Anda di halaman 1dari 1

Al-Barra bin Malik, Penjemput Kesyahidan

Al-Barra bin Malik adalah saudara Anas bin Malik, pelayan Rasulullah S.A.W. Lelaki kusut yang
berpakaian lusuh dan tak diperhitungkan, tapi sumpahnya senantiasa didengar Allah. Ia menjalani
kehidupan yang agung dan pemberani dengan sloga Allah dan surga.

Ketika berjihad melawan kaum musyrik, Al-Barra tidak mencari kemenangan. Ia mendambakan
kesyahidan, menjemputajal di medan perang dalam pertempuran membela islam. Karena itu, ia tidak
pernah melewatkan satu perang pun.

Al-Barra berperang penuh semangat dalam perang Yamamah. Kedua matanya yang tajam
bergerak cepat dan waspada mengawasi seluruh medan perang. “Wahai penduduk Madinah. Hari ini tidak
ada Madinah bagimu, tetapi yang ada adalah Allah dan surga,” seru Al-Barra membakar semangat kaum
muslim melawan pasukan Musailamah Al-Kadzdzab.

Pasukan Musailamah tidak sedikit. Kaum muslim menghadapi pertempuran sengit. Dalam situasi
tersebut, Al-Barra naik ke atas bukit. Ia menyuruh pasukan muslim melemparkan dirinya ke dalam kebun
supaya mereka bisa masuk dan leluasa menyerang. Sungguh, yang ia harapkan hanyalah syahid. Begitu
dilemparkan ke dalam, pedang-pedang kaum musyrikin pun langsung mencabik-cabik tubuh Al-Barra. Ia
sukses membuka pintu masuk, tapi harapan Al-Barra belum terwujud. Lebih dari delapan puluh luka
sabetan pedang tidak menjemput ajal. Benarlah kata Abu Bakar “Kejarlah maut, niscaya kehidupan dating
padamu.” Selama satu bulan sesudah perang, Khalis bin Walid sendiri yang merawat Al Barra.

Al Barra kembali terjun medan perang di Irak melawan pasukan Persia. Ia dan saudaranya Anas
bin Malik mendapat tugas untuk mendekati benteng pertahanan musuh. Secara tiba-tiba, sebuah jangkar
yang dikaitkan rantai panas membara menyambar tubuh Anas. Al Barra melihat peristiwa itu terjadi. Ia
menggenggam rantai membara dengan kedua tangannya. Dengan susah payah, ia berhasil memotong dan
melepaskan rantai tersebut dan Anas selamat. Tapi, kedua telapak tangan Al Barra tidak ada lagi, yag
tersisa hanya tulang kering dan terbakar. Sekali lagi Al Barra harus melewatkan beberapa waktu untuk
mengobati lukanya. Sahabat ini sadar, ia tidak bisa tergesa-tergesa menjemput ajal.

Mimpi AlBarra terwujud dalam pertempuran melawan pasukan Ahwaz dan Persia. Saat itu Umar
bin Khattab memerintahkan Sa’ad bin Abi Waqqash untuk mengirim pasukan ke Ahwaz. “Tunjuklah Suhail
bin ‘Adi sebagai komandan ditemani AlBarra.” Perang segera pech. AlBarra berhasil membunuh 100
prajurit Persia. Umat islam berhasil kemenangan dalm pertempuran sengit tersebut. Kini di tengah-tengah
jasad para syuhada, ada AlBarra yang tersenyum damai laksana cahaya fajar.

Anda mungkin juga menyukai