Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH BAHASA INDONESIA

(Penggunaan Ejaan dan Pemakaian Angka serta Lambang


Bilangan)

Disusun Oleh Kelompok 1:


1. 1971503287 - Diaz Bagoes Dermawan
2. 1971503147 - Novianti Sari Dewi
3. 1971502388 - Felix Ardita Yuswiyana
4. 1971501570 - Maria Margaretha
5. 1971500127 - Muhammad Rafif Rizqullah
6. 1971501570 - Sarmila
7. 1971500572 - Rio Sandiko

FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI


UNIVERSITAS BUDI LUHUR
JAKARTA
2019
1
Kata Pengantar

Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya
tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik.

Penulis mengucapkan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan nikmat sehat-
Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk
menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas Bahasa Indonesia dengan judul “Penggunaan
Ejaan dan Pemakaian Angka serta Lambang Bilangan”.

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan
kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi
makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini
penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya kepada guru
Bahasa Indonesia kami yang telah membimbing dalam menulis makalah ini.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

17 SEPTEMBER 2019

i
Daftar Isi

Kata Pengantar............................................................................................................................................... i
Daftar Isi ........................................................................................................................................................ ii
BAB I .............................................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN ............................................................................................................................................. 1
1.Latar Belakang........................................................................................................................................ 1
2.Rumusan Masalah .................................................................................................................................. 1
3.Tujuan .................................................................................................................................................... 1
BAB II ............................................................................................................................................................. 3
PEMBAHASAN ............................................................................................................................................... 3
1.Pengertian Ejaan .................................................................................................................................... 3
2.Fungsi Ejaan ........................................................................................................................................... 3
3.Jenis-jenis ejaan di indonesia................................................................................................................. 4
4. PEMAKAIAN HURUF .............................................................................................................................. 9
D. Huruf Diftong .................................................................................................................................. 11
E. Gabungan Huruf Konsonan ............................................................................................................. 11
F. Huruf Kapital ................................................................................................................................... 12
G. Huruf Miring ................................................................................................................................... 12
H. Huruf Tebal ..................................................................................................................................... 13
Daftar Pustaka............................................................................................................................................. 19

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.Latar Belakang

Bahasa memiliki peranan penting dalam kehidupan karena selain digunakan sebagai alat
komunikasi secara langsung, bahasa juga dapat digunakan sebagai alat komunikasi secara
tulisan, di zaman era globalisasi dan pembangunan reformasi demokrasi ini, masyarakat dituntut
secara aktif untuk dapat mengawasi dan memahami infrormasi di segala aspek kehidupan sosial
secara baik dan benar, sebagai bahan pendukung kelengkapan tersebut, bahasa berfungsi sebagai
media penyampaian informasi secara baik dan tepat, dengan penyampaian berita atau materi
secara tertulis, diharapkan masyarakat dapat menggunakan media tersebut secara baik dan benar.

Dalam memadukan satu kesepakatan dalam etika berbahasa, disinilah peran aturan baku
tersebut di gunakan dalam hal ini kita selaku warga Negara yang baik hendaknya selalu
memperhatikan rambu-rambu ketata bahasaan Indonesia yang baik dan benar. Ejaan Yang
Disempurnakan (EYD) adalah sub materi dalam ketata bahasaan Indonesia, yang memilik peran
yang cukup besar dalam mengatur etika berbahasa secara tertulis sehingga diharapkan informasi
tersebut dapat di sampaikan dan di fahami secara komprehensif dan terarah. Dalam prakteknya
diharapkan aturan tersebut dapat digunakan dalam keseharian Masyarakat sehingga proses
penggunaan tata bahasa Indonesia dapat digunakan secara baik dan benar.

2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian dari ejaan ?

2. Bagaimana Fungsi dari ejaan ?

3. Bagaimana sejarah perkembangan ejaan ?

4. Apa saja ruang lingkup ejaan ?

5. Bagaimana pengertian dari lambang bilangan ?

6. Bagaimana penulisan angka dan bilangan yang benar?

7. Bagaimana cara menulis angka dan lambang bilangan yang sesuai aturan ?

1
3.Tujuan

1. Untuk memahami pengertian dari Ejaan.


2. Untuk memahami Fungsi dari Ejaan.
3. Untuk memahami sejarah perkembangan Ejaan.
4. Untuk mengetahui ruang lingkup Ejaan.
5. Untuk mengetahui pengertian dari Lambang Bilangan
6. Untuk memahami sejarah dari Lambang Bilangan
7. Dan untuk mengetahui ruang lingkup dari Lambang Bilangan

2
BAB II
PEMBAHASAN

1.Pengertian Ejaan

Ejaan adalah seperangkat aturan tentang cara menuliskan bahasa dengan menggunakan
huruf, Kata, dan tanda baca sebagai sarananya. Batasan tersebut menunjukan pengertian kata
ejaan berbeda dengan kata mengeja. Mengeja adalah kegiatan melafalkan huruf, suku kata, atau
kata; sedangkan ejaan adalah suatu sistem aturan yang jauh lebih luas dari sekedar masalah
pelafalan. Ejaan mengatur keseluruhan cara menuliskan bahasa.
Ejaan merupakan kaidah yang harus dipatuhi oleh pemakai bahasa demi keteraturan dan
keseragaman bentuk, terutama dalam bahasa tulis. Ejaan yang berlaku sekarang dinamakan
Ejaan yang disempurnakan (EYD). EYD mulai diberlakukan pada tanggal 16 Agustus 1972.
Ejaan ketiga dalam sejarah bahasa Indonesia ini memang merupakan upaya penyempurnaan
ejaan sebelumnya yang sudah dipakai selama dua puluh lima tahun yang dikenal dengan Ejaan
Republik atau Ejaan Soewandi (Menteri PP dan K Republik Indonesia pada saat Ejaan itu
diresmikan pada tahun 1947).
Ejaan pertama bahasa Indonesia adalah Ejaan van Ophuijsen (nama seorang guru besar
belanda yang juga pemerhati bahasa), diberlakukan pada tahun 1901 oleh pemerintah Belanda
yang berkuasa di Indonesia pada masa itu. Ejaan van Ophuijsen dipakai selama 46 tahun, lebih
lama dari Ejaan Republik, dan baru diganti setelah dua tahun Indonesia merdeka.

2. Fungsi Ejaan

Dalam rangka menunjang pembakuan bahasa, baik yang menyangkut pembakuan tata
bahasa maupun kosa kata dan peristilahan, ejaan memiliki fungsi yang cukup penting. Oleh
karena itu pembakuan ejaan perlu di beri prioritas terlebih dahulu. Dalam hubungan itu, ejaan
antara lain berfungsi sebagai :
1. Landasan pembakuan tata bahasa
2. Landasan pembakuan kosa kata dan peristilahan
3. Alat penyaring masuknya unsur-unsur bahasa lain ke dalam bahasa Indonesia
Apabila pembakuan ejaan telah di laksanakan, maka pembakuan aspek kebahasaan yang lain pun
dapat di tunjang dengan keberhasilan itu, terutama jika segenap pemakai bahasa yang
bersangkutan telah menaati segala ketentuan yanag terdapat di dalam buku pedoman.
Secara praktis ejaan memiliki fungsi untuk membantu pemahaman pembaca di dalam mencerna
informasi yang di sampaikan secara tertulis. Dalam hal ini fungsi praktis itu dapat di pahami jika
segala ketentuan yang terdapat di dalam kaidah telah di terapkan dengan baik.

3
3. Sejarah Perkembangan Ejaan
Kedudukan bahasa Indonesia yaitu sebagai bahasa Nasionalseperti dalam ikrar sumpah pemuda
sebagai alat pemersatu bangsa dalam suku yang berbeda-beda, dan bahasa negara yang tercantum
dalam UUD ’45 terutama sebagai bahasa pengantar di dunia pendidikan.
Namun seiring berjalannya waktu dan berkembangnya zaman, begitupun bahasa yang terus mengalami
perubahan dan perkembangan ragam dan variasi bahasa karena fungsi, kedudukan, serta lingkungan
yang berbeda-beda. Mulanya bahasa Indonesia ditulis dengan tulisan latin-romawi mengikuti ejaan
Belanda. Hingga pada 1972 Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) dicanangkan.
Bahasa Indonesia yang awalnya berakar dari bahasa Melayu sudah memiliki aksara sejak beratus tahun
yang lalu, yaitu aksara Arab Melayu. Di Nusantara ini, bukan saja aksara Arab Melayu yang kita kenal.
Kita juga mengenal aksara Jawa, aksara Sunda, aksara Bugis, aksara Bali, aksara Lampung, aksara Kerinci,
aksara Rejang, dan aksara Batak. Aksara itu masing-masing memiliki nama, seperti aksara Kaganga dan
aksara Rencong (incung).

3.1 Jenis - Jenis Ejaan di Indonesia


1. Ejaan Van Ophuijsen
Ejaan Van Ophuijsen ini dirancang oleh Van Ophuijsen dengan bantuan dari Engku Nawawi
Gelar Soetan Ma’moer serta Moehammad Thaib Soetan Ibrahim pada tahun 1901. Ch. A. Van
Ophuijsen adalah seorang inspektur pendidikan (dasar) bagi penduduk pribumi Sumatera dan
daerah sekitarnya di tahun 1890-an. Awal dari lahirnya ejaan ini adalah pemerintah yang
menugaskan Van Ophuijsen untuk merancang sistem ejaan dasar yang mantap dan ilmiah untuk
digunakan dalam pengajaran. Tugas itu ia terima pada tahun 1896 dan selesai pada tahun 1901.
Ejaan van ophuijsen terlahir dalam bentuk sebuah daftar kata yang diawali dengan uraian singkat
tentang aturan-aturan ejaan, Kitab Logat Melajoe. Aturan-aturan tersebut, di antaranya adalah
sebagai berikut.
1. Kata koe (akoe), kau, se, ke, dan di ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya.
Contoh: koelihat, kaudengar, seorang, keroemah, dibawa.
2. Kata poen- selamanya dihubungkan dengan kata sebelumnya. Contoh:
 Adapoen radja itoe hendak berangkat.
 Sekalipoen tiada lagi berbunji.
3. Ke- dan se- merupakan awalan, bukan ka- dan sa-. Contoh: ketiga, sebenarnya.
4. Ejaan van ophuijsen ini juga membahas awalan ter-, ber-, dan per- yang jika dirangkaikan
dengan kata dasar berawalan huruf r maka akan luluh. Contoh: beroemah, terasa, peran.
5. Akhiran –i akan diberi tanda ¨ apabila bertemu dengan kata yang berakhiran huruf a.
Contoh: menamaï.
Sebelum ejaan van ophuijsen disusun, para penulis pada umumnya mempunyai aturannya
sendiri-sendiri dalam menuliskan konsonan, vokal, kata, kalimat, dan tanda baca. Oleh karena
itu, sistem ejaan yang digunakan pada waktu itu sangat beragam. Terbitnya ejaan van ophuijsen
sedikit banyak mengurangi kekacauan ejaan yang terjadi pada masa itu.

4
2. Ejaan Suwandi (Ejaan Republik)
Ejaan Suwandi atau Ejaan Republik disusun oleh Mr. Soewandi yang merupakan nama
Menteri Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan. Penyusunan ejaan baru ini dimaksudkan
untuk menyempurnakan ejaan yang berlaku sebelumnya juga untuk menyederhanakan sistem
ejaan bahasa Indonesia. Ejaan suwandi diresmikan pada tanggal 19 Maret 1947 berdasarkan
surat keputusan menteri pendidikan, pengajaran, dan kebudayaan Republik Indonesia Nomor
264/Bhg.A.
Ejaan tersebut mengatur beberapa hal, di antaranya sebagai berikut:
1. Huruf oe diganti dengan huruf u. Contoh: oesia menjadi usia.
2. Bunyi hamzah dan bunyi sentak diganti dengan huruf k. Contoh: tak, rakyat, tidak.
3. Pengulangan diberi angka dua. Contoh: buku2, mudah2an.
4. Kata dasar berhuruf e (e pepet dalam bahasa Jawa) boleh dihilangkan. Contoh: perahu
menjadi prahu, menteri menjadi mentri. Namun kata tersebut tidak boleh dipergunakan
pada kata berimbuhan. Contoh: perangkap tidak boleh diubah menjadi prangkap.
Meskipun dimaksud untuk menyempurnakan sistem ejaan sebelumnya, namun Ejaan Suwandi
ini masih memiliki beberapa kelemahan. Kelemahan itu antara lain adalah penggunaan huruf f, v,
x, z, sj, dan ch, yang lazim digunakan untuk menulis kata-kata asing tidak diatur pada ejaan itu.
Huruf-huruf tersebut adalah permasalahan dalam bahasa Indonesia pada masa itu.
3. Ejaan Pembaruan
Konsep Ejaan Pembaruan dikenal dengan ejaan Prijono-Katoppo, yaitu sebuah nama yang
diambil dari dua nama tokoh yang pernah mengetuai panitia ejaan itu. Prof. Prijono merupakan
Menteri Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan. Keberlanjutan tugas Prof. Prijono dilakukan
oleh E. Katoppo. Prof M. Yamin memprakarsai kongres bahasa yang memutuskan agar ejaan
Soewandi disempurnakan. Kongres tersebut diselenggarakan di Medan pada tahun 1954. Pada
waktu itu disarankan agar dapat diusahakan tiga hal sebagai berikut.
 Satu bunyi, satu huruf,
 Penetapan hendaknya dilakukan oleh badan yang kompeten,
 Ejaan itu hendaknya praktis, tetapi ilmiah.
Ejaan pembaruan mengatur beberapa hal, di antaranya adalah sebagai berikut.
1. Diftong ai, oi, au berubah penulisannya menjadi ay, oy, aw.
2. Huruf-huruf yang muncul pada ejaan ini adalah ŋ (ng), t (tj), ń (nj), dan ś (sj).
3. Pengaturan untuk fonem h adalah fonem h bila letaknya di depan dapat menghilangkan,
seperti hutan menjadi utan, juga dapat dihilangkan bila di antara dua vokal berbeda,
misalnya kata tahun menjadi ta-un, atau perahu menjadi pera-u.
4. Konsonan rangkap pada akhir kata dihilangkan. Contoh president menjadi presiden.
5. Partikel pun yang berarti juga dan saja, ditulis terpisah. Contoh: sekalipun sama dengan
meskipun, sekali pun sama dengan satu kali saja.

5
6. Kata berulang yang memiliki arti tunggal ditulis tanpa tanda hubung, contoh: alunalun.
Sedangkan yang bermakna jamak dengan tanda hubung, contoh: ibu-ibu, sekali-sekali.
Pada tahun 1956, Menteri Sarino membentuk Panitia Pembaruan Ejaan. Sementara itu,
Persekutuan Tanah Melayu berkeinginan untuk mengadakan penyatuan ejaan dengan Bahasa
Indonesia. Namun, ejaan Pembaruan ini tidak sempat dilaksanakan.
4. Ejaan Melindo
Tindak lanjut perjanjian persahabatan antara Republik Indonesia dan Persekutuan Tanah
Melayu pada tahun 1959, antara lain usaha mempersamakan ejaan bahasa kedua negara ini. Pada
akhir tahun 1959 sidang perutusan Indonesia Melayu (Slamet Mulyana-Syed Nasir bin Ismail
sebagai ketua) menghasilkan konsep ejaan bersama yang kemudian dikenal dengan ejaan
Melindo (Melayu Indonesia). Perkembangan politik selama tahun-tahun berikutnya
mengurungkan peresmiannya. Ejaan melindo mengatur beberapa hal, di antaranya adalah sebagai
berikut.
1. Fonem tambah f, ś, z. Contoh: fikiran, śair, ś
2. Penulisan diftong: ay, aw, oy.
3. Ejaan yang menggunakan tanda fonem lain dari yang sudah ditetapkan sebagai fonem
Melindo dianggap kata asing, misal: universitas, varia, vokal.
Ejaan Melindo tidak jauh berbeda dengan Ejaan Pembaruan karena ejaan itu sama-sama
berusaha untuk menyederhanakan ejaan dengan menggunakan sistem donemis. Hal yang berbeda
ialah dalam ejaan Melindo, gabungan konsonan tj, seperti pada kata tjinta diganti dengan c
menjadi cinta. Hal yang sama terjadi pada konsonan nj, seperti pada kata njonja diganti dengan
huruf nc yang sama sekali masih baru.
5. Ejaan LBK
Ejaan Baru merupakan lanjutan dari rintisan panitia ejaan Melindo. Ejaan ini dikeluarkan
pada tahun 1966 sebelum dikeluarkannya Ejaan Yang Disempurnakan. Pelaksananya terdiri dari
panitia Ejaan LBK (Lembaga Bahasa dan Kesusaatraan yang sekarang bernama Pusat
Pembinaan dan Pengembangan Bahasa) juga terdiri dari panitia Ejaan Melayu yang berhasil
merumuskan ejaan tersebut.Panitia tersebut bekerja atas dasar Surat Keputusan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan No. 062/67 pada tahun 1967.
Konsep Ejaan ini disusun berdasarkan beberapa pertimbangan, antara lain.
1. Pertimbangan Teknis, yaitu pertimbangan yang menghendaki agar setiap fonem
dilambangkan degan satu huruf.
2. Pertimbangan praktis, yaitu pertimbangan yang menghendaki agar perlambangan secara
teknis disesuaikan dengan keperluan praktis seperti keadaan percetakan dan mesin tulis.
3. Pertimbangan Ilmiah, yaitu pertimbangan yang menghendaki agar perlambangan itu
mencerminkan studi yang mendalam mengenai kenyataan bahasa dan masyarakat
pemakainya.
4. Pertimbangan konotatif, bunyi menunjukkan perbedaan makna.

6
5. Pertimbangan politis, adanya keterlibatan pemerintah yang menghendaki menertibkan
tata istilah yang ada.
Ejaan LBK muncul karena ketidaksetujuan akan konsep Melindo. Beberapa hal yang dibahas
dalam seminar sastra 1968 yang membentuk konsep Ejaan LBK ini adalah antara lain.
1. Ada enam vokal (i, u, e, Ə, o, a).
2. Diftong tetap.
3. Di dan ke dibedakan antara preposisi dan imbuhan. Contoh: surat itu ditulisnya di
rumah.
4. Kata ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda hubung.
5. Mengenai istilah asing, misal guerilla (Spanyol), frasa coup de’etat (Prancis), dan
extra (Inggris) diubah menjadi gerilya, kudeta, dan ekstra.
6. Ejaan ini juga membahas mengenai qalb (hati) dan bahasa Arab juga mengenal kata
kalb (anjing), namun diputuskan tetap menggunakan kata kalbu untuk bahasa
Indonesia.

6. Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan


Presiden Republik Indonesia Soeharto meresmikan Ejaan Yang Disempurnakan pada tanggal 16
Agustus 1972.Ejaan ini merupakan lanjutan dari Ejaan Baru atau Ejaan LBK. Pada Hari
Proklamasi Kemerdekaan tahun 1972 diresmikan aturan ejaan baru ini berdasarkan keputusan
Presiden Nomor 57 tahun 1972.Departemen Pendidikan dan Kebudayaan menyebarkan buku
kecil yang berjudul Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan, sebagai patokan
pemakaian ejaan itu.Pada tahun 1988, Pedoman Umum Ejaan yang Disempurnakan (PUEYD)
edisi kedua diterbitkan berdasarkan keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia Nomor 0543a/U/1987 pad atanggal 9 September 1987. Setelah itu, edisi ketiga
diterbitkan pada tahun 2009 berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Dr.
Anis Baswedan, Pedoman Umum Ejaan yang Disempurnakan (PUEYD) diganti dengan nama
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) yang kesempurnaan naskahnya disusun oleh
Pusat Pengembangan dan Pelindungan, Badan Pengembangan dan Pembina Bahasa.
Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan mengatur beberapa hal, di antaranya adalah
sebagai berikut.
1. Pemakaian huruf (f, v, z, q, x) diresmikan.
2. Pemakaian huruf kapital dan huruf miring.
3. Pemakaian kata (kata dasar, kata berimbuhan, bentuk ulang, gabungan kata, pemenggalan
kata, kata depan, partikel, singkatan dan akronim, angka dan bilangan, kata ganti ku-,
kau-, -ku, -mu, -nya, serta kata sandang si dan sang)
4. Penulisan unsur serapan
5. Pemakaian tanda baca, antara lain tanda titik (.), tanda koma (,), tanda titik koma (;),
tanda titik dua (:), tanda hubung (-), tanda pisah (–), tanda tanya (?), tanda seru (!), tanda
elipsis (…), tanda petik (“…”), tanda petik tunggal (‘…’), tanda kurung ((…)), tanda
kurung siku ([…]), tanda garis miring (/), dan tanda penyingkat atau apostrof (‘).

7
Berikut adalah beberapa contoh penggunaan kaidah Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan secara tepat.
Huruf vokal dalam bahasa Indonesia terdiri atas lima huruf, yaitu a, i, u, e, dan o. Contoh kata
dengan penggunaan huruf vokal bahasa Indonesia antara lain, api, emas, simpan, oleh, ulang.
Terdapat tiga macam dalam pelafalan huruf e.
1. Diakritik (é) dilafalkan [e]. Contoh: Anak-anak bermain di teras (téras).
2. Diakritik (è) dilafalkan [ɛ]. Contoh: Pertahanan militer (militèr) Indonesia cukup kuat.
3. Diakritik (ê) dilafalkan [ə]. Contoh: Upacara itu dihadiri pejabat teras (têras) Bank
Indonesia.
Huruf konsonan dalam bahasa Indonesia terdiri atas 21 huruf, yaitu huruf yang tidak termasuk
dalam huruf vokal di atas.
Aturan pemakaian huruf kapital tergantung beberapa kondisi, antara lain adalah sebagai berikut.
1. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama awal kalimat. Contoh: Pekerjaan itu akan
selesai dalam satu jam.
2. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama orang, termasuk julukan.
Contoh: Wage Rudolf Supratman (nama orang), Jenderal Kancil (julukan).
3. Huruf kapital dipakai pada awal kalimat dalam petikan langsung. Contoh:Orang itu
menasihati anaknya, “Berhati-hatilah, Nak! Sangat berbahaya di luar sana.”
4. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap kata nama agama, kitab suci, dan
Tuhan, termasuk sebutan dan kata ganti untuk Tuhan. Contoh: Islam (agama), Alkitab
(kitab suci), Allah (tuhan). Sebagai kata ganti untuk Tuhan, contohnya pada kalimat:
Allah akan menunjukkan jalan kepada hamba-N
5. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama gelar kehormatan, keturunan,
keagamaan, atau akade-mik yang diikuti nama orang, termasuk gelar akademik yang
mengikuti nama orang. Contoh: Raden Ajeng Kartini (gelar kehormatan), Agung
Permana, Sarjana Hukum (gelar akademik).
6. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa.
Contohnya pada kalimat: bangsa Indonesia, suku D
7. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat yang diikuti
nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti nama orang tertentu, nama ins-tansi,
atau nama tempat. Contoh: Sekretaris Jenderal Kementerian Pendidikan dan
Kebu-dayaan.
8. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama ta-hun, bulan, hari, dan hari besar atau
hari raya serta nama peristiwa bersejarah.
Huruf miring juga digunakan tergantung dari kondisinya pada kalimat. Penggunaan huruf miring
antara lain adalah sebagai berikut.
1. Menuliskan judul buku, nama majalah, atau nama surat kabar yang dikutip dalam
tu-lisan, termasuk dalam daftar pustaka. Contoh: Majalah Poedjangga Baroe
menggelorakan semangat ke-bangsaan.

8
2. Menegaskan atau mengkhu-suskan huruf, bagian kata, kata, atau kelompok kata dalam
kalimat. Contoh: Buatlah kalimat dengan menggunakan ungkapan lepas tangan.
3. Menuliskan kata atau ungka-pan dalam bahasa daerah atau bahasa asing. Contoh:
Upacara peusijuek (tepung tawar) menarik perhatian wisatawan asing yang berkunjung
ke Aceh.
4. Kaidah penulisan lainnya seperti pemakaian kata, pemakaian unsur serapan, pemakaian
tanda baca dapat dilihat dalam buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI).
Buku tersebut mengandung penjelasan yang mudah dipahami dengan dilengkapi contoh
kalimat atau kata pada setiap bagian.
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) telah diterbitkan hingga edisi keempat yang
terbit pada tahun 2016.

4. Ruang Lingkup Ejaan

1. PEMAKAIAN HURUF

a. Huruf Abjad
Abjad yang dipakai dalam ejaan bahasa Indonesia terdiri atas 26 huruf berikut.

Huruf Nama pengucapan


Kapital Nonkapital
A a A a
B b be bé
C c ce cé
D d de Dé
E e E É
F f ef èf
G g ge gé
H h ha ha
I I I i
J J Je jé
K K ka ka
L L el èl
M m em èm
N n en èn
O o O o
P p pe pé
Q q qi ki
R r R èr
S s es ès

9
T t Te té
U u U u
V v vi vé
W w we wé
X x X èks
Y y Ye yé
Z z Zet zèt

b. Huruf Vokal
Huruf yang melambangkan vokal dalam bahasa Indonesia terdiri atas lima huruf, yaitu a, e, i, o,
dan u.
Huruf Vokal Contoh Pemakaian dalam Kata
Posisi Awal Posisi Tengah Posisi Akhir
a api padi Lusa
e* enak petak Sore
ember pendek -
emas kena tipe
i itu simpan murni
o oleh kota radio
u ulang bumi ibu

Keterangan: * Untuk pengucapan (pelafalan) kata yang benar, diakritik berikut ini dapat
digunakan jika ejaan kata itu dapat menimbulkan keraguan.
a. Diakritik (é) dilafalkan [e]. Misalnya: Anak-anak bermain di teras (téras).
Kedelai merupakan bahan pokok kecap (kécap).
b. Diakritik (è) dilafalkan [ɛ]. Misalnya: Kami menonton film seri (sèri).
Pertahanan militer (militèr) Indonesia cukup kuat.
c. Diakritik (ê) dilafalkan [ə]. Misalnya: Pertandingan itu berakhir seri (sêri).
Upacara itu dihadiri pejabat teras (têras) Bank Indonesia. Kecap (kêcap) dulu makanan itu.
c. Huruf Konsonan
Huruf yang melambangkan konsonan dalam bahasa Indonesia terdiri atas 21 huruf, yaitu b, c, d,
f, g, h, j, k, l, m, n, p, q, r, s, t, v, w, x, y, dan z.
Huruf Konsonan Contoh Pemakaian dalam Kata
Posisi Awal Posisi Tengah Posisi Akhir
b bahasa Sebut Adab
c cakap kaca -
d dua ada abad
f fakir kafan maaf
10
g guna tiga gudeg
h hari saham tuah
j jalan manja mikraj
k kami paksa politik
l lekas alas akal
m maka kami diam
n nama tanah daun
p pasang apa siap
q* qariah iqra -
r raih bara putar
s sampai asli tangkas
t tali mata rapat
v variasi lava molotov
w wanita hawa takraw
x* xenon - -
y yakin payung -
z zeni lazim juz

Keterangan: * Huruf q dan x khusus digunakan untuk nama diri dan keperluan ilmu.
Huruf x pada posisi awal kata diucapkan [s].

d. Huruf Diftong
Di dalam bahasa Indonesia terdapat empat diftong yang di- lambangkan dengan
gabungan huruf vokal ai, au, ei, dan oi.
Huruf Diftong Contoh pemakaian dalam kata
Posisi Awal Posisi Tengah Posisi Akhir
ai aileron Balairung Pandai
au autodidak taufik harimau
ei eigendom geiser survei
oi - boiko amboi

e. Gabungan Huruf Konsonan


Gabungan huruf konsonan kh, ng, ny, dan sy masing-masing melambangkan satu bunyi
konsonan.
Gabungan Huruf Contoh pemakaian dalam kata
Konsonan Posisi Awal Posisi Tengah Posisi Akhir
Kh khusus akhir tarikh
ng ngarai bangun senang
ny nyata banyak -
sy syarat musyawarah arasy

11
f. Huruf Kapital

1. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama awal kalimat.


Misalnya:
Apa maksudnya?
Dia membaca buku.
Kita harus bekerja keras.
Pekerjaan itu akan selesai dalam satu jam.

2. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama orang, termasuk julukan.
Misalnya:
Amir Hamzah Dewi Sartika
Halim Perdanakusumah
Wage Rudolf Supratman
Jenderal Kancil Dewa Pedang
Alessandro Volta André-Marie Ampère
Mujair
Rudolf Diesel

g. Huruf Miring

1. Huruf miring dipakai untuk menuliskan judul buku, nama majalah, atau nama surat kabar
yang dikutip dalam tulisan, termasuk dalam daftar pustaka.
Misalnya: Saya sudah membaca buku Salah Asuhan karangan Abdoel Moeis. Majalah
Poedjangga Baroe menggelorakan semangat kebangsaan. Berita itu muncul dalam surat
kabar Cakrawala.
Pusat Bahasa. 2011. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa. Edisi Keempat
(Cetakan Kedua). Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
2. Huruf miring dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, kata,
atau kelompok kata dalam kalimat.
Misalnya:
Huruf terakhir kata abad adalah d.
Dia tidak diantar, tetapi mengantar.
Dalam bab ini tidak dibahas pemakaian tanda baca.
Buatlah kalimat dengan menggunakan ungkapan lepas tangan.

3. Huruf miring dipakai untuk menuliskan kata atau ungkapan dalam bahasa daerah atau
bahasa asing.

12
Misalnya:
Upacara peusijuek (tepung tawar) menarik perhatian wisatawan asing yang berkunjung
ke Aceh. Nama ilmiah buah manggis ialah Garcinia mangostana.
Weltanschauung bermakna ‘pandangan dunia’.
Ungkapan bhinneka tunggal ika dijadikan semboyan
negara Indonesia.

h. Huruf Tebal

1. Huruf tebal dipakai untuk menegaskan bagian tulisan yang sudah ditulis miring.
Misalnya:
Huruf dh, seperti pada kata Ramadhan, tidak terdapat dalam Ejaan Bahasa Indonesia.
Kata et dalam ungkapan ora et labora berarti ‘dan’.

2. Huruf tebal dapat dipakai untuk menegaskan bagian- bagian karangan, seperti judul buku,
bab, atau subbab.
Misalnya:
1.1 Latar Belakang dan Masalah
Kondisi kebahasaan di Indonesia yang diwarnai oleh bahasa standar dan nonstandar,
ratusan bahasa dae- rah,dan ditambah beberapa bahasa asing, membutuhkan penanganan
yang tepat dalam perencanaan bahasa. Agar lebih jelas, latar belakang dan masalah akan
diuraikan secara terpisah seperti tampak pada paparan berikut.

1. Latar Belakang

Masyarakat Indonesia yang heterogen menyebabkan munculnya sikap yang beragam


terhadap penggunaan bahasa yang ada di Indonesia, yaitu (1) sangat bangga terhadap
bahasa asing, (2) sangat bangga terhadap bahasa daerah, dan (3) sangat bangga terhadap
bahasa Indonesia.

2. Masalah Penelitian
Ini hanya membatasi masalah pada sikap bahasa masyarakat Kalimantan terhadap
bahasa-bahasa yang ada di Indonesia. Sikap masyarakat tersebut akan digunakan sebagai
formulasi kebijakan perencanaan bahasa yang diambil.
3. Tujuan Penelitian
Ini bertujuan untuk mengetahui dan meng- ukur sikap bahasa masyarakat Kalimantan,
khususnya yang tinggal di kota besar terhadap bahasa-bahasa yang ada di Indonesia.

13
2. PENULISAN HURUF
Huruf terdiri dari: huruf kecil, huruf kapital, dan huruf miring.
Huruf kapital digunakan sebagai:
- huruf pertama awal kalimat
- huruf pertama petikan langsung
- huruf pertama dalam ungkapan yang berhubungan dengan hal-hal keagamaan
- huruf pertama gelar kehormatan atau keturunan yang diikuti nama orang
- huruf pertama nama jabatan atau pangkat yang diikuti nama orang.
- huruf pertama nama orang
- huruf pertama hubungan kekerabatan seperti: bapak, ibu, saudara yang dipakai
sebagai kata ganti.

Huruf miring digunakan untuk:


- menulis nama buku, majalah yang dikutip dari karangan
- menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, atau kelompok kata
- menuliskan nama ilmiyah atau ungkapan asing.

3. PENULISAN KATA
- Penulisan kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan
- Penulisan kata turunan:
- Imbuhan ditulis serangkai dengan kata dasar
kalau gabungan kata, awalan atau akhiran ditulis serangkai dengan kata yang langsung
mengikutinya.
- kalau gabungan kata, awalan dan akhiran ditulis serangkai dengan kata tersebut
- kalau salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam unsur kombinasi:
- Jika bentuk terikat diikuti kata berhuruf awal kapital, maka antara keduanya diberi tanda
hubung.
- Jika jika kata maha diikuti kata esa dan selainkata dasar sebagai unsur gabungan, maka
ditulis terpisah.
- Bentuk kata ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan kata hubung.
 Penulisan gabungan kata:
- kata majemuk, istilah khusus, bagian-bagiannya ditulis terpisah.
- istilah khusus yang mungkin akan menimbulkan salah baca diberi tanda hubung.
- kata yang dianggap sudah satu ditulis serangkai.
Penulisan kata ganti ku, mu, kau, dan nya ditulis serangkai dengan kata yang
mendahuluinya. Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.

14
Kata si dan sang ditulis terpisah dengan kata yang mengikutinya.

Penulisan partikel:
- partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya.
- partikel per yang berarti mulai, demi, dan tiap ditulis terpisah.

Penulisan singkatan dan Akronim:


- singkatan nama orang, nama gelar, sapaan, jabatan, atau pangkat diikuti dengan tanda titik.
- singkatan nama resmi lembaga dan nama dokumen resmi , huruf awal ditulis dengan huruf
kapital dan tidak diikuti dengan tanda titik, misalnya: BPK, PT, KTP, SLTP.
- singkatan umum yang terdiri atas tiga huruf atau lebih diikuti satu titik, misalnya:dkk.
- singkatan lambang kimia, singkatan satuan ukuran, dan mata uang tidak diikuti tanda titik.
- akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal dari deret kata ditulis seluruhnya dengan
hruruf kapital.
- akronim yang berupa gabungan kata atau huruf dari deret kata ditulis dengan huruf awal huruf
kapital, misalnya: Angkatan Bersenjata RI (Akabri).
- akronim yang bukan nama diri berupa gabungan kata atau huruf dan suku kata dari deret kata
seluruhnya ditulis dengan huruf kecil.

Penulisan angka lambang bilangan:


- Angka dipakai untuk menyatakan lambang bilangan atau nomor.
- Angka digunakan untuk menyatakan : panjang, berat, dan isi, satuan waktu, mata uang, nomor
Jalan.
- penulisan lambang bilangan, misalnya: 3/8(tiga perdelapan)
- penulisan kata bilangan tingkat
- Penulisan kata bilangan yang mendapat akhiran –an ditulis dengan angka atau dengan ejaan.
- Angka yang menunjukkan bilangan bulat yang besar dapat dieja sebagian supaya mudah
dibaca, kecuali dalam dokumen resmi.

15
- bilangan tidak perlu ditulis angka dan huruf sekaligus kecuali pada dokumen resmi.
- bilangan yang dilambangkan dengan kata dan huruf, penulisannya harus tepat.
4. PENULISAN UNSUR SERAPAN
Bahsa arab sebenarnya sudah banyak yang diserap ke dalam bahasa Indonesia dan relatif
konsisten. Untuk menyerap bahasa arab, kita harus memperhatikan:
1. Unsur mad (panjang) ditiadakan.
2. Konsonan yang tidak ada dalam bahasa indonesia sebaiknya diadaptasi dengan fonem yang
berdekatan dengan fonem bahasa indonesia baik lafal maupun ejaannya, seperti: rizq(rezeki).
Jika tidak, maka tulislah sesuai lafal sebenarnya dengan huruf miring.

5. PEMAKAIAN TANDA BACA


Orang sering mengabaikan tanda baca yang sebenarnya sangat membantu orang dalam
memahami bacaan.
1. Tanda titik (.)
2. Tanda koma (,)
3. Tanda titik koma (; )
4. Tanda titik dua (: )
5. Tanda hubung (-)
6. Tanda tanya (?)
7. Tanda seru (!)
8. Tanda kurung ((…))
9. Tanda garis miring ( / )
10. Tanda petik ganda ("“…” ")
11. Tanda pisah (--)
12. Tanda elipsis (...…)
13. Tanda kurung siku ([ ])
14. Tanda petik tunggal ( ' '‘…)
15. Tanda penyingkat ( ‘' )

*Berikut produk yang disajikan untuk melengkapi pemahaman tentang Ejaan :

Bandingkanlah kedua paragraf berikut ini

Kejahatan merupakan suatu peristiwa penyelewengan terhadap norma norma atau


perilaku teratur yang menyebabkan terganggunya ketertiban dan ketentraman kehidupan manusia
perilaku yang dikualifikasikan sebagai kejahatan biasanya dilakukan oleh sebagian besar warga
masyarakat atau penguasa yang menjadi wakil wakil masyarakat seharusnya ada sesuatu
keserasian pendapat antara kedua unsur tersebut walaupun tidak mustahil terjadi perbedaan
perbedaan perbedaan tersebut mungkin timbul kareana kedua unsure tadi tidak sepakat mengenai
kepentingan kepentingan pokok yang harus dilindungi

16
Dapatkah anda memahami tulisan tersebut diatas?Mungkin dapat tetapi agak sulit.
*Cobalah membaca kembali tulisan dibawah ini !

Kejahatan merupakan suatu peristiwa penyelewengan terhadap norma-norma atau perilaku


teratur yang menyebabkan terganggunya ketertiban dan ketentraman kehidupan
manusia. Perilaku yang dikualifikasikan sebagai kejahatan biasanya dilakukan oleh sebagian
besar warga masyarakat atau penguasa yang menjadi wakil-wakil masyarakat. Seharusnya ada
sesuatu keserasian pendapat antara kedua unsur tersebut walaupun tidak mustahil terjadi
perbedaan. Perbedaan-perbedaan tersebut mungkin timbul kareana kedua unsur tadi tidak
sepakat mengenai kepentingan-kepentingan pokok yang harus dilindungi.

Kita dapat melihat bahwa tulisan yang sudah diberi tanda baca serta diperbaiki ejaannya jauh
lebih mudah dan juga lebih cepat untuk dipahami.Itulah mengapa, kemampuan dalam
menerapkan ejaan dan tanda baca sangat dituntut dalam tulis menulis.

Contoh EJAAN YANG DISEMPURNAKAN

BUNUH DIRI DIKALANGAN REMAJA

Dari waktu ke waktu jumlah kasus bunuh diri terus bertambah. Tidak hanya dikalangan orang
dewasa tetapi juga terjadi pada remaja bahkan anak-anak. Sebenarnya tidak seorangpun yang
menginginkan seperti ini tetapi keinginan manusia sering kali diarahkan oleh banyak faktor yang
terjadi diluar kendali kita sendiri sampai akhirnya seseorang tiba pada keyakinan bahwa bunuh
diri justru adalah jalan terbaik untuk menyelesaikan masalahnya. Bagaimana hal itu bisa terjadi?
Dan bagaimana menghindarinya.
Dalam paragraf di atas ada beberapa kesalahan penerapan EYD, yaitu penulisan kata dikalangan,
seorangpun, dan diluar seharusnya dipisahkan, penulisan kata sering kali seharusnya
digabungkan, dan sebelum kata tetapi seharusnya diberi tanda baca koma.

17
1. Pengertian Lambang Bilangan
Apa itu lambang bilangan? sebagaimana kita tahu bahwa bilangan adalah lambang
konsep dalam ilmu hitung (matematika) untuk melakukan pencacahan dan pengukuran.
Lambang bilangan adalah simbol atau lambang yang digunakan dalam mewakili suatu
bilangan atau yang dikenal sebagai angka.

 Lambang bilangan
Lambang bilangan ini wajib kita ketahui, karena akan selalu digunakan dalam kehidupan sehari-
hari, jangan sampai tertukar, karena bisa merubah makna dan nilainya. Berikut ini adalah contoh
lambang bilangan 1 sampai 20 yang aku buat dalam bentuk tabel (matrik),diantaranya :

Lambang Nama bilangan Lambang Nama bilangan


bilangan bilangan
1 Satu 11 Sebelas
2 Dua 12 Dua Belas 0=
3 Tiga 13 Tiga Belas satuan
4 Empat 14 Empat Belas 00 =
5 Lima 15 Lima Belas puluhan

6 Enam 16 Enam Belas 000 =


ribuan
7 Tujuh 17 Tujuh Belas
0.000 =
8 Delapan 18 Delapan Belas puluh
ribuan
9 Sembilan 19 Sembilan Belas
00.000 =
10 Sepuluh 20 Dua Puluh ratus
ribuan
000.000 = jutaan
0.000.000 = puluh jutaan
00.000.000 = ratus jutaan
000.000.000 = milyaran
000.000.000.000 = triliunan

18
 Contoh Soal Lambang Bilangan
Lambang bilangan 16 adalah Enam belas
Lambang bilangan 18 adalah Delapan belas
Lambang bilangan dari 20 adalah Dua Puluh
324 adalahTiga ratus dua puluh empat
1.432 adalah Seribu empat ratus tiga puluh dua
5.173 adalah Lima ribu seratus tujuh puluh tiga

 Penempatan Bilangan
Kali ini untuk mempermudah kamu dalam memahaminya, aku coba jelaskan penempatan
bilangan pada suatu angka (nilai uang), diantaranya :
Rp. 234.345 artinya : dua ratus tiga puluh empat ribu tiga ratus empat puluh lima rupiah
Jika kita pecah,maka penempatannya adalah :
Rp. 234.345 = 200.000 + 30.000 + 4.000 + 300 + 40 + 5Nah, teman itulah penjelasan singkat
mengenai Lambang bilangan, mohon koreksi jika aku salah dalam menjelaskannya.

 Penulisan kata

a. Kata Dasar

Kata yang berupa kata dasar di tulis sebagai satu kesatuan.

Misalnya:

1. Buku itu sangat menarik.


2. Ibu sangat mengharapkan keberhasilanmu

b. Kata Turunan

1. Imbuhan

A. Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) di tulis serangkai dengan bentuk dasarnya.

Misalnya : Berjalan, dipermainkan, gemetar, kemauan, lukisan, petani.

B. Imbuhan di rangkaiakan dengan tanda hubung jika di tambahkan pada bentuk


singkatan atau kata dasar yang bukan bahasa Indonesia.

19
Misalnya :

Mem-PHP-kan, di- PTUN-kan, di-upgrade, me-recall.

2. Jika bentuk dasarnya berupa gabungan kata, awalan atau akhiran di tulis serangkai
dengan kata yang langsung mengikuti atau mendahuluinya.

Misalnya :

Bertepuk tangan, garis bawahi, sebar luaskan.

3. Jika bentuk dasar yang berupa gabungan kata mendapat awalan dan akhiran
sekaligus, unsur gabungan kata itu di tulis serangkai.

Misalnya :

Dilipatgandakan ,Menyebarluaskan

4. Jika salah satu unsur gabungan kata hanya di pakai dalam kombinasi, gabungan
kata itu di tulis serangkai.

Misalnya :

Adipati Dwiwarna Paripurna ,Aerodinamika Ekawarna Poligami

Catatan :

1. jika bentuk terikat di ikuti oleh kata yang huruf awalnya kapital, tanda hubung (-) di
gunakan di antara kedua unsur itu.

Misalnya :

non-Indonesia, pan-Afrikanisme, pro-Barat.

2. Jika kata maha unsur gabungan merujuk kepada Tuhan yang di ikuti oleh kata
berimbuhan, gabungan itu di tulis terpisah dan unsur-unsurnya di mulai dengan huruf
kapital.

Misalnya :

Marilah kita bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Pengasih.Kita berdoa kepada Tuhan
Yang Maha Pengampun.

20
3. Jika kata maha sebagai unsur gabungan, merujuk kepada Tuhan dan diikuti oleh kata
dasar, kecuali kata esa, gabungan itu di tulis serangkai.

Misalnya :

Tuhan Yang Mahakuasa menentukan arah hidup kita.

4. Bentuk-bentuk terikat dari bahasa asing yang di serap kedalam bahasa indonesia
seperti pro, kontra, dan anti, dapat di gunakan sebagai bentuk dasar.

Misalnya :

Sikap masyarakat yang prolebih banyak dari pada yang kontra.Mereka memperlihatkan
sikap anti terhadap kejahatan.

5. Kata tak sebagai unsur gabungan dalam peristilahan di tulis serangkai dengan bentuk
dasar yang mengikutinya, tetapi di tulis terpisah jika diikuti oleh bentuk berimbuhan.

Misalnya :

Tak tembus cahaya,tak bersuara, tak terpisahkan.

c. Bentuk Ulang

Bentuk ulang di tulis dengan menggunakan tanda hubung di antara unsur-unsurnya.


Misalnya : Anak-anak mata-mata Berjalan-jalan menulis-nulis.
Catatan :
1. Bentuk ulang gabungan kata ditulis dengan menggunakan unsur utama saja.
Misalnya : Surat kabar - > Surat-surat kabar Kapal barang - > kapal-kapal barang.

2. Bentuk ulang gabungan kata yang unsur keduanya adjektiva ditulis dengan
mengulang unsur pertama atau unsur keduanya dengan makna yang berbeda.
Misalnya : Orang besar - > Orang-orang besar / Orang besar-besar.

3. Bentuk ulang yang awalan dan akhiran ditulis serangkai dengan bentuk ulang.
Misalnya : Kekanak-kanakan, perundang-undangan, melambai-lambaikan, di besar-
besarkan, memata-matai.
*Catatan : Angka 2 dapat di gunakan dalam penulisan bentuk ulang untuk keperluan
khusus, seperti dalam pembuatan catatan rapat atau kuliah. Misalnya : Pemerintah sedang
mempersiapkan rancangan undang - undang baru. Kami mengundang orang-orang yang
berminat saja.

21
d. Gabungan Kata
1. unsur-unsur gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk ditulis terpisah.

Misalnya : Makalah Bahasa Indonesia Pemakaian Huruf & Penulisan kata :

duta besar model linear

kambing hitam orang

2. Gabungan kata yang dapat menimbulkan kesalahan pengertian dapat ditulis dengan
menambahkan tanda hubung di antara unsur-unsurnya untuk menegaskan pertalian unsur yang
bersangkutan. Misalnya :
anak – istri Ali anak istri–Ali
ibu–bapak kami ibu bapak–kami

4. Gabungan kata yang dirasakan sudah padu benar ditulis serangkai. Misalnya :
Acapkali darmasiswa puspawarna Adakalanya darmawisata radioaktif.

e.Suku Kata

1. Pemenggalan kata pada kata dasar dilakukan dengan sebagai berkut. a.


Jika ditengah kata ada huruf vokal yang berurutan, pemenggalannya
dilakukan di antara kedua huruf vokal itu. Misalnya :
Bu-ah
Ma-in

2. Huruf diftong ai,au, dan oi tidak di penggal. Misalnya :


Pan-dai, au-la, sau-da-ra,am-boi

3. Jika ditengah kata dasar ada huruf konsonan (termasuk gabungan huruf
konsonan) diantara dua buah huruf vokal, pemenggalannya dilakukan
sebelum huruf konsonan itu. Misalnya :
Ba-pak, la-wan, de-ngan,ke-nyang, mu-ta-khir, mu-sya-wa-rah.

4. Jika ditengah kata dasar ada dua huruf konsonan yang berurutan,
pemenggalannya dilakukan antara kedua huruf konsonan itu. Misalnya :
Ap-ril, cap-lok, makh-luk, man-di, sang-gup, som-bong, swas-ta.

5. Jika ditengah kata dasar ada tiga huruf konsonan atau lebih yang masing-
masing melambangkan satu bunyi, pemenggalannya dilakukan diantara
huruf konsonan yang pertama dan huruf konsonan yang kedua. Misalnya:
Ul-tra, in-fra, ben-trok, in-stru-men.

22
Catatan :
1) gabungan huruf konsonan yang melambangkan satu bunyi tidak dipenggal. Misalnya :
Bang-krut, bang-sa, ba-nyak, ikh-las, kong-res, makh-luk,masy-hur, sang-gup.

2) pemenggalan kata tidak boleh menyebabkan munculnya satu huruf (vokal) diawal atau
akhir baris.

Misalnya : Itu -.> i-tu Setia - > se-ti-a 2. Pemenggalan kata dengan awalan,
akhiran, atau partikel dilakukan diantara bentuk dasar dan imbuhan atau partikel itu.

Misalnya :

Ber -jalan, mem -bantu, di -ambil, ter -bawa, per -buat, makan-an, letak- kan , me-rasa-
kan, pergi-lah

catatan :
1) pemggalan kata berimbuhan yang bentuk dasarnya mengalami perubahan
dilakukan seperti pada kata dasar. Misalnya : Me-nu-tup, me-ma-kai, me-nya-pu,
me-nge-cat, pe-no-long, pe-mi-kir, pe-nga-rang, pe-nye-but, pe-nge-tik.

2) akhiran – i tidak dipisahkan pada pengantian baris.

3) pemenggalan kata berisisipan dilakukan seperti pada kata dasar.


Misalnya : Ge-lem-bung, ge-mu-ruh, ge-ri-gi, si-nam-bung, te-lun-juk.

4) pemenggalan tidak dilakukan pada suku kata yang terdiri atas satu vokal.
Misalnya : Beberapa pendapat mengenai masalah
itu telah disampaikan... Walaupun cuma-cuma, mereka tidak mau ambil makanan
itu.

3) Jika sebuah kata terdiri atas dua unsur atau lebih dan salah satu unsurnya itu
dapat bergabung dengan unsur lain, pemenggalannya dilakukan diantara unsur-unsur itu.
Tiap-tiap unsur gabungan itu dipenggal seperti pada kata dasar. Misalnya : Bio-grafi bi-
o-gra-fi

2. Penulisan Angka dan Lambang Bilangan


A. Angka dan Lambang Bilangan
Bilangan dapat dinyatakan dengan angka atau kata. Angka dipakai sebagai lambang bilangan
atau nomor. Di dalam tulisan lazim digunakan angka Arab atau angka Romawi.
Angka Arab : 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9

23
Angka Romawi : I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, X, L (50), C (100), D (500), M (1.000),
V (5.000), M (1.000.000)

1. Bilangan dalam teks yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata ditulis dengan
huruf, kecuali jika bilangan itu dipakai secara berurutan seperti dalam perincian atau
paparan.
Misalnya:
Mereka menonton drama itu sampai tiga kali.
Koleksi perpustakaan itu mencapai dua juta buku.
Di antara 72 anggota yang hadir 52 orang setuju, 15 orang tidak setuju, dan 5 orang tidak
memberikan suara.
Kendaraan yang dipesan untuk angkutan umum terdiri atas 50 bus, 100 minibus, dan 250
sedan.

2. Bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf, jika lebih dari dua kata, susunan
kalimat diubah agar bilangan yang tidak dapat ditulis dengan huruf itu tidak ada pada
awal kalimat.
Misalnya:
Lima puluh siswa kelas 6 lulus ujian.
Panitia mengundang 250 orang peserta.
Bukan:
250 orang peserta diundang Panitia dalam seminar itu

3. Angka yang menunjukkan bilangan utuh besar dapat dieja sebagian supaya lebih mudah
dibaca.
Misalnya:
Perusahaan itu baru saja mendapat pinjaman 550 miliar rupiah.
Dia mendapatkan bantuan Rp250 juta rupiah untuk mengembangkan usahanya.
Proyek pemberdayaan ekonomi rakyat itu memerlukan biaya Rp10 triliun.

4. Angka digunakan untuk menyatakan (a) ukuran panjang, berat, luas, dan isi; (b) satuan
waktu; (c) nilai uang; dan (d) jumlah.
Misalnya:
0,5 sentimeter tahun 1928
5 kilogram 17 Agustus 1945
4 meter persegi 1 jam 20 menit
10 liter pukul 15.00
Rp5.000,00 10 persen
US$ 3,50* 27 orang

24
£5,10* ¥100
2.000 rupiah

Catatan:
(1) Tanda titik pada contoh bertanda bintang (*) merupakan tanda desimal.
(2) Penulisan lambang mata uang, seperti Rp, US$, £, dan ¥ tidak diakhiri dengan tanda titik dan
tidak ada spasi antara lambang itu dan angka yang mengikutinya, kecuali di dalam tabel.

5. Angka digunakan untuk melambangkan nomor jalan, rumah, apartemen, atau kamar.
Misalnya:
Jalan Tanah Abang I No. 15 Jalan Wijaya No. 14 Apartemen No. 5
Hotel Mahameru, Kamar 169

6. Angka digunakan untuk menomori bagian karangan atau ayat kitab suci.
Misalnya:
Bab X, Pasal 5, halaman 252
Surah Yasin: 9

7. Penulisan bilangan dengan huruf dilakukan sebagai berikut:


a. Bilangan utuh
Misalnya:
dua belas (12)
tiga puluh (30)
lima ribu (5000)

b. Bilangan pecahan

Misalnya:
setengah (1/2)
seperenam belas (1/16)
tiga perempat (3/4)
dua persepuluh (0,2) atau (2/10)
tiga dua pertiga (3 2/3)
satu persen (1%)
satu permil (1o/oo)

Catatan:
(1) Pada penulisan bilangan pecahan dengan mesin tik, spasi digunakan di antara
bilangan utuh dan bilangan pecahan.
(2) Tanda hubung dapat digunakan dalam penulisan lambang bilangan dengan huruf yang
dapat menimbulkan salah pengertian.
Misalnya:

25
20 2/3 (dua puluh dua-pertiga)
22/30 (dua-puluh-dua pertiga puluh)
20 15/17 (dua puluh lima-belas pertujuh belas)
152/3 (seratus-lima-puluh-dua pertiga)

8. Penulisan bilangan tingkat dapat dilakukan dengan cara berikut.


Misalnya:
(1) pada awal abad XX (angka Romawai kapital)
dalam kehidupan pada abad ke-20 ini (huruf dan angka Arab)
pada awal abad kedua puluh (huruf)
(2) kantor di tingkat II gedung itu (angka Romawi)
di tingkat ke-2 gedung itu (huruf dan angka Arab)
di tingkat kedua gedung itu (huruf)

9. Penulisan bilangan yang mendapat akhiran -an mengikuti cara berikut.


Misalnya:
lima lembar uang 1.000-an (lima lembar uang seribuan)
tahun 1950-an (tahun seribu sembilan ratus lima puluhan)
uang 5.000-an (uang lima-ribuan)

10. Bilangan tidak perlu ditulis dengan angka dan huruf sekaligus dalam teks (kecuali di
dalam dokumen resmi, seperti akta dan kuitansi).
Misalnya:
Di lemari itu tersimpan 805 buku dan majalah.
Kantor kami mempunyai dua puluh orang pegawai.
Rumah itu dijual dengan harga Rp125.000.000,00.

11. Jika bilangan dilambangkan dengan angka dan huruf, penulisannya harus tepat.
Misalnya:
Saya lampirkan tanda terima uang sebesar Rp900.500,50 (sembilan ratus ribu lima ratus
rupiah lima puluh sen).
Bukti pembelian barang seharga Rp5.000.000,00 (lima juta rupiah) ke atas harus
dilampirkan pada laporan pertanggungjawaban.
Dia membeli uang dolar Amerika Serikat sebanyak $5,000.00 (lima ribu dolar).
Catatan:
(1) Angka Romawi tidak digunakan untuk menyatakan jumlah.
(2) Angka Romawi digunakan untuk menyatakan penomoran bab (dalam terbitan atau
produk perundang-undangan) dan nomor jalan.
(3) Angka Romawi kecil digunakan untuk penomoran halaman sebelum Bab I dalam
naskah dan buku.

26
BAB III
PEMBAHASAN

1. Kesimpulan

2. Saran

Sudah menjadi kewajiban kita sebagai kaum pelajar untuk selalu mengingatkan
kepada masyarakat guna dapat menggunakan kaidah tata bahasa Indonesia yang baik dan
benar. Karena bagaimanapun bahasa memiliki peran penting dalam proses pembangunan
karakter masyarakat dalam bangsa ini. Dengan mempelajari ejaan yang disempurnakan
dan mengetahui pemakaian angka dan lambang bilangan dengan benar maka proses
pembelajaran, pemahaman, dan penulisan bahasa Indonesia akan menjadi lebih mudah.
Untuk itu pelajarilah ejaan yang disempurnakan dan pahami pemakaian angka dan
lambang bilangan dengan sungguh agar dapat dimengerti.

27
Daftar Pustaka

https://duniakampus7.blogspot.com/2014/03/pengertian-ejaan-bahasa-indonesia.html
https://bahasa.foresteract.com/sejarah-ejaan-bahasa-indonesia/4/
http://iffah1995.blogspot.com/2015/04/makalah-ejaan-dalam-bahasa-indonesia.html?m=1
http://badanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/sites/default/files/PUEBI.pdf
http://badanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/sites/default/files/PUEBI.pdf
https://mahmud09-kumpulanmakalah.blogspot.com/2017/11/penggunaan-angka-dan-lambang-
bilangan.html
https://bindos5.wordpress.com/2016/01/19/penulisan-angka-dan-lambang-bilangan-eyd/

28

Anda mungkin juga menyukai