Anda di halaman 1dari 31

“CRITIKAL BOOK REPORT”

PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK

Nama : Yayuk Aprianti

NIM : 1183311042

Kelas : Ekstensi H

Dosen Pengampu : Sani Susanti, S.Pd, M.Pd

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
karunia-Nya Critical Book Report ini disusun untuk memenuhi kebutuhan belajar
mahasiswa jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar untuk memahami tentang
Perkembangan Peserta Didik.
Buku yang berjudul “Perkembangan Anak Usia Dini” merupakan
pengkajian dari semua isi buku.
Saya ucapkan rasa terima kasih kepada Ibu Sani Susanti, S. Pd, M.
Pd selaku dosen mata kuliah Perkembangan Peserta Didik yang telah
mengajarkan dan membimbing mahasiswa/i agar dapat memahami dalam
pembelajaran Perkembangan Peserta Didik.
Dalam penyusunan tugas ini banyak kesalahan dan kekurangan. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sangat saya harapkan
demi kesempurnaan tugas ini.

Medan, September 2018

Yayuk Aprianti
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR 1

DAFTAR ISI 1

IDENTITAS BUKU

BAB I : PENDAHULUAN 1

1.1 Rasionalisasi Pentingnya CBR 2

1.2 Tujuan Penulisan CBR 2

1.3 Manfaat Penulisan CBR 3

BAB II : RINGKASAN ISI BUKU 4

2.1 Ringkasan Isi Buku

BAB III : PEMBAHASAN/ANALIS

2.1 Kelebihan Dan Kekurangan Isi Buku

BAB IV

3.1 Kesimpulan

3.2 Saran
IDENTITAS BUKU

Judul Buku : Perkembangan Anak Usia Dini: Pengantar Dalam Berbagai


Aspek
Penulis : Drs. Ahmad Susanto, M.Pd
Penerbit : Kencana Prenadamedia Group
ISBN : 978.602.8730.69.3 305.231
Edisi : Pertama
Tahun Terbit : 2011
Tebal : 208 halaman
Ukuran Buku : 15 x 23 cm
Kota Terbit : Jakarta
Bahasa : Indonesia
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penulisan CBR

Critical book report adalah kegiatan yang mengkritisi buku dengan dasar
sebuah bahasan dari sebuah buku bagaimana isi, sistematika penulisan, penulisan
EYD, dan keunggulan serta kelemahan dari sebuah buku. Dalam membuat critical
book report, ada baiknya kita bisa memilih buku yang layak untuk dikritik,
membaca dan harus terbiasa berfikir secara kritis.

Keterampilan membuat CBR penulis dapat menguji kemampuan dalam


meringkas dan menganalis sebuah buku serta membandingkan buku yang
dianalisis dengan buku yang lain, mengenal dan memberi nilai serta mengkritik
sebuah karya tulis yang dianalisis.

Seringkali kita bingung memilih buku referensi untuk kita baca dan
pahami, terkadang kita hanya memilih satu buku untuk dibaca tetapi hasilnya
masih belum memuaskan misalnya dari segi analisis bahasa dan pembahasan, oleh
karena itu penulis membuat CBR Perkembangan Peserta Didik ini untuk
mempermudah pembaca dalam memilih buku referensi terkhusus pada pokok
bahasa tentang Perkembangan Peserta Didik.

1.2 Tujuan Penulisan CBR

Adapun tujuand ari pembuatan critical book report ini adalah :

1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah : Perkembangan Peserta Didik


2. Untuk mengulas isi sebuah buku yang dikritikalisasi
3. Mencari dan mengetahui informasi yang ada dalam buku tersebut.
4. Melatih diri untuk berfikir kritis dalam mencari informasi yang di berikan
oleh setiap bab dari sebuah buku
5. Untuk mengetahui kelebihan dan kelemahan dari buku yang dikritik.
1.3 Manfaat Penulisan CBR

Manfaat dari critical book report adalah

1. Dapat memahami bagaimana cara mengkritik buku dengan baik dan benar
2. Agar pembaca tanggap terhadap hal-hal penting yang ada didalam buku.
3.  Melatih Kemampuan penulis dalam mengkritisi suatu buku.
BAB II

RINGKASAN ISI BUKU

BAB 1

HAKIKAT PERKEMBANGAN

A. PENGERTIAN PERKEMBANGAN

Perkembangan merupakan suatu perubahan, dan perubahan ini tidak bersifat


kuantitatif, melainkan kualitatif. Perkembangan tidak ditekankan pada segi
material, melainkan pada segi fungsional.

Menurut Yusuf Syamsu (2001: 15), perkembangan adalah perubahan-


perubahan yang dialami oleh individu atau organisme menuju tingkat
kedewasannya atau kematangannya (maturation) yang berlangsung secara
sistematis, progresif dan berkesinambungan, baik menyangkut fisik (jasmaniah)
maupun psikis (rohaniah).

Adapun menurut Oemar Hamalik (2004: 84), perkembangan merujuk kepada


perubahan yang progresif dalam organisme bukan saja perubahan dalam segi fisik
(jasmaniyah) melainkan juga dalam segi fungsi, misalnya kekuatan dan
koordinasi.

B. PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN

Pertumbuhan dan perkembangan adalah dua hal yang berbeda. Pertumbuhan


adalah ukuran dan bentuk tubuh atau anggota tubuh, misalnya bertambah berat
badan, bertambah tinggi badan, dan pertumbuhan lainnya yang biasa disebut
pertumbuhan fisik.

Adapun perkembangan adalah perubahan mental yang berlangsung secara


bertahap dan dalam waktu tertentu, dari kemampuan yang sederhana menjadi
kemampuan yang lebih sulit, misalnya kecerdasan, sikap, dan tingkah laku.
Secara singkat dapat dibedakan kedua istilah perkembangan dan pertumbuhan
adalah perkembangan (development), merupakan proses atau tahapan
pertumbuhan kearah yang lebih maju yang bersifat psikis. Adapun pertumbuhan
(growth), merupakan tahapan peningkatan sesuatu dalam hal jumlah, ukuran, dan
arti pentingnya.

C. PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN ANAK

Psikologi perkembangan adalah teori yang mempelajari perkembangan


manusia dari lahir sampai dewasa atau tua. Psikologi perkembangan juga berarti
upaya mengamati segala perubahan yang terjadi secara sistematis dalam diri
seseoran, mulai dari konsepsi (pertemuan sel telur dan sperma) sampai kematian.
Adapun psikologi perkembangan anak (early childhood development), hanya
mempelajari perkembangan manusia sejak lahir hingga usia enam tahun atau
delapan tahun.

D. PENDEKATAN PERKEMBANGAN
1. Pendekatan Perkembangan Kognitif

Pendekatan ini didasarkan kepada asumsi atau keyakitan-keyakinan bahwa


kemampuan kognitif merupakan suatu fundamental dan yang membimbing
tingkah laku anak. Kunci untuk memahami tingkah laku anak terletak pada
pemahaman bagaimana pengetahuan tersebut terstruktur dalam berbagai
aspeknya. Ada tiga model perkembangan kognitif, yaitu: Model Pieget, model
pemprosesan informasi, dan model kognisi sosial.

2. Pendekatan Belajar atau Lingkungan

Teori belajar atau lingkungan berakar dari asumsi bahwa tingkah laku anak
diperoleh melalui pengkodisian dan prinsip-prinsip belajar.

3. Pendekatan Etimologi
Pendekatan ini merupakan studi perkembangan melalui perspektif
evolusioner, yang didasarkan kepada prinsip-prinsip evolusi yang diajukan
pertama kalinya oleh Charles Darwin.

E. TAHAPAN-TAHAPAN PERKEMBANGAN

Menrut Charlot Buhler, yang dikutip oleh Mudzakir dan Sutrisno (1997: 85),
menyatakan bahwa pertumbuhan bukanlah suatu perkembangan yang terjadi
secara berangsur-angsur yang lepas satu sama lain, tetapi suatu rentetan yang
tidak ada putus-putusnya daripada struktur yang semakin lama semakin
sempurna.

Tahapan-tahapan perkembangan digolongkan menjadi 3, yaitu:

1. Tahap Perkembangan Periodisasi Biologis.


2. Tahap Perkembangan Periodisasi Didaktis.
3. Tahapan Perkembangab Periodisasi Psikologis.

F. PRINSIP-PRINSIP PERKEMBANGAN

Adapun pola atau arah perkembangan dapat digambarkan sebagaimana yang


dijelaskanoleh Yelon dan Weinsten (19997: 25), yaitu :

1. Perkembangan dimulai dari kepala ke kaki, dan dari tengah seperti paru-
paru, jantung, dan sebagainya sampai ke inggir seperti tangan.
2. Struktur mendahului fungsi.
3. Perkembangan berdiferensiasi.
4. Perkembangan berlangsung dari konkret ke abstrak.
5. Perkembangan berlangsung dari egosentrisme ke perspektivisme.
6. Perkembangan berlangsung dari outer control ke inner control.
7. Perkembangan terjadi pada tempo yang berlainan.
8. Setiap perkembangan mempunyai ciri yang khas
9. Setiap individu mempunyai fase perkembangan.
G. TUGAS-TUGAS PERKEMBANGAN

Tugas-tugas perkembangan yang dimaksud dapat berbentuk hal-hal sebagai


berikut :

1. Belajar berjalan, hal ini terjadi ketika anak berada pada usia antara 9-15
bulan.
2. Belajar makan-makanan padat, hal ini terjadi pada tahun ke dua.
3. Belajar berbicara
4. Belajar buang air kecil dan buang air besar.
5. Belajar mengenal perbedaan jenis kelamin.
6. Mencapai kestabilan jasmaniah fisiologis.
7. Pembentukan konsep sederhana tentang realitas fisik dan sosial.
8. Belajar menciptakan hubungan dirinya secara emosional dengan orang tua,
saudara, dan orang lain.
9. Belajar mengadakan hubungan baik dan buruk.

H. ASPEK-ASPEK PERKEMBANGAN
1. Perkembangan Fisik

Perkembangan fisik merupakan hal yang menjadi dasar bagi kemajuan


perkembangan berikutnya. Proporsi tubuh anak secara dramatis, seperti pada usia
tiga tahun, rata-rata tinggi anak sekitar 80-90 cm dan beratnya sekitar 10-13 kg.
Adapun pada usia lima tahun tinggi anak mencapai 100-110 cm. Pertumbuhan
otak pada usia ini sudah mencapai 75% dari orang dewasa, sedangkan pada usia
enam tahun sudah mencapai 90%.

2. Perkembangan Intelgensi

Inteligensi bukanlah suatu yang bersifat kebendaan, melainkan suatu fisik


ilmiah untuk mendeskripsikan perilaku individu yang berkaitan dengan
kemampuan intelektual.
3. Perkembangan Bahasa

Pada umumnya, setiap anak memiliki dua tipe perkembangan bahasa pada
anak, yaitu egocentric speech dan socialized speech. Egocentric speech, yaitu
anak berbicara pada dirinya sendiri (monolog). Adapun socialized speech, yaitu
bahasa yang berlangsung ketika terjadi kontak antara anak dan temannya atau
dengan lingkungannya. Perkembangan ini dibagi kedalam lima bentuk yaitu :

1. Adapted information (adaptasi informasi)


2. Critism (kritik)
3. Command (perintah), request (permintaan), dan threat (ancaman)
4. Questions (pertanyaan)
5. Answer (jawaban)

4. Perkembangan Sosial

Adapun perkembangan bentuk-bentuk tingkah laku sosial anak sebagai


berikut :

a. Pembangkangan (negativisme)
b. Berselisih atau bertengkar (querreling)
c. Persaingan (rivaly)
d. Kerja sama (cooperation)
e. Tingkah laku berkuasa (ascendant behavior)
f. Mementingkan diri sendiri (selfishness)
g. Simpati (sympathy)

5. Perkembangan Moral

Moral berasal dari kata Latin mos (moris), yang berarti adat istiadat,
kebiasaan, peraturan/nilai, atau tata cara kehidupan. Adapun moralitas merupakan
kemauan untuk menerima dan melakukan peraturan, nilai-nilai, dan prinsip
moral. Seseorang dikatakan bermoral, apabila tingkah laku orang ini sesuai
dengan nilai-nilai moral yang dijunjung tinggi oleh kelompok sosialnya.
BAB 2

PERKEMBANGAN KOGNITIF ANAK

A. PENGERTIAN PERKEMBANGAN KOGNITIF ANAK

Kognitif adalah suatu proses berfikir, yaitu kemampuan individu untuk


menghbungkan, menilai, dan mempertimbangkan suatu kejadian atau peristiwa.
Proses kognitif berhubungan dengan tingkat inteligensi (kecerdasan) yang
menandai seseorag dengan berbagai minat terutama sekali ditujukan kepada ide-
ide dan belajar.

B. URGENSI PERKEMBANGAN KOGNITIF

Pieget berpendapat bahwa pentingnya perkembangan kognitif adalah :

1. Agar anak mampu mengembangkan daya persepsinya berdasarkan apa


yang dilihat.
2. Agar anak mampu melatih ingatannya terhadap semua peristiwa dan
kejadian yang dialaminya.
3. Agar anak mampu mengembangkan pemikiran-pemikirannya dalam
rangka menghubungkan satu peristiwa dengan peristiwa lainnya.
4. Agar anak mampu memahami simbo-simbol yang tersebar di dunia
sekitarnya.
5. Agar anak mampu melakukan penalaran-penalaran, baik yang terjadi
secara alamiah (spontan), maupum melalui proses ilmiah (percobaan).
6. Agar anak mampu memcahkan persoalan hidup yang dihadapinya.

C. TEORI DASAR PERKEMBANGAN KOGNITIF

Elizabeth B. Hurlock (1996: 134), berpendapat bahwa untuk membuat anak


kecil mengerti agama, konsep keagamaan harus diajarkan dalam bahasa sehari-
hari dan dengan contoh dari kehidupan sehari-hari. Dalam kesempatan lain,
Hurlock (1999), menyatakan bahwa anak usia 3-5 tahun masa permainan dan
akan mencapai puncaknya pada usia 5-6 tahun.
D. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN KOGNITIF

Banyak faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan kognitif, namun


sedikitnya faktor perkembangan kognitif adalah sebagai berikut :

1. Faktor hederitas/keturunan
2. Faktor lingkungan
3. Faktor kematangan
4. Faktor pembentukan
5. Faktor minat dan bakat
6. Faktor kebebasan

E. KLASIFIKASI PENGEMBANGAN KOGNITIF


1. Pengembangan auditory.Kemampuan ini berhubungan dengan bunyi
atau indra pendengaran anak.
2. Pengembangan visual. Berhubungan dengan penglihatan, pengamatan,
perhatian, tanggapan, dan presepsi anak terhadap lingkungan sekitarnya.
3. Pengembangan taktik. Kemampuan ini berhubungan dengan tekstur
(indra peraba)
4. Pengembangan kinestetik. Kemampuan yang berhubungan dengan
kelancaran gerak tangan/keterampilan tangan atau motorik halus yang
mempengarui perkembangan kognitif.
5. Pengembangan aritmatika. Kemampuan ini diarahkan untuk
penguasaan berhitung atau konsep berhitung permulaan.
6. Pengembangan geometri. Kemampuan ini berhubungan dengan
pengembangan konsep bentuk dan ukuran.
7. Pengembangan sains permulaan. Kemampuan ini berhubungan dengan
berbagai percobaan atau demonstrasi sebagai suatu pendekatan secara
saintifik atau logis, tetapi tetap dengan mempertimbangkangkan tahapan
berpikir anak.
BAB 3

PERKEMBANGAN MORAL

A. PENGERTIAN MORAL

Moral berasal dari kata Latin mos, yaitu berarti adat istiadat, kebiasaan,
peraturan/nilai-nilai, atau tata cara kehidupan. Istilah moral dalam tulisan ini
diartikan sebagai peraturan, nilai-nilai dan prinsip moral, kesadaran orang untuk
menerima dan melakukan peraturan, nilai-nilai, dan prinsip yang telah baku dan
dianggap benar.

B. PERKEMBANGAN MORAL PADA MASA AWAL

Bayi berada dalam tahap perkembangan moral yang oleh Piaget dalam
Hurlock (1980: 80) disebut moralitas dengan paksaan preconvetional level) yang
merupakan tahap pertama dari tiga tahapan perkembangan moral. Tahap ini
berakhir sampai usia 7-8 tahun dan ditandai oleh kepatuhan otomatis kepada
aturan-aturan tanpa penalaran atau penilaian.

C. PERKEMBANGAN KESADARAN MORALITAS ANAK


Tahapan-tahapan perkembangan moral pada anak sebagai berikut:
1. Masa kanak-kanak (sampai usia 7 tahun).
2. Masa anak sekolah.
3. Masa remaja (12-18 tahun)
BAB 4

PERKEMBANGAN BAHASA ANAK

A. PENGERTIAN BAHASA

Menurut Vogotsky dalam Wolfolk (1995), menyatakan bahwa : “Language


is critical for cognitive development. Language provide a means for expressing
ideas and asking questions and it provides the categories and concept for
thinking.” Bahasa merupakan alat untuk mengekspresikan ide dan bertanya, dan
bahasa juga menghasilkan konsep dan kategori-kategory untuk berpikir.

Bahasa adalah alat untuk berpikir, mengekspresikan diri dan


berkomunikasi.keterampilan bahasa juga penting dalam rangka oembentukan
konsep, informasi, dan pemecahan masalah.

B. PEMBELAJARAN BAHASA UNTUK ANAK USIA DINI

Menurut Suyanto (2005), melatih anak belajar bahasa dapat dilakukan dengan
cara berkomunikasi melalui berbagai setting berikut ini, antara lain :

1. Kegiatan bermain bersama


2. Bercerita
3. Bermain peran
4. Bermain puppet dan boneka tangan yang dapat dimainkan dengan jari
(fingerplay)
5. Belajar dan bermain dalam kelompok (cooperative play dan cooperative
learning)

C. TAHAP PERKEMBANGAN BAHASA ANAK

Secara umum tahap-tahap perkembangan anak dapat dibagi ke dalam


beberapa rentang usia, yang masing-masing menunjukkan ciri-ciri tersendiri.
Menurut Guntur (1998), tahapan perkembangan ini sebagai berikut :

1. Tahap I (pralinguistik), yaitu antara 0-1 tahun. Tahap ini terdiri dari :
a. Tahap meraban-1 (pralinguistik pertama). Tahap ini dimulai dari
bulan pertama hingga bulan keenam dimana anak akan mulai
menangis, tertawa, dan menjerit.
b. Tahap meraban-2 (pralinguistik kedua). Tahap ini pada dasarnya
merupakan tahap kata tanpa makna mulai dari bulan ke-6 hingga
satu tahun.

2. Tahap II (linguistik). Tahap ini terdiri dari tahap I dan II, yaitu :
a. Tahap-1 : holafrastik (1 tahun), ketika anak-anak mulai
menyatakan makna keseluruhan frasa atau kalimat dalam suatu
kata.
b. Tahap-2 : pada tahap ini anak sudah mampu mengucapkan dua
kata.

3. Tahap III (pengembangan tata bahasa, yaitu prasekolah 3, 4, 5 tahun).


Pada tahap ini anak sudah dapat membuat satu kalimat’

4. Tahap IV (tata bahasa menjelang dewasa, yaitu 6-8 tahun). Tahap ini
ditandai dengan kemampuan yang mampu mengubah kaliamat sederhana
menjadi kalimat kompleks.

D. ASPEK-ASPEK PERKEMBANGAN BAHASA ANAK USIA DINI

Aspek-aspek menurut yang berkaitan dengan perkembangan bahasa anak


menurut Jamari (2006) dapat dibagi ke dalam tiga aspek, yaitu :

1. Kosakata
2. Sintaksis
3. Semantik
E. KARAKTERISTIK KEMAMPUAN BAHASA ANAK USIA DINI

Menurut Jamaris (2006), karakteristik kemampuan bahasa anak usia empat


tahun :

1. Terjadi perkembangan yang cepat dalam kemampuan bahasa anak.


2. Menguasai 90% dari fonem dan sintaksis bahasa yang digunakannya.
3. Dapat berpartisipasi dalam suatu percakapan.

Selanjutnya, menurut Jamaris karakteristik kemampuan bahasa anak usia 5-6


tahun adalah sebagai berikut :

1. Sudah dapat mengucapkan lebih dari 2.500 kosakata.


2. Lingkup kosakata yang dapat diucapkan anak menyangkut warna, ukuran,
bentuk, rasa, bau, keindahan, kecepatan, suhu, perbedaan, perbandingan,
jarak, dan permukaan (kasar-halus).
3. Anak usia 5-6 tahun sudah dapat melakukan peran sebagai pendengar yang
baik.
4. Dapat berpartisipasi dalam suatu percakapan.
5. Percakapan yang dilakukan oleh anak 5-6 tahun telah menyangkut
berbagai komentarnya terhadap apa yang dilakukan oleh dirinya sendiri
dan orang lain, serta apa yang dilihatnya.

F. TUJUAN PENGEMBANGAN BAHASA ANAK USIA DINI

Adapun menurut Depdiknas (2000), mengemukakan bahwa tujuan bahasa


ditaman kanak-kanak ialah sesuai dengan Garis-garis Besar Program Kegiatan
Belajar (GBPKB) taman kanak-kanak, pengembangan kemampuan berbahasa di
Taman Kanak-kanak bertujuan agar anak didik mampu berkomunikasi secara
lisan dengan lingkungannya.

G. FUNGSI BAHASA BAGI ANAK USIA DINI

Menurut Depdiknas (2000), fungsi pengembangan bahasa bagi anak


prasekolah adalah :
1. Sebagai alat untuk berkomunikasi dengan lingkungan.
2. Sebagai alat untuk mengembangkan kemampuan intelektual anak.
3. Sebagai alat untuk mengembangkan ekspresi anak.
4. Sebagai alat untuk menyatakan perasaan dan buah pikiran kepada orang
lain.

H. PRINSIP PENGEMBANGAN BAHASA UNTUK ANAK USIA DINI

Adapun prinsip pengembangan bahasa sebagaimana yang disajikan oleh


Depdiknas (2000), sebagai berikut :

1. Sesuaikan dengan tema kegiatan dan lingkungan terdekat.


2. Pembelajaran harus berorientasi pada kemampuan yang hendak dicapai
sesuai potensi anak.
3. Tumbuhkan kebebasan dalam mengungkapkan pikiran dan perasaan
dikaitkan dengan spontanitas.
4. Diberikan alternatif pikiran dalam pikiran dalam mengungkapkan isi
hatinya.
5. Komunikasi antara guru dan anak akrab dan menyenangkan.
6. Guru menguasai pengembangan bahasa.
7. Guru harus bersikap normatis, model, contoh penggunaan bahasa yang
baik dan benar.
8. Tidak menggunakan huruf satu-satu secara formal.
BAB 5

PENGEMBANGAN MEMBACA DAN MENULIS UNTUK ANAK USIA DINI

A. MEMBACA UNTUK ANAK USIA DINI

Tujuan membaca pada anak usia taman kanak-kanak menurut Brewer (1995),
adalah sebagai berikut :

1. Continuing their language development.


2. Giving them personal knowledge of the function of print
3. Helping them about books and the importance of reading.

The third goal can be divided further into several secondary purpose : to
develop phonemic awareness, to learn about story sructure, and to learn
about the readers do.

Tujuan membaca menurut Brewer tersebut adalah tujuan yang merupakan


persiapan membaca, karena pada saat ini belum terjadi kegiatan membaca
yang sebenarnya, karena kegiatan ini baru bagian awal dari kegiatan
membaca.

B. HAKIKAT MEMBACA UNTUK ANAK USIA DINI

Gray (1967), membedakan tiga kategori definisi membaca,yaitu kategori


sempit, agak luas, dan luas. Pengertian membaca dalam kategori sempit
dikatakan bahwa membaca merupakan pengenalan bacaan atau lambang tertulis.
Kategori agak luas, selain pengenalan lambang, pengertian membaca mencakup
pengenalan unsur-unsur makna secara tepat beserta pemahaman yang sesuai
dengan penertian membaca pada kategori pertama, yaitu kategori sempit, karena
pembelajaran yang dilakukan baru pada tahap pengenalan membaca, pengenalan
membaca, pengenalan bacaan atau lambang tulis.
C. PRINSIP-PRINSIP PEMBELAJARAN MEMBACA UNTUK ANAK
USIA DINI

Salah satu prinsip yang dikemukakan oleh Torrey (1979) ialah bagaimana
agar anak tertarik dalam kegiatan membaca,sehingga kegiatan ini menjadi
kegiatan yang menyenangkan. Jika anak sudah memiliki rasa senang membaca,
akan lebih mudah untuk dibimbing dalam kegiatan belajar membaca yang lebih
kompleks.

D. PERKEMBANGAN MEMBACA ANAK USIA DINI

Menurut Steinberg (1982: 28) mengatakan bahwa, kemampuan membaca anak


usia dini dapat dibagi atas empat tahap perkembangan, yaitu :

1. Tahap timbulnya kesadaran terhadap tulisan.


2. Tahap membaca gambar.
3. Tahap pengenalan bacaan.
4. Tahap membaca lancar.

E. MENULIS UNTUK ANAK USIA DINI

Menulis ditaman kanak-kanak menurut High Scope Child Observation


Record (1992), disebut menulis dini atau menulis awal. Kegiatan menulis dini
mencakup anak mencoba tektik menulis menggunakan lekuk-lekuk dan garis-
garis sebagai huruf, meniru tulisan atau meniru huruf-huruf yang dapat dikenal,
menulis nama sendiri, menulis beberapa kata frasa atau kalimat bervariasi.

Dengan demikian, kegiatan menulis untuk anak usia dini lebih menekankan
pada kegiatan mencurahkan perasaan, gagasan atau ide-ide melalui simbol-
simbol tertulis dengan cara bebas atau tidak terikat pada kaidah-kaidah penulisan
formal.

F. PERKEMBANGAN KEMAMPUAN MENULIS ANAK USIA DINI


Menurut Martini Jamaris (2006: 60), bahwa ada ilmu perkembangan
kemampuan menulis anak usia taman kanak-kanak, yaitu :

1. Tahap mencoret.
2. Tahap pengulangan secara linier.
3. Tahap menulis secara acak.
4. Tahap menulis tulisan nama.
5. Tahap menulis kalimat pendek.

G. TAHAPAN-TAHAPAN MENULIS PADA ANAK USIA DINI

Menurut Brown (1990: 99) terdapat empat tahapan menulis, yaitu :

1. Pre communicative writing


2. Semphonic writing
3. Phonic writing
4. Traditional writing

H. URGENSI KEMAMPUAN MENULIS BAGI ANAK USIA DINI

Hohmann (1995), menyatakan bahwa menulis untuk anak usia dini dapat
dilakukan dengan berbagai cara, writing in varies ways; drawing, scribbling,
letter like form, invented spelling, and conventional. Jadi menurut Hohmann,
belajar menulis untuk anak-anak dapat ditempuh dengan berbagai cara, seperti
menggambar, mencoret-coret, menulis berbagai bentuk, mengeja, dan dengan
cara yang natural atau menulis secara alami tanpa ada bimbingan dan arahan dari
orang lain.
BAB 6

PENGEMBANGAN KREATIVITAS ANAK USIA DINI

A. PENGERTIAN KREATIVITAS

Kreativitas merupakan untuk meciptakan seuatu yang baru, baik berupa


produk atau gagasan baru yang dapat diterapkan dalam memecahkan masalah,
atau sebagai kemampuan untuk melihat unsur-unsur yang sudah ada sebelumnya.

B. CIRI-CIRI KREATIVITAS

Guliford mengemukakan bahwa ada lima sifat yang menjadi ciri kemampuan
berpikir kreatif, yatu :

a. Kelancaran (fluency)
b. Keluwesan (flexibility)
c. Keaslian (originality)
d. Penguraian (elaboration)
e. Perumusan kembali (redefinition)

C. FAKTOR PENDUKUNG KREATIVITAS

Hurlock (1999: 11), mengemukakan beberapa faktor pendorong yang dapat


meningkatkan kreativitas, yaitu :

1. Waktu
2. Kesempatan menyendiri
3. Dorongan seberapa jauh prstasi anak memenuhi standar orang dewasa.
4. Sarana
5. Lingkungan yang merangsang
6. Hubungan anak dan orang tua yang tidak posesif
7. Cara mendidik anak
8. Kesempatan memperoleh pengetahuan
D. FAKTOR PENGHAMBAT KREATIVITAS

Torrance dalam Arieti (Adhipura, 2001: 46), menyatakan tentang hal-hal


yang dapat membatasi kreativitas anak adalah :

1. Usaha terlalu dini untuk mengeliminasi fantasi.


2. Pembatasan terhadap rasa ingin tahu anak.
3. Terlalu menekankan peran berdasarkan perbedaan seksual.
4. Terlalu banyak melarang.
5. Takut dan malu.
6. Penekanan yang salah kaprah terhadap keterampilan verbal tertentu.
7. Memberikan kritik yang bersifat destruktif.

E. STRATEGI PENGEMBANGAN KREATIVITAS

Salah satu upaya dalam mengembangkan kreativitas anak usia dini adalah
dengan memberikan stimulus yang baik dan tepat, yaitu pembelajaran dengan
bermain atau belajar sambil bermain.
BAB 8

PERKEMBANGAN SOSIAL DAN EMOSIONAL PADA ANAK USIA DINI

A. HAKIKAT PERKEMBANGAN SOSIAL DAN EMOSIONAL

Perkembangan sosial sangat erat hubungannya dengan perkembangan


emosional, walaupun masing-masing ada kekhususannya. Peran orang tua dan
guru di sekolah dalam mengembangkan perilaku sosial dan emosional adalah
ditempuh dengan menanamkan sejak dini pentingnya pembinaan perilaku dan
sikap yang dapat dilakukan melalui pembiasaan yang baik.

B. PERILAKU SOSIAL DAN EMOSIONAL ANAK USIA DINI


1. Perilaku Sosial

Secara spesifik, Hurlock (1980: 118) mengklasifikasikan pola perilaku sosial


pada anak usia dini kedalam pola perilaku sebagai berikut :

a. Meniru
b. Persaingan
c. Kerja sama
d. Simpati
e. Empati
f. Dukungan sosial
g. Membagi
h. Perilaku akrab

2. Perilaku Emosional

Perkembangan emosi pada anak usia dini mengikuti pola tertentu sesuai pola
yang berkembang dalam kelompok sosial dan kehidupan-kehidupannya. Pola
perilaku emosional anak usia dini meliputi marah, takut, gembira, sedih,
cemburu, dan kasih sayang.

C. ASPEK PERLAKU SOSIAL DAN EMOSIONAL ANAK USIA DINI


Baety (1994: 137), menyatakan bahwa perkembangan sosial anak berkaitan
dengan perilaku proposional dan bermain sosialnya. Aspek perilaku sosial
meliputi :

1. Empati
2. Kemurahan hati
3. Kerja sama
4. Kepedulian
D. KARAKTERISTIK PERKEMBANGAN SOSIAL DAN EMOSIONAL
ANAK USIA DINI

Ciri-ciri perkembangan sosial dan emosional anak usia 4-6 tahun menurut
Steinberg dkk. (1995: 48) sebagai berikut :

1. Lebih menyukai bekerja dengan dua atau tiga teman yang dipilih sendiri,
bermain dalam kelompok dan senang bekerja berpasang-pasangan.
2. Mulai mengikuti dan mematuhi aturan serta berada pada tahap
heteronomous morality.
3. Dapat membereskan analt mainan.
4. Rasa ingin tahu besar, mampu bicara dan bertanya apabila diberi
kesempatan, dapat diajak diskusi.
5. Mulai dapat mengendalikan emosi diri.
6. Mempunyai kemampuan untuk berdiri sendiri-sendiri.

E. PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN SOSIAL EMOSIONAL


ANAK

Juntika (2007: 158), menyatakan bahwa rangsangan yang menimbulkan


emosi, pola sambutan ekspresi atas terjadi pengalaman emosional ini dapat
diubah dan dipengaruhi atau diperbaiki oleh guru.

F. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN SOSIAL


DAN EMOSIONAL ANAK
1. Perkembangan Sosial
a. Faktor Internal
1) Hal-hal yang diturunkan dari orang tua
2) Unsur berpikir dan kemampuan intelektual
3) Keadaan kelenjar zat-zat dalam tubuh (unsur homonal)
4) Emosi dan sifat-sifat (tempramen) tertentu
b. Faktor Eksternal
1) Keluarga
2) Gizi
3) Budaya
4) Teman bermain atau teman sekolah
2. Perkembangan Emosional
Salovey dalam Goleman (2007: 57), membagi lima aspek kecerdasan
emosional sebagai berikut :
1) Kesadaran diri
2) Mengelola emosi
3) Memotivasi diri sendiri
4) Empati
5) Membina hubungan

G. ASPEK PERKEMBANGAN SOSIAL DAN EMOSIONAL ANAK

Dalam buku pedoman dini tumbuh kembang balita yang diterbitkan


Departemen Kesehatan RI tahun 1994, ada empat aspek tumbuh kembang yang
perlu dibina dalam menghadapi masa depan anak cemerlang sebagai berikut :

1. Perkembangan kemampuan gerak kasar.


2. Perkembangan kemampuan gerak halus.
3. Perkembangan kemampuan bicara, bahasa, dan kecerdasan.
4. Perkembangan kemampuan bergaul dan mandiri.
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Kelebihan dan Kekurangan Buku

BAB 1 KELEBIHAN KEKURANGAN


Bagus, sesuai dengan Isi buku kurang menarik
kehidupan sosial karena penulis
Isi
membubuhi beberapa
contoh.
Penggunaan bahasa Beberapa penempatan
mudah dimengerti kalimat kurang tepat
Bahasa
pembaca. karena banyak
pengulangan kata.

BAB 2 KELEBIHAN KEKURANGAN


Bagus, penulis Isi buku kurang menarik
menempatkan tabel karena penulis
Isi
perkembangan anak pada membubuhi beberapa
bab ini. contoh.
Penggunaan tata bahasa Penulis buku banyak
Bahasa mudah dimengerti menempatkan kalimat
pembaca. asing.

BAB 3 KELEBIHAN KEKURANGAN


Bagus, penulis Isi buku kurang menarik
menggunakan banyak karena penulis
Isi sumber untuk membubuhi beberapa
mengembangkan contoh.
pembahasan isi.
Penggunaan tata bahasa Penulis buku banyak
Bahasa mudah dimengerti menempatkan kalimat
pembaca. asing.

BAB 4 KELEBIHAN KEKURANGAN


Bagus, sesuai dengan Isi buku kurang menarik
kehidupan sosial karena penulis
Isi
membubuhi beberapa
contoh.
Penggunaan tata bahasa Penulis buku banyak
Bahasa mudah dimengerti menempatkan kalimat
pembaca. asing.

BAB 5 KELEBIHAN KEKURANGAN


Bagus, sesuai dengan Isi buku kurang menarik
kehidupan sosial karena penulis
Isi
membubuhi beberapa
contoh.
Penggunaan tata bahasa Penulis buku banyak
Bahasa mudah dimengerti menempatkan kalimat
pembaca. asing.

BAB 6 KELEBIHAN KEKURANGAN


Bagus, sesuai dengan Isi buku kurang menarik
kehidupan sosial karena penulis
Isi
membubuhi beberapa
contoh.
Bahasa Penggunaan tata bahasa Penulis buku banyak
mudah dimengerti menempatkan kalimat
pembaca. asing.

BAB 7 KELEBIHAN KEKURANGAN


Bagus, penulis Isi buku kurang menarik
menempatkan tabel karena penulis
Isi
perkembangan anak pada membubuhi beberapa
bab ini. contoh gambar.
Penggunaan tata bahasa Penulis buku banyak
Bahasa mudah dimengerti menempatkan kalimat
pembaca. asing.

BAB 8 KELEBIHAN KEKURANGAN


Bagus, penulis Isi buku kurang menarik
menempatkan tabel karena penulis
Isi
perkembangan anak pada membubuhi beberapa
bab ini. contoh gambar.
Penggunaan tata bahasa Penulis buku banyak
Bahasa mudah dimengerti menempatkan kalimat
pembaca. asing.

BAB 9 KELEBIHAN KEKURANGAN


Bagus, penulis Isi buku kurang menarik
menempatkan tabel karena penulis
Isi
perkembangan anak pada membubuhi beberapa
bab ini. contoh gambar.
Bahasa Penggunaan tata bahasa  Penggunaan tata
mudah dimengerti bahasa banyak
pembaca. diulang-ulang
sehingga sulit
dimengerti pembaca.
 Penulis buku banyak
menempatkan kalimat
asing sehigga sulit
untuk dipahami semua
kalangan pembaca.

BAB 10 KELEBIHAN KEKURANGAN


Bagus, penulis Isi buku kurang menarik
menempatkan tabel karena penulis
Isi
perkembangan anak pada membubuhi beberapa
bab ini. contoh gambar.
 Penggunaan tata
bahasa banyak
diulang-ulang
sehingga sulit
dimengerti pembaca.
Bahasa
 Penulis buku banyak
menempatkan kalimat
asing sehigga sulit
untuk dipahami semua
kalangan pembaca.
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Pertumbuhan dan perkembangan masing-masing anak berbeda, ada yang


cepat dan ada yang lambat, tergantung faktor bakat, lingkungan, dan kovergensi.
Perkembangan adalah perubahan mental yang berlangsung secara bertahap dan
dalam waktu tertentu, dari kemampuan yang sederhana menjadi kemampuan yang
lebih sulit, misalnya kecerdasan, sikap, dan tingkah laku.

4.2 Saran

Adapun upaya yang dilakukan untuk mengatasi penyimpangan


perilaku pada anak oleh sekolah salah satunya dengan mengetahui faktor penyebab
dari perilaku menyimpang itu sendiri. Diharapkan kepada pengajar agar dapat ikut
Berpartisipasi dalam memahami tentang perkembangan peserta didik. Partisipasi
pemerintah, masyarakat, pengajar dan orang tua juga perlu untuk mengawasi
perkembangan setiap anak.

Anda mungkin juga menyukai