net/publication/356412155
CITATIONS READS
0 5,923
1 author:
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
All content following this page was uploaded by Denis Guritno Sri Sasongko on 20 November 2021.
Oleh:
Fakultas Pascasarjana
Magister Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI
2018
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Evaluasi adalah suatu proses merencanakan, memperoleh, dan menyediakan
informasi yang sangat diperlukan untuk membuat alternatif-alternatif keputusan.
Berdasarkan pengertian tersebut, setiap kegiatan evaluasi atau penilaian menjadi
suatu proses yang sengaja direncanakan untuk memperoleh informasi atau data.
Informasi atau data yang dikumpulkan tersebut haruslah data yang sesuai dan
mendukung tujuan evaluasi yang direncanakan.
Dalam proses pembelajaran, peran pokok sekolah dan guru adalah
menyediakan dan memberikan fasilitas untuk memudahkan dan melancarkan cara
belajar siswa. Guru dituntut untuk mendorong kegiatan-kegiatan yang membantu
siswa meningkatkan hasil belajarnya. Namun, evaluasi yang dilakukan dengan
tidak tepat dapat mematikan semangat belajar siswa. Dengan demikian, evaluasi
yang menurunkan gairah belajar siswa tentu saja bertentangan dengan kegiatan
pengajaran.
Evaluasi yang dilakukan dengan baik dan benar dapat meningkatkan mutu
dan hasil belajar siswa. Kegiatan tersebut membantu guru untuk memperbaiki cara
mengajar dan membantu siswa dalam meningkatkan cara belajarnya. Evaluasi tidak
dapat dipisahkan dengan pengajaran. Untuk itulah, dibutuhkan teknik dalam
menyusun dan melaksanakan tes hasil belajar yang akan dijelaskan dalam makalah
ilmiah ini. Makalah ilmiah ini berjudul Teknik Penyusunan dan Pelaksanaan Tes
Hasil Belajar.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, rumusan masalah makalah ilmiah ini
adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana teknik penyusunan tes hasil belajar?
2. Bagaimana teknik pelaksanaan tes hasil belajar?
1
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ilmiah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui teknik penyusunan tes hasil belajar
2. Untuk mengetahui teknik pelaksanaan tes hasil belajar
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007:1158), kata teknik berarti
pengetahuan dan kepandaian membuat sesuatu yang berkenaan dengan hasil
industri (bangunan, mesin). Kata ini pun berarti cara (kepandaian dan sebagainya)
membuat atau melakukan sesuatu yang berhubungan dengan seni. Kata teknik pun
dapat diartikan sebagai metode atau sistem mengerjakan sesuatu.
Kata penyusunan berasal dari kata dasar susun. Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia (2007:1112), kata penyusunan berarti proses, cara, perbuatan menyusun
(seperti menyusun kamus, ensiklopedia). Sementara, Kamus Besar Bahasa
Indonesia (2007:627) menyebutkan bahwa kata pelaksanaan berarti proses, cara,
perbuatan melaksanakan (rancangan, keputusan, dan sebagainya).
Dengan demikian, secara harafiah, teknik penyusunan dan pelaksanaan
berarti proses, cara, atau perbuatan menyusun dan melaksanakan. Dalam konteks
ini, proses tersebut berkaitan dengan tes hasil belajar.
3
validitas yang dianalisis secara pemahaman logis apakah tes tersebut valid
berdasarkan teori-teori dari para ahli. Sedangkan, validitas empiris merupakan jenis
validitas yang dianalisis berdasarkan data-data empiris. Data empiris merupakan
data pengalaman yang berupa skor/nilai yang nantinya akan dikorelasikan.
Jadi, tes hasil belajar dapat dinyatakan valid jika tes hasil belajar tersebut
dengan secara tepat, benar, sahih, atau absah telah dapat mengukur atau
mengungkap hasil-hasil belajar yang telah dicapai oleh peserta didik setelah mereka
menempuh proses belajar mengajar dalam waktu tertentu. (Sugianto, 2016:2)
2. Reliabel
Kata reliabilitas diterjemahkan dengan stabilitas, konsistensi, atau
kemantapan. Sebuah tes hasil belajar dinyatakan reliabel jika hasil pengukuran yang
dilakukan terhadap subjek yang sama senantiasa menunjukkan hasil yang tetap
sama atau sifatnya konsisten, tetap dan stabil, meskipun tes tersebut diberikan
berulangkali.
Reliabilitas atau ketetapan mengacu kepada konsistensi hasil tes. Meskipun
diberikan beberapa kali kepada peserta didik yang sama, hasil tes tersebut akan
tetap atau konsisten. Konsisten tidak harus sama. Namun, secara keseluruhan jika
hasil tes turun, hasil semua peserta tes akan turun, begitu pun sebaliknya. Kondisi
konsisten ini diibaratkan orang yang berbicara konsisten, pembicaraan tidak akan
berubah-ubah. Alhasil, pembicaraan tersebut dapat dipercaya. Begitupula dengan
konsisten dalam hal tes. Suatu tes disebut reliabel (tetap/konsisten) jika tes tersebut
dapat dipercaya sebagai alat ukur. (Sugianto, 2016:2)
3. Objektif
Objektivitas mengacu kepada ketetapan/konsistensi pada sistem skor yang
telah ditetapkan. Objektivitas menunjukkan tidak adanya unsur pribadi yang
mempengaruhi sistem skor. Jadi, hasil tes benar-benar menunjukkan kemampuan
peserta tes dengan apa adanya.
Sebuah tes hasil belajar dapat dikatakan sebagai tes hasil belajar yang objektif
jika tes tersebut tidak ada faktor subjektif yang memengaruhi, disusun dan
4
dilaksanakan apa adanya. Ditinjau dari segi isi atau materi tesnya, istilah apa adanya
itu mengandung pengertian bahwa materi tes tersebut bersumber dari materi atau
bahan pelajaran yang telah diberikan sesuai atau sejalan dengan tujuan instruksional
khusus yang telah ditentukan. (Achdiyat, 2017: 71)
5
3. Sesuai tujuan tes hasil belajar, variasi soal-soal diperlukan untuk mengukur
hasil belajar yang diinginkan.
4. Untuk memperoleh hasil yang diinginkan, desain tes hasil belajar harus sesuai
dengan fungsinya. Contoh desain tes hasil belajar yang dimaksud adalah
placement test, formative test, summative test, dan diagnostic test.
5. Tes hasil belajar harus memiliki reliabilitas yang dapat diandalkan. Artinya,
setelah tes hasil belajar itu dilaksanakan berkali-kali terhadap subjek yang
sama, hasil tes tersebut selalu sama atau relatif sama.
6. Tes hasil belajar harus dapat dijadikan instumen yang menyajikan informasi.
Informasi ini berguna untuk memperbaiki cara belajar siswa dan cara
mengajar guru sendiri.
6
2. Tes uraian bentuk terbatas
Jawaban atas tes uraian bentuk terbatas sifatnya lebih terarah atau dibatasi.
Setiap soal tes uraian bentuk terbatas tertuang dalam bentuk susunan
kalimat yang cukup pendek. Namun, jawaban atas soal tersebut berupa
uraian kalimat deskriptif yang terarah dan terbatas.
7
b) Kurang representatif dalam hal mewakili seluruh scope bahan pelajaran
yang akan dites karena soalnya hanya beberapa saja (terbatas)
c) Cara memeriksanya banyak dipengaruhi oleh unsur-unsur subjektif
d) Pemeriksaannya lebih sulit sebab membutuhkan pertimbangan
individual lebih banyak dari penilai
e) Waktu untuk koreksinya lama dan tidak dapat diwakilkan kepada orang
lain
8
dikosongkan atau tidak dinyatakan, sedangkan peserta tes bertugas untuk
mengisi bagian-bagian yang telah dikosongkan tersebut.
4. Tes Objektif Bentuk Melengkapi (Completion)
Tes objektif ini adalah salah satu bentuk tes yang soalnya berupa susunan
kalimat yang bagian-bagiannya sudah dihilangkan. Bagian tersebut diganti
dengan titik-titik yang harus diisi, dilengkapi, dan disempurnakan oleh
peserta tes.
5. Tes Objektif Bentuk Pilihan Ganda (Multiple Choice)
Tes objektif ini adalah salah satu bentuk tes yang soalnya terdiri atas
pertanyaan atau pernyataan yang sifatnya belum selesai. Untuk
menyelesaikannya, peserta tes harus memilih salah satu atau lebih dari
beberapa kemungkinan jawaban yang telah disediakan pada masing-
masing soal.
9
campur tangannya unsur-unsur subjektif, baik dari segi siswa maupun
dari segi guru yang memeriksa
b) Lebih mudah dan cepat cara memeriksanya karena dapat menggunakan
kunci tes, bahkan alat-alat hasil kemajuan teknologi.
c) Pemeriksaannya dapat diserahkan orang lain
d) Dalam pemeriksaan, tidak ada unsur subjektif yang memengaruhi
2. Kelemahan
a) Persiapan untuk menyusunnya jauh lebih sulit daripada tes esai karena
soalnya banyak dan harus teliti untuk menghindari kelemahan-
kelemahan yang lain
b) Soal-soalnya cenderung untuk mengungkapkan ingatan dan daya
pengenalan kembali saja, dan sukar untuk mengukur proses mental
yang tinggi
c) Banyak kesempatan untuk main untung-untungan
d) “Kerjasama” antarsiswa pada waktu mengerjakan soal tes lebih terbuka
10
peserta tes segera menghentikan pekerjaannya dan meninggalkan ruangan tes.
(Achdiyat, 2017:100-102)
11
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Nilai yang diberikan dalam ujian adalah penghargaan yang diberikan oleh
penguji kepada peserta tes atas jawaban benar yang diberikan oleh peserta tes.
Artinya, semakin banyak jumlah butir soal dapat dijawab dengan tepat,
penghargaan yang diberikan akan semakin tinggi.
Tes hasil belajar dapat diselenggarakan dengan tertulis, dengan lisan, dan
dengan tes perbuatan. Perbedaan pelaksanaan tes hasil belajar tersebut menuntut
adanya perbedaan dalam pemeriksaan, pemberian skor, dan pengolahan hasil-
hasilnya. Sementara, teknik penyusunan tes hasil belajar ditinjau dari bentuk
soalnya, dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu: tes hasil belajar bentuk
subjektif maupun bentuk objektif. Keduanya memiliki keunggulan dan kelemahan
tersendiri.
B. Saran
Makalah ilmiah ini menggarisbawahi pentingnya penyusunan dan
pelaksanaan tes hasil belajar dengan tepat agar tujuan pembelajaran yang
ditentukan dapat dicapai. Untuk itu, penulis menyarankan agar memperhitungkan
kompleksnya proses pendidikan peserta didik dan mengukur pemahaman peserta
didik dengan memperhitungkan gradasi kesulitan soal yang diujikan. Dengan
demikian, tes yang diberikan kepada peserta didik secara khusus dapat menjadi alat
ukur keberhasilan proses pendidikan yang dialami oleh peserta didik.
12
DAFTAR PUSTAKA
13