PENDAHULUAN
Pembangunan Nasional yang kita laksanakan merupakan usaha untuk meningkatkan
kualitas manusia Indonesia. Dan salah satu kegiatan untuk meningkatkan kualitas manusia
tersebut adalah melalui pendidikan. Pengembangan sistem pendidikan perlu terus menerus
dilakukan, karena jika tidak maka sistem pendidikan kita tidak akan mampu mengikuti
perkembangan jaman.
Dalam era belakangan ini, perkembangan sains dan teknologi, serta media informasi
dan komunikasi berlangsung begitu pesat. Ilmu pengetahuan ( sains ) berkembang dengan
cepat dan memberi umpan bagi perkembangan teknologi, sedangkan perkembangan teknologi
memacu perkembangan ilmu pengetahuan. Kondisi ini mau tidak mau akan menimbulkan
persaingan antar bangsa di dunia. Sehingga akhirnya memaksa kita untuk berupaya
meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Dan ironisnya, sampai akhir abad 20 ini,
perkembangan kualitas sumber daya manusia di Indonesia belum memuaskan dan bahkan
dapat dikatakan masih jauh dari angan-angan. Hal ini dapat dilihat dari kenyataan-kenyataan
sebagai berikut :
1. Struktur tenaga kerja Indonesia masih didominasi oleh pekerja yang tidak berpendidikan dan
kurang kompeten, sehingga kurang berpengaruh terhadap peningkatan pertumbuhan ekonomi.
2. Penyiapan tenaga kerja tingkat menengah hanya dilakukan di SMK saja, sementara
kenyataannya sebagian besar tamatan SMU justru ingin langsung masuk ke dunia kerja. Hanya
sebagian kecil saja yang melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
3. Tingkat pengangguran yang ada adalah 12 % untuk tamatan SMK dan 18 % untuk tamatan
SMU ( SUPAS, Tahun 1995 ).
4. Penguasaan kompetensi dan produktifitas tenaga kerja Indonesia masih rendah, sehingga
banyak perusahaan di Indonesia sendiri justru memperkerjakan tenaga kerja asing.
Dari uraian di atas sudah jelas bahwa masalah peningkatan sumber daya manusia di
Indonesia sudah semakin mendesak. Adapun salah satu caranya adalah dengan melakukan
reformasi pendidikan secara terus-menerus dan berkesinambungan. Sistem pendidikan lama
yang menekankan program pembelajaran konvensional harus segera kita buang jauh-jauh,
yang mana sebagai gantinya telah kita sepakati untuk mengembangkan sistem pembelajaran
berbasis kompetensi yang selama ini belum dilaksanakan secara maksimal di sekolah-sekolah.
Sistem pembelajaran ini bila benar-benar kita terapkan akan mengubah pola pengembangan
sekolah dari “supply driven” menjadi “demand driven”. Dan sejalan dengan reformasi
pendidikan tersebut maka semua sekolah harus tak henti-hentinya dipacu untuk melakukan
pembenahan diri dan mencari terobosan-terobosan baru yang dapat dipertanggung jawabkan
manfaatnya, yang dalam hal ini tentu saja sangat dituntut peran aktif Kepala sekolah sebagai
satu-satunya manajer di lembaga sekolah tersebut.
Pada penekanannya, Kepala sekolah tidak hanya semata mengemban tugas yang
dibebankan kepadanya oleh kepala dinas di tingkat daerah, tetapi juga perlu bermusyawarah
dengan komite sekolah untuk membahas rencana program yang ingin dikembangkan di
sekolah, dan di kemudian hari harus mempertanggungjawabkan pelaksanaannya pada
stakeholder tersebut. Sehingga dalam hal ini, komite sekolah juga memiliki peran dalam hal
pengawasan dan evaluasi.
Apa yang diungkapkan diatas menjadi lebih penting lagi sejalan dengan
semakin kompleksnya tugas kepala sekolah, yang menghendaki dukungan kinerja yangsemakin
efektif dan efisien. Disamping itu, perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi,seni, dan budaya
yang diterapkan dalam pendidikan di sekolah juga bergerak majusemakin pesat, sehingga
menuntut penguasaan secara profesional. Menyadari haltersebut, setiap kepala sekolah
dihadapkan pada tantangan untuk melaksanakanpengembangan pendidikan secara terarah,
berencana, dan berkesinambungan untukmeningkatkan kualitas pendidikan. Dalam kerangka
inilah dirasakan perlunya peningkatan profesionalisme kepala sekolah untuk mensukseskan
program-programpemerintah yang sedang digulirkan, yakni otonomi daerah, desentralisasi
pendidikan,manajemen berbasis sekolah, kurikulum berbasis kompetensi, broad basic
education, life skill, kontekstual learning dan sebagainya, yang semuanya itu menuntut peran
aktif dan kinerja profesional kepala sekolah.
Kepala sekolah harus memiliki visi dan misi, serta strategi manajemen
pendidikan secara utuh dan berorientasi kepada mutu. Strategi ini dikenal dengan Manajemen
Mutu Terpadu (MMT), yang telah lebih dulu populer dalam dunia bisnis dan industri dengan
istilah Total Quality Management (TQM). Strategi ini merupakan usaha sistematis
dan terkoordinasi secara terus menerus untuk memperbaiki kualitas layanan, sehingga fokusnya
diarahkan kepada kepuasan pelanggan, yang dalam hal ini adalahpeserta didik, orang tua
peserta didik, pemakai lulusan, masyarakat umum danpemerintah.
Perolehan tamatan yang idealis ini harus diupayakan dengan berbagai terobosan
baru yang terarah, terprogram dengan menetapkan visi, misi, tujuan dan bidang garapan yang
telah dikaji berdasarkan pada kondisi dan potensi yang dimiliki SMK yang bersangkutan. Potensi
yang paling besar dan merupakan andalan pengelolaan SMK adalah era transparansi dan
reformasi di segala bidang, dimana didalamnya terdapat peluang untuk menciptakan kerjasama
yang sinergi yang saling menguntungkan antara masyarakat sebagai pemasok anak didik,
sekolah sebagai pengolah dan pembentuk anak didik serta Dunia Usaha dan Perguruan
Tinggi sebagai konsumen tamatan.
a. Penyusunan kurikulum berdasarkan kompetensi yang harus dikuasai oleh siswa dan dijabarkan
secara lengkap dan jelas, serta bersifat fleksibel sehingga mudah untuk dikembangkan sesuai
kebutuhan masyarakat/ pasar kerja.
b. Pembelajaran lebih berorientasi kepada praktik, dan bisa dilakukan dimana saja baik di sekolah,
industri, LPK, dan sebagainya. Sehingga dalam hal ini pihak sekolah harus memiliki hubungan
dan kerja sama yang baik dengan masyarakat Dunia Usaha/ Dunia Industri. Oleh karena itu
KBM harus dirancang, dirumuskan dan dievaluasi bersama-sama antara sekolah dan dunia
kerja.
c. Dalam proses pembelajaran sekolah harus dapat menjalin hubungan dan kerja sama yang
erat dengan masyarakat; yang dalam hal ini setiap guru harus mampu dan jeli melihat berbagai
potensi yang ada di masyarakat, yang bisa dijadikan sebagai sumber belajar, karena guru
bukanlah satu-satunya sumber belajar.
d. Bahan ajar berupa paket-paket atau modul yang didesain dan dikemas sesuai pembelajaran
individual dan berisi informasi yang harus dikuasai dan latihan yang harus dilaksanakan oleh
peserta didik untuk mencapai penguasaan setiap kompetensi sampai tuntas ( mastery learning/
belajar tuntas ).
e. Penilaian hasil belajar menggunakan sistem Penilaian Acuan Patokan ( PAP ) yakni berdasarkan
pencapaian standar kompetensi tertentu.
Untuk lebih memberdayakan guru dan tenaga kependidikan lainnya agar lebih professional di
bidangnya, antara dilakukan strategi sebagai berikut :
a. Membekali guru dan tenaga kependidikan lainnya dengan kemampuan di bidang Teknologi
Informasi untuk melancarkan tugas-tugasnya.
b. Mengirimkan guru dan tenaga kependidikan lainnya untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan-
pelatihan demi meningkatkan kompetensinya, dan yang terutama agar mereka tidak menjadi
manusia yang gagap teknologi dan selalu bisa mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi sesuai tuntutan jaman.
c. Mengirimkan guru untuk mengikuti pelatihan Pembina ekstra kurikuler, misalnya pramuka,
PMR, PKS, dan sebagainya untuk menunjang kegiatan ekstra kurikuler di sekolah.
d. Pengakuan terhadap potensi seorang guru atau tenaga kependidikan lainnya untuk
diaktualisasikan melalui pembinaan dan penyediaan iklim kerja yang kondusif sesuai bidang
masing-masing, sehingga memungkinkan mereka bekerja lebih kreatif dan inovatif.
e. Berani mengambil resiko besar dengan memvasilitasi guru atau tenaga kependidikan lainnya
dalam hal pengembangan kreatifitas maupun penelitian-penelitian yang dilakukan demi
peningkatan hasil belajar peserta didik maupun peningkatan kemampuan guru atau tenaga
kependidikan itu sendiri.
f. Memberikan penghargaan kepada guru atau tenaga kependidikan lainnya yang berprestasi
untuk lebih memotivasi mereka agar selalu mengembangkan diri dan mengasah
kemampuannya.
3. Menumbuhkan dan meningkatkan penghayatan terhadap ajaran agama yang
dianut serta menghargai kultur budaya bangsa sebagai pedoman kearifan dalam
bertindak.
b. Penyediaan sarana dan prasarana berdasarkan analisa kebutuhan dan disesuaikan dengan
anggaran yang ada, seperti misalnya pengadaan buku pelajaran yang sesuai kurikulum yang
berlaku, media pembelajaran, laboratorium, peralatan bengkel, dan sebagainya untuk
menunjang kegiatan pembelajaran.
b. Menjalin komunikasi secara intensif seperti orientasi terhadap sekolah, mengadakan rapat
secara rutin, memberitakan perkembangan sekolah secara periodik mengadakan kunjungan
rumah serta pembagian tugas dan tanggung jawab antara sekolah dan orang tua siswa.
b. Melibatkan masyarakat yang potensial sebagai sumber belajar dalam kegiatan pembelajaran.
a. Membuka program keahlian sesuai kebutuhan dunia kerja dan mengelolanya dengan baik dan
profesional Program Keahlian tersebut.
b. Mengirimkan siswa untuk kegiatan Praktik / Magang Industri agar siswa memiliki disiplin dan
etos kerja berwawasan industri.
c. Menyiapkan dan mengirimkan siswa dalam berbagai ajang lomba ketrampilan siswa baik di
tingkat kabupaten, provinsi maupun nasional.
d. Memperluas kerjasama dengan Dunia Usaha / Dunia Industri yang bersifat nasional maupun
internasional melalui Pendidikan Sistim Ganda (PSG) dan penyaluran tamatan.
e. Menyalurkan tamatan melalui BKK ( Bursa Kerja Khusus ) yang dibentuk dan dikelola oleh
sekolah dan juga melaksanakan kegiatan penelusuran tamatan secara berkesinambungan.
f. Mengadakan Uji Kompetensi bagi siswa dengan penguji dari Industri mapan.
Agar jiwa wira usaha dapat tumbuh dan berkembang, maka perlu dilakukan hal-hal sebagai
berikut :
a. Mengupayakan peningkatan ketrampilan yang dimiliki siswa agar siswa benar-benar percaya
diri untuk bisa mandiri.
b. Melibatkan siswa dalam kegiatan latihan kewirausahaan melalui pengelolaan koperasi sekolah.
Lingkungan sekolah meliputi kondisi fisik dan sosio psikologis yang sangat mempengaruhi
kinerja dan proses pembelajaran. Untuk itu ada beberapa hal yang perlu diperhatikan yakni :
c. Menumbuh kembangkan wira usaha yang ada kaitannya dengan pengelolaan limbah.
10. Menyediakan jasa layanan diklat kejuruan terpadu bagi masyarakat luas.
2. Undang-undang nomor 22 tahun 1999 tentang otonomi daerah dan Undang- undang nomor 25
tahun 1999 tentang perimbangan keuangan antara pusat dan daerah yang direvisi menjadi
undang-undang nomor 32 tahun 2004 tentang otonomi daerah dan undang-undang nomor 33
tahun 2004 tentang perimbangan keuangan antara pusat dan daerah.
3. Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistim Pendidikan Nasional yang intinya adalah
otonomisasi dan demokratisasi.
5. Konsep Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) yang dituangkan dalam GBHN menyatakan bahwa
manajemen berbasis sekolah merupakan salah satu upaya pemerintah untuk mencapai
keunggulan masyarakat bangsa dalam penguasaan ilmu dan teknologi.
Manajemen Berbasis Sekolah menurut BPPN dan Bank Dunia adalah merupakan bentuk
alternatif sekolah dalam program desentralisasi di bidang pendidikan, yang ditandai oleh
otonomi luas di tingkat sekolah, partisipasi masyarakat dan dalam kerangka pendidikan
nasional. Bahkan Bank Dunia merekomendasikan perlunya diberikan otonomi yang lebih besar
kepada sekolah yang disertai manajemen sekolah yang bertanggung jawab. Sehingga harus
diikuti oleh pemilihan kepala sekolah yang baik, yang memiliki keterampilan dan karakteristik
yang diperlukan untuk mengelolah sekolah yang bernuansa otonom
B. Ancaman ( Treats ) :
1. Belum maksimalnya kemampuan dan usaha guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai
guru yang profesional sesuai tuntutan jaman. Bahkan masih banyak guru yang masih
mempertahankan paradigma lama dalam kegiatan proses pembelajaran.
2. Pemahaman guru dan tenaga kependidikan lainnya terhadap otonomi sekolah belum
maksimal, termasuk rendahnya kemampuan pengelolaan administrasi dan proses
pembelajaran sehingga terkadang masih tergantungpetunjuk dari atasan.
4. Pemahaman dan kesadaran masyarakat atas hak, peran serta dan kewajibannya terhadap
pengelolaan sekolah belum maksimal, sehingga sekolah seakan-akan berjalan tanpa kontrol
dari masyarakat sebagai user pendidikan.
V. PENUTUP
Paradigma baru pengelolaan pendidikan terutama pendidikan Sekolah Menengah
Kejuruan, dengan mempertimbangkan kebijakan Dikmenjur tentang Reposisi Pendidikan di SMK
menjelang Tahun 2010, dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan secara efektif dan
efisien, perlu didukung oleh sumber daya manusia yang berkualitas, terutama para pengelola
pendidikan termasuk Kepala Sekolah. Pengelolaan pendidikan yang memberikan kewenangan
luas kepada sekolah dalam mengembangkan berbagai potensinya memerlukan peningkatan
kemampuan profesionalisme kepala sekolah dalam berbagai aspek manajerialnya, agar dapat
mencapai tujuan sekolah yang telah ditetapkan sesuai visi dan misi sekolah yang dipimpinnya.
Selain itu untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, perlu mendapat dukungan
positif dari berbagai elemen terkait. Tanpa dukungan yang benar maka sekolah tidak akan
berkembang sesuai yang diharapkan, bahkan mungkin dapat menggagalkan program
pemerintah seperti otonomi daerah, desentralisasi pendidikan, manajemen berbasis sekolah,
kurikulum berbasis kompetensi, broad basic education, life skill, kontekstual learning, dan
Undang-Undang Sisdiknas; yang kesemuanya itu menuntut peran aktif dan kinerja profesional
kepala sekolah dan dukungan dari berbagai pihak.
Dan akhirnya kami sangat berharap bahwa dalam menetapkan dan memilih
calon/kepala sekolah di Kabupaten Rembang khususnya, hendaknya mengacu pada hasil seleksi
yang telah dilaksanakan, juga berdasarkan kompetensi yang dimiliki dengan melihat berbagai
factor seperti prestasi yang telah dicapai dan diakui olehberbagai pihak mulai dari komunitas
sekolah, tingkat kabupaten, provinsi dan juga lembaga independen yang telah ditunjuk oleh
pemerintah.
DAFTAR PUSTAKA
Tim Penatar PPPGT/ VEDC Malang. Tahun 1997. Pendidikan Sistem Ganda
Satgas Dikmenjur. Tahun 1999. Dirjen Dikdasmen, Depdikbud, Indikator Keberhasilan Sekolah
Menengah Kejuruan
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 19 tahun 2007, Standar Pengelolaan Pendidikan
Oleh Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 13 tahun 2007, Standar Kepala Sekolah/ Madrasah