Anda di halaman 1dari 15

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/356412155

Teknik Penyusunan dan Pelaksanaan Tes Hasil Belajar

Presentation · November 2021


DOI: 10.13140/RG.2.2.29214.25920

CITATIONS READS

0 5,923

1 author:

Denis Guritno Sri Sasongko


SMP Santo Yakobus
49 PUBLICATIONS   0 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

LDK OSIS View project

Kuliah Metode Sejarah View project

All content following this page was uploaded by Denis Guritno Sri Sasongko on 20 November 2021.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


TEKNIK PENYUSUNAN DAN PELAKSANAAN
TES HASIL BELAJAR

Makalah Ilmiah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah


EVALUASI PENDIDIKAN IPS

Oleh:

Denis Guritno Sri Sasongko


NPM. 20177379144

Fakultas Pascasarjana
Magister Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI

2018
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Evaluasi adalah suatu proses merencanakan, memperoleh, dan menyediakan
informasi yang sangat diperlukan untuk membuat alternatif-alternatif keputusan.
Berdasarkan pengertian tersebut, setiap kegiatan evaluasi atau penilaian menjadi
suatu proses yang sengaja direncanakan untuk memperoleh informasi atau data.
Informasi atau data yang dikumpulkan tersebut haruslah data yang sesuai dan
mendukung tujuan evaluasi yang direncanakan.
Dalam proses pembelajaran, peran pokok sekolah dan guru adalah
menyediakan dan memberikan fasilitas untuk memudahkan dan melancarkan cara
belajar siswa. Guru dituntut untuk mendorong kegiatan-kegiatan yang membantu
siswa meningkatkan hasil belajarnya. Namun, evaluasi yang dilakukan dengan
tidak tepat dapat mematikan semangat belajar siswa. Dengan demikian, evaluasi
yang menurunkan gairah belajar siswa tentu saja bertentangan dengan kegiatan
pengajaran.
Evaluasi yang dilakukan dengan baik dan benar dapat meningkatkan mutu
dan hasil belajar siswa. Kegiatan tersebut membantu guru untuk memperbaiki cara
mengajar dan membantu siswa dalam meningkatkan cara belajarnya. Evaluasi tidak
dapat dipisahkan dengan pengajaran. Untuk itulah, dibutuhkan teknik dalam
menyusun dan melaksanakan tes hasil belajar yang akan dijelaskan dalam makalah
ilmiah ini. Makalah ilmiah ini berjudul Teknik Penyusunan dan Pelaksanaan Tes
Hasil Belajar.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, rumusan masalah makalah ilmiah ini
adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana teknik penyusunan tes hasil belajar?
2. Bagaimana teknik pelaksanaan tes hasil belajar?

1
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ilmiah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui teknik penyusunan tes hasil belajar
2. Untuk mengetahui teknik pelaksanaan tes hasil belajar

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007:1158), kata teknik berarti
pengetahuan dan kepandaian membuat sesuatu yang berkenaan dengan hasil
industri (bangunan, mesin). Kata ini pun berarti cara (kepandaian dan sebagainya)
membuat atau melakukan sesuatu yang berhubungan dengan seni. Kata teknik pun
dapat diartikan sebagai metode atau sistem mengerjakan sesuatu.
Kata penyusunan berasal dari kata dasar susun. Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia (2007:1112), kata penyusunan berarti proses, cara, perbuatan menyusun
(seperti menyusun kamus, ensiklopedia). Sementara, Kamus Besar Bahasa
Indonesia (2007:627) menyebutkan bahwa kata pelaksanaan berarti proses, cara,
perbuatan melaksanakan (rancangan, keputusan, dan sebagainya).
Dengan demikian, secara harafiah, teknik penyusunan dan pelaksanaan
berarti proses, cara, atau perbuatan menyusun dan melaksanakan. Dalam konteks
ini, proses tersebut berkaitan dengan tes hasil belajar.

B. Ciri-Ciri Tes Hasil Belajar yang Baik


1. Validitas
Validitas berbeda dengan valid. Validitas adalah kata benda yang berarti
tepat, benar, sahih, absah. Sedangkan, kata validitas berarti ketepatan, kebenaran,
kesahihan, atau keabsahan. Syarat sebuah tes sebagai alat pengukur dikatakan valid
jika tes tersebut dengan tepat, benar, sahih, dan absah dapat mengukur apa yang
seharusnya diukur. Untuk itu, sebuah tes dikatakan memiliki validitas jika tes
tersebut secara tepat, benar, sahih, atau absah telah dapat mengungkap atau
mengukur apa yang seharusnya diungkap atau diukur lewat tes tersebut. Misalkan:
andaikan tes ditujukan untuk mengukur kemampuan berbicara, tesnya harus dalam
bentuk tes lisan, bukan menulis. (Arikunto, 2018:72-73)
Secara garis besar, terdapat dua jenis validitas, yakni validitas logis (logical
validity) dan validitas empiris (empirical validity). Validitas logis merupakan jenis

3
validitas yang dianalisis secara pemahaman logis apakah tes tersebut valid
berdasarkan teori-teori dari para ahli. Sedangkan, validitas empiris merupakan jenis
validitas yang dianalisis berdasarkan data-data empiris. Data empiris merupakan
data pengalaman yang berupa skor/nilai yang nantinya akan dikorelasikan.
Jadi, tes hasil belajar dapat dinyatakan valid jika tes hasil belajar tersebut
dengan secara tepat, benar, sahih, atau absah telah dapat mengukur atau
mengungkap hasil-hasil belajar yang telah dicapai oleh peserta didik setelah mereka
menempuh proses belajar mengajar dalam waktu tertentu. (Sugianto, 2016:2)

2. Reliabel
Kata reliabilitas diterjemahkan dengan stabilitas, konsistensi, atau
kemantapan. Sebuah tes hasil belajar dinyatakan reliabel jika hasil pengukuran yang
dilakukan terhadap subjek yang sama senantiasa menunjukkan hasil yang tetap
sama atau sifatnya konsisten, tetap dan stabil, meskipun tes tersebut diberikan
berulangkali.
Reliabilitas atau ketetapan mengacu kepada konsistensi hasil tes. Meskipun
diberikan beberapa kali kepada peserta didik yang sama, hasil tes tersebut akan
tetap atau konsisten. Konsisten tidak harus sama. Namun, secara keseluruhan jika
hasil tes turun, hasil semua peserta tes akan turun, begitu pun sebaliknya. Kondisi
konsisten ini diibaratkan orang yang berbicara konsisten, pembicaraan tidak akan
berubah-ubah. Alhasil, pembicaraan tersebut dapat dipercaya. Begitupula dengan
konsisten dalam hal tes. Suatu tes disebut reliabel (tetap/konsisten) jika tes tersebut
dapat dipercaya sebagai alat ukur. (Sugianto, 2016:2)

3. Objektif
Objektivitas mengacu kepada ketetapan/konsistensi pada sistem skor yang
telah ditetapkan. Objektivitas menunjukkan tidak adanya unsur pribadi yang
mempengaruhi sistem skor. Jadi, hasil tes benar-benar menunjukkan kemampuan
peserta tes dengan apa adanya.
Sebuah tes hasil belajar dapat dikatakan sebagai tes hasil belajar yang objektif
jika tes tersebut tidak ada faktor subjektif yang memengaruhi, disusun dan

4
dilaksanakan apa adanya. Ditinjau dari segi isi atau materi tesnya, istilah apa adanya
itu mengandung pengertian bahwa materi tes tersebut bersumber dari materi atau
bahan pelajaran yang telah diberikan sesuai atau sejalan dengan tujuan instruksional
khusus yang telah ditentukan. (Achdiyat, 2017: 71)

4. Praktis dan Ekonomis


Praktis mengacu kepada kepraktisan dan kemudahan dalam
pengadministrasian. Praktis menunjukkan bahwa tes tersebut mudah dilaksanakan,
mudah diperiksa dan dilengkapi dengan petunjuk yang jelas. Jadi, tes tersebut
sifatnya sederhana dan lengkap. Sementara, ekonomis menunjukkan bahwa tes
tersebut tidak memerlukan biaya yang mahal, waktu yang lama dan tenaga yang
banyak. Yang penting tes tersebut dapat diselenggarakan dengan baik.
Dari ciri-ciri tes hasil belajar yang baik di atas, setidaknya terdapat dua
karakteristik yang harus menjadi perhatian dan dianggap paling penting yang
menjadi dasar dalam menentukan keterpercayaan suatu tes sebagai alat
ukur/instrumen, baik sebagai instrumen keberhasilan proses belajar mengajar
maupun sebagai instrumen suatu penelitian kuantitatif. Kedua karakteristik tersebut
adalah validitas (kesahihan) dan reliabilitas (ketetapan). Sebuah hasil tes/instrumen
dapat dipertanggungjawabkan jika tes/instrument tersebut valid (sahih) dan reliabel
(tetap). (Sugianto, 2016:3-4)

C. Prinsip-Prinsip Dasar dalam Penyusunan Tes Hasil Belajar


Menurut Achdiyat (2017:72-73), prinsip-prinsip dasar dalam penyusunan tes
terdiri dari enam hal:
1. Sesuai tujuan instruksional, tes hasil belajar harus dapat mengukur secara
jelas hasil belajar (learning outcomes) yang telah ditetapkan. Hal ini akan
memudahkan guru dalam menyusun soal tes hasil belajar.
2. Soal-soal tes hasil belajar adalah sampel representatif dari populasi bahan
pelajaran yang telah diajarkan. Dengan demikian, soal-soal tersebut mewakili
seluruh performance yang telah diperoleh selama peserta didik mengikuti
suatu unit pengajaran.

5
3. Sesuai tujuan tes hasil belajar, variasi soal-soal diperlukan untuk mengukur
hasil belajar yang diinginkan.
4. Untuk memperoleh hasil yang diinginkan, desain tes hasil belajar harus sesuai
dengan fungsinya. Contoh desain tes hasil belajar yang dimaksud adalah
placement test, formative test, summative test, dan diagnostic test.
5. Tes hasil belajar harus memiliki reliabilitas yang dapat diandalkan. Artinya,
setelah tes hasil belajar itu dilaksanakan berkali-kali terhadap subjek yang
sama, hasil tes tersebut selalu sama atau relatif sama.
6. Tes hasil belajar harus dapat dijadikan instumen yang menyajikan informasi.
Informasi ini berguna untuk memperbaiki cara belajar siswa dan cara
mengajar guru sendiri.

D. Bentuk Tes Hasil Belajar


Bentuk tes hasil belajar terdiri dari dua macam, yaitu:
1. Tes Hasil Belajar Bentuk Subjektif
a. Pengertian Tes Subjektif
Tes subjektif atau uraian adalah salah satu jenis tes hasil belajar dengan ciri-
ciri sebagai berikut (Arikunto, 2018:177):
1. Bentuk tes ini adalah pertanyaan atau perintah yang jawabannya berupa
uraian atau paparan kalimat yang pada umumnya cukup panjang.
2. Bentuk tes ini menuntut penjelasan yang berupa komentar, penafsiran, dan
perbandingan atas pertanyaan atau perintah yang diberikan.
3. Jumlah soal tes uraian sifatnya terbatas, lima sampai sepuluh soal.

b. Penggolongan Tes Subjektif


Tes uraian dapat dibedakan menjadi dua golongan (Achdiyat, 2017:74), yaitu:
1. Tes uraian bentuk bebas atau terbuka
Jawaban atas tes uraian berikut sepenuhnya diserahkan kepada peserta tes.
Peserta tes bebas merumuskan, mengorganisasikan dan menyajikan
jawabannya dalam bentuk uraian.

6
2. Tes uraian bentuk terbatas
Jawaban atas tes uraian bentuk terbatas sifatnya lebih terarah atau dibatasi.
Setiap soal tes uraian bentuk terbatas tertuang dalam bentuk susunan
kalimat yang cukup pendek. Namun, jawaban atas soal tersebut berupa
uraian kalimat deskriptif yang terarah dan terbatas.

c. Ketepatan Penggunaan Tes Subjektif


Sebagai salah satu alat pengukur hasil belajar, tes uraian digunakan dengan
tepat jika digunakan kepada peserta tes yang terbatas jumlahnya. Tes uraian
tersebut bertujuan mengungkap daya ingat dan pemahaman peserta tes terhadap
materi pelajaran, serta mengungkap kemampuan peserta tes dalam memahami
berbagai konsep dan aplikasinya. (Achdiyat, 2017:74)

d. Keunggulan dan Kelemahan Tes Uraian


Keunggulan dan kelemahan tes uraian dapat dijelaskan sebagai berikut
(Arikunto, 2018:178):
1. Keunggulan Tes Uraian
a) Mudah disiapkan dan disusun
b) Tidak memberi banyak kesempatan untuk berspekulasi atau untung-
untungan
c) Mendorong siswa untuk berani mengemukakan pendapat serta
menyusun dalam bentuk kalimat yang bagus
d) Memberi kesempatan kepada siswa untuk mengutarakan maksudnya
dengan gaya bahasa dan caranya sendiri
e) Dapat diketahui sejauhmana siswa mendalami suatu masalah yang
diteskan

2. Kelemahan Tes Uraian


a) Kadar validitas dan reliabilitas rendah karena sukar diketahui segi-segi
mana dari pengetahuan siswa yang betul-betul telah dikuasai

7
b) Kurang representatif dalam hal mewakili seluruh scope bahan pelajaran
yang akan dites karena soalnya hanya beberapa saja (terbatas)
c) Cara memeriksanya banyak dipengaruhi oleh unsur-unsur subjektif
d) Pemeriksaannya lebih sulit sebab membutuhkan pertimbangan
individual lebih banyak dari penilai
e) Waktu untuk koreksinya lama dan tidak dapat diwakilkan kepada orang
lain

2. Tes Hasil Belajar Bentuk Objektif


a. Pengertian Tes Objektif
Tes objektif adalah tes yang dalam pemeriksaannya dapat dilakukan secara
objektif. Hal ini memang dimaksudkan untuk mengatasi kelemahan-kelemahan dari
tes bentuk esai. Demikian pula jumlah soal yang diujikan dalam tes objektif jauh
lebih banyak daripada tes subjektif. (Arikunto, 2018:179)

b. Penggolongan Tes Objektif


Sebagai salah satu jenis tes hasil belajar, tes objektif dapat dibedakan menjadi
lima golongan (Achdiyat, 2017:79-90), yaitu:
1. Tes Objektif Bentuk Benar-Salah (True-False)
Tes objektif ini adalah salah satu bentuk tes yang soalnya berupa
pernyataan dengan dua kemungkinan jawab: benar atau salah. Tugas
peserta tes adalah membubuhkan tanda tertentu pada huruf B jika
pernyataan tersebut benar, atau huruf S jika pernyataan tersebut salah.
2. Tes Objektif Bentuk Menjodohkan (Matching)
Tes objektif ini adalah salah satu bentuk tes yang soalnya berupa satu seri
pertanyaan dengan satu set jawaban. Tugas peserta tes adalah mencari dan
menempatkan jawaban-jawaban yang telah tersedia sehingga sesuai
dengan pertanyaan yang diberikan.
3. Tes Objektif Bentuk Isian (Fill in)
Tes objektif ini adalah salah satu bentuk tes yang soalnya berbentuk cerita
atau karangan. Beberapa kata-kata penting dalam cerita atau karangan itu

8
dikosongkan atau tidak dinyatakan, sedangkan peserta tes bertugas untuk
mengisi bagian-bagian yang telah dikosongkan tersebut.
4. Tes Objektif Bentuk Melengkapi (Completion)
Tes objektif ini adalah salah satu bentuk tes yang soalnya berupa susunan
kalimat yang bagian-bagiannya sudah dihilangkan. Bagian tersebut diganti
dengan titik-titik yang harus diisi, dilengkapi, dan disempurnakan oleh
peserta tes.
5. Tes Objektif Bentuk Pilihan Ganda (Multiple Choice)
Tes objektif ini adalah salah satu bentuk tes yang soalnya terdiri atas
pertanyaan atau pernyataan yang sifatnya belum selesai. Untuk
menyelesaikannya, peserta tes harus memilih salah satu atau lebih dari
beberapa kemungkinan jawaban yang telah disediakan pada masing-
masing soal.

c. Ketepatan Penggunaan Tes Objektif


Sebagai salah satu alat pengukur hasil belajar, tes objektif dapat digunakan
dengan tepat. Syaratnya adalah tes tersebut digunakan dengan jumlah peserta tes
yang cukup banyak. Hal ini didukung dengan kemampuan dan bekal pengalaman
penyusun tes yang luas dan waktu yang cukup longgar dalam menyiapkan
penyusunan soal tes objektif tersebut agar di kemudian hari, soal-soal tersebut dapat
digunakan pada kesempatan tes hasil belajar yang akan datang.
Tes objektif memungkinkan analisis dan kualitas jawaban. Pada prinsipnya,
tes objektif hendak mewujudkan prinsip objektivitas. Dengan demikian,
pengukuran dan penilaian dapat lebih seimbang dan proporsional.

d. Keunggulan dan Kelemahan Tes Objektif


Keunggulan dan kelemahan tes objektif dapat dijelaskan sebagai berikut
(Arikunto, 2018:180):
1. Keunggulan Tes Objektif:
a) Mengandung lebih banyak segi-segi yang positif, misalnya lebih
representatif mewakili isi dan luas bahan, lebih objektif, dapat dihindari

9
campur tangannya unsur-unsur subjektif, baik dari segi siswa maupun
dari segi guru yang memeriksa
b) Lebih mudah dan cepat cara memeriksanya karena dapat menggunakan
kunci tes, bahkan alat-alat hasil kemajuan teknologi.
c) Pemeriksaannya dapat diserahkan orang lain
d) Dalam pemeriksaan, tidak ada unsur subjektif yang memengaruhi

2. Kelemahan
a) Persiapan untuk menyusunnya jauh lebih sulit daripada tes esai karena
soalnya banyak dan harus teliti untuk menghindari kelemahan-
kelemahan yang lain
b) Soal-soalnya cenderung untuk mengungkapkan ingatan dan daya
pengenalan kembali saja, dan sukar untuk mengukur proses mental
yang tinggi
c) Banyak kesempatan untuk main untung-untungan
d) “Kerjasama” antarsiswa pada waktu mengerjakan soal tes lebih terbuka

E. Teknik Pelaksanaan Tes Hasil Belajar


1. Teknik Pelaksanaan Tes Tertulis
Agar pelaksanaan tes tertulis dapat berlangsung dengan baik, pelaksanaan tes
tertulis hendaknya dijauhkan dari keramaian dan kebisingan. Ruang tes pun
hendaknya cukup leluasa dan tidak memungkinkan untuk kerjasama. Ruang tes ini
pun perlu didukung dengan penerangan yang baik.
Pelaksanaan tes tertulis pun hendaknya didukung dengan tersedianya meja
dan kursi yang memadai. Agar pelaksanaan tes dapat dilakukan bersamaan, lembar
soal hendaknya diletakkan dalam posisi terbalik. Segala bentuk sanksi kecurangan
hendaknya sudah ditentukan lebih dulu sebelum tes dilaksanakan.
Pada saat pelaksanaan tes, pengawas hendaknya berlaku wajar. Kehadiran
peserta tes dibuktikan dengan daftar hadir yang ditandatangani oleh seluruh peserta
tes, lengkap dengan berita acara. Jika waktu yang ditentukan telah habis, hendaknya

10
peserta tes segera menghentikan pekerjaannya dan meninggalkan ruangan tes.
(Achdiyat, 2017:100-102)

2. Teknik Pelaksanaan Tes Lisan


Sebelum tes lisan dilaksanakan, pemberi tes sudah menyiapkan beberapa
jenis soal yang akan diajukan kepada peserta tes dengan pedoman jawaban, kriteria,
waktu tes, variasi soal, dan pedoman penskoran yang tegas agar tes yang diberikan
valid, baik dari segi isi maupun konstruksinya. Untuk itu, pemberian skor atau nilai
hasil tes lisan setelah seluruh peserta tes menjalani tes lisan.
Pada saat tes lisan, pemberi tes hendaknya tidak menunjukkan sikap subjektif
dengan membimbing peserta tes. Prinsip yang hendak ditegakkan adalah prinsip
objektivitas dan prinsip keadilan. Dengan demikian, tes lisan harus berlangsung
secara wajar. Sejauh mungkin, dapat diusahakan agar tes lisan berlangsung secara
individual. (Achdiyat, 2017:102-104)

3. Teknik Pelaksanaan Tes Perbuatan


Pelaksanaan tes perbuatan digunakan untuk mengukur taraf kompetensi yang
bersifat psikomotorik (keterampilan). Tes ini hendaknya dilaksanakan secara
individual. Tujuannya adalah mengamati dengan teliti, cara yang ditempuh oleh
pemberi tes dalam menyelesaikan tugas yang telah ditentukan. Untuk itu, pemberi
tes hendaknya tidak melakukan perbuatan yang dapat mempengaruhi peserta tes
agar dapat mencapai kadar objektivitas yang tinggi. Dengan demikian, pemberi tes
hendaknya menyiapkan instrumen lembar penilaian yang di dalamnya telah
ditentukan kriteria penilaiannya. (Achdiyat, 2017:105)

11
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Nilai yang diberikan dalam ujian adalah penghargaan yang diberikan oleh
penguji kepada peserta tes atas jawaban benar yang diberikan oleh peserta tes.
Artinya, semakin banyak jumlah butir soal dapat dijawab dengan tepat,
penghargaan yang diberikan akan semakin tinggi.
Tes hasil belajar dapat diselenggarakan dengan tertulis, dengan lisan, dan
dengan tes perbuatan. Perbedaan pelaksanaan tes hasil belajar tersebut menuntut
adanya perbedaan dalam pemeriksaan, pemberian skor, dan pengolahan hasil-
hasilnya. Sementara, teknik penyusunan tes hasil belajar ditinjau dari bentuk
soalnya, dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu: tes hasil belajar bentuk
subjektif maupun bentuk objektif. Keduanya memiliki keunggulan dan kelemahan
tersendiri.

B. Saran
Makalah ilmiah ini menggarisbawahi pentingnya penyusunan dan
pelaksanaan tes hasil belajar dengan tepat agar tujuan pembelajaran yang
ditentukan dapat dicapai. Untuk itu, penulis menyarankan agar memperhitungkan
kompleksnya proses pendidikan peserta didik dan mengukur pemahaman peserta
didik dengan memperhitungkan gradasi kesulitan soal yang diujikan. Dengan
demikian, tes yang diberikan kepada peserta didik secara khusus dapat menjadi alat
ukur keberhasilan proses pendidikan yang dialami oleh peserta didik.

12
DAFTAR PUSTAKA

Achdiyat, Maman et all. 2017. Evaluasi dalam Pembelajaran. Tangerang: PT


Pustaka Mandiri
Arikunto, Suharsimi. 2018. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT. Bumi
Aksara
Azwar, Saifuddin. 2001. Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Sudijono, Anas. 2011. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers
Sugianto, Aris. 2016. Ciri-ciri (Karakteristik) Tes yang Baik. Palangka Raya: IAIN
Palangka Raya

13

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai