Skor Nilai:
“PENERAPAN MANAJEMEN
PELAYANAN PUBLIK DI SEKOLAH”
Sebagai sebuah institusi penyedia layanan public di sector pendidikan, sekolah dituntut untuk
mampu memenuhi kebutuhan dan harapan masyarakat yang terus berkembang ditengah
situasi yang sangat dinamis. Hal ini tentu saja membutuhkan kemampuan manajemen sekolah
yang baik, mulai dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan agar
layanan yang diberikan oleh sekolah dapat berkualitas dan berkeadilan melalui manajemen
yang efektif dan efisien.
Hal ini sejalan dengan mandat UU nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional tentang MBS (Manajemen Berbasis Sekolah).
Upaya untuk meningkatkan kualitas pelayanan publik tersebut dilakukan melalui berbagai
langkah kebijakan. Kebijakan yang paling mendasar adalah mengubah mindset para birokrat
dari bermental penguasa menjadi birokrat yang bermental pelayan masyarakat. Kebijakan
lainnya adalah penataan kelembagaan pelayanan publik, penyederhanaan prosedur pelayanan,
penerapan standar pelayanan minimal, peningkatan pemanfaatan teknologi informasi dan
komunikasi dalam manajemen pelayanan, serta penerapan sistem manajemen mutu dalam
pelayanan publik, termasuk manajemen penanganan pengaduan masyarakat.
Untuk memperkuat landasan dalam memberikan jaminan pelayanan public yang berkualitas
Pemerintah telah menerbitkan Undang-Undang No. 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik
dan Undang-Undang No. 37 Tahun 2008 tentang Ombudsman RI. Selain itu, untuk
memastikan masyarakat dapat memperoleh informasi mengenai fungsi, peran, dan bekerjanya
badan public, pemerintah juga menerbitkan Undang-Undang No. 14 Tahun 2008 tentang
Keterbukaan Informasi Publik.
i
Abstract
As an institution providing public services in the education sector, schools are required to be
able to meet the needs and expectations of society that continue to develop amidst a very
dynamic situation. This of course requires good school management skills, starting from
planning, organizing, implementing and supervising so that the services provided by schools
can be quality and fair through effective and efficient management.
This is in line with the mandate of Law number 20 of 2003 concerning the National
Education System regarding SBM (School Based Management).
Along with the development of a democratic climate in Indonesia, the reform movement
which began in 1998 is now shifting towards bureaucratic reform. Bureaucratic reform is
essentially an attempt to carry out fundamental reforms and changes to the government
administration system, especially regarding institutional (organizational) aspects,
management and human resources of the apparatus. In the end the successful implementation
of bureaucratic reform will greatly support the creation of good governance, because
bureaucratic reform is the core of efforts to create good governance, so that it will be able to
improve the quality of public services which will ultimately bring prosperity to the
community.
Efforts to improve the quality of public services are carried out through various policy
measures. The most basic policy is to change the mindset of bureaucrats from a ruler's
mentality to a public servant mentality. Other policies are structuring public service
institutions, simplifying service procedures, applying minimum service standards, increasing
the use of information and communication technology in service management, and
implementing a quality management system in public services, including the management of
handling public complaints.
To strengthen the foundation in providing quality public service guarantees, the Government
has issued Law no. 25 of 2009 concerning Public Services and Law no. 37 of 2008
concerning the Indonesian Ombudsman. In addition, to ensure that the public can obtain
information regarding the functions, roles and operations of public bodies, the government
also issued Law no. 14 of 2008 concerning Public Information Disclosure.
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Pendidikan adalah salah satu kunci dalam peningkatan taraf hidup masyarakat. Oleh
karena itu, negara sebagai penjamin kehidupan masyarakat harus mampu menyelenggarakan
pendidikan agar taraf hidup masyarakatnya semakin baik. Dalam Undang-Undang No. 20
Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, disebutkan bahwa setiap warga negara
berusia 7 – 15 tahun wajib mengikuti pendidikan dasar. Sedangkan pasal 34 ayat 3 Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia menyebutkan bahwa Pemerintah dan Pemerintah
Daerah menjamin terselenggaranya wajib belajar minimal pada jenjang pendidikan dasar
tanpa memungut biaya, dalam ayat 3 juga disebutkan bahwa wajib belajar merupakan
tanggung jawab negara yang diselenggarakan oleh lembaga pendidikan Pemerintah,
Pemerintah Daerah, dan masyarakat. Untuk mewujudkan amanah Undang-Undang tersebut
maka pemerintah wajib menyelenggarakan layanan pendidikan bagi seluruh peserta didik
pada tingkat pendidikan dasar yaitu di SD dan SMP serta satuan pendidikan lain yang
sederajat.
Hak setiap warga negara Indonesia untuk mendapat pelayanan pendidikan dijamin
UUD 1945. Sebagai resiprokasi juridis-nya hak ini mewajibkan pemerintah sebagai
penyelenggara negara untuk memberikan pelayanan pendidikan kepada masyarakat sebagai
kumpulan warga negara. Pasal 31 UUD secara eksplisit menyatakan: (1) Tiap-tiap warga
negara berhak mendapat pengajaran, serta (2) Pemerintah mengusahakan dan
menyelenggarakan satu sistem pengajaran nasional yang diatur dengan undang-undang.
Sampai saat ini pelayanan pendidikan di Indonesia dihadapkan pilihan yang dilematis oleh
karena adanya "tarik menarik" kepentingan di satu pihak ialah kepentingan peningkatan
kualitas untuk memperkuat daya kompetisi bangsa, di lain pihak kepentingan kuantitas untuk
memberikan hak pelayanan pendidikan kepada warga negara.
Guna mengahadapi era globalisasi yang penuh tantangan dan peluang, aparatur negara
sebagai pelayan masyarakat yang memberikan pelayanan sebaik-baiknya menuju good
governence. Pelayanan yang diberikan kepada masyarakat setiap waktu selalu menuntut
pelayanan publik yang berkualitas dari birokrat yang dilakukan secara transparan dan
akuntabilitas. Berangkat dari fakta sementara, saat ini konsep desentralisasi dan otonomi
daerah diartikulasikan oleh daerah untuk hanya terfokus pada usaha menata dan mempercepat
pembangunan di wilayahnya masing-masing. Penerjemahan seperti ini ternyata belum cukup
iii
efisien dalam meningkatkan pelayanan kepada masyarakat.
Berdasarkan konteks negara modern, pelayanan publik telah menjadi lembaga dan
profesi yang semakin penting. Pelayanan Publik tidak lagi merupakan aktivitas sambilan,
tanpa payung hukum, gaji dan jaminan sosial yang memadai, sebagaimana terjadi di banyak
negara berkembang pada masa lalu. Sebagai sebuah lembaga, pelayanan publik menjamin
keberlangsungan administrasi negara yang melibatkan pengembangan kebijakan pelayanan
dan pengelolaan sumber daya yang berasal dari dan untuk kepentingan publik. Sebagai
profesi, pelayanan publik berpijak pada prinsip-prinsip profesionalisme dan etika seperti
akuntabilitas, efektifitas, efisiensi, integritas, netralitas, dan keadilan bagi semua penerima
pelayanan.
Berdasarkan Alinea ke 4 (empat) Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 hasil
amandemen mengamanatkan bahwa salah satu tujuan bangsa Indonesia adalah mencerdaskan
kehidupan bangsa. Dalam hal ini mencerdaskan kehidupan bangsa harus diartikan secara
mendalam dan menyeluruh. Artinya bahwa pendidikan seharusnya tidak hanya dijadikan
sebuah alat untuk menaikkan derajat sosial ekonomi saja, namun harus dapat menjadikan
manusia sebagai manusia seutuhnya. Pelayanan publik merupakan salah satu tugas penting
yang tidak dapat diabaikan oleh pemerintah daerah sebab jika komponen pelayanan tidak
optimal maka hampir dipastikan semua sektor akan berdampak kemacetan. Oleh sebab itu
perlu ada perencanaan yang baik dan bahkan perlu diformulasikan standar pelayanan pada
masyarakat sesuai dengan kewenangan yang diberikan oleh pemerintah pusat pada
pemerintah daerah.
iv
B. METODE
Dalam penelitian kualitatif ini tidak menggunakan istilah populasi ataupun sampel,
sehingga lebih tepatnya dalam penelitian ini disebut dengan sumber data dalam
suatu situasi sosial (Satori, 2012:2). Adapun teknik sampling yang digunakan
dalam penelitian ini adalah purposive sampling, yakni memfokuskan pada
informan-informan terpilih yang kaya dengan kasus untuk studi yang
v
bersifat mendalam (Sukmadinata, 2012: 101). Selanjutnya dilanjutkan dengan
snowball sampling. Satori(2011: 48) mengatakan snowball sampling adalah cara
pengambilan sampel dengan teknik secara berantai, teknik penentuan sampel yang
semula kecil lama-lama membesar. Hal ini dilakukan seiring untuk dengan
kebutuhan data kelengkapan data dan informasi, maka lama kelamaan akan
menggelinding membesar layaknya bola salju sampai data yang dibutuhkan benar-
benar jenuh.
Alasan lain peneliti melakukan penelitian di sekolah tersebut adalah, SMP Negeri
4 Sidoarjo telah menjadi sekolah percontohan dalam melaksanakan pendidikan
inklusif dan mendapatkan Inclusive Award dari pemerintah pusat pada tahun 2014
lalu, serta mendapat penghargaan sebagai sekolah sehat pada tahun yang sama.
Teknik pengumpulan data menurut Sugiyono (2013: 308) adalah suatu cara yang
dilakukan untuk mendapatkan data. Teknik pengumpulan data merupakan langkah
yang sangat penting, karena tujuan utama dari penelitian itu sendiri adalah
mendapatkan data. Lebih dari itu, perlu diketahui pula bahwa sebagai upaya untuk
mencapai tujuan penelitian, diperlukan juga instrumen penelitian.
Adapun teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menganut
deskriptif naratif model Miles and Huberman (Sugiyono, 2013) yang meliputi data
reduction, data display, dan conclusion drawing/verification.
vi
Dalam pengujian keabsahan data penelitian ini, peneliti melakukan: 1) Uji
kredibilitas, dengan cara meningkatkan ketekunan, triangulasi, menggunakan
bahan referensi, dan diskusi dengan teman sejawat.; 2) Pengujian dependability,
dilakukan dengan melakukan audit terhadap keseluruhan proses penelitian. Dalam
penelitian ini terdapat auditor dependentyaitu dosen pembimbing skripsi, Dr.
Erny Resminingsih, M. Si.; 3) Pengujian konfirmability, Dalam penelitian
kualitatif, uji konfirmabilitas mirip dengan uji dependabilitas, sehingga
pengujiannya dapat dilakukan secara bersamaan.
PEMBAHASAN
vii
bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan
administratif yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik.
SPM sebagai Pelayanan Publik dalam bidang Pendidikan
Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Provinsi sebagai
daerah otonom mengisyaratkan adanya hak dan kewenangan pemerintah pusat untuk
menetapkan kebijakan tentang perencanaan nasional yang mendjadi pedoman atau acuan
bagi penyelenggaraan pendidijan di provinsi, kabupaten/kota sebagai daerah otonom.
Maka dari itu, Mendiknas menerbitkan Kepmen No.053/U/2001 tanggal 19 April 2001
tentang pedoman Penyusunan Standar Pelayanan Minimal (SPM) bidang Pendidikan
Dasar dan Menengah. Isi SPM tersebut adalah pedoman SPM Penyelenggaraan
TK,SD,SMP,SMA,SMK, dan SLB sebagai berikut: (1) Dasar Hukum, (2) Tujuan
Penyelenggaraan Sekolah, (3) Standar Kompetensi, (4) Kurikulum, (5) Peserta Didik, (6)
Ketenagaan, (7) Sarana dan Prasarana, (8) Organisasi, (9) Pembiayaan, (10) Manajemen,
(11) Peran serta Masyarakat. SPM Pendidikan meliputi layanan-layanan: (1) merupakan
tanggung jawab langsung pemerintah Kabupaten/Kota yang menjadi tugas pokok dan
fungsi dinas pendidikan untuk sekolah atau kantor departemen agama untuk madrasah,
(2) merupakan tanggung jawab tidak langsung pemerintah kabupaten/kota Dinas
Pendidikan dan Kantor Kementrian Agama, karena layanan diberikan oleh pihak sekolah
dan madrasah, para guru dan tenaga kependidikan dengan dukungan yang diberikan oleh
pemerintah kabupaten/kota. SPM Pendidikan ini juga menjadi tolak ukur kinerja
pelayanan pendidikan dasar melalui jalur pendidikan formal yang diselenggarakan oleh
pemerintah kabupaten/kota.
Perbuatan tersebut termasuk dalam tindak pidana koruptor yang telah dijelaskan
dalam aturan Pasal 12 c UU nomor 31 tahun 1999 sebagaimana telah diubah dengan UU
nomor 20 tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor), perbuatan
pungutan liar yang dilakukan oknum kepala sekolah dan guru, dapat dikategorikan sebagai
gratifikasi. Gratifikasi bisa dilakukan oleh PNS dan tidak memandang besar kecil nominal.
Berikut ini dikemukakan beberapa perbedaan pendekatan program MBS secara umum
dan MBS yang berorientasi pelayanan publik yang dikembangkan oleh Kinerja:
Strategi Pendekatan Program MBS Beroreintasi
Pendekatan MBS Secara Umum Pelayanan Publik
Program
Orientasi PAKEM Pelayanan Publik
Survei pengaduan Tidak ada Pelaksanaan survei
pengaduan mengacu pada
Permen-PAN Nomor 13
tahun 2009
Acuan penyusunan EDS (Evaluasi Diri Sekolah ) EDS, hasil survei
rencana kerja pengaduan, dan output
sekolah
Penguatan Penguatan komite sekolah Penguatan komite sekolah,
Masyarakat pembentukan forum komite
kecamatan dan forum
multistakeholder tingkat
xiv
kabupaten
Konsensus Kurangnya kesepakatan Harus ada kesepakatan
antara sekolah dan antara sekolah dan
masyarakat terkait aspek bersama dilakukan
yang perlu perbaikan melalui janji perbaikan hasil
nyata survei pengaduan
Dilihat dari berbagai perbedaan di atas, sisi inovasi dari implementasi MBS ini adalah
dikaitkan dengan pelayanan publik, di mana sekolah sebenarnya tidak berbeda dengan unit-
unit layanan publik lainnya. Karenanya, sekolah harus mampu meningkatkan tata kelola
secara baik dan mengacu pada peningkatan pelayanan bagi penerima pelayanan. Selain itu,
sekolah juga harus berupaya mendorong partisipasi masyarakat secara luas serta mempunyai
kepekaan responsif terhadap kebutuhan masyarakat sehingga akan terciptanya sinergitas
antara sekolah dan masyarakat, yang di dalamnya dapat menjadi kekuatan bersama-sama
dalam mewujudkan pelayanan prima. Dampak akhir yang ingin dicapai tentu saja dapat
meningkatkan mutu pendidikan di sekolah-sekolah dan daerah sasaran program.
xv
manajemen sangatlah strategis karena manusialah yang menjalankan roda organisasi. Sistem
yang baik akan sia-sia jika tidak didukung oleh SDM yang berkualitas. Oleh karena itu
ketersediaan karyawan dalam konteks kuantitas dan kualitas merupakan kunci utama untuk
mendorong efektivitas institusi pendidikan.
Manajemen sumberdaya manusia (Human Resource Management) dalam rangka
meningkatkan kualitas pendidikan adalah sangat penting, hali ni mengingat bahwa dalam
suatu organisasi atau lembaga pendidikan, dapat maju dan berkembang dengan dukungan dari
sumberdaya manusia. Oleh karena itu setiap lembaga pendidikan atau organisasi yang ingin
berkembang, maka harus memperhatikan sumber daya manusia dan mengelolanya dengan
baik, agar tercipta pendidikan yang berkualitas.
Keberadaan sumberdaya manusia merupakan bagian integral dalam kehidupan suatu
sekolah. Karena masing-masing sumberdaya manusia mempunyai peranan yang
strategis.Olehsebabitu, pembinaanterhadap personal yang ada menjadi tanggungjawab kepala
sekolah sebagai pimpinan tertinggi di suatu sekolah. Konsekwensinya setiap kepala sekolah
harus memahami benar mengenai lingkup atau dimensi-dimensi kepegawaian.
Secara umum kita akui bahwa keberhasilan usaha seseorang mempunyai hubungan
yang erat dengan kualitas manusia yang melakukan usaha atau tugas tersebut. Kualitas
sumber daya manusia yang Nampak melalui kompetensi yang dimilikinya merupakan hal
esensial untuk menjadi manusia professional. Begitu juga dengan keberhasilan suatu sekolah.
Keberhasilan sekolah sangat ditentukan oleh keberhasilan pimpinannya mengelola
tenaga kependidikan yang tersedia di sekolah. Pengelolaan atau manajemen tenaga
kependidikan bertujuan untuk memberdayagunakan tenaga kependidikan secara efektif dan
efisien untuk mencapai hasil yang optimal, namun tetap dalam kondisi yang menyenangkan.
Sehubungan dengan itu, fungsi personalia yang harus dilaksanakan pimpinan adalah
menarik, mengembangkan, menggaji, dan memotivasi personil guna mencapai tujuan. Oleh
sebab itu, kepala sekolah sebagai seorang pemimpin harus mampu mengolah dan
memanfaatkan segala sumber daya manuasi yang ada, sehingga tercapai efektivitas sekolah
yang pada ujungnya menghasilkan perubahan yang diharapkan pada anak didik.
Seorang kepala sekolah harus mampu mengerakkan sumber daya manusia yang
memiliki kecakapan, motivasi dan kreativitas secara maksimal untuk :
a. Memungkinkan sekolah mengatasi ketidakpastian atau kelemahan (infirmity);
b. Menyesuaikan progam pendidikan secara terus-menerus terhadap kebutuhan hidup
individu dan kebutuhan kompetisi di dalam masyarakat yang dinamis;
c. Menggunakan kepemimpinan yang membentuk organisasi kemanusiaan di dalam cara
xvi
yang sesuai antara kepentingan individu dengan kepentingan sekolah.
d. Menciptakan kondisi dan suasana kondusif untuk meningkatkan pertumbuhan sikap
kepeloporan / sukarela dan efektifitas individu secara maksimal;
e. Mempengaruhi orang-orang biasa, sehingga mampu tampil dalam bentuk yang luar
biasa( Wahjosumidjo, 2007 ).
Strategi kepegawaian yang mengacu kepada lima hal di atas memerlukan konsentrasi
kepemimpinan dalam arti kesungguhan dalam mencapai tujuan organisasi yaitu memelihara
para anggotanya, berinisiatif dan berkreativitas dalam melaksanakan tugas-tugasnya sehingga
terjadi hubungan proses administrasi, yang pada akhirnya akan tercipta keserasian antara
tujuan organisasi dan usaha-usaha individu.
2.1 Kesimpulan
Urusan pendidikan merupakan salah satu pelayanan wajib yang harus diselenggarakan
oleh pemerintah kabupaten/kota. SPM Pendidikan ini bertujuan untuk menjamin akses dan
mutu bagi masyarakat untuk mendapatkan pelayanan dasar dari pemerintah kabupaten/kota
sesuai dengan ukuran-ukuran yang telah ditetapkan oleh pemerintah.Dengan demikian,
pemerintah harus tanggap agar dapat mengembangkan kompetensi guru sebagai pendidik dan
efektivitas pemanfaatan sarana dan prasarana yang dimiliki sekolah khususnya pada jenjang Sekolah
Dasar. Sadar akan pentingnya kompetensi guru serta sarana dan prasarana dalam menentukan
keberhasilan pendidikan nasional, maka pemerintah menetapkan standar dalam pelayanan pendidikan
dasar. Standar tersebut disebut dengan Standar Pelayanan Minimal (SPM). Oleh karena itu,
peningkatan mutu pendidikan juga harus dimulai pada peningkatan mutu pendidikan dasar.
Keberhasilan peserta didik pada jenjang pendidikan dasar sangat ditentukan oleh kualitas
pendidikan pada Sekolah Dasar (SD).
Manajemen berbasis sekolah (MBS) yaitu model pengelolaan yang memberikan
otonomi atau kemandirian kepala sekolah dan mendorong pengembilan keputusan partisipatif
yang melibatkan secara langsung semua warga sekolah sesuai dengan standar pelayanan
mutu yang ditetapkan oleh pemerintah pusat, provinsi, kabupaten dan kota. MBS bertujuan
meningkatkan kemandirian sekolah melalui pemberian kewenangan yang lebih besar dalam
mengelolah sumber daya sekolah, dan mendorong kesuksesan semua kelompok kepentingan
yang terkait dengan sekolah dalam pengambilan keputusan untuk peningkatan mutu sekolah.
prinsip MBS meliputi: Kemandirian, keadilan, kemitraan, keterbukaan, efesiensi dan
partisifatif. Proses Pelaksanaan MBS meliputi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan,
dan pengawasan.
xix
Sumber Daya Manusia (SDM) di sekolah mencakup siswa, guru, kepala sekolah, staf
pegawai, dan orang tua guru beserta warga sekolah. Perilaku SDM disekolah sangat
bervariasi, tergantung dengan keadaan sekolah dan kondisi SDM itu sendiri. Keadaan sekolah
disini erat kaitannya dengan pengorganisasian yang terjalin dalam ruang lingkup kinerja
masing-masing SDM sekolah. SDM sekolah memiliki peran dan tugas masing-masing yang
saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya. Jika semua SDM dapat bekerja dengan baik
serta berkomunikasi dengan baik, maka Pelayanan public yang ada disekolah itu berjalan
baik.
2.2 Saran
Pemerintah harus tanggap agar dapat mengembangkan kompetensi guru sebagai pendidik
dan efektivitas pemanfaatan sarana dan prasarana yang dimiliki sekolah khususnya pada
jenjang Sekolah Dasar.
Dengan keadaan sekolah yang ada, para guru dan kepala sekolah harus bekerja sama dan
bekerja keras untuk meningkatkan pelayanan publik demi tercapanya suatu tujuan bersama.
xx
DAFTAR PUSTAKA
Agus Purwanto, Erwan. 2017. Modul Pelatihan Dasar Calon PNS Pelayanan Publik.
Jakarta:Lembaga Administrasi Negara
Seri Pembelajaran.2014. Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan
Publik. Jakarta:USAID KINERJA
Hamzah B. Uno. 2011. Profesi Kependidikan.Jakarta : Bumi Aksara
Mulyasa, E. 2009. Manajemen Berbasis Sekolah Konsep, Strategi, dan
Implementasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Nurkolis. 2006. Manajemen Berbasis Sekolah Teori, Model dan Aplikasi. Jakarta: Gramedia
Widiasarana Indonesia.
Hepikus. 2012. Implementasi Kebijakan Standar Pelayanan Minimal Sekolah Dasar
di Kabupaten Sanggau. Jurnal-PublikA. Volume 1, Nomor 1, Desember 2013.
Diakses melalui: http://jurnalnasional.ciki.me/index.php/ian/article/viewFile/12/21
pada Jumat, 6 Desember 2013 pukul 20:25 WIB.
xxi