Anda di halaman 1dari 7

Teori Realitas

1. Penemu

Terapi realitas dikembangkan oleh william glasser,seoramg insinyur kimia sekaligus


psikiater pada tahun 1950-an. Kehadiran terapi realitas didunia konseling tidak terlepas dari
pandangan psikoanalisi dimana glasser menganggap bahwa aliran freud tentang dorongan harus
diubah dengan landasan teori yang lebih jelas . Menurutmya psikiatri konvensional kebanyakan
berlandasan asumsi yang keliru sehingga dari pengalamannya sebagai seorang psikiatri mend
orongnya melahirkan konsep baru yang dikenalkannya sebagai terapi realitas pada tahun 1964.
Adapun fokus terapi realitas ini adalah tingkah laku sekarang yang ditampilkan individu. Terapi
ini merupakan bentuk modifikasi perilaku karena dalam penerapan tekniknya digunakan tipe
pengondisian operan yang tidak ketat. Terapi realitas banyak diterapkan
dipsikoterapi,pengelolaan lembaga,dan pengembangan masyarakat.

2. Pengertian
Terapi Realitas adalah suatu bentuk pengubahan perilaku karena dalam penerapan-
encrapan institusionalnya, merupakan tipe pengondinsian operan yang tidak ketat (Glaser dan
Zunin (1973).Menurut Corey (2007), salah satu sebab Glasser meraih popularitas adalah karena
keberhasilannya dalam menerjemahkan sejumlah konsep pengubahan perilaku ke dalam model
praktik yang relatif sederhana dan tidak berbelit-belit. Terapi realitas berlandaskan premis bahwa
ada suatu kebutuhan psikolq tunggal yang hadir sepanjang hidup, yaitu kebutuhan akan identitas
yang mencakup suatu kebutuhan untuk merasakan keunikan, keterpisahan, dan ketersendirian.
Kebutuhan akan identitas menyebabkan dinamika-dinamika perilaku, dipandang sebagai
universal pada semua kebudayaan Menurut terapi realitas, akan sangat bergura apabila
menganggi identitas dalam pengertian "identitas keberhasilan" lawan "identiti kega-galan".
Dalam pembentukan identitas, masing-masing dari kita mengem-bangkan keterlibatan-
keterlibatan dengan orang lain darn dengan bayangan diri, yang dengannya kita merasa relatif
berhasil atau tidak berhasil.

3. Karakteristik

 Menolak konsep penyakit mental


Terapi realitas tidak berhubungan dengan diagnosis psikologis. Jadi penyakit mental dalam
pandangan terapi realistas adalah bentuk tingkah laku yang tidak bertanggung jawab . Adapun
kesehatan mental dianggap sebagai tingkah laku bertanggung jawab .

 Berfokus pada tingkah laku sekarang ,bukan pada masa lalu

Menurut terapi realitas,pengeksplorasian masalah masa lampau adalah bentuk usaha yang tidak
produktif dan hanya membuang waktu terapi . Masa lampau dianggap sebagai sesuatu yang tidak
dapat diubah karena hanya masa sekarang dan masa depan yang dapat diubah.

 Menekankan pertimbangan nilai

Menurut terapi realitas,perubahan hanya bisa dilihat dan dinilai dari tingkah laku klien. Oleh
karena itu ,perlu dibuat beberapa ketentuan sifat2 konstruktif dan destruktif sehingga klien
menjadi sadar bahwa mereka tidak akan memperoleh apa yang merela inginkan apabila bertindak
destruktif,begitu pula sebaliknya

 Tidak menekankan transferensi

Konselor harus memunculkan keberadaan dirinya yang sejati,bukan sebagai figur ayah atau ibu
seperti dalam konsep psikoanalisis. Klien bukan mengharapkam adanya pengulangan dimasa
lampau tetapi menjalin keterlibatan yang memuaskan dengan orang lain dalam keberadaan
mereka saat ini sehingga konselor hanya dituntut untuk membangun hubungan yang personal dan
tulus

 Mengacu pada aspek kesadaran bukan aspek ketidaksadaran

Menegaskan bahwa aspek ketidaksadaran adalah bentuk penolakan dari tanggung jawab klien
terhadap kenyataan. Oleh karena itu,aspek kesadaran akan memungkinkan klien untuk melihat
bahwa kebutuhan yang tidak dapat dipenuhi karena ia tidak bertanggung jawab dan tidak
realistis.

 Menghapus konsep pemberian hukuman


Glasser mengatakan bahwa efek hukaman tidak efektif dan dapat merusak hubungan terapi.
Glasser menganjurkan agar konselor harus membiarkan klien merasakan konsekuensi yang wajar
dari tingkah lakunya

 Menekankan tanggung jawab pada diri individu

Tanggung jawab menurut glasser (dikutip dari Corey,2009) adalah kemampuan untuk memenuhi
kebutuhan sendiri dan melakukannya dengan cara tidak mengurangi kemampuan orang lain
dalam memenuhi kebutuhan mereka. Mengajarkan tanggung jawab pada klien adalah inti dari
terapi realitas.

4. Pandangan Manusia

Glasser (dikutip dari latipun,2001) mengatakan bahwa dinamika kepribadian manusia


ditentukan oleh kebutuhan dasar,yaitu kebutuhan dasar,yaitu kebutuhan fisiologis dan psikologis.
Kebutuhan fisiologis merupakan pemenuhan kebutuhan fisik seperti makan,minum,dan seks.
Sementara kebutuhan psikologis ditunjukkan untuk memenuhi kepuasan psikis individu .
Kebutuhan fisiologis dan psikologis terbentuk sejak masih anak-anak.

Menurut George dan Cristiani (dikutip dari Latipun,2001) kebutuhan psikologis terdiri dari :
kebutuhan dicintai dan mencintai serta kebutuhan akan penghargaan . Kedua Kebutuhan tersebut
bila digabungkan akan terbentuk menjadi kebutuhan yang sangat utama yaitu kebutuhan akan
identitas.

Menurut Latipun (2001), terapi realitas membagi identitas dalam dua bagian yang bertolak
belakang ,yaitu : (1) identitas keberhasilan (success identity) ; dan (2) identitas kegagalan (failure
identity)

5. Peran dan Fungsi Konselor

Seorang konselor dalam terapi realitas bertindak sebagai pembimbing yang membantu
klien agar dapat menilai tingkah lakunya secara realistis. Untuk itulah diperlukan keterlibatan
konselor dengan klien sepenuhnya agar konselor dapat membuat klien menerima kenyataan.

Konselor daalam hal ini diharapkan mampu memberikan pujian apabila klien
bertanggung jawab atas tindakannya. Ini merupakan bentuk penilaian positif. Penilaian negatif
dapat ditunjukkan seorang konselor dalam bentuk ketidaksetujuannya apabila klien melakukan
tindakan tertentu. Memberikan penilaian pada tingkah laku klien akan sangat membantu
perubahan tingkah laku.

Menurut Glasser (dikutip dari Latipun, 2001), seorang konselor harus berfungsi sebagai
guru bagi kliennya. Konselor harus mengajarkan klien bahwa tujuan terapi realitas bukan hanya
untuk mencapai kebahagiaan, akan tetapi adalah mampu menerima tanggung jawab. Fungsi
penting lain seorang konselor adalah memasang batas-batas baik dalam suasana terapi maupun
dalam kehidupan klien. Penyelenggaraan kontrak adalah jenis pemasangan batas tersebut.
Adapun isi kontrak dapat meliputi pelaporan keberhasilan atau kegagalan klien dalam
pekerjannya di luar sesi terapi. Ataupun menetapkan berapa lama terapi akan dilaksanakan.

Selain fungsi-fungsi tersebut, kemampuan dan keterampilan konselor juga memengaruhi


proses terapi. Menurut Glasser (dikutip dari Corey, 2009) keteramilan itu meliputi : kemampuan
menuntut namun peka terhadap klien, tidak menerima alasan bagi penghindaran tanggung jawab,
menunjukkan keberanian menghadapi klien, memaham dan simpatik pada klien, serta
membangun keterlibatan yang tulus dengan klien.

Secara singkat dapat dilukiskan bahwa peran dan fungsi konselor dalam terapi realitas
adalah aktif, mendidik, membimbing, mendorong dan menantang klien untuk dapat bertanggung
jawab pada tingkah lakunya. Hal ini tentu saja untuk mencapai tujuan terapi.

6. Tujuan Terapi Realitas

Secara luas tujuan dari terapi realitas adalah mencapai identitas keberhasilan (success
identity). Bagaimana individu mampu mencapainya ? tentu saja ketika ia telah dapat memikul
tanggung jawab, yaitu kemampuan untuk mencapai kepuasan terhadap kebutuhan dasarnya.
Ringkasnya adalah ketika individu telah mampu memuaskan kebutuhan dasarnya, maka di saat
yang bersamaan ia akan bertanggung jawab.

Tujuan lain terapi realitas menurut Corey (2009) adalah membantu individu mencapai
optimal. Otonomi yaitu kematangan emosional yang diperlukan individu untuk mengganti
dukungan eksternal (dari luar diri individu) dengan dukungan internal (dari dalam diri individu).
Kematangan emosional juga ditandai dengan kesediaan bertanggung jawab terhadap tingkah
lakunya.

Apabila dirumuskan secara jelas, maka berikut ini adalah beberapa tujuan terapi realitas, yaitu :

 Menjelaskan kepada klien hal-hal yang menghambat terbentuknya keberhasilan identitas.

 Membantu klien menetapkan tujuan yang ingin dicapai dalam terapi.

 Klien dapat melaksanakan rencana-rencananya secara mendiri tanpa diberi treatment.

Hal terpenting yang harus disampaikan oleh konselor terhadap klien sebagai bagian dari tujuan
terapi adalah bahwa terapi sama sekali tidak bertujuan untuk menciptakan kebahagiaan bagi
klien. Kalaupun ada kebahagiaan, hal tersebut bukanlah esensi dari tujuan terapi yang ingin
dicapai. Konselor harus menyampikan bahwa kebahagiaan klien terletak pada cara berpikir klien
menyikapi hal tertentu dan keberaniannya mengambil keputusan secara bertanggung jawab.

7. Teknik-Teknik Terapi Realitas

Terapi realitas tidak menggunakan diagnostik karena dianggap membuang waktu dan merusak
klien dengan menyematkan label pada dirinya.

Adapun fokus utama teknik realitass adalahh mengembangkan kekuatan potensi klien untuk
mencapai keberhasilannya dalam hidup. Menurut Corey (2009), teknik-teknik yang dapat
dilakukan berupa :

 Terlibat dalam permainan peran dengan klien

 Menggunakan humor

 Mengonfrontasikan klien dan menolak alasan apa pun dari klien

 Membantu klien merumuskan rencana tindakan secara sspesifik

 Bertindak sebagai guru/model

 Memasang batas-batas dan menyusun situasi terapi


 Menggunakan terapi kejutan verbal atau sarkasme yang layak untuk mengonfrontasikan
klien dengan tingkah lakunya yang tidak realitas

 Melibatkan diri dengan klien untuk mencari kehidupan yang lebih efektif.

8. Hubungan konselor dan konseli

 Perilaku yang diharapkan


 Sopan ,meyakini bahwa selalu ada harapan ,antusias tegas
 Jangan terburu-buru menilai seseorang
 Membangun ikatan
 Konselor harus peka terhadap perubahan konseli
 Mendengar tema-tema dari konseli
 Mampu melihat titik emosi untuk diam
 Tunjukkan empati
 Etika dalam konseling
 Konseli mampu melihat konsekuensi dari setiap tindakannya

9. Pengalaman konseli
a. Konseli memutuskan pada perilaku
b. Konseli mengevaluasi perilakunya sendiri
c. Konseli membuat pilihan

10. Kelebihan dan kelemahan

Kelebihan:
1. Jangka waktu konseling relatif pendek
2. Fokus pada tingkah laku sadar
3. Fokus pada masalah saat ini
4. Konseli diharuskan membuat penilian sendiri terhadap perilaku yang sudah dilakukan
5. Tidak ada pemakluman atas kondisi gagal konseli
Kelebihan
1. Dianggap terlalu sederhana dan dangkal
2. Tidak memberikan ruang pada dinamika tidak sadar pada masa lalu sebagai bagian dari
tingkah laku

8. Contoh kasus

Anda mungkin juga menyukai