Anda di halaman 1dari 13

MINI RESEARCH

“PERUBAHAN KEBUDAYAAN ”

Dosen Pengampu: Noviy Hasanah, S.Sos., M.Hum

IRMA AMELIA SIAHAAN (3181122014)

PAULUS SEFTIAN SITORUS (3183122052)

MAY NISHA PERBINA BR BARUS (3183122050)

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN ANTROPOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2018
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena telah melimpahkan
berkatNya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan hasil Mini Research tentang
Perubahan Kebudayaan. Laporan hasil Mini Research ini telah kami susun dengan
semaksimal mungkin dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat
memperlancar pembuatan Makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih
kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan laporan hasil Mini Research
ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka
kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar dapat memperbaiki laporan hasil
Mini Research ini.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman, kami yakin masih banyak
kekurangan dalam laporan hasil Mini Research ini. Semoga laporan hasil Mini Research
sederhana ini dapat dipahami bagi siapa pun pembacanya. Sekiranya laporan hasil Mini
Research ini dapat berguna bagi penulis sendiri maupun bagi orang yang membacanya.
Sekian dan terimakasih

Medan, November 2018

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………………………. i

DAFTAR ISI……………………………………………………………………………... ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah………………………………………………………….. 1


B. Rumusan Masalah…………………………………………………………………1
C. Tujuan…………………………………………………………………………….. 1
D. Manfaat…………………………………………………………………………… 1

BAB II LANDASAN TEORI

A. Perubahan Kebudayaan dan Penyesuaian Diri Antar Budaya…………………… 2

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode penelitian………………………………………………………………… 4
B. Teknik Pengumpulan Data……………………………………………………….. 4
C. Teknik Analisis Data……………………………………………………………... 4

BAB IV PEMBAHASAN

A. Hasil dan Pembahasan…………………………………………………………… 5

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan……………………………………………………………………….. 7
B. Saran……………………………………………………………………………… 7

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………….. 8

LAMPIRAN……………………………………………………………………………… 9

ii
iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perubahan yang terjadi sudah ada sejak zaman dahulu, ada kalanya perubahan-
perubahan yang terjadi berlangsung dengan pesat. Masyarakat dan kebudayaan manusia
dimana pun selalu berada dalam keadaan berubah. Salah satu factor penyebab terjadinya
perubahan kebudayaan yaitu dengan adanya perkawinan campuran antara dua
kebudayaaan yang berbeda seperti contohnya seorang wanita yang bersuku Batak Toba
menikah dengan seorang pria yang bersuku Nias, maupun seorang pria bersuku Batak
Karo menikah dengan seorang wanita yang bersuku Nias.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, masalah-masalah yang dibahas dapat


dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana cara penyesuaian diri antara 2 budaya yang berbeda?
2. Faktor apa saja yang menyebabkan terjadinya perubahan kebudayaan?
3. Termasuk kemanakah perubahan kebudayaan yang terjadi?

C. Tujuan Penelitian
Tujuan penyusunan makalah ini diantaranya:
1. Untuk mengetahui bagaimana cara penyesuaian diri antar budaya
2. Untuk mengetahui faktor apa saja penyebab adanya perubahan kebudayaan
tersebut
3. Untuk mengetahui jenis apa saja kah yang ada dalam peristiwa kebudayaan

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi serta menambah


wawasan kita mengenai “Perubahan-perubahan Kebudayaan yang ada di Indonesia”.

1
BAB II

LANDASAN TEORI
A. Perubahan Kebudayaan dan Penyesuaian Diri Antar Budaya

Perubahan sosial dan perubahan budaya berbeda. Dalam perubahan sosial terjadi
perubahan struktur sosial dan pola-pola hubungan sosial, antara lain sistem status,
hubungan-hubungan didalam keluarga, sistem politik dan kekuasaan serta persebaran
penduduk. Sedangkan yang dimaksud dengan perubahan kebudayaan ialah perubahan
yang terjadi dalam sistem ide yang dimiliki bersama oleh para warga atau sejumlah warga
masyarakat yang bersangkutan, antara lain aturan-aturan, norma-norma yang digunakan
sebagai pegangan dalam kehidupan, juga teknologi, selera, rasa keindahan (kesenian), dan
bahasa. Walaupun keduanya berbeda tetapi pembahasan keduanya tak akan mencapai
suatu pengertian yang benar tanpa mengaitkan keduanya.

Salah satu bentuk proses perubahan sosial yang terwujud di dalam masyarakat
dengan kebudayaan sederhana maupun dengan kebudayaan yang kompleks (maju) adalah
proses imitasi, yang dilakukan oleh generasi muda terhadap generasi yang lebih tua.
Proses ini dilakukan dengan belajar meniru yang belum tentu sempurna, bahkan tidak
sempurna, dari berbagai pola tindakan generasi orang tua sehingga hasilnya berjalan
lambat dan perubahannya baru terasa apabila sudah mencapai jangka waktu yang
panjang. Sedangkan perubahan di dalam masyarakat yang maju (kompleks) biasanya
terwujud melalui proses penemuan (discovery) dalam bentuk penciptaan baru (invention)
dan melalui proses difusi.
Penyesuaian diri antar budaya dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya faktor
intern dan faktor ekstern. Faktor intern menurut Brislin, ialah faktor watak (traits) dan
kecakapan (skill). Watak adalah segala tabiat yang membentuk kepribadian seseorang,
yang dalam sehari-hari biasanya emosional, pemberani, bertanggung jawab, senang
bergaul dan lain-lain. Orang yang memiliki watak senang bergaul biasanya lebih mudah
menyesuaikan diri dilingkungan masyarakat. Kecakapan atau skill menyangkut segala
sesuatu yang dapat dipelajari mengenai lingkungan budaya yang akan dimasuki seperti
bahasa, adat istiadat, tatakrama, keadaan geogarafi, keadaan ekonomi, situasi politik dan
sebagainya. Selain faktor watak dan kecakapan ada juga faktor sikap atau attitude
seseorang berpengaruh terhadap penyesuaian diri antar budaya. Menurut Allport, sikap
adalah kesiagaan mental atau saraf yang terbina melalui pengalaman yang memberikan

2
pengarahan dan pengaruh terhadap bagaimana seseorang menanggapi segala macam
objek atau situasi yang dihadapinya. Contoh-contoh sikap: terus terang, orang yang
bersikap terus terang dan terbuka atau berprasangka baik akan lebih berhasil dalam
menyesuaikan diri.

3
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian

Metode yang digunakan adalah metode kualitatif yang sifatnya deskriptif dan
cenderung menggunakan analisis. Proses dan makna (perspektif subjek) lebih ditonjolkan
dalam penelitian kualitatif.

B. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data penelitian ini adalah wawancara semi struktur. Teknik
pencatatan wawancara semi struktur dengan menggunakan voice recorder handphone dan
wawancara tidak terstruktur dengan menggunakan catatan kecil. Peneliti memilih
responden dan menjalin komunikasi dan pendekatan hingga responden mau menjadi
subjek dalam penelitian ini. Lalu peneliti melakukan wawancara semi struktur secara
mendalam.

C. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah teknik analisis data kualitatif yang
dilakukan sesuai dengan pendekatan fenomenologi, sehingga analisis data yang
digunakan dengan cara mengeksplorasi pengalaman-pengalaman subjektif dan
mengklarifikasi situasi yang dialami dalam kehidupan sehari-hari. Dari pertanyaan
wawancara kemudian dianalisis setiap jawaban responden dan mengidentifikasikannya
sesuai dengan maksud dan tujuan penelitian yang dilakukan.

4
BAB IV

PEMBAHASAN

A. Hasil dan Pembahasan


 Informan I
Nama: S. Panjaitan (Mak Tua)
Umur: 48 tahun
Pekerjaan: Ibu Rumah Tangga
Lokasi: Martubung

Ibu S. Panjaitan (Batak Toba) atau yang kami panggil dengan sebutan Mak Tua yaitu
seorang wanita yang menikah dengan laki-laki yang berasal dari suku Nias bermarga
Halawa yang berasal dari Nias bagian Utara. Mereka menikah pada tahun 1990 dan
sekarang usia pernikahan mereka sudah mencapai 28 tahun. Mak Tua melakukan
pemberkatan di gereja BNKP. Sebelum menikah Mak Tua gereja di HKI (Huria
Kristen Indonesia) dan setelah menikah Mak Tua gereja di BNKP (Banua Niha Keriso
Protestan) dan membuat dengan acara adat Batak Toba (Medan). Bukan hanya dengan
adat Batak toba saja, namun Mamak Tua juga pergi ke Nias (Nias Utara) untuk
mengadakan acara adat di sana. Sebelum menikah Mak tua memiliki pekerjaan yaitu
sebagai karyawan di sebuah pabrik dan setelah menikah Mak Tua tidak bekerja lagi
dan hanya sebagai Ibu rumah tangga. Sebelum menikah Pak Tua bekerja sebagai
pegawai di sebuah pabrik besi namun setelah menikah, Pak Tua beralih pekerjaan
menjadi seorang pedagang di pasar tradisional. Bahasa yang sering digunakan untuk
berkomunikasi dalam kegiatan sehari-hari yaitu bahasa Indonesia bukan bahasa Batak
Toba atau bahasa Nias. Mak Tua ini pun ikut ambil bagian dalam sebuah
perkumpulan orang Nias yaitu “SARADEDE” (satu hati) yang berada di gereja Mak
Tua tersebut yaitu BNKP. Dan dalam mengikuti SARADEDE ini Mak Tua tidak
pernah minder atau berkecil hati. Selain SARADEDE, Mak Tua juga ikut dalam
perkumpulan marga Panjaitan. Perubahan yang Mak Tua rasakan dalam pernikahan
yang terjadi diantara 2 suku yang berbeda yaitu Mak Tua sudah jarang ikut menari
Tor-tor.

5
 Informan II
Nama: Natalia Aginta Sembiring
Umur: 19 tahun
Pekerjaan: Mahasiswi (ILKOM di Universitas Medan Area)
Lokasi: Jl. Selamat Ketaren no.128

Kak Natalia Aginta merupakan anak ke-3 dari 4 bersaudara ini memiliki orangtua
yang memiliki 2 kebudayaan yang berbeda. Yaitu Ayahnya bersuku Batak Karo dan
Ibunya bersuku Nias. Kakak ini sejak kecil tinggal di Nias yang lebih tepatnya di
Lahewa (Nias Utara). Ayah kakak ini bernama M. Sembiring Milala (60 tahun) yang
brsuku Karo dan berasal dari Desa Rumah Kabanjahe sedangkan Ibunya bernama
Riana Telaumbanua (54 tahun) bersuku Nias dan berasal dari Lahewa, Nias Utara.
Jadi karena dalam suku Batak menganut sistem patrilineal yaitu mengambil garis
keturunan dari Ayah, maka kakak ini ber-beru Sembiring Milala (“beru” merupakan
sebutan marga untuk anak perempuan dalam suku Batak Karo). Ayah dan Ibu dari
kakak ini sama-sama bekerja sebagai guru. Karena kakak ini lahir dan besar di Nias,
kakak ini tidak terlalu paham mengenai kebudayaan suku Batak Karo. Bahasa yang
sering digunakan oleh kakak ini di dalam keluarganya adalah bahasa Indonesia.
Walaupun lebih sering berbahasa Indonesia untuk berkomunikasi, kakak ini
mengetahui sedikit bahasa Nias maupun bahasa Karo. Kakak ini mengetahui tentang
bahasa Nias karena kakak ini lahir dan besar di Nias sedangkan untuk bahasa Karo
kakak ini sering diajarkan oleh Ayahnya mengenai bahasa Karo melalui lagu-lagu
Karo. Ayah dan Ibu dari kakak ini, dulu melaksanakan pemberkatan di Gereja HKBP
tanpa ada acara adat yang dilakukan. Tapi sekarang keluarga kakak ini beragama
Khatolik. HKBP merupakan Gereja awal dari Ayah kakak ini dan Khatolik
merupakan Agama dari Ibu kakak ini. Dalam bidang kesenian, kakak ini lebih
mengetahui tentang kesenian-kesenian maupun upacara-upacara adat suku Nias
dibandingkan dengan suku Karo. Di tempat kakak ini tinggal, ada sebuah
perkumpulan seluruh suku Batak. Dan di dalam perkumpulan suku Batak ini, Ibu
kakak ini juga ikut ambil bagian di dalamnya. Tanggapan kakak ini terhadap
pernikahan orangtuanya yang memilik 2 kebudayaan yang berbeda yaitu kakak ini
bisa menambah pengetahuan yaitu dia bisa belajar mengenai kebudayaan orang Karo
meskipun dia tinggal di Nias. Kakak ini juga merasa senang mempunyai orang tua
yang berasal dari 2 suku yang berbeda.

6
BAB V

PENUTUP
A. Kesimpulan

Cara menyesuaikan diri terhadap perubahan kebudayaan yang terjadi menurut


informan kami yaitu dengan cara saling menghargai perubahan yang ada karena dengan
perubahan kebudayaan yang terjadi kita bisa menjadi lebih baik lagi ke depannya. Dari
hasil penelitian kami, factor yang menyebabkan terjadinya perubahan kebudayaan yaitu
difusi atau penyebaran unsur-unsur kebudayaan dari satu tempat ke tempat lain, hal ini
berlangsung berkaitan dengan terjadinya perpindahan atau penyebaran manusia dari satu
tempat ke tempat lain. Dampak dari perubahan kebudayaan yang terjadi menurut hasil
penelitian kami adalah Cultural survival, karena konsep yang dipakai untuk
menggambarkan suatu praktek yang telah kehilangan fungsi pentingnya seratus persen,
yang tetap hidup dan berlaku semata-mata hanya diatas landasan adat istiadat. Dalam hal
ini juga terjadi akulturasi (A+B=AB).

B. Saran

Sebagai warga Negara yang baik, seharusnya kita menghargai setiap perubahan
kebudayaan yang ada. Meskipun dalam kebudayaan tersebut sering terjadi perubahan-
perubahan dalam pemahaman masyarakat budaya itu sendiri. Biarlah perubahan-
perubahan yang terjadi dalam kebudayaan tersebut bisa menjadi batu loncatan untuk
meningkatkan solidaritas antar masyarakat, bukan menjadi batu sandungan dalam
kebudayaan itu sendiri. Namun, kita jangan langsung menerima perubahan yang
datanganya dari luar melainkan kita harus memilah dan memilih perubahan-perubahan
yang masuk ke dalam kebudayaan kita.

7
DAFTAR PUSTAKA
Munandar Sulaeman. 2012. Ilmu Budaya Dasar. Bandung : PT Refika Aditama
Elly M. Setiadi. 2007. Ilmu Sosial Dan Budaya Dasar. Jakarta : Kencana

8
LAMPIRAN

Informan I

Informan II

Anda mungkin juga menyukai