Anda di halaman 1dari 38

CRITICAL JOURNAL

REVIEW MK.
PSIKOLOGI
PENDIDIKAN
PRODI S1 PENDIDIKAN
ANTROPOLOGI

Skor Nilai:

“PERBEDAAN GENDER DALAM PENGUASAAN BAHASA DIPANDANG DARI


PERSFEKTIF PSIKOLOGI PENDIDIKAN”

(Sri Yuliani, 2013)

NAMA : ERIKA BR. PINEM

NIM : 3193322003

DOSEN PENGAMPU

PROF. ABDUL MUNIR, M.Pd

DWI SEPTI A. WULAN M.Pd.

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN ANTROPOLOGI

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

MEDAN

MARET 2020
KATA PENGANTAR

Puji Syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena telah melimpahkan
berkatNya sehingga saya dapat menyelesaikan Critical Journal Review tentang
“PERBEDAAN GENDER DALAM PENGUASAAN BAHASA DIPANDANG DARI
PERSFEKTIF PSIKOLOGI PENDIDIKAN”. Critical Journal Review ini telah saya susun
dengan semaksimal mungkin dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat
memperlancar pembuatan Critical Journal Review ini. Untuk itu saya menyampaikan banyak
terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan Critical Journal
Review ini.

Terlepas dari semua itu, saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan
terbuka saya menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar dapat memperbaiki Critical
Journal Review ini.

Medan, Maret 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………………….. i

DAFTAR ISI…………………………………………………………………………….. ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Rasionalisasi Pentingnya CJR…………………………………………….......1


1.2 Tujuan Penulisan CJR………………………………………………………... 1
1.3 Manfaat Penulisan CJR……………………………………………………… 1
1.4 Identitas Jurnal ……………...……………………………………………...... 2

BAB II RINGKASAN ISI JURNAL

2.1 Jurnal Utama…………………………………………………………………. 3

BAB III PEMBAHASAN

3.1 Analisis Isi Jurnal…………………………………………………………….. 10

3.2 Kelebihan dan Kekurangan Jurnal…………………………………………. 11

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan…………………………………………………………………... 12
4.2 Saran…………………………………………………………………………. 12

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………13

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Rasionalisasi Pentingnya CJR

Jurnal merupakan majalah publikasi yang memuat KTI (Karya Tulis Ilmiah) yang secara
nyata mengandung data dan informasi yang mengajukan iptek dan ditulis sesuai dengan
kaidah-kaidah penulisan ilmiah serta diterbitkan secara berkala (Hakim, 2012). Sekarang ini
banyak jurnal nasional online maupun non online yang terbit kurang memberikan wawasan
pengetahuan bukan hanya pada pendidik tapi juga bagi anak didik sehingga kurang berminat
terutama dalam membaca jurnal. Walaupun begitu banyak jurnal-jurnal kurang menarik
namun ada juga jurnal-jurnal yang baik dan menarik perhatian orang untuk membaca salah
satunya jurnal yang akan menjadi referensi Critical Journal Review saat ini.
Jurnal ini sengaja dikritik dan disusun sedemikian rupa agar untuk membantu mahasiswa
sebagai calon pendidik yang tingkat keprofesionalisme yang berpengetahuan dan wawasan
luas tentang konsep psikologi pendidikan secara umum dan bagaimana harus menerapkannya
pada anak didiknya. Semoga dengan adanya Critical Journal Review ini dapat membantu dan
bermanfaat bagi semua orang yang membacanya.

1.2 Tujuan Penulisan CJR

Adapun yang menjadi tujuan dalam penulisan Critical Journal Review (CJR) ini adalah
sebagai berikut:
1. Untuk memenuhi tugas kkni CJR mata kuliah Psikologi Pendidikan.
2. Untuk menambah wawasan dan pengetahuan mengenai perspektif psikologi pendidikan.
3. Untuk menambah wawasan dalam pembuatan Critical Journal Review (CJR).

1.3 Manfaat Penulisan CJR

Adapun yang menjadi manfaat dalam penulisan Critical Journal Review (CJR) ini adalah
sebagai berikut:
1. Bagi reviewer; untuk menambah wawasan mengenai pembuatan Critical Journal
Review (CJR).

1
2. Bagi penulis; untuk memperbaiki isi jurnal dalam pencetakan selanjutnya, untuk
memberitahukan kepada penulis apa yang menjadi kekurangan dalam jurnal tersebut dan apa
yang sebaiknya penulis lakukan terhadap isi jurnal tersebut.
3. Bagi pembaca; untuk menambah wawasan dan pengetahuan pembaca dan untuk
menambah wawasan dan pengetahuan pembaca dimasa yang akan datang dalam
pembuatan Critical Journal Review (CJR) yang baik dan benar.

1.4 Identitas Jurnal


Jurnal 1 (Utama)

Judul Artikel : Perbedaan Gender Dalam Penguasaan Bahasa


Dipandang Dari Persfektif Psikologi Pendidikan.

Nama Jurnal : Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan

Pengarang Jurnal : Sri Yuliani

Kota Terbit : Padang

Tahun Terbit : 2013

Vol/ No Jurnal : Volume XIII No.1

2
BAB II

RINGKASAN ISI JURNAL

2.1 Jurnal Utama

Ketika kita bicara tentang gender dalam bahasa maka yang umum kita nilai adalah
cara mengungkapkan, gaya bahasa, dan larangan kosakata bahasa yang diucapkan oleh si
penutur. Ini bisa dilihat oleh penutur laki-laki maupun penutur perempuan. Sepertinya hal ini
umum saja tetapi sebenarnya bila dinilai lebih dalam lagi maka bisa diperhatikan bahwa
penguasaan bahasa untuk masing-masing gender laki-laki dan perempuan ada
perbedaannya.Kosa kata tertentu yang ditutur oleh masing–masing gender juga dapat dilihat
sebagai suatu perbedaan.

Dari permasalahan inilah penulis ingin memaparkan perbedaan gender dalam


penguasaan bahasa yang dilihat dari perspektif psikologi. Dalam bidang sosiolinguistik,
bahasa dan jenis kelamin memiliki hubungan yang sangat erat. Ada ungkapan mengapa cara
berbicara perempuan berbeda dengan lelaki. Ketika kita teliti ternyata ada beberapa faktor
yang membuat perempuan berbeda dalam penguasaan bahasa dan penuturannya. Dari
beberapa penelitian menunjukkan kosakata yang dikuasai perempuan adalah kosa kata yang
menunjukkan bahwa penuturan perempuan lebih sopan dibandingkan lelaki.

Seperti pada penelitian yang dilakukan oleh Nyikos dan Ehrman (1988),” Women
encourage conversational to talk, remember more details, are more, polite and more likely to
try to reach consensus”. Dari penelitian ini Nyikos dan Ehrman (1988) mendapati bahwa
penguasaan bahasa dari gender perempuan itu lebih banyak kosakata yang dikuasai
dibandingkan gender laki - laki. Dalam penuturannya lebih sopan dan perempuan berusaha
untuk menjelaskan makna kandungan pembicaraannya lebih banyak penjelasan secara
mendetil untuk menyakinkan lawan bicaranya.

Penelitian Biologi yang diterbitkan di penerbitan terkenal yang dilakukan oleh Legato
(2005), ditemukan bahwa adanya perbedaan hormon antara otak perempuan dan lelaki. Otak
perempuan memiliki lebih banyak sel syaraf dibagian kiri otak (left hemisphere) dimana
pusat untuk pengendalian bahasa ada di otak sisi kiri dan ditemukan lebih banyak syaraf
penghubung antara kedua belah sisi otak baik sisi kiri dan sisi kanan (left hemisphere and
right hemisphere). Di dukung dengan adanya CT scan otak antara lelaki dan perempuan yang
dilakukan oleh ahli syaraf, Legato (2005) menemukan bahwa perempuan menggunakan

3
daerah otak yang sama seperti juga lelaki untuk memproses bahasa tetapi ianya tergantung
pada tugas bahasa itu sendiri. Legato (2005),” … women often use both sides of the brains
and given identical assignments, women activate more areas in their brains than men do”.

Penemuan ini diperjelas lagi dengan penelitian yang dilakukan oleh Tyre (2005). Di
mana dipenelitian ini Tyre mendapatkan bahwa perempuan menggunakan otak sisi kirinya
untuk mendengarkan dan berbicara dimana kegiatan komunikasi terjadi lebih banyak
menggunakan otak sisi kiri. Sehingga, otak kiri bermain sebagai peran utama dalam
penguasaan bahasa oleh para perempuan.

Dari penelitian ini, khusus untuk para pendidik khususnya pendidik di bidang bahasa
untuk mengetahui psikologi perbedaan penguasaan bahasa pada gender yang berbeda laki-
laki dan perempuan. Penelitian psikologi oleh Legato (2005), mendapati bahwa faktor
pembeda untuk perbedaan kedua gender terdapat pada bahasa dan skill lain. Orang tua lebih
senang berkomunikasi kepada anak perempuan daripada anak laki-laki, sehingga penguasaan
kosakata anak perempuan diperkirakan lebih banyak dibanding dengan anak laki-laki.

Perbandingan kedua gender ini membuat perempuan kelihatan lebih aktif berbicara
dibanding dengan gender laki-laki. Penelitian selanjutnya yang dilakukan oleh para psikologi
pada tahun 2005 di Institut Psikologi di London, Universitas Oxford dan Universitas
Missouri-Columbia di Amerika Serikat, yang menemukan bahwa anak laki-laki dan anak
perempuan sangat berbeda dalam menguasai keterampilan berbahasa. Di temukan fakta
bahwa anak perempuan lebih dulu berbicara dibandingkan anak laki-laki dan lebih cepat dan
lebih banyak dalam penguasaan kosakata, penelitian ini diterbitkan di Website daerah
Michigan.

Anak perempuan bisa menguasai ungkapan lebih dari dua suku kata dibandingkan
anak laki-laki. Alasan ini dikarenakan adanya perubahan kognitif anak perempuan terjadi
diantara umur 14 hingga 20 bulan, sementara anak laki-laki terjadi perubahan kognitif diumur
20 dan 24 bulan. Dari penelitian ini menunjukkan bahwa anak perempuan lebih unggul dalam
penguasaan bahasa dibandingkan anak laki-laki. Pengaruh perubahan kognitif anak
perempuan yang lebih cepat membuat penguasaan kosakata lebih banyak.

Penelitian lainnya yang dilakukan di Universitas Haifa di Northwestern pada tahun


2008, penelitian penguasaan bahasa ini dilakukan dengan menggunakan arus gelombang
magnetik untuk mengetahui tingkat kerja otak pada anak laki-laki dan anak perempuan

4
dengan memberikan beragam tes bahasa dan tes menulis. Ditemukan disini bahwa dua daerah
otak anak perempuan beraktifitas bekerja lebih keras untuk penguasaan bahasa dibandingkan
anak laki-laki ketika aktifitas tes penguasaan bahasa dan menulis sedang berlangsung.
Ditemukan juga bahwa bagian otak anak laki-laki hanya sebagian saja yang bekerja
dibandingkan perempuan ketika menyelesaikan tes bahasa dan menulis.

Perbedaan penguasaan bahasa ini membuat penulis tertarik ingin menjabarkan aspek-
aspek apa saja yang memberikan sumbangsih dalam keterlibatan perbedaan penguasaan
bahasa dari gender laki-laki dan perempuan. Penulis akan membatasi aspek pendidikan di
keluarga, superioritas dan sosio kultural.

PENDIDIKAN GENDER DALAM KELUARGA

Pendidikan yang pertama kali diterima seorang anak bermula dirumah. Orangtua
mengarahkan, membimbing, dan memberikan contoh untuk perkembangan anak. Begitu juga
contoh yang diberikan keluarga, peran ibu yang selalu kelihatan lebih cerewet karena begitu
peduli dengan anak-anaknya dibanding ayah yang lebih banyak diam bila ada masalah
dengan anakanaknya.

Sebagai contoh, sang anak yang sering bermain dengan anak tetangga, selalu ibunya
yang akan sibuk memanggil nama anak untuk keperluan tertentu, sementara sang ayah hanya
melihat anak dari kejauhan tanpa memanggil nama anaknya. Dari contoh diatas dapat dilihat
bahwa ibu sebagai gender perempuan dalam rumah tangga lebih banyak berkomunikasi
dibanding sang ayah, sehingga konsep pembentukan bahasa gender perempuan dengan
melihat contoh ibunya yang lebih banyak berkomunikasi dibandingkan ayah.

Orangtua juga akan memperlakukan perbedaan dalam merawat anak laki-laki dan
anak perempuan. Pada artikel terbitan Universitas Michigan, perbedaan gender terjadi ketika
pendidikan pertama kali terjadi di lingkungan keluarga. Perbedaan perlakuan gender ini
mempengaruhi pola yang berbeda antara anak lakilaki dan anak perempuan. Sebagai contoh,
ayah akan bermain dengan anak laki-laki dan bentuk permainannya adalah permainan fisik.

Ketika ayah bermain dengan anak perempuan, ayah lebih cenderung banyak
menggunakan keterampilan berbicara. Sehingga, anak perempuan terlatih dengan penguasaan
bahasa dan tentu saja kosakata anak perempuan akan bertambah banyak dibandingkan anak
laki-laki, sedangkan keterampilan fisik tidak diadapatkan anak perempuan dari ayahnya.

5
Begitu pula sebaliknya, ayah lebih banyak memberikan latihan fisik anak laki-laki dan sedikit
melatih komunikasi pada anak laki-lakinya.

Orangtua biasanya akan membedakan perlakuan terhadap anak laki-laki dan anak
perempuan. Pekerjaan yang dikerjakan dirumah antara anak perempuan dan anak laki-laki
juga dibedakan. Anak laki-laki bisanya akan diberikan pekerjaan yang lebih keras dan kasar
dibanding anak perempuan. Pekerjaan kasar seperti membantu mengangkat barang lebih
banyak diberikan tugas orangtua kepada anak laki-laki. Anak perempuan diberikan pekerjaan
yang lebih ringan seperti memasak, menyapu, mengemas dan lainnya yang tidak
menggunakan banyak otot untuk menyelesaikan pekerjaan rumah.

Dari pola pemberian pekerjaan dengan penggunaan bahasa untuk berkomunikasi


untuk kedua gender laki-laki dan perempuan menjadi berbeda. Pemberian mainan antara anak
laki-laki dan perempuan juga berbeda, anak laki-laki diberikan mainan yang identik dengan
mainan untuk gender laki-laki seperti mobil-mobilan, robot yang menujukkan kegiatan yang
banyak dilakukan di luar rumah.

Anak perempuan diberikan mainan berupa boneka, alat-alat dapur / masak yang
diidentikkan dengan tugas sebagai seorang gender perempuan merawat anak dan pekerjaan
rumah. Pola perlakuan yang dibedakan antara kedua gender laki-laki dan perempuan yang
dibentuk dari rumahlah sebagai pola cetakan pertama yang diterima anak laki-laki dan anak
perempuan, sehingga dari hal tersebut membuat kedua gender menguasai pola bahasa yang
berbeda.

PENGUASAAN BAHASA BERDASARKAN GENDER

Penelitian telah banyak dilakukan bagaimana gender laki-laki dan perempuan dalam
menunjukkan gaya bicaranya. Penelitian itu mencantumkan teori-teori pendukung
penggunaan bahasa antara kedua gender, laki-laki dan perempuan.

Teori pertama menyebutkan bahwa bahasa yang digunakan laki-laki lebih


mendominasi, sementara bahasa perempuan digunakan untuk menkonfirmasi dalam
menyakinkan sesuatu. Gender laki-laki dilihat dari sisi otoritas inti pembicaraannya selalu
mendominasi gender perempuan. Gaya keakuan yang diutarakan gender laki-laki sangat
menonjol sehingga suprioritas terlihat dari isi pembiacraan gender laki-laki.

6
Ungkapan “Saya yang telah menyelesaikan permasalahan ini”, yang diutarakan
gender laki-laki menunjukkan bahwa secara implisit gaya bahasa ini menggambarkan
superioritas.

Gender perempuan lebih banyak menggunakan gaya yang meminta suatu persetujuan
atau terjadi suatu keragu-raguan sehingga bahasa ini menunjukkan bahwa gender perempuan
merupakan bahasa subordinate. Ungkapan “Gadis itu anak ibu, kan? Cantik, ya”,
menunjukkan bahwa gaya bahasa gender perempuan meminta pendapat persetujuan orang
lain mengenai ungkapan perasaannya terhadap suatu pernyataan.

Teori selanjutnya menyebutkan bahwa pengalaman yang diterima dari masing-masing


gender membuat gaya bahasa mereka berbeda. Perlakuan yang lembut dari pihak lain
terhadap gender perempuan membuat gender perempuan perlu pengayoman dan
perlindungan. Sementara gender laki-laki menunjukkan keberanian untuk mengayomi dan
melindungi. Gaya gender wanita biasanya menggunakan bahasa untuk mengungkapkan
perasaan dan berkeluh kesah sehingga gender laki-laki merasa harus menjadi pelindung dan
pemberi solusi yang baik untuk gender perempuan.

Gender laki-laki umumnya lebih banyak berbicara mengenai topik-topik yang


berhubungan dengan kegiatan fisik, seperti olahraga, catur, masalah mobil, politik, bisnis dan
keuangan. Tujuan pembicaraan gender laki-laki diperuntukkan untuk menunjukkan status
sosial dimasyarakat, peduli dan bersosialisasi untuk pertemanan atau persahabatan. Bila
pembicaraan terjadi antara kedua gender baik laki-laki maupun perempuan, gender laki-laki
akan menggunakan gaya bahasa yang sopan dan formal dan mengurangi bahasa-bahasa kasar.

Gender perempuan umumnya terfokus pada topik kecantikan dan penampilan,


mencari banyak teman ngobrol dan bergosip baik masalah keluarga, anak bahkan masalah
keluarga. Tujuan komunikasi adalah untuk mencari pertemanan dan kelompok persahabatan.
Bila pembicaraan terjadi antara kedua gender, gender perempuan berusaha mencari bahasa
yang menarik perhatian lawan gender dengan banyak menggunakan gerak tubuh agar mudah
menjadi perhatian di kelompok gender perempuan maupun dalam kelompok gender laki-laki.

Arah pembicaraan bila terjadi antara kedua gender, gender laki-laki akan
meningkatkan sikap psikologi yang melindungi dan memperhatikan lawan gender. Sikap
emosi sangat sopan dan menunjukkan perhatian yang besar terhadap isi pembicaraan,
sementara gender perempuan akan banyak menggunakan kalimat-kalimat pertanyaan dengan

7
tujuan mencari perhatian terhadap lawan gender dan menginginkan pembicaraan yang
berkelanjutan. Sikap otoritas akan ditonjolkan oleh gender laki-laki didepan gender
perempuan dengan menggunakan gaya bahasa yang dominan terhadap gender perempuan.
Gender perempuan akan menunjukkan suatu ketertarikan dengan gaya bahasa yang otoriter
untuk menunjukkan kewibawaan seorang gender laki-laki.

PENGARUH SOSIO - KULTURAL TERHADAP GENDER DAN PENGUASAAN


BAHASA

Perbedaan karakter laki-laki dan perempuan yang dipengaruhi sosial budaya yaitu
keberadaan yang berhubungan dengan status antara kedua gender baik laki-laki maupun
perempuan, posisi gedua gender dan peran yang dimainkan di masyarakat. Status ditunjukkan
dengan penempatan pembagian pekerjaan di masyarakat, gender laki-laki lebih banyak
dilibatkan di luar ruangan sementara gender perempuan lebih banyak dilibatkan di kegiatan
dalam ruangan.

Posisi ditunjukkan dengan adanya pemberian tanggung jawab biasanya gender laki-
laki merupakan pemimpin disuatu kegiatan masyarakat dibandingkan gender perempuan yang
hanya sebagai pendukung, sementara peran dimasyarakat dilihat dari sisi gender laki-laki dan
gender perempuan adalah peran masing-masing untuk kepentingan masyarakat.

Perbedaan gender dimasyarakat dibentuk dengan kebiasaan perlakuan terhadap kedua


gender dimana gender laki-laki itu keras dan memiliki jiwa pemimpin sehingga gender laki-
laki tidak melakukan pembiasaan gender perempuan yang memiliki jiwa lembut dan tidak
keras. Contoh dalam menggunakan sepatu, gender laki-laki menggunakan sepatu yang datar
dan gender perempuan menggunakan hak yang tinggi.

Di contoh ini pembiasaan masyarakat melarang gender laki-laki menggunakan hak


tinggi yang diperuntukkan hanya untuk gender perempuan. Bila ada gender laki-laki
menggunakan hak sepatu yang tinggi mirip dengan hak sepatu gender perempuan maka di
masyarakat terjadi cemoohan dan celaan. Dari contoh diatas pembentukan gaya bahasa
berdasarkan kedua gender dipengaruhi dengan kebiasaan di masyarakat tersebut, inilah
pembentukan gaya bahasa yang dipengaruhi oleh sosio cultural di masyarakat.

Contoh lainnya, dalam pandangan masyarakat bahwa gender laki-laki di identikkan


dengan menggunakan celana panjang bukan rok, bila ada gender laki-laki menggunakan rok
maka disebut tidak umum. Sementara gender perempuan bisa menggunakan rok dan celana

8
panjang, dimana tujuan celana panjang untuk gender perempuan adalah untuk lebih aktif
bergerak dalam menjalankan aktifitas sehari-hari. Pandangan contoh yang diberikan diatas
membuat gaya bahasa dipengaruhi oleh sosio kultural yang dianut oleh masyarakat dimana
gaya bahasa ini berkembang. Pembentukan bahasa dari kedua gender bisa juga terpengaruh
oleh adanya pengaruh kebiasaan sosio kultural.

Perbedaan penguasaan bahasa untuk kedua gender baik laki – laki dan gender
perempuan dipengaruhi oleh beragam aspek baik aspek pendidikan di keluarga, superioritas
dan sosio kultural. Sehingga dari uraian di atas, dapatlah disimpulkan bahwa ekspresi bahasa
itu mencerminkan gaya penuturnya.

Dalam masyarakat Indonesia bila terjadi ketidak cocokkan gaya penuturannya maka
bisa saja disebut dengan adanya ketidak umuman dipandangan masyarakat. Aspek pembeda
yang sudah diterapkan dilingkungan keluarga, tingkat superioritas antara kedua gender dan
aspek sosio kultural sehingga pola pensosialisasian yang diterapkan pada tiap gender terbentuk
pola gaya bahasa kedua gender.

9
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Analisis Isi Jurnal


Jurnal utama membahas tentang perbedaan gender dalam penguasaan
bahasa dipandang dari perspektif psikologi pendidikan. Dalam jurnal tersebut dijelaskan
bahwa Perbedaan penguasaan bahasa untuk kedua gender baik laki – laki dan gender
perempuan dipengaruhi oleh beragam aspek baik aspek pendidikan di keluarga, superioritas
dan sosio kultural. Sehingga dari uraian di atas, dapatlah disimpulkan bahwa ekspresi bahasa
itu mencerminkan gaya penuturnya.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Tyre (2005). Di mana dipenelitian ini
Tyre mendapatkan bahwa perempuan menggunakan otak sisi kirinya untuk mendengarkan
dan berbicara dimana kegiatan komunikasi terjadi lebih banyak menggunakan otak sisi kiri.
Sehingga, otak kiri bermain sebagai peran utama dalam penguasaan bahasa oleh para
perempuan. Perbandingan kedua gender ini membuat perempuan kelihatan lebih aktif
berbicara dibanding dengan gender laki-laki.

Penelitian selanjutnya yang dilakukan oleh para psikologi pada tahun 2005 di Institut
Psikologi di London, Universitas Oxford dan Universitas Missouri-Columbia di Amerika
Serikat, yang menemukan bahwa anak laki-laki dan anak perempuan sangat berbeda dalam
menguasai keterampilan berbahasa. Anak perempuan bisa menguasai ungkapan lebih dari
dua suku kata dibandingkan anak laki-laki.

Alasan ini dikarenakan adanya perubahan kognitif anak perempuan terjadi diantara
umur 14 hingga 20 bulan, sementara anak laki-laki terjadi perubahan kognitif diumur 20 dan
24 bulan. Dari penelitian ini menunjukkan bahwa anak perempuan lebih unggul dalam
penguasaan bahasa dibandingkan anak laki-laki. Pengaruh perubahan kognitif anak
perempuan yang lebih cepat membuat penguasaan kosakata lebih banyak.

10
3.2 Kelebihan dan Kekurangan Jurnal Utama
Penulisan judul sudah benar, dicetak dengan huruf besar/kapital, dicetak tebal (bold)
tidak melebihi jumlah kata maksimum 15. Penulisan nama penulis juga sudah benar, nama
penulis ditulis di bawah judul tanpa gelar, tidak boleh disingkat, diawali dengan huruf
kapital, tanpa diawali dengan kata ”oleh”, urutan penulis adalah penulis pertama diikuti oleh
penulis kedua, ketiga dan seterusnya. Nama perguruan tinggi dan alamat surel (email) semua
penulis ditulis di bawah nama penulis.
Tata cara penulisan dan isi abstrak sudah baik karena penulis dapat memberikan
gambaran menyeluruh mengenai perbedaan gender dalam penguasaan bahasa dipandang
dari perspektif psikologi pendidikan. Serta menjelaskan latar belakang jurnal penelitian
yang dibuat secara ringkas, tepat dan jelas.

Dalam penulisan jurnal jenis huruf yang digunakan sama, penggunaan sistem penomoran
(numbering) juga tersusun dengan baik.Jurnal mudah dipahami,disertai dengan table dan
gambar. Referensi yang digunakan peneliti sudah cukup baik. Ditambah lagi peneliti
membuat kesimpulan yang jelas.

11
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Perbedaan penguasaan bahasa untuk kedua gender baik laki – laki dan gender
perempuan dipengaruhi oleh beragam aspek baik aspek pendidikan di keluarga,
superioritas dan sosio kultural. Sehingga dari uraian di atas, dapatlah disimpulkan bahwa
ekspresi bahasa itu mencerminkan gaya penuturnya.
Dalam masyarakat Indonesia bila terjadi ketidak cocokkan gaya penuturannya
maka bisa saja disebut dengan adanya ketidak umuman dipandangan masyarakat. Aspek
pembeda yang sudah diterapkan dilingkungan keluarga, tingkat superioritas antara kedua
gender dan aspek sosio kultural sehingga pola pensosialisasian yang diterapkan pada tiap
gender terbentuk pola gaya bahasa kedua gender

4.2 Saran
Saran saya teerhadap setiap guru harus mengetahui bagaimana perbedaan penguasaan
bahasa untuk kedua gender baik laki – laki dan gender perempuan. Saya berharap dalam
penulisan jurnal selanjutnya agar lebih memfokuskan pembahasan mengenai bagaiiamana
penerapan belajar ketika terjadinya perbedaan bahasa untuk kedua gender baik laki-laki
maupun perempuan.

12
DAFTAR PUSTAKA

JURNAL :

http://ejournal.unp.ac.id/index.php/pedagogi/article/view/2228

13
CRITICAL BOOK REPORT (CBR)

“PSIKOLOGI PENDIDIKAN”

(Dosen Pengampu: DWI SEPTI A. WULAN M.Pd.)

DISUSUN OLEH :

ERIKA BR PINEM ( 3193322003)

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN ANTROPOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

D REGULER 2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan tugas Critical Book Review yang
telah diberikan oleh dosen dengan tepat waktu. Hasil critical book ini ditulis guna
memenuhi tugas mata kuliah “Psikologi Pendidikan” pada semester ini. Semoga
dapat bermanfaat bagi pembaca sekalian.

Saya mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu
saya dalam pembuatan CBR ini, khususnya kepada Ibu DWI SEPTI A. WULAN
S.Pd,. M.Pd selaku dosen pengampu mata kuliah “Psikologi Pendidikan”.

Saya menyadari bahwa hasil critical book ini jauh dari kata sempurna,
maka kritik dan saran yang membangun sangat saya harapkan guna
penyempurnaan penulisan ini. Akhir kata ini saya ucapkan terimakasih.

Medan, Maret 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... i

DAFTAR ISI ...................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang ....................................................................................................... 1

1.2 Tujuan .................................................................................................................... 1

1.3 Manfaat .................................................................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................... 2

2.1 Identitas Buku ........................................................................................................ 2

2.1.1 Identitas Buku Utama (1) .......................................................................... 2

2.2 Ringkasan Buku ..................................................................................................... 3

2.2.1 Ringkasan Buku Utama (1) ....................................................................... 3

2.3 Kelebihan dan Kelemahan Buku ........................................................................... 15

BAB III PENUTUP ........................................................................................................... 17

3.1 Kesimpulan ............................................................................................................ 18

3.2 Saran ...................................................................................................................... 18

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 19

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Psikologi pendidikan merupakan bahan ajar yang dapat digunakan untuk


membantu untuk mengembangkan kompetensi pedagogik bagi profesinal guru,
terutama dalam menguasai konsep untuk memahami perilaku dan proses kognitif
di dalam proses belajar dan pembelajaran. Kompetensi ini dibangun melalui
proses belajar, sehingga hasilnya diperoleh berupa pembaharuan pengetahuan,
kemampuan untuk mengemas perasaan, pembahasan sikap, kecakapan dalam
bertindak dan tumbuhnya kesadaran untuk bertanggung jawab.

Mengingat betapa urgensinya persoalan psikologi dalam kehidupan


manusia khususnya dalam dunia pendidikan maka factor ini mendorong psikologi
terus dikaji dan dipelajari oleh banyak orang, guru, pengacara, manajer
perusahaan, pembina dan lain sebagainya. Perkembangan psikologi pada akhirnya
mencuat dan melintas lewat pemekaran disiplin, hal ini menjadikan psikologi
berhak menjadi psikologi-psikologi praktis yang termasuk di dalamnya adalah
psikologi pendidikan.

Mempertimbangkan factor pertama bahwa psikologi pendidikan adalah


perangkat utama untuk kegiatan belajar mengajar. Ilmu pengetahuan sebagai
unsur kebudayaan maka kehadiran dan perkembangan sejalan atau seirama
dengan tingkat wujud kerja serta proses ilmu pengetahuan itu selalu hadir dalam
aktivitas sehari-hari manusia. Psikologi ini diharapkan dapat membantu pendidik
dalam menerapkannya dalam proses belajar dan pembelajaran.

1.2 Tujuan

Adapun yang menjadi tujuan dalam pembuatan Critical Book Review ini ialah:

1. Dapat membandingkan buku dalam satu topik materi kuliah Psikologi


Pendidikan terhadap dua buku yang berbeda.

1
2. Menilai kekurangan dan kelebihan buku Psikologi Pendidikan karya Prof.
Dr. Sri Milfayetty, S.Pso., MS.Kons dengan buku Psikologi Pendidikan
dalam Perspektif Baru karya Purwa Almaja Prawira.
3. Memenuhi tugas individu Critical Book Report mata kuliah Psikologi
Pendidikan.

1.3 Manfaat
Adapun yang menjadi manfaat dalam pembuatan Critical Book Riview ini ialah:

1. Dapat menerapkan pembelajaran yang sistematis berdasarkan isi buku


tersebut.
2. Dapat digunakan sebagai bahan pembelajaran bagi mahasiswa yang dapat
menambah pengetahuan dan wawasan.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Identitas Buku

2.1.1 Identitas Buku Utama (1)

Judul Buku : Psikologi Pendidikan


Penulis : Prof. Dr. Sri Milfayetty, S.Pso., MS.Kons
Penerbit : PPs Unimed
Tahun Terbit : 2018
Kota Terbit : Medan
Tebal Buku : 204 Halaman
Bahasa : Indonesia
ISBN : 978-602-8207-18-8

2.1 Ringkasan Buku

2.2.1 Ringkasan Buku Utama (1)

BAB 1

PENDAHULUAN

Generasi data ini adalah generasi yang telah bergeser dari Generasi X
(1960-1980) dan Generasi Y (1980-2000) ke generasi C atau Gen C mulai tahun
2000 hingga sekarang. Genersi X ciri khasnya berpendidikan tinggi, aktif,
menjunjung keluarga. Generasi Y, ciri khasnya adalah sika menunda kedewasaan
dan terlalu dekat dengan orang tua. Generaasi C mewakili generasi yang selalu
clicking, conncted, communicating, content-centric, computerized, dan
community-centric.

Sejalan dengan karakteristik generasi C ini dan perlunya merubah model


pembelajaran konvensional menjadi kontemporer, maka diperlukan pengkajian

3
psikologi pendidikan yang berbeda dari yang sebelumnya. Perubahan tersebut
meliputi tujuan belajar, materi, strategi, media, dan evaluasi.

Perkembangan kebutuhan belajar peserta didik saat ini sudah jauh berbeda
sehingga tidak mencukupi lagi jika dilaksanakan dengan pembelajaran yang
konvensional. Saat ini diharapkan pendidik mampu melaksanakan pembelajaran
yang menyenangkan untuk menumbuhkan kegemaran peserta didik belajar. Selain
itu, pendidik diharapkan terampil menggunakan teknologi agar proses
pembelajaran menjadi efektif.

BAB 2

PSIKOLOGI PENDIDIKAN

Psikologi pendidikan terdiri dari dua kata, psikologi dan pendidikan.


Psikologi adalah ilmu yang mempelajari tentang proses kognitif dan perilaku.
Sedangkan pendidikan adalah ilmu yang mempelajari nilai-nilai karakter dan cara
menanamkannya. Namun definisi psikologi pendidikan sebagai terapan ilmu
psikologi dalam pendidikan memiliki arti sendiri, yakni ilmu yang mempelajari
proses belajar dan pembelajaran pada lingkungan pendidikan. Tujuan psikologi
pendidikan adalah untuk memahami dan meningkatkan proses belajar dan
pembelajaran.

Mendidik perlu diletakkan pada landasan filosofi pendidikan yang benar,


kuat, dan bermakna besar. Keberhasilan pendidikan ditandai dengan kualitas
manusia terdidik yaitu tidak hanya mengetahui yang benar tetapi juga bertindak
mulia. Semua orang harus bertanggung jawab membuat lintasan menuju masa
depan dirinya sendiri dan secara kolektif bersama orang lain untuk masa depan
bangsa dan seluruh umat manusia.

Belajar adalah inti pendidikan. Seorang pendidik dianggap efektif dalam


mendidik jika menguasai materi pelajaran, menggunakan strategi pembelajaran
yang egektif, punya keahlian dalam bidang perencanaan dan penentuan tujuan,
manajemen kelas, motivasi, komunikasi, bekerja dengan kelompok etnis dan

4
cultural yang berbeda dan teknologi, memiliki motivasi dan komitmen kerja.
Meningkatkan diri dengan menggunakan riset yang dilakukan sendiri ataupun
yang dilakukan orang lain.

Psikologi pendidikan sebagai cabang psikologi yang memfokuskan diri


pada pemahaman proses belajar mengajar di dalam lingkungan pendidikan akan
membantu pendidikan dalam melaksanakan tugas mendidik, terutama dalam
pemanfaatan riset-riset yang dapat digunakan untuk meningkatkan efektivitas
pembelajaran.

Demikian juga halnya, mendidik adalah sains dan seni sehingga


pemahaman tentang psikologi pendidikan akan membentu pendidik secara luwes
dalam menghadapi beribu persoalan yang terjadi di dalam kelas. Pengkajian
psikologi pendidikan akan membantu guru menjadi pendidik yang dapat
membantu peseta didiknya menemukan kebenaran dan sekaligus mampu
bertindak mulia.

BAB 3

BELAJAR

Belajar adalah mendapatkan sesuatu yang baru. Dapat berupa pemikiran


dan pengetahuan baru, perasaan yang lebih terkemas, sikap yang lenih baik,
kecakapan yang lebih baik serta tumbuhnya kesadaran untuk bertanggungjawab.
Belajar tidak sama dengan kematangan. Akan tetapi, kematangan distimulasi oleh
faktir belajar dan sebaliknya belajar tidak efektif jika diberikan tak sesuai dengan
kematangan yang diperllukan untuk mempelajari sesuatu.

Perkembangan dan Belajar

a. Perkembangan kognitif dan belajar

Perkembangan kognitif adalah proses perubahan kemampuan individu


dalam berpikir. Tokoh yang paling popular dalam membahas perkembangan
kognitif adalah Piaget. Perkembangan kognitif di dalam teori kognitif Piaget

5
mencakup proses-proses, yaitu skema, asimilasi, akomodasi, organisasi, dan
equiblibrasi.

b. Perkembangan bahasa dan belajar

l.noam Chomsky (1957) mengemukakan bahwa manusia cenderung


mempelajari bahasa pada waktu tertentu dengan cara tertentu. Bukti paling kuat
untuk basis biologi dari bahasa adalah bahwa anak-anak di seluruh dunia
mencapai titik penting dalam berbahasa pada saat yang hampir sama, meskipun
ada banyak variasi dalam input bahasa yang mereka teruma. Perkembamgan
bahasa anak dipengaruhi factor biologi dan sosial pada saat mereka berinteraksi.

c. Perkembangan belajar dan sosial

Perkembangan sosial mengacu kepada perubahan jangka panjang di dalam


konteks membina hubungan, interaksi pribadi, teman sebaya, dan keluarga.
Termasuk di dalamnya cara membina persahabatan dan perubahan yang negatif
seperti agressifitas dan kekerasan.

d. Perkembangan diri

Konsep diri berkembang melalui evaluasi diri yang konstan pada berbagai
macam situasi. Pada diri remaja proses perkembangan konsep dapat berlangsung
pada saat mempertanyakan hasil kerjanya. Pada usia remaja konsep diri sering
dihubungkan dengan penampilan fisik dan penerimaan sosial maupun prestasi
sekolah. Konsep diri sering dianggap sebagai dasar perkembangan sosial maupun
emosional.

e. Perkembangan moral

Perkembangan moral adalah perkembangan yang berhubungan dengan


aturan dan konvensi dari interaksi yang adil antarorang. Perkembangan moral
dapat dikaji melalui domain kognitif behavioral dan emosional. Pada domain
kognitif kincinya adalah bagaimana siswa manalar atau memikirkan aturan untuk
perilaku etis. Dalam dimain behavioral bagaimana murid berperilaku secara aktial,

6
bukan pada moralitas dari pemikiran dan dalam domain emosional penekanannya
pada bagaimana siswa merasakan secara moral.

BAB 4

KARAKTERISTIK BELAJAR

Karakteristik adalah cirri-ciri perseorangan yang bersumber dari latar


belakang pengalaman yang dimiliki peserta didik termasuk aspek lain yangada
pada diri mereka seperti kemampuan umum, cirri fisik, serta emosional yang
berpengaruh terhadap keefektifan pembelajaran.

Setiap orang memiliki karakteristik yang khas dalam belajar. Kekhasan


tersebut dapat dilihat dari berbagai dimensi satu diantaranya adalah intelegensi.
Inteligensi adalah kemampuan menunjukkan fikiran dengan jernih, pengetahuan
mengenai masalah yang dihadapi, kemampuan mengambil keputusan dengan
tepat, kemampuan menyelesaikan masalalh secara optimal.

Sesorang yang meiliki intelegensi yang tinggi akan tampil dengan


kemampuan menangkap informasi dan menyelesaikan masalah secara tepat dan
tepat. Berbeda dengan itelegensinya yang berada di bawah rata-rata akan
mengalami kesuliytan dalam menangkap informasi yang rumit dan kompleks.

Setiap orang memiliki karakteristik yang khas dalam belajar. Kekhasan


tersebut dapat dilihat dari berbagai dimensi. Satu diantaranya adalah inteligensi.
Seseorang yang memiliki inteligensi menangkap informasi dan meyelesaikan
masalah secara cepat dan tepat. Berbeda dengan inteligensinya di bawah rata-rata
akan mengalami kesulitan dalam menangkap informasi yang rumit dan kompleks.
Kecerdasan atau kecakapan seseorang dalam belajar dipengaruhi juga kualitas
multiple intelligences yang dimilikinya.

Selain kecerdasan gaya belajar dan gaya berpikir juga mempengaruhi cara
individu dalam belajar. Gaya belajar meliputi kecenderungan seseorang dalam
memasukkan informasi. Gaya tersebut antara lain visual, auditori, dan kinestetik.
Mengacu kepada elemen yang mempenaruhi gaya belajar ini ada ind ividu yang

7
memiliki cara belajar mandiri dan tergantung. Gaya belajar terganting lebih
menyenangi lingkungan belajar yang tenang dan tertib, sedangkan gaya belajar
tergantung memerlukan lingkungan belajar dalam bentuk fisik,psikologi,
emosional, dan sosial. Gaya beroikir seperti gaya implusif, reflektif, mendalam
dan dangkal merupakan karakteristik individu yang mempengaruhi proses belajar
seseorang.

8
BAB 5

PENDEKATAN DAN TEKNIK BELAJAR

Belajar diartikan proses mendapatkan pengetahuan baru, keterampilan


baru, sikap/kemauan yang baru dan ketulusan dalam membantu siswa dalam
proses belajar memberikan manfaat dari diri dan lingkungan. Beberapa
pendekatan belajar menurut para ahli dikemukakan sebagai berikut.

a. Pendekatan Behavior

Belajar adalah perubahan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang


relatif permanen di dalam diri individu yang tampak dari tampilan individu (oven
behavior). Definisi ini menekankan hasil belajar pada perilaku yang dapat di
obsevasi dan di ukur.

Thorndike dalam teori connectionism mengemukakan bahwa belajar adalah


proses “staming in” (diingat), forming, hubungan antara stimulus dan respon. Dari
penelitian Thorndike disimpulkan bahwa belajar adalah pembentukan hubungan
atau koneksi antara stimulus dan respin dan penyelesaikan masalah yang dapat
dilakukan dengan cara trial and error. Faktor penting yang mempengaruhi belajar
adalah reward atau pernyataan kepuasan dari suatu kejadian.

Sebagai implikasi dari pendekatan belajar behavior dan kognitif maka dalam
belajar dapat digunakan teknik-teknik mempersiapkan diri dalam belajar maupun
dalam mendukung proses belajar.

b. Pendekatan kognitif

Dalam pendekatan kognitif, belajar sianggap sebagai sesuatu yang aktif.


Individu berinisiatif mencari pengalaman untuk belajar, mencari informasi untuk
menyelesaikan masalah, mengatur kembali dan mengorganisasi apa yang mereka
ketahui untuk mencapai pelajaran baru.

c. Tekniik belajar

9
Teknik belajar merupakan cara yang dapat ditempuh untuk belajar efektif.
Beberapa bentuk teknik belajar yang diterapkan adalah:

1. Sikap mental.
2. Rencana belajar.
3. Berkonsentrasi.
4. Mengikuti pelajaran.
5. Tujuan belajar.
6. Teknik mengingat.

Pendekatan perilaku mendefinisikan bahwa belajar adalah perubahan perilaku


yang relative menetap di dalam diri seseorang sebagai hasil adanya hubungan
antara stimulusdan respon yang diperkuat oleh reward atau reinforcement.
Sedangkan pendekatan kognitif menekankan bahwa belajar merupakan proses
aktif individu untuk memaknai informasinyang diterimanya.

10
BAB 6

MODEL PEMBELAJARAN

Model pembelajaran merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari


awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Beberapa model
pembelajaran yang diimplementasikan di dalam kelas adalah model pengajaran
langsung, pembelajaran kooperatif, pengajaran pengajaran berdasarkan masalah
dan strategi-strategi belajar.

a. Model Pembelajaran Langsung

Pengajaran langsung merupakan model pembelajaran yang berpusat pada


guru. Model ini dirancang khusus untuk menunjang proses belajar siswa yang
berkaitan dengan pengetahuan deklaratif (pengetahuan tentang sesuatu seperti :
menghafal rumus, informasi factual) dan pengetahuan procedural (pengetahuan
tentang bagaimana melakukan sesuatu yang terstruktur dengan baik yang dapat
diajarkan dengan pola kegiatan bertahap.

b. Pembelajaran Kooporatif (cooporative learning)

Pembelajaran kooporatif adalah pembelajaran yang dilaksanakan dengan


membuat siswa bekerja sama dan bertanggung jawab pada kemajuan belajar
temannya. Belajar ini menekankan pada keberhasilan kelompok yang hanya dapat
dicapai jika semua anggota mencapai tujuan dan penguasaan materi (Slavin,
1995). Pembelajaran kooperatif berbeda dengan kelompok belajar konvensional.
Pada belajar kooperatif, terdapat saling ketergantungan positif, saling membantu
dan saling memberikan motivasi sehingga ada interaksi promotif.

c. Pengajaran Berdarkan Masalah (Problem Based Instruction)

Pembelajaran berbasis masalah dikembangkan untuk membantu siswa


mengembangkan kemampuan berpikir, pemecahan masalah, dan keterampilan
intelektual: belajar berbagai peran orang dewasa melalui pelibatan mereka dalam

11
pengalaman nyata atau stimulasi dan lain; tealistis sesuai kehidupan siswa, konsep
sesuai dengan kebutuhan siswa, memupuk sifat inquiri siswa, retensi konsep
menjadi kuat, memupuk kemampuan memecahkan masalah. Kelemahan model ini
antara lain; persiapan pembelajaran kompleks (alat, problem, dan konsep),
sulitnya mencaari problem yang relevan, terjadi miss konsepsi, memerlukan
waktu yang lebih lama.

d. Pembelajaran Kontekstual

Pembelajaran kontekstual merupakan konsep yang menghubungkan antara


materi pelajaran dengan situasi siswa dan mendorong siswa untuk membuat
hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan melibatkan tujuh
komponen utama pembelajaran kontekstual yakni: konstruktivisme, bertanya,
inkuiri, masyarakat belajar, pemodelan, dan penilaian autentik.

e. Pembelajaran Diskusi Kelas

Diskusi kelas digunakan untuk memperbaiki cara berpikir dan keterampilan


berkomunikasi siswa dan untuk meningkatkan semangat siswa terlibat di dalam
pelajaran. Tujuan pembelajaran diskusi kelas adalah untuk meningkatkan cara
berpikir siswa dengan jalan membantu siswa membangkitkan pemahaman isi
pelajaran. Untuk menumbuhkan keterlibatan dan partisipasi siswa dan untuk
membantu siswa memiliki keterampilan komunikasi dan proses berpikir.

12
BAB 7

MOTIVASI BELAJAR

Motivasi belajar adalah keinginan, perhatian, kemauan siswa dalam


belajar. Wloodkowski (2007) menyebutkan bahwa motivasi belajar adalah arah
dan ketahanan perilaku siswa dalam belajar. Motivasi belajar tercermin melalui
ketekunan yang tidak mudah goyah untuk mencapai sukses, meksipun dihadang
banyak kesulitan. Komponen utama motivasi belajar adalah kebutuhan, dorongan,
dan tujuan belajar.

Adapun kompinen-komponen motivasi belajar adalah sebagai berikut:

a. Attention (perhatian siswa terhadap pelajaran di sekolah muncul didorong


oleh rasa ingin tahu.
b. Relevansi, menunjukkan adanya hubungan materi pelajaran dengan
kondisi siswa.
c. Confidence (percaya diei) yaitu perasaan mampu dalam diri siswa yang
merupakan potensi untuk dapat berinteraksi secara positif dengan
lingkungan.
d. Satisfaction (kepuasan).

Motivasi belajar juga penting diketahui guru. Pengetahuan dan


pemahaman tentang motivasi belajar pada siswa bermanfaat bagi guru terutama
dalam membangkitkan dan memelihara semangat siswa untuk belajar sampai
berhasil. Manfaat lainnya adalah untuk mengetahui dan memahami
keanekaragaman motivasi belajar siswa di kelas.

Motivasi belajar merupakan faktor psokologis yang mengalami


perkembangan, dipengaruhi kondisi fisiologis serta kematangan psikologis siswa.
Beberapa unsure yang mempengaruhi menurut Dimyanti (2002) adalah cita-cita
atau aspirasi siswa, kemampuan siswa, kondisi siswa, kondisi lingkungan siswa,
unsur-unsur dinamis dalam belajar, dan pembelajaran serta upaya guru dalam
membelajarkan siswa.

13
BAB 8

DESAIN PEMBELAJARAN

Desain pembelajaran adalah aktivitas yang dilakukan dalam menentukan


rencana pembelajaran dalam: menentukan tujuan instruksional, merencanakan
aktivitas dan menentukan prioritas dan menentukan waktu, mulai darri
perencanaan harian hingga perencanaan tahunan. Perencanaan permbelajaran
berorientasi pada guru dapat dilakukan dengan orientasi tugas baru,advance
organizer, menjelaskan, mendemostrasikan, bertanya dan diskusi. Sedangkan
pendekatan berorientasi pada pelajar focus pada pelajar sebagai individu yang
belajar, antara lain dilakukan dengan problem base learning, discovery learning,
essential question, pemanfaatan teknologi dalam pembelajaran.

Di dalam mengimplementasikan rancangan pembelajaran perlu


diperhatikan menajemen kelas. Yaitu, aktivitas yang bertujuan untuk memenuhi
kebutuhan siswa di dalam belajar. Dua hal yang menjadi perhatian dalam
menajemen kelas, yaitu pengelolaan fisik kelas seperti mobile dan alat-alat
pembelajaran dan yang kedua adalah pengelolaan interaksi di dalam kelas. Inti
dari manajemen kelasa ini adalah bagaimana guru dapat mengendalikan seluruh
aktivitas kelas agar efektif mencapai tujuan pembelajaran.

BAB 9

PENILAIAN

Evaluai merupakan suatu proses pengumpulan ingormasi dalam rangka


penentuan nilai kepada sesuatu atau objek termasuk program pendidikan
berdasarkan suatu kriteria tertentu. Di samping evaluasi dikenal juga sebagai
penilaian. Asesmen merupakan proses pengumpulan informasi yang
memungkinkan guru dapat mendeskripsi perkembangan atau hasil belajar yang
dicapai siswa secara menyeluruh dengan menggunakan berbagai cara. Tes
merupakan instrument yang digunakan dalam melakukan evaluasi atau asesmen.

14
Tes sebagai seperangkat pertanyaan atau tugas yang memiliki kriteria benar atau
salah. Pengukuran juga digunakan dalam rangka pengumpulan data untuk
melakukan evaluasi atau asesmen. Pengukuran merupakan instrument
pengumpulan data kuantitatif atau sesuatu atau objek.

Pengamatan merupakan proses pengumpulan datadengan menggunakan


panca indera. Pengamatan dapat dilakukan dengan menggunakan specimen
record, time sampling, atau even sampling.

Portofolio penilaian merupakan dokumen yang digunakan untuk


memperoleh informasi perkembangan kemajuan belajar peserta didik dalam
rentang waktu yang ditentukan. Penggunaan protofolio sebagai penilaian
pembelajaran dilakukan dengan langkah, yaitu :

1. Tahap persiapan.
2. Tahap pelaksanaan.
3. Tahap penilaian.

15
2.3 Kelebihan dan Kelemahan Buku

Buku Kelebihan Kekurangan


Utama (1) ✓ Pada buku utama penulis ✓ Pada buku utama ini
menyelipkan sebuah gmbar kekurangan yang dapat
dan pola beserta penulis sampaikan adalah
penjelasannya. buku ini kurang benar
✓ Pada buku utama penulis dalam menempatkan tanda-
menggaris bawahi kalimat tanda baca (misalnya pada
penting yang terdapat pada halaman 83 paragraf
materi di setiap bab. terakhir “ Gaya berpikir
(terdapat pada halaman 43 seperti gaya implusif,
paragraf 2). reflektif, mendalam dan
✓ Tata letak pada buku utama dangkal merupakan
baik, dikatakan baik karena karakteristik individu”.
susunan materi dengan Seharusnya penulis
submateri menggambarkan membubuhkan tanda koma
keterkaitan, submateri setelah kata “mendalam”
diberi nomor sehingga karena pada EYD tanda
dapat memudahkan koma berfungsi untuk
pembaca untuk mengetahui memisahkan kalimat lebih
point point penting dalam dari tiga kata).
materi tersebut, dan juga
pada setiap bab nya diberi
pendahuluan, pembahasan
serta penutup dari materi
tersebut.
✓ Terdapat banyak pendapat
ahli yang dimuat dalam
buku ini dan apabila ada
kata asing yang digunakan

16
penulis membuat garis
miring pada kata tersebut.
✓ Adanya rangkuman singkat
serta catatan pada setiap
bab maupun keseluruhan
bab yang jelaskan.
✓ Adanya rangkaian soal
ataupun uji kompetensi
diakhir bab untuk menguji
seberapa banyak
pengetahuan pembaca
dalam memahami materi.
✓ Pada buku utama banyak
terdapat kutipan dan kata-
kata bijak yang dapat
memotivasi para
pembaca.(terdapat pada
halaman 28)

17
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari buku “Psikologi Pendidikan”karya Prof. Dr. Sri Milfayetty, S.Pso.,


MS.Kons. kajian teori dalam buku ini sangat difokuskan kepada psikologi
pendidikan, bagaimana seorang guru mengetahui hal-hal apa saja yang harus
dipahami oleh guru guna memahami pikologi seorang siswa. Buku ini mudah
dipahami bagi mereka calon pendidik untuk mengetahui dan memahami
bagaimana psikologi dan teori belajar yang dapat diterapkan kepada siswa. Dan
buku kedua yang penulis pakai sebagai pembanding yaitu buku Psikologi
Pendidikan dalam Perspektif Baru karya Purwa Almaja Prawira kajian teorinya
nya lebih terfokus pada psikologi peserta didik dengan cakupan materi yang
cukup luas tetapi diterangkan secara mendetail sehingga tidak membingungkan
pembaca.
Kedua buku ini sangatlah bagus dan sangat cocok bagi seseorang yang
ingin mempelajari perkembangan psikologi, meskipun kedua buku ini memiliki
perbedaan serta kelebihan dan kekurangan yang terdapat didalamnya tetapi pada
dasarnya memiliki tujuan yang sama yaitu bagaimana seorang pembaca dapat
dengan mudah mengerti dan memahami serta mengaplikasikan setiap materi yang
sudah dibacanya dalam kehidupan sehari-hari melalui kedua buku yang
bertemakan perkembangan peserta didik ini.
4.2 Saran
Kedua buku ini pada dasarnya sangat baik digunakan sebagai panduan
memahami materi psikologi pendidikan. Tetapi seiring dengan perkembangan
zaman yang selalu berubah maka alangkah baiknya jika kedua buku ini
diperbaharui seperti buku pembanding agar memberikan rangkuman dan uji
kompetensi untuk menguji pengetahuan pembaca terhadap materi yang ada di
buku pembanding.

18
DAFTAR PUSTAKA

Milfayetty, Sri. 2018. Psikologi Pendidikan. Medan: PPs Unimed.

19

Anda mungkin juga menyukai