال أشيم سيفا سله هللا على عدوه حتى يكون هللا هو يشيمه‬
“Demi Allah, aku tidak akan menghunus pedang yang Allah tujukan kepada musuhnya sampai
Allah yang menghunusnya” (HR. Ahmad dan lainnya)

Khalid bin Walid wafat pada tahun 21 H. di Himsh pada usia 52 tahun.

Sumber:
Biografi Khalid Bin Walid 
Kisah Masuk Islamnya Khalid Bin Walid Panglima Perang yang Tangguh 

Anda mungkin juga menyukai